Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Kelompok 2 Teknik Mesin B3:

Aryo Rizky Fadhillah 1907220129

Febri Erwin Kariyanda 1907230109

M Teguh Dwi Putra 1907230117

Riski Agung Pratama 1907230111

Tri Hadi Suwanda 1907230121

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UMSU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongannya tentu saja kami sekelompok tidak bisa menyelesaikannya makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak pula terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu
mengharapkan saran serta kritik dari para pembaca, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang jauh lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 12 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian Bahasa Indonesia ......................................................................... 3


B. Sejarah Peristiwa Perkembangan Bahasa Indonesia .................................. 3
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ................................................... 5
1. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional ........................ 5
2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara .......................... 5
D. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia ................................................. 6
1. Ejaan yang Diresmikan .............................................................................. 6
a) Ejaan Van Ophuijsen ............................................................................. 6
b) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) ........................................................ 6
c) Ejaan Yang Disempurnakan .................................................................. 6
2. Ejaan yang tidak diresmikan ..................................................................... 7
a) Ejaan Melindo ......................................................................................... 7
E. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).......................................................................7

BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia itu pada umumnya berasal dari bahasa melayu, pada zaman
sebelumnya lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu itu banyak juga
bahasa melayu tersebut digunakan sebagai bahasa perdagangan antar pedagang di nusantara
ataupun juga dari luar nusantara. Bahasa melayu itu kemudian menyebar pada pelosok
nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, dan juga makin kokoh keberadannya
dikarenakan bahasa melayu tersebut mudah untuk diterima oleh masyarakat nusantara
disebabkan karena bahasa melayu dapat diterima oleh seluruh kalangan di nusantara.

Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa melayu
tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan islam, baik yang berupa batu
tertulis, seperti tulisan pada batu nisan Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun
hasil-hasil sastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah Fansuri, hikayat raja-raja
Pasai, sejarah melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin.

Keputusan kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara.

Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang
lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa
sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap
pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat
mengungkapkan apa yang ada dibenak mereka. Hanya dengan bahasa, manusia dapat
membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.

Era gobalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama
bahasa yang datang dari luar atau bahasa inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan
ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (lingua franca), maka orang akan
cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris. Tak dipungkiri memang pentingnya
mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan
dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karna yang seperti kita ketahui bahasa merupakan
identitas suatu bangsa.

1
B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Bahasa Indonesia?


2. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan Bahasa
Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia?

C. Tujuan

Sehubungan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa arti dari Bahasa Indonesia.


2. Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan Bahasa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Indonesia

Pengertian bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa
resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Kata bahasa dalam bahasa
Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga sering kali
membingungkan.

Dalam pendidikan formal disekolah menengah, kalau ditanyakan apakah bahasa itu,
biasanya akan menjawab, “bahasa adalah alat komunikasi”. Jadi, fungsi bahasa itu yang
dijelaskan, bukan “sosok” bahasa itu sendiri. Memang benar, fungsi bahasa adalah alat
komunikasi bagi manusia, tetapi pertanyaan yang diajukan diatas bukan “apakah fungsi
bahasa?”, melainkan “apakah bahasa itu?”. Maka jawabannya haruslah berkenaan dengan
“sosok” bahasa itu. Bukan tentang fungsinya. Jawaban terhadap pertanyaan “apakah bahasa
itu ?” yang menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan “sosok” bahasa itu adalah seperti yang
diungkapkan Kridalaksana dalam Abdul Chaer bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 1994:31-32).

B. Sejarah Peristiwa Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik ini
sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh
sebelum indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan
dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di
Indonesia.

Sebagai bangsa Indonesia, kita beruntung sekali memiliki bahasa persatuan yang bisa
dipergunakan sebagai alat komunikasi oleh seluruh elemen bangsa. Bayangkan, bangsa
Indonesia yang terdiri dari beratus-ratus suku bangsa akan mengalami kesulitan yang cukup
serius bila tidak memiliki bahasa nasional yang sama, yakni bahasa Indonesia.

Tidak banyak negara-negara di dunia yang seberuntung Indonesia, bisa memiliki


bahasa nasional. Cobalah kita lihat negara-negara tetangga kita seperti Malaysia, Filipina,
Singapura, India, Australia, bahkan Amerika pun tidak memiliki bahasa nasionalnya. Bahasa
nasional kita, yang dinamakan bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Melayu, yakni salah satu
serumpun bahasa daerah di bumi nusantara ini.

3
A Teeaw dalam Minto Rahayu menjelaskan bahwa Bahasa Indonesia ialah bahasa
perhubungan yang telah berabad-abad tumbuh dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk
di kawasan asia selatan, dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada abad XX,
dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan.

Sedangkan Amin Singgih dalam Minto Rahayu mengatakan bahwa Bahasa Indonesia
ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui, serta digunakan oleh masyarakat seluruh
indonesia sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur daerah yang belum umum dalam
bahasa kesatuan kita. Lebih jauh lagi Purbatjaraka dalam Minto Rahayu mengatakan bahwa
bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa pergaulan
atau lingua franca diseluruh kawasan Asia Tenggara.

Berawal dari peristiwa sejarah Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 yang lahir saat
Kongres Pemuda kedua, di Jakarta, saat itu diputuskanlah pernyataan politik sebagaimana
yang tertuang dalam tiga butir Sumpah Pemuda yakni:

SOEMPAH PEMOEDA

Pertama:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH


JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,


BANGSA INDONESIA

Ketiga:

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENJOENJOENG BAHASA


PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, ditetapkan


Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36, yang menyatakan bahwa
“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, disamping kedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan agama.

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Setiap


tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan negara juga semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia, baik dari
pemerintah maupun masyarakat sangat besar.

4
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didasarkan pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928, terutama butir ketiga. Butir ketiga dalam ikrar Sumpah Pemuda itu
selengkapnya berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
‘bahasa Indonesia”, bukan seperti yang selama ini kita dengar atau kita baca, yakni “Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”.

. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai


(1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu
sebagai suku bangsa yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda,
dan (4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, kita tahu bahwa hambatan
komunikasi antarsuku bangsa yang berbeda latar belakang sosial, budaya, dan bahasa
daerahnya dapat dijembatani, dan segenap anggota masyarakat dari berbagai suku bangsa itu
dapat dipersatukan kedalam satu kesatuan bangsa. Kenyataan itulah yang melatarbelakangi
bahasa Indonesia diberi kedudukan sebagai bahasa nasional.

2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang tinggi bagi bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia memiliki nilai historis, politis, nilai sosiologis, dan nilai estetis yang tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan bangsa Indonesia. Dalam Pasal 25, ayat (3) UUD 1945,
disebutkan bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) Bahasa resmi kenegaraan, (2)
Bahasa pengantar dilembaga pendidikan, (3) Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat
nasional untuk pembangunan dan pemerintahan, serta (4) Bahasa resmi dalam
pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Sebagai bahasa resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa Indonesia bukan hanya


untuk menyampaikan ilmu pengetahuan secara lisan namun juga untuk penulisan bahan ajar
dan dokumen pendidikan yang lain, tetapi juga dapat menjembatani siswa yang bewrasal dari
berbagai suku bangsa. Sebagai alat perhubungan tingkat nasional, digunakan untuk
berkomunikasi dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor,
sosialisasi program dan kebijakan pemerintah ke daerah-daerah yang memiliki berbagai
macam bahasa akan menghadapi kendala apabila tidak ada satu bahasa yang sama.

Sebagai bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan, pemanfaatan ilmu pengetahuan,


dan pemanfaatan teknologi modern, bahasa Indonesia dapat menjadi wahana untuk
mengembangkan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi kepada masyarakat.

5
D. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia

Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara
sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja aksara
Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara jawa, aksara Sunda, aksara Bugis,
aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itru
masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).

1. Ejaan yang Diresmikan

a) Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30) Van Ophuijsen, seorang ahli
bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dipakai
dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyusunan ejaan
itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan
menyusun dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam
ejaan tersebut.

b) Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan
Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang
disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pndidikan Pengajaran dan
Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai
Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
itu, salah satunya adalah sebagai berikut: Huruf /oe/diganti dengan/u/.

c) Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto)


meresmika pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim
disingkat EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57
Tahun 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan bukun kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku
yang beredar yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh
suatu badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan Kebudayaan, yang
diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972. Hasil
kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang diberlakukan dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1976.

6
2. Ejaan yang tidak Diresmikan

a) Ejaan Melindo

Pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonesia dan Melayu


(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperan sebagai ketua
perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di
samping terdapat beberapa kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik
yang terjadi pada kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk
meresmikan ejaan tersebut. Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan
Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat
diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu
lambang, juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan
dalam Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini.

B. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang padea tahun 2015 telah ditetapkan
menjadi Peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Ada tiga hal perubahan yang terjadi pada PUEBI. Perubahan tersebut meliputi
penambahan huruf diftong, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital. Huruf
diftong yang ditambahkan ke PUEBI adalah ‘ei’.

Selain diftong, perubahan juga terjadi pada penggunaan huruf tebal. Penggunaan
huruf tebal ini belim diatur pada ejaan bahasa Indonesia sebelumnya. Pada PUEBI, Huruf
tebal ini dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk
menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.

Dulu belum diatur penggunaan huruf tebal. Sekarang di PUEBI sudah diatur.
Digunakan untuk dua hal. Untuk judul atau sub-sub pada sebuah teks dan digunakan untuk
menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang telah dimiringkan. Perbedaan PUEBI
dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada ejaan bahasa Indonesia
sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis dengan awal huruf kapital. Kini, aturan
tersebut terdapat pada PUEBI.

7
BAB III

KESIMPULAN

Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang dari pada Republik ini
sendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun 1928, jauh
sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa persatuan
dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Saat itu bahasa Indonesia
menjadi bahasa pergaulan antar etnis (lingua franca) yang mampu merekatkan suku-suku di
Indonesia. Dalam perdagangan dan penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai
posisi yang penting.

Bahasa Indonesia memiliki dua fungsi utama, yakni sebagai Bahasa Nasional dan
sebagai Bahasa Negara. Sebagai Bahasa Nasional momen yang tak boleh kita lupakan adalah
Sumpah Pemuda. Sebagai Bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai Identitas
Nasional, Lambang Kebanggaan Bangsa, alat komunikasi, serta sebagai Alat pemersatu
Bangsa yang berbeda suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya.

Sebagai Bahasa Negara berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, sebagaimalat


pengantar dalam dunia pendidikan, sebagai penghubung pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan sebagai
pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.

Sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa Indonesia wajib
digunakan sebagai bahasa pengantar di seluruh lembaga pendidikan. Sebagai konsekuensi
logisnya semua jenjang pendidikan di Indonesia, wajib mengajarkan mata pelajaran bahasa
Indonesia ini dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Dan untuk payung
hukumnya sudah jelas, mulai dari UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Permen No 22 tentang Standar isi sampai dengan SK Dirjen Dikti No 43 Tahun 2006 tentang
Mata Kuliah pengembangan Kepribadian.

Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu memiliki aksara sejak
beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Ada beberapa Ejaan di Indonesia yaitu,
Ejaan yang diresmikan dan Ejaan yang tidak diresmikan. Ada beberapa ejaan yang
diresmikan yaitu Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Ada juga Ejaan yang tidak diresmikan yaitu Ejaan Melindo (Melayu-
Indonesia).

8
DAFTAR PUSTAKA

Alex dan Zcahmad HP, 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

http://indonesiaindonesia.com/f/52479-sejarah-bahasa-indonesia/, diakses tanggal 14 juli


2012

Moller, Andre. Undang-Undang Bahasa, diunduh dari:


http://oase.kompas.com/read/2009/09/25/04555220/undang-undang.bahasa pada
tanggal 28 juni 2012

Muslich,Masnur. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia, dalam


http://muslich-m.blogspot.com/2007/04/kedudukan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html, diakses tanggal 27 juli 2012

Priyanto, Imam Jahrudin, Redaktur Bahasa Pikiran Rakyat.”Rubrik Bahasa: Undang-


Undang Bahasa.”Pikiran Rakyat, 16 Apr 2010, diunduh dari:

http://rubrikbahasa.wordpress.com/2010/04/16/undang-undang-bahasa-2/pada tanggal 28 juli


2012.

Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Sugono, Dendy. Politik Bahasa Nasional dalam Era Otonomi Daerah, Makalah yang
disampaikan pada Seminar Bahasa dan Sastra Daerah Riau.

Anda mungkin juga menyukai