Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

DOSEN PENGAMPUH : HASRI YULIANTI, SST. M.Keb

OLEH :

NAMA : ANGELIN AMALO


TINGKAT : 1 A

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEBIDANAN
2019
ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK
PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI SESUAI DENGAN
BUDAYA DI NUSA TENGGARA TIMUR

1. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Perkawinan.

Berdasarkan pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara
bertahap.

Pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan penuh
kebahagian, dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan.
Pada fase pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang
sebenarnya dari pasangan.

Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan adanya
perbedaan yang terjadi. Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan
dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan sukses mengatasi problema
keluarga dengan berapatasi dan membuat aturan dan kesepakatan dalam rumah tangga maka
fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.

Menurut aspek sosial budaya faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan


mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi,
saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri.

Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan
antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta
kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan
dalam hidup berumah tangga akan tercapai.

Sedangkan menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian
perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak bisa menerima
perubahan sifat dan kebiasaan di awal pernikahan, suami maupun istri tidak berinisiatif
menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama diantara suami dan istri, suami maupun
istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga.
Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan,
perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan,
yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga
masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama lain.

Sebagai contoh :

Suku Rote atau Orang Rote berdiam di Pulau Rote, Ndao dan sebagian pantai barat Pulau
Timor. Suku Rote menjunjung tinggi adat perkawinan sebagai salah satu bagian penting dalam
kehidupan orang Rote. Dalam adat perkawinan suku Rote yang unik, terdapat beberapa tahap
yakni :

a. Melamar

Perkawinan yang dicita-citakan adalah perkawinan yang dilakukan dengan cara


meminang sesuai aturan adat. Cara meminang dilakukan oleh pihak lelaki dengan
mengirim utusan ke pihak wanita. Bila kedua belah pihak mencapai kesepakatan maka
pihak wanita memberikan mbotik kepada pihak pria. Hal ini berarti bahwa lamaran pihak
pria telah diterima dengan senang hati.

Mbotik berbentuk bungkusan yang dibungkus rapi dan dalamnya berisi sirih, pinang,
kapur, tembakau serta kain batik. Utusan yang mengantarkannya berjumlah ganjil yakni
3, 5, 7 dan seterusnya. Setelah pihak laki-laki menerimanya, mbotik dibuka dan isinya
berupa sirih dan kelengkapannya dimakan bersama.

Untuk mendapatkan lamaran sesungguhnya si laki-laki harus melalui semacam ujian


yaitu sang jejaka harus datang pada malam hari untuk menginap di rumah si gadis. Sang
jejaka diharuskan membawa selimut yang harus ditinggalkannya setelah ia berlalu dari
rumah gadis tersebut. Bila selimut tidak dikembalikan oleh orang tua pihak gadis maka
upacara perkawinan dapat dilanjutkan.

b. Persiapan pernikahan

Bila keluarga wanita telah menyutujui dengan mantap peminangan yang dilakukan pihak
pria, maka selanjutnya pria tersebut harus memberikan belis kepada saudara lelaki dari
ibu sang gadis yang dinamakan baihuk. Bila semuanya dibayar lunas, keluarga membawa
kedua calon pengantin menghadap kepala adat. Acara ini dinamakan netudu.

c. Upacara pernikahan

Upacara pernikahan dilakukan secara adat yang berlangsung di rumah keluarga pria.
Semua keluarga dari keduabelah pihak tampak hadir disamping para undangan. Biasanya
keluarga pria menjemput terlebih dahulu calon pengantin wanita untuk dihadirkan di
rumah keluarga pria. Selanjutnya keluarga kedua belah pihak melakukan pesta
perkawinan kemudian makan bersama. Setelah acara selesai dibagi-bagikan pula daging
kepada para undangan sebagai tanda terima kasih.

2. Aspek Sosial Budaya yang berhubungan dengan Kehamilan

Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga kesehatan janin dan menjaga pertumbuhan. Memahami perawatan kehamilan adalah
penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.fakta berbagai kalangan
masyarakat di Indonesia masih banyak ibu ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang
biasa, hal alamiah dan kodrati.Mereka merasa tidak perlu memerikasakan dirinya secara rutin
ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu ibu yang kurang menyadari pentingnya
pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya factor factor resiko tinggi yang
mungkin dialami oleh mereka.Resiko ini bari diketahui pada saat persalinan yang sering kali
karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.Selain
dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah diusia muda
yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu dengan masih adanya
preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku yang menyebabkan
istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka waktu yang relatif pendek,
menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal
ini disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap beberapa
makanan. Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah lagi dengan
pantangan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heraan
kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama dipedesaan. Dikatakan
pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan
karena kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.

Contohnya :

a. Ibu hamil mengurangi makan supaya bayi tidak besar (salah)

Dampak negatif : bayi lahir dengan berat badan rendah.

Seharusnya ibu hamil perlu makan lebih banyak dari biasanya.

b. Ibu hamil dilarang keluar malam. Karena masyarakat percaya hewan/setan akan mengikuti
ibu tersebut

c. Tidak boleh membunuh hewan. Kepercayaan setempat jika membunuh hewan, bayi yang
akan dilahirkan akan cacat

d. Tidak boleh memakan makanan yang pedas. Karena ASI yang di hasilkan ibu akan terasa
pedas.

3. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Persalinan


a. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan
Minyak kelapa memang bikin lancar dan licin. Namun dalam dunia kebidanan minyak
tidak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan persalinan. Jika minum minyak kelapa
dapat membuat ibbu tenang maka diperbolehkan karena minyak kelapa bukan racun.
b. Minum madu dan telur dapat menamhah tenaga untuk persalinan
Minum madu dan telur memang baik, tetapi jika berat badan ibu berkurang. Jika berat
badan ibu naik hentikan meminum madu karena madu mengandung kalori yang cukup
tinggi. Begitu juga dengan telur. Jika memakan telur yang matang maka tidak akan
berbahaya.
c. Ibu dilarang makan makanan yang pedas.
Kenyataannya makanan yang pedas tidak berpengaruh pada produksi ASI
d. Ibu yang hendak melahirkan dianjurkan untuk banyak bergerak. Karena dapat
meregangkan otot panggul dan otot perineum.

4. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dalam Masa Nifas


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamnya enam minggu.
Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa
sesudah persalinan.
a. Masa nifas dilarang makan banyak karena perut akan menjadi besar
Dampak negatif : ibu menjadi kurang gizi, anemia.
Seharusnya ibu nifas makan lebih banyak untuk memulihkan tenaga dan
memproduksi ASI
b. Setelah melahirkan ibbu tidak boleh makan yang berkuah sebab nantinya vagina
akan basah terus.
Justru ibu nifas memerlukan asupan cairan agar produksi ASI lebih banyak
c. Ibu tidak boleh makan ikan karena nanti darah yang keluar akan berbau amis.
Justru ikan merupakan sumber protein dan kaya akan mineral seperti kalsium,
yodium yang baik untuk tubuh ibu~
d. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena akan terkena guna-
guna.
Justru sinar matahari pagi sangat baik untuk ibu dan bayi. Disamping itu, ibu
harus keluar rumah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayinnya termasuk imunisasi.
e. Ibu meminum ramuan
Ramuannya terdiri dari kunyit, lada, kuenter, kulit kayu jati hutan, kulit kayu
ketimun. Biasanya dikeringkan. Setelah itu ramuan direbus, lalu disaring. Karena
hanya airnya rebusan saja yang dipakai.lalu ibu meminum air ramuan ittu setiap
hari dalam batasan waktu tertentu.
Tujuannya adalah mencegah infeksi pada dindinng rahim dan megobati luka pada
rahim.

f. Tatobi (Spa)
Dengan merebus dedaunan seperti daun johar, daun asam, daun damar putih
sampai mendidih. Kemudian dedaunan yang masih panas ditekan-tekan pada
tubuh, dibagian punggung, tangan, kaki dan perut.
Tujuannya adalah untuk merilekskan tubuh ibu.
g. Panggang ibu dan bayi
Biasanya dipanggang menggunakan arang dari kayu kusambing.
Ibu dan bayi masuk ke dalam rumah bulat (beratap alang-alang) kemudian ibu dan
bayi berbaring diatas tempat tidur yang hanya tersisa kayunya saja, kemudian
arang tersebut dtaruh di bawah tempat tidur.
Dampak negatif : ibu dan bayi bisa sesak napas.

5. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Bayi


Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg dengan
panjang 45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat tubuhnya dalam hari-
hari setelah kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama berat tubuhnya akan mulai naik
kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan
beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik lunak dari
kepala disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu dan meutup dengan
sempurna. Fontonel anterror.
Menjadi orang tua baru memang menyenangkan, tapi terkadang juga bisa menjadi gugup
atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun temurun dari orang-
orang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari mitos-mitos yang dianut
orang tua kita. Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak selalu salah, mungkin hanya beda
pengertian saja namun juga tidak semuanya benar, bahkan ada yang benar-benar salah
menurut dokter.

Contohnya :
a. Memberikan minuman kopi hitam kepada bayi kental kepada bayi.
Kopi hitam dipercaya dapat membuat daya tahan tubuh si bayi menjadi kuat
.
b. Tidak boleh duduk di depan pintu saat menggendong bayi.
Kepercayaan masyarakat setempat bahwa setan atau roh jahat sangat menyukai bayi dan
mereka akan berusaha untuk mendekat ke bayi itu.
c. Tidak boleh menyisir rambut bayi. Karena kepala bayi masih lunak.
d. Tidak boleh melihat bayi dari atas kepala. Karena nanti bayi tersebut akan juling
e. Berjemur di pagi hari karena matahari pagi mengadung vitamin D yang baik untuk
pertumbuhan tulang bayi
f. Selalu sematkan kayu ganuak dan bawang putih di baju bayi yang merupakan wangi-
wangian bayi. Dipercaya dapat mengusir roh jahat.

Anda mungkin juga menyukai