FAKULTAS TEKNIK
UMSU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongannya tentu saja kami sekelompok tidak bisa menyelesaikannya makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak pula terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu
mengharapkan saran serta kritik dari para pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang jauh lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia itu pada umumnya berasal dari bahasa melayu, pada zaman
sebelumnya lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu itu banyak juga
bahasa melayu tersebut digunakan sebagai bahasa perdagangan antar pedagang di nusantara
ataupun juga dari luar nusantara. Bahasa melayu itu kemudian menyebar pada pelosok
nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, dan juga makin kokoh keberadannya
dikarenakan bahasa melayu tersebut mudah untuk diterima oleh masyarakat nusantara
disebabkan karena bahasa melayu dapat diterima oleh seluruh kalangan di nusantara.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu
tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu
tertulis, seperti tulisan pada batu nisan Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil-hasil sastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja
Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin.
Keputusan kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang
lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap
pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat
mengungkapkan apa yang ada dibenak mereka. Hanya dengan bahasa, manusia dapat
membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era gobalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama
bahasa yang datang dari luar atau bahasa inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan
ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (lingua franca), maka orang akan
cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris. Tak dipungkiri memang pentingnya
mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan
dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karna yang seperti kita ketahui bahasa merupakan
identitas suatu bangsa.
1
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Kata bahasa dalam bahasa
Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga sering kali
membingungkan.
Dalam pendidikan formal disekolah menengah, kalau ditanyakan apakah bahasa itu,
biasanya akan menjawab, “bahasa adalah alat komunikasi”. Jadi, fungsi bahasa itu yang
dijelaskan, bukan “sosok” bahasa itu sendiri. Memang benar, fungsi bahasa adalah alat
komunikasi bagi manusia, tetapi pertanyaan yang diajukan diatas bukan “apakah fungsi
bahasa?”, melainkan “apakah bahasa itu?”. Maka jawabannya haruslah berkenaan dengan
“sosok” bahasa itu. Bukan tentang fungsinya. Jawaban terhadap pertanyaan “apakah bahasa
itu ?” yang menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan “sosok” bahasa itu adalah seperti yang
diungkapkan Kridalaksana dalam Abdul Chaer bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 1994:31-32).
Bahasa indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik ini
sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh
sebelum indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan
dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di
Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia, kita beruntung sekali memiliki bahasa persatuan yang bisa
dipergunakan sebagai alat komunikasi oleh seluruh elemen bangsa. Bayangkan, bangsa
Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku bangsa akan mengalami kesulitan yang cukup
serius bila tidak memiliki bahasa nasional yang sama, yakni bahasa Indonesia.
3
A Teeaw dalam Minto Rahayu menjelaskan bahwa Bahasa Indonesia ialah bahasa
perhubungan yang telah berabad-abad tumbuh dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk
di kawasan asia selatan, dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada abad XX,
dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan.
Sedangkan Amin Singgih dalam Minto Rahayu mengatakan bahwa Bahasa Indonesia
ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui, serta digunakan oleh masyarakat seluruh
indonesia sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur daerah yang belum umum dalam
bahasa kesatuan kita. Lebih jauh lagi Purbatjaraka dalam Minto Rahayu mengatakan bahwa
bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa pergaulan
atau lingua franca diseluruh kawasan Asia Tenggara.
Berawal dari peristiwa sejarah Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 yang lahir saat
Kongres Pemuda kedua, di Jakarta, saat itu diputuskanlah pernyataan politik sebagaimana
yang tertuang dalam tiga butir Sumpah Pemuda yakni:
SOEMPAH PEMOEDA
Pertama:
Kedua:
Ketiga:
4
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didasarkan pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga. Butir ketiga dalam ikrar Sumpah Pemuda itu
selengkapnya berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
‘bahasa Indonesia”, bukan seperti yang selama ini kita dengar atau kita baca, yakni “Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”.
Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, kita tahu bahwa hambatan
komunikasi antarsuku bangsa yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa
daerahnya dapat dijembatani, dan segenap anggota masyarakat dari berbagai suku bangsa itu
dapat dipersatukan kedalam satu kesatuan bangsa. Kenyataan itulah yang melatarbelakangi
bahasa Indonesia diberi kedudukan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi bagi bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia memiliki nilai historis, politis, nilai sosiologis, dan nilai estetis yang tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan bangsa Indonesia. Dalam Pasal 25, ayat (3) UUD 1945,
disebutkan bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) Bahasa resmi kenegaraan, (2)
Bahasa pengantar dilembaga pendidikan, (3) Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat
nasional untuk pembangunan dan pemerintahan, serta (4) Bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
5
D. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara
sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja aksara
Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara jawa, aksara Sunda, aksara Bugis,
aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itru
masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).
Pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30) Van Ophuijsen, seorang ahli
bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dipakai
dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyusunan ejaan
itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan
menyusun dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam
ejaan tersebut.
Pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan
Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang
disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pndidikan Pengajaran dan
Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai
Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
itu, salah satunya adalah sebagai berikut: Huruf /oe/diganti dengan/u/.
6
2. Ejaan yang tidak Diresmikan
a) Ejaan Melindo
Ada tiga hal perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan tersebut meliputi
penambahan huruf diftong, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital. Huruf
diftong yang ditambahkan ke PUEBI adalah ‘ei’.
Selain diftong, perubahan juga terjadi pada penggunaan huruf tebal. Penggunaan
huruf tebal ini belim diatur pada ejaan bahasa Indonesia sebelumnya. Pada PUEBI, Huruf
tebal ini dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk
menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Dulu belum diatur penggunaan huruf tebal. Sekarang di PUEBI sudah diatur.
Digunakan untuk dua hal. Untuk judul atau sub-sub pada sebuah teks dan digunakan untuk
menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang telah dimiringkan. Perbedaan PUEBI
dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada ejaan bahasa Indonesia
sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis dengan awal huruf kapital. Kini, aturan
tersebut terdapat pada PUEBI.
7
BAB III
KESIMPULAN
Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang dari pada Republik ini
sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh
sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan
dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di
Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai
posisi yang penting.
Bahasa Indonesia memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai Bahasa Nasional dan
sebagai Bahasa Negara. Sebagai Bahasa Nasional momen yang tak boleh kita lupakan adalah
Sumpah Pemuda. Sebagai Bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai Identitas
Nasional, Lambang Kebanggaan Bangsa, alat komunikasi, serta sebagai Alat pemersatu
Bangsa yang berbeda suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya.
Sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa Indonesia wajib
digunakan sebagai bahasa pengantar di seluruh lembaga pendidikan. Sebagai konsekuensi
logisnya semua jenjang pendidikan di Indonesia, wajib mengajarkan mata pelajaran bahasa
Indonesia ini dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Dan untuk payung
hukumnya sudah jelas, mulai dari UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Permen No 22 tentang Standar isi sampai dengan SK Dirjen Dikti No 43 Tahun 2006 tentang
Mata Kuliah pengembangan Kepribadian.
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu memiliki aksara sejak
beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Ada beberapa Ejaan di Indonesia yaitu,
Ejaan yang diresmikan dan Ejaan yang tidak diresmikan. Ada beberapa ejaan yang
diresmikan yaitu Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Ada juga Ejaan yang tidak diresmikan yaitu Ejaan Melindo (Melayu-
Indonesia).
8
DAFTAR PUSTAKA
Alex dan Zcahmad HP, 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sugono, Dendy. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah, Makalah yang
disampaikan pada Seminar Bahasa dan Sastra Daerah Riau.