Anda di halaman 1dari 26

BUKU PANDUAN MAHASISWA

SKILL LAB
GASTROENTEROLOGI DAN HEPATOLOGI

UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2019
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FK UMI

Visi

“Menjadi program studi dengan penguatan utama kedokteran komunitas yang


menghasilkan dokter yang bermutu, bermartabat, dijiwai nilai-nilai Islam, untuk
mengabdi kepada kemanusiaan demi kepentingan umat, bangsa dan negara menuju
World Class University”

Misi
1) Menyelenggarakan program pendidikan kedokteran dengan penguatan
kedokteran komunitas yang bermutu dan bercirikan keislaman
2) Menyelenggarakan program penelitian kedokteran yang berkualitas dan
terpublikasi nasional maupun internasional
3) Melakukan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan demi meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekaligus menjalankan fungsi dakwah

2
PENDAHULUAN

PENGANTAR

Buku panduan skill lab. Sistem Gastroentero-hepatologi ini berisi 4 (empat)


ketrampilan utama, yaitu :
1. Anamnesis dan ketrampilan pemeriksaan fisik diagnostik yang berhubungan
dengan sistem gastroenterohepatologi dimana penggalian riwayat penyakit
sudah lebih spesifik mengarah ke sistem gastroentero-hepatologi. Diharapkan
setelah selesai mengikuti kegiatan ketrampilan klinik ini, mahasiswa mampu
melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik sehubungan sistem ini
secara berurutan serta mengetahui keadaan normal ataupun abnormal dari sistem
ini.
2. Teknik pemeriksaan rektum (colok dubur) untuk mengetahui adanya kelainan
anorektal.
3. Teknik pemasangan pipa nasogastrik sebagai salah satu cara pememberian
nutrisi pada pasien yang tidak sadar atau kesulitan menelan.
4. Ketrampilan cara membaca foto rontgent yang berkaitan dengan kelainan-
kelainan sistem gasteroenterohepatologi.
Buku panduan ini selain memuat panduan belajar langkah-langkah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ketrampilan klinik lain, juga berisi daftar tilik sebagai
lembar penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa sebagai penilaian akhir serta
membantu dalam menilai kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatih.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan buku panduan ini.

Makassar, Desember 2015


Koordinator
Blok Gastroentero-hepatologi

3
4
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

Pengertian
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu dilakukan
komunikasi antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis.
Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam
mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang
diambil dengan teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit.
Banyak macam keluhan yang diajukan oleh seorang penderita sistem saluran cerna.
Walaupun demikian tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut yang berhubungan
dengan kelainan pada saluran cerna, sehingga diperlukan suatu kesabaran dalam
mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi yang dalam hal ini abdomen umumnya
sama dengan pemeriksaan fisik secara umum meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, namun banyak dokter lebih memilih auskultasi dahulu sebelum palpasi. Dalam
pemeriksaan selanjutnya pada abdomen disamping ditemukan hasil pemeriksaan normal,
juga dapat ditemukan kelainan antara lain : distensi abdomen, adanya massa, bunyi
peristaltik yang meningkat atau menghilang dan lain-lain.
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, ketrampilan diagnostik dalam hal ini
pemeriksaan rektum (colok dubur) serta pemasangan pipa nasogastrik juga dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis.

Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna
terhadap pasien

5
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal pada sistem tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi ,perkusi dan secara terperinci
4. Melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
5. Mengenal dan menentukan berbagai bentuk dan bunyi abnormal dari abdomen

Media dan alat bantu pembelajaran :


- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik, spoit 10 cc,
- Jelly, lap, sabun, aquades dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci
tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual dan manekin

Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Kuliah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab. (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor

6
Deskripsi kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya & jawab 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Dua orang instruktur, 1 sebagai dokter
& 1 sebagai pasien memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesis
lengkap. Mahasiswa
menyimak/mengamati
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instrukstur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting
4. Kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pada manekin atau
probandus
5. Mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran dengan 100 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
umpan balik menit pasangan. Seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 2 pasang
2. Setiap pasangan berpraktek, 1 orang
sebagai dokter (pemeriksa) dan 1 orang
sebagai pasien secara serentak
3. Mentor memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan

7
selanjutnya akan ditanyakan oleh si
pemeriksa (dokter)
4. Mentor berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
daftar tilik

5. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih


1 kali
4. Curah pendapat / diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
dirasakan mudah atau sulit ?
menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
pasien. Apa yang dilakukan oleh dokter
agar pasien merasa nyaman?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan
memperjelas hal-hal yang masih belum
dimengerti
Total waktu 150
menit

8
PENUNTUN BELAJAR SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

A. ANAMNESIS

No. LANGKAH KLINIK Kasus


1. Pemeriksa mengucapkan basmalah dan salam, berdiri &
berjabat tangan, mempersilahkan pasien duduk berseberangan
/berhadapan, dan menciptakan suasana yang nyaman dan
kondusif.
2. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan pasien
3. Menanyakan keluhan utama dan menggali riwayat penyakit
saat ini.
Tanyakan :
- onset dan durasi keluhan : sejak kapan dan bagaimana
timbulnya
- hal-hal yang memperberat dan meringankan keluhan
- gejala lain yang berhubungan dengan keluhan utama

4. Menanyakan keluhan pada sistem lain.


Tanyakan:
- Riwayat Demam, sakit kepala, penurunan berat badan
- Keluhan pada saluran napas dan nyeri dada
5. - Menggali penyakit terdahulu
- Riwayat kebiasaan : minum alkohol, menggunakan obat non-
steroidantiinflamasi atau jamu, minum yang bersifat korosif
- Riwayat pengobatan
- riwayat penyakit dalam keluarga

6. Cross check hasil anamnesis

B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI

1. Inspeksi

9
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Inform Consent  disertai penjelasan tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
2. Melakukan cuci tangan rutin
3. Menilai status present, meliputi: keadaan umum, kesadaran,
dan status gizi pasien.
4. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya
meliputi kepala hingga kaki, meliputi abdomen
5. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
6. Penilaian Tanda Vital
7. Inspeksi secara umum pasien dari kepala hingga ekstremitas,
seperti adanya ikterus, anemis, sianosis, dan jari tabuh
8. Membagi permukaan dinding abdomen dalam beberapa regio:

1. Dengan menarik garis median dan garis tegak lurus terhadap


garis median abdomen melalui umbilikus. Dinding
abdomen terbagi menjadi 4 regio, yaitu kuadran kanan atas,

kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah, dan kuadran kiri
bawah.

2. Pembagian yang lebih rinci adalah dengan menarik dua garis


vertikal sejajar garis 
midklavikularis kanan dan kiri; dan
dua garis horisontal yaitu garis melalui ujung bawah kosta
kanan-kiri dan garis melalui krista iliaka kanan-kiri.
Dinding abdomen terbagi menjadi 9 regio, yaitu regio
epigastrium (1), hipokondrium dekstra (2), regio
hipokondrium sinistra (3), regio umbilikalis (4), regio
lumbalis dekstra (5), regio lumbalis sinistra (6), regio
hipogastrium atau suprapubik (7), regio inguinal dekstra (8),
dan regio inguinal sinistra (9).

9. Inspeksi regio abdomen dilakukan beberapa menit untuk


melihat kontur abdomen, adanya skar, kongesti vena,
peristaltik yang tampak atau adanya massa (darm contour dan
darm steifung)
10. Melihat distensi abdomen : obesitas, asites, kehamilan, faecal
mass dan neoplasma

2. Auskultasi

No. LANGKAH KLINIK Kasus


1. Penderita diminta rileks dan bernafas seperti biasa
2. Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen
dengan menggunakan bel stetoskop di atas mid-abdomen

10
3. Mendengarkan bising usus. Frekuensi bising usus normal
sekitar 5-10 detik setiap peristaltik atau berkisar 6-12 kali
peristaltik /menit.
4. Meletakkan steteskop pada empat kuadran abdomen
5. Mulailah melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang
benar :
- bunyi peristaltik dapat didengarkan dibawah
umbilikus diatas suprabupik, atau dapat dilakukan di
berbagai temapat
- diatas dan di kanan umbilikus mendengarkan bunyi
bergerumuh dari hepatik rub
- murmur aorta abdominal 5 jari dibawah processus
xipoideus atau pada regio epigastrium
- bruit dari karsinoma pankreas di kiri regio epigastrium
dan splenik friction rub dilateral
6 Bila peristaltik tidak segera terdengar, lanjutkan mendengar
selama 5 menit  pada ileus paralitik
7. Metalic Sound pada Ileus Obstruktif
8. Catat hasil auskultasi

3. Palpasi

No. LANGKAH KLINIK Kasus


1. Tangan pemeriksa harus hangat sesuai suhu ruangan/tubuh
2. Melakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan
palpasi.

3. Dinding abdomen dilemaskan dengan cara meminta pasien


menekuk kaki hingga membentuk sudut 45-60°.
4. Melakukan palpasi superfisial :
- telapak tangan secara perlahan-lahan ditempatkan di
abdomen dengan jari-jari adduksi kemudian ditekan
lembut ke dinding abdomen dengan kedalaman 1 cm
- kuku jari jangan sampai menusuk dinding abdomen
5. Melakukan palpasi dalam dengan langkah yang sama pada
palpasi ringan namun menekan lebih dalam.Pada saat gerakan
menekan ke bawah, ujung jari masuk ke dinding abdomen dan
menemukan struktur dibawahnya dengan rata-rata tekanan ke
atas dan kebawah 4-5 cm. Apabila massa tumor positif
lakukan palpasi bimanual.
6. Perhatikan wajah atau ekspresi pasien saat melakukan palpasi
Apabila ditemukan massa pada abdomen, dilakukan penilaian
dalam hal : lokasi, ukuran, besar, konsistensi, kekenyalan,
mobilitas dan pulsasi

11
- 7. Pemeriksaan Hepar
- Palpasi dilakukan dengan menggunakan sisipalmar
radial tangan kanan (bukan ujung jari) dengan posisi
ibu jari terlipat dibawah palmar manus. Arah jari
membentuk sudut 45° dengan garis median. Ujung jari
berada pada bagian lateral muskulus rektus
abdominalis (pada garis median untuk memeriksa
lobus kiri hepar).

- Pasien diminta untuk menarik nafas panjang. Pada saat


ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian
pada awal inspirasi jari bergerak ke arah dorsal dan
kranial . Gerakan ini dilakukan berulang dan posisinya
digeser 1-2 jari ke arah lengkung kosta kanan

- Menentukan besar, tepi, permukaan, konsistensi dan


nyeri tekan hepar (bila membesar).

Pemeriksaan Limpa:

- Pembesaran limpa diukur menggunakan garis


Schuffner, yaitu garis dari lengkung kosta kiri
melewati umbilikus menuju spina iliaka anterior
superior (SIAS) kanan, kemudian garis ini dibagi 8
titik dimana umbilikus merupakan titik 4.

- Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan menuju tepi


lengkung kosta kiri.

- Pasien diminta untuk menarik nafas panjang. Pada saat


ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian
pada awal inspirasi jari bergerak ke arah dorsal dan
kranial dalam arah parabolik. Gerakan ini dilakukan
berulang dan posisinya digeser 1-2 jari ke arah
lengkung kosta kiri.

- Menentukan besar, konsistensi limpa (bila membesar).

9. Palpasi indirect rebound tenderness (nyeri memantul) :


menekan ujung jari perlahan-lahan ke dinding abdomen kiri
bawah, paraumbilical kiri, bila nyeri tekan (+) , maka
dikatakan Rovsing sign positif. Kemudian secara tiba-tiba
menarik kembali jari-jari, disebut sebagai Blumberg sign
Positif
10. Nyeri tekan pada kandung empedu yang membesar dan dapat
diraba pada waktu inspirasi (Murphy’s sign positif)
merupakan petunjuk penting adanya kolesistitis. tanda paling

12
khas dan konstan dari kandung empedu yang kepekaannya
berlebihan adalah ketidakmampuan pasien melakukan
inspirasi dalam dan penuh, kalau jari-jari pemeriksa menekan
ke dalam dibawah lengkung kosta kanan; inspirasi berhenti
mendadak, seakan-akan pernafasan berhenti.

4. Perkusi

PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES

No. LANGKAH KLINIK Kasus


1. Shifting dullness :
- Perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral,
tentukan batas bunyi timpani dan pekak, pertahankan
letak jari tangan pada batas tersebut
- Meminta pasien berbaring pada posisi lateral, ketuk
kembali daerah yang dipertahankan, bila terjadi
perubahan bunyi dari pekak ke tympani pada lokasi
yang sama, dikatakan Shifting dullness positif

2. Fluid Wave (undulasi test) :


- Pasien supine
- Tangan perawat atau tangan pasien sendiri diletakkan
di bagian tengah abdomen secara vertikal
- Menekan tangan tsb pada dinding abdomen
- Mengetuk salah satu dinding/sisi abdomen, sementara
tangan yang satu mempalpasi sisi yang lain
- Merasakan ada tidaknya gelombang cairan

Pemeriksaan Khusus
No. LANGKAH KLINIK Kasus
1. Psoas sign :
- Meminta pasien untuk meluruskan kedua tungkainya
dan merentangkan tungkai kanan
- Pemeriksa menahan lutut pasien
- Pasien mengangkat secara aktif
- Melaporkan hasil pemeriksaan psoas sign
2. Obturator sign :
- Posisikan pasien dengan tungkai kanan fleksi 900 pada
panggul dan lutut

13
- Internal rotasi-kan tungkai ke latero medial
- Melaporkan hasil pemeriksaan obturator sign

PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NGT)

Indikasi
 Pasien tidak dapat menelan oleh karena bukan obstruksi
 Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan
lambung)
 Pasien ileus obstruktif/ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk
dekompresi/menyalurkan cairan lambung keluar.
 Pasien tidak sadar

Kontraindikasi
1. Pasien tidak kooperatif
2. Pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esofagus
3. Pasien yang mengalami cidera kepala dan dicurigai terjadi kebocoran cairan
cerebrospinal

Tujuan Pemasangan

1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atrofi esofagus/lambung pada pasien tidak sadar.
3. Untuk Melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
perdarahan pada lambung.

14
Bahan dan Alat
 Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
 Jeli silokain atau K-Y jelly
 Stetoscope
 Spoit 50 cc
 Handscoen
 Basin
 Plester
 Doek untuk menutupi baju pasien

Prosedur Tindakan

NO KETERAMPILAN KLINIS KASUS


1 Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Mintalah izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan
2 pada pasien atau keluarga pasien tujuan pemasangan NGT.
(informed consent)
Pasien dalam posisi berbaring dengan elevasi 30-45 derajat.
3 Pasng doek diatas tubuh pasien kemudian letakkan basin/wadah
dipangkuan pasien.
4 Periksa ada tidaknya sumbatan pada hidung, periksa kedua
lubang hidung untuk menentukan lubang yang paling besar dan
terbuka.
5 Melakukan cuci tangan rutin dan menggunakan handscuen

6 Ukur panjang insersi tube dengan memegang tube diatas tubuh


pasien, ujung distal diletakkan 6 cm dibawah processus
sifoideus; ujung proksimal direntangkan ke puncak hidung;
lingkarkan bagian tengah pada cuping telinga pasien.
7 Olesi tube dengan lubricant gel.
Masukkan NGT dari lubang hidung sambil meminta pasien
8 bernafas melalui mulut dan melakukan gerakan menelan.
Jika pasien batuk atau gelisah atau tampak embun pada selang
9 NGT kemungkinan masuk ke trakea  tarik tube beberapa
senti dan mulai kembali.

15
Lanjutkan mendorong tube hingga mencapai tanda (bila
10 lambung penuh akan keluar cairan  gunakan basin untuk
menampung).
Letakkan stetoskop pada epigastrium, kemudian sambungkan
ujung selang NGT dengan spoit 50 cc yang telah diisi udara
11 lalu semprotkan spoit  bila terdengar bunyi udara maka NGT
telah masuk ke lambung.
Fiksasi NGT pada hidung dengan plester, dan tutup ujungnya
12 dengan spoit (nutrisi) atau dengan botol (dekompressi)

Penyulit
Erosi pada esophagus atau lambung
Pasien tidak koperatif

16
Rectal Touche (Colok Dubur)
PERLENGKAPAN
• Sarung tangan
• K-Y Jelly

POSISI PENDERITA
• Posisi litotomi
• Posisi Sims (lateral dekubitus)
• Knee chest position

POSISI PEMERIKSA
• Berdiri disebelah kanan penderita

CARA PEMERIKSAAN

Massa
feces

17
NO KETERAMPILAN KLINIS KASUS
Medical Consent
1 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan
persilahkan duduk. Perkenalkan diri anda serta
tanyakan keadaannya.
2 Berikan informasi umum pada pasien atau
keluarganya tentang pemeriksaan colok dubur,
tujuan,manfaat dan resiko untuk keadaan pasien.
3 Berikan jaminan pada pasien atau keluarganya tentang
kerahasiaan tindakan dan hasil pemeriksaan.
4 Jelaskan pada pasien tentang hak-hak pasien atau
keluarganya, misalnya hak untuk menolak
pemeriksaan colok dubur.
5 Mintalah kesediaan pasien untuk pemeriksaan colok
dubur
Persiapan penderita dan alat bahan
6 Periksa dan aturlah alat yang dibutuhkan
7 Minta pasien untuk mengosongkan kandung
kemihnya, apabila pasien tidak mampu mengosongkan
kandung kemihnya sendiri maka lakukan kateterisasi
urine. Kemudian bantu pasien dalam posisi
Sims/litotomi/knee chest.
Persiapan untuk melakukan colok dubur
8 Lakukan cuci tangan rutin
9 Pasanglah handscoen pada kedua tangan
Pemeriksaan Colok Dubur
10 Penderita berada dalam posisi Sims/litotomi/knee
chest
11 Lakukan inspeksi daerah perineum dan anus.
Perhatikan apakah ad tanda-tanda hemoroid,
penonjolan/nodul, fistel atau bekas operasi.
12 Oleskan jelly pada jari telunjuk yang menggunakan
handscoen
13 Masukkan jari telunjuk kedalam anus, perlahan lahan
sentuhlah spincter ani dan mintlah penderita untuk
bernafas seperti biasa sambil menilai tonus spincter
ani tersebut. Tangan yang satu berada diatas supra
pubis dan tekanlah kearah vesica urinaria.

18
14 Doronglah jari telunjuk kearah dalam anus sambil
menilai ampulla dan seluruh dinding rectum apakah
dalam keadaan kosong atau ada massa feses, terdapat
tumor, hemoroid, batu urethra.
15 Tempatkanlah jari telunjuk pada jam 12 untuk meraba
kelenjar prostat
16 Raba dan nilai hal-hal tersebut:
1. Permukaan atau mukosa rectum
2. Pembesarannya: Pole atas teraba atau tidak
3. Konsistensi: keras atau lembut
4. Simetris atau tidak
5. Berbenjol-benjol atau tidak
6. Terfiksir atau tidak
7. Nyeri tekan atau tidak
8. Ada Krepitasi atau tidak
17 Keluarkan jari tangan dengan sedikit melengkungkan
ujung jari dan periksalah apakah ada darah, lendir,
feses pada handscoen
Melepaskan Handscoen
18 Bersihkan handscoen dengan air mengalir, gosokkan
tangan untuk membersihkan bercak darah atau cairan
tubuh lainnya yang menempel pada handscoen.
Kemudian bukalah handscoen lalu masukkan dalam
baskom berisi larutan clorin 0,5% atau ketempat
sampah medis.
19 Lakukan cuci tangan rutin
20 Lakukan perpisahan dengan pasien

19
TEKNIK PENILAIAN FOTO RADIOLOGI
GASTROENTEROHEPATOLOGI

NO KETERAMPILAN KLINIS
FOTO BNO
1 Periksa identitas pasien (nama/umur/tanggal pemeriksaan)
2 Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3 Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4 Sebutkan jenis pemeriksaan dan posisi foto
5 Lakukan penilaian terhadap distribusi udara dalam abdomen (apakah
ada obstruksi, atau udara sampai ke distal).
6 Identifikasi adanya gambaran herring bone
7 Identifikasi adanya air fluid level yang sejajar atau bertangga-tangga
(step ladder appearance)
8 Identifikasi adanya gambaran udara bebas pada subdiafragma
9 Identifikasi psoas serta preperitoneal fat line kanan dan kiri
10 Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada.

FOTO MAAGDUODENUM ( BARIUM MEAL )


1 Periksa identitas pasien (nama/umur/tanggal pemeriksaan)
2 Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3 Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4 Sebutkan jenis pemeriksaan dan posisi foto
5 Menyebutkan jenis kontras yang digunakan
6 Menyebutkan posisi penderita berdasarkan posisi kontras (supine,
prone dan erect)
7 Perhatikan mukosa gaster dan duodenum (apakah ada filling defect
maupun additional shadow)
8 Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada

20
FOTO COLON IN LOOP ( BARIUM ENEMA)
1 Periksa identitas pasien (nama/umur/tanggal pemeriksaan)
2 Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3 Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4 Sebutkan jenis pemeriksaan dan posisi foto
5 Lakukan terlebih dahulu penilaian foto BNO pasien
6 Menyebutkan jenis kontras yang digunakan
7 Perhatikan posisi kontras sampai dimana.
8 Perhatikan mukosa, haustrasi, incisura dan kaliber lumen colon
(apakah ada filling defect, additional shadow)
9 Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada

TERIMA KASIH

21
LAMPIRAN

Gambar 1: Pembagian regio-regio pada abdomen

Gambar 2: auskultasi aorta, arteri renal, arteri iliaka, arteri femoralis.

22
Gambar Palpasi Superfisial
Gambar Palpasi Dalam dengan dua tangan

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai