Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS “ACUT LUNG


OEDEMA (ALO)” DI RUANG IGD (INSTALASI GAWAT
DARURAT) RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Danang Gumelar (201906015)
2. Febbyana (201906031)
3. Henny Mustika S. (201906037)
4. Inaha Rahma P (201906038)
5. Luthfi Annaufal F. (201906043)
6. Mega Ayu Setya N. (201906045)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Pertama – tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahamat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis mengucapakan terima kasih kepada orang – orang yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyusunan makalah yang berjudul Presentasi Kasus
Dan Asuhan Keperawatan “Acut Lung Oedema”. Dengan adanya penyusunan makalah
ini, semoga kita dapat mengetahui tentang penyakit dan masalah yang dapat
ditimbulkan.
Penulis menyadari mungkin dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya
sempurna, untuk itu dapat kiranya untuk memberikan masukan mengenai laporan ini,
agar kita semua lebih memahami tentang Presentasi Kasus Dan Asuhan Keperawatan
“Acut Lung Oedema”. Walaupun demikian penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Magetan, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………
A. Definisi ……………………………………………………………………
B. Etiologi ……………………………………………………………………
C. Patofisiologi ………………………………………………………………
D. Pathway ……………………………………………………………………
E. Manifestasi Klinis …………………………………………………………
F. Pemeriksaan Diagnostic …………………………………………………
G. Penatalaksanaan …………………………………………………………
H. Konsep Asuhan Keperawatan ……………………………………………
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………………
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan ………………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Edema paru akut merupakan kondisi di mana cairan terakumulasi di dalam
paru-paru, biasanya diakibatkan oleh ventrikel kiri jantung yang tidak memompa
secara adekuat. Edema paru akut terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari
darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran
cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.
Angka kejadian penyakit ini adalah sekitar 14 diantara 100.000 orang/tahun.
Angka kematian melebihi 40%. Tanpa pengobatan yang tepat, 90% kasus berakhir
dengan kematian. Bila pengobatan yang diberikan sesuai, 50% penderita akan
selamat. Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan
sembuh total, dengan atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.
Mengingat begitu berbahayanya edema paru akut bagi kesehatan maka
kelompok akan membahas mengenai edema paru akut dan asuhan keperawatan
yang diberikan. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden edema
paru akut melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud penyakit Acut Lung Oedema ?
2. Apa saja penyebab penyakit Acut Lung Oedema ?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit Acut Lung Oedema ?
4. Bagaimana pathway penyakit Acut Lung Oedema?
5. Apa saja pemeriksaan diagnosik penyakit Acut Lung Oedema ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Acut Lung Oedema ?
7. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan penyakit Acut Lung Oedema ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan penyakit Acut Lung
Oedema?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui lebih jauh tentang penyakit Acut Lung Oedema ?
2. Mengetahui penyebab penyakit Acut Lung Oedema ?
3. Mengetahui patofisiologi penyakit Acut Lung Oedema ?
4. Mengetahui pathway penyakit Acut Lung Oedema?
5. Mengetahui pemeriksaan diagnosik penyakit Acut Lung Oedema ?
6. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit Acut Lung Oedema ?
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit Acut Lung Oedema ?
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny. N dengan penyakit Acut Lung
Oedema?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Acute Lung Oedema (ALO) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang
Terjadi Secara Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam,
2006).
Acute Lung Oedema (ALO) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara
Masif Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan
Respirasi Dan Ancaman Gagal Napas.
Acute Lung Oedema (ALO) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler
Yang Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya ALO dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Edema paru kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau
sistem kardiovaskuler.
a. Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena
adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk
gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak
otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung
yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti
biasa.
b. Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut
beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati
dapat disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis),
penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain
dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri
menjadi lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan
dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan

3
infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban
tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan
mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).
c. Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi
untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat
(stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi).
Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju
paru-paru.
d. Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan
pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri
koronaria.
2. Edema paru non kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi
paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, ALO dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
a. Infeksi pada paru
b. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
c. Paparan toxic
d. Reaksi alergi
e. Acute respiratory distress syndrome (ards)
f. Neurogenik

2.3 Patofisiologi
ALO kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang
mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan
tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis
tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri
alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli ini
sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial
mengalami ALO adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan
atrium kiri >25 mmhg.

4
Sedangkan ALO non-kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh
kerusakan dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel
kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli.
Proses tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih
dan berwarna pink froty. Adanya sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada
alveolus dalam menjalankan fungsinya.

2.4 Pathway

Gagal jantung
kanan/kongesti

Aliran balik darah paru terhambat

Peningkatan tekanan intra kapiler pulmonal

Peningkatan tekanan intra kapiler > tek. interstisial

Timbunan pada alveoli

Oedem paru

Distensi intra pulmonal

Pecahnya pembuluh darah paru


Intoleransi Bersihan jalan
aktivitas napas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas

5
2.5 Manifetasi Klinis
ALO dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),
a. Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi
co. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat
melakukan aktivitas.
b. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal. Adanya
penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih mempersempit
saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena pengaruh gravitasi.
Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapat menyebabkan sesak
napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.
c. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan
secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita tampak mengalami
sesak napas yang berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty).
Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik
1) Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.
2) Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh
lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang
memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.
3) Takikardia dengan S3 gallop.
4) Murmur bila ada kelainan katup.
b. Elektrokardiografi.
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri
atau aritmia bisa ditemukan.

6
c. Laboratorium
1) Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia.
2) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
3) Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG,
enzim jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
4) Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus
tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang
menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang
dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada. X-ray dada
yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-
kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan
opacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan
visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan
ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema,
namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab
yang mungkin mendasarinya.
d. Gambaran Radiologi yang ditemukan :
1) Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)
2) Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)
3) Kranialisasi vaskuler
4) Hilus suram (batas tidak jelas)
5) Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau
nodul milier)
e. Ekokardiografi
Gambaran penyebab gagal jantung : kelainan katup, hipertrofi ventrikel
(hipertensi), Segmental wall motion abnormally (Penyakit Jantung Koroner),
dan umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri.

7
f. Pengukuran plasma B-type natriuretic peptide (BNP)
Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang
mendasari dari pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma B-type
natriuretic peptide (BNP) atau N-terminal pro-BNP. Ini adalah penanda
protein (hormon) yang akan timbul dalam darah yang disebabkan oleh
peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan dari BNP nanogram
(sepermilyar gram) per liter lebih besar dari beberapa ratus (300 atau lebih)
adalah sangat tinggi menyarankan cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain,
nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya menyampingkan gagal jantung
sebagai penyebabnya.
g. Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz)
Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis
(kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan
dimajukan melalui ruang – ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan
kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries (cabang-cabang yang
kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai
kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluh-pembuluh
paru, disebut pulmonary artery wedge pressure. Wedge pressure dari 18
mmHg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic pulmonary
edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmHg biasanya
menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan kateter
Swan-Ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit
(ICU).

2.7 Penatalaksanaan
a. Posisi ½ duduk.
b. Oksigen (90 – 100%) sampai 12 liter/menit bila perlu dengan masker NRBM.
c. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak
bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi,
retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema
secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
d. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.

8
e. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg tiap
5 – 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan
Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5 ug/kgBB.
f. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV
dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat,
dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan
darah sistolik 85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan
darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-
organ vital.
g. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari).
h. Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
i. Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.
j. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.
k. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan
oksigen.
l. Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan
ruptur dinding ventrikel / corda tendinae.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Identitas penderita
Identitas penderita meliputi nama, unsur jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku / bangsa, alamat, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh sesak nafas, badan lemas
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya sesak nafas (+) dan kelemahan

9
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien biasanya pada riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami
sekarang atau kadang-kadang punya riwayat hipertensi, DM, infeksi paru,
TB paru dan lain-lain .
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keturunan yang pernah dialami keluarga seperti DM, penyakit
lain seperti hipertensi.
f. Riwayat psiko sosio spiritual
Peran penderita terhadap keluarga menurun akibat kelemahan dan penyakit
yang diderita, pada riwayat spiritual klien mengalami perubahan dalam
melaksanakan ibadah sehari hari dan merasa ketakutan dengan kematian
yang disebabkan oleh penyakitnya.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Terjadi perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan dan
pemeliharaan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi karena perubahan adanya keluhan pasien berupa mual-muntah,
kehilangan nafsu makan
3) Pola aktivitas dan latihan
Pola pasien ALO akan terjadi kelemahan pada seluruh anggota badan
sehingga aktivitasnya di bantu
4) Pola eliminasi
Pada klien ALO biasanya terjadi penurunan produksi urine
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan yang disebabkan sesak, nyeri, mual-muntah,
gelisah, cemas
6) Pola persepsi dan kognotif
Pada kx ini mengalami penurunan kesadaran yang disebabkan suplay
O2 yang ke otak menurun
7) Pola persepsi diri
Kx merasa dirinya tidak berdaya dan menarik diri karena tidak bisa
merasa apa-apa

10
8) Pola hubungan dan peran
Kx menarik diri dari lingkungan karena menganggap dirinya tidak
berarti
9) Pola produksi dan sexual
Biasanya terjadi perubahan karena adanya kelelahan dan penurunan
kesadaran
10) Pola penanggulangan stress
Adanya kegelisahan, kecemasan dan ketakutan atau depresi yang
disebabkan penyakit yang diderita cara Kx dalam mengatasi masalah
tesebut.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya Kx tidak bisa mengerjakan ibadahnya seperti biasanya
karena disebabkan penyakit
B. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Integumen
Subyektif :-
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
b. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut
meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru,
c. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur,
suara jantung tambahan
d. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

11
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
f. Sistem genitourinaria
Subyektif :-
Obyektif : produksi urine menurun,
g. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
h. Pemeriksaan Penunjang :
- Hb : menurun/normal
- Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal

C. Diagnosa Yang Mungkin Muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan
pemasangan alat bantu nafas
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler pulmonar
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme
sekunder terhadap pemasangan selang endotrakeal
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
otot jantung
5. Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan terhadapprosedur medis
6. Resiko terjadi trauma berhubungan dengan kegelisahan sekunder
terhadap pemasangan alat bantu nafas
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual
sekunder terhadap pemasangan alat bantu nafas
8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang
endotrakeal

12
D. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Intervensi
Tujuan & Kriteria Hasil
1 Dx : 1. Observasi tanda-tanda vital
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan 2. Observasi timbulnya gagal
dengan keadaan tubuh yang lemah nafas
3. Observasi tanda dan gejala
Tujuan : sianosis
setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Atur posisi semi fowler
selama 3 × 24 jam Pola nafas kembali efektif, 5. Berikan terapi oksigenasi
dengan 6. Berikan HE pada pasien tentang
penyakitnya
Kriteria hasil: 7. Kolaborasi dengan tim medis
- Tidak terjadi hipoksia atau hipoksemia dalam memberikan pengobatan
- Tidak sesak
- RR normal (16-20 × / menit)
- Tidak terdapat kontraksi otot bantu nafas
- Tidak terdapat sianosis

2 Dx: 1. Observasi tanda – tanda vital


Gangguan pertukaran Gas berhubungan 2. Atur posisi pasien semi fowler
dengan distensi kapiler pulmonary 3. Bantu pasien untuk melakukan
Tujuan : reposisi secara sering
setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Berikan HE pada pasien tentang
selama 3 × 24 jam Fungsi pertukaran gas penyakitnya
dapat maksimal dengan 5. Berikan terapi
Kriteria hasil: oksigenasiKolaborasi dengan
- tidak terjadi sianosis tim medis dalam memberikan
- Tidak sesak pengobatan
- RR normal (16-20 × / menit)
- BGA normal:
PaO2: 75-100 mm Hg
PaCO2: 35-45 mm Hg
O2CT: 15-23%
SaO2): 94-100%
HCO3): 22-26 mEq/liter
pH: 7.35-7.45

3 Dx kep : 1. Observasi tanda-tanda vital.


Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area 2. Observasi daerah pemasangan
invasi mikroorganisme sekunder terhadap selang endotrakheal
pemasangan selang endotrakeal 3. Lakukan tehnik perawatan
secara aseptic
Tujuan : 4. Berikan HE pada pasien tentang
setelah dilakukan tindakan keperawatan kondisi yang dialaminya
selama 3 × 24 jam Infeksi tidak terjadi, dengan 5. Kolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan
kriteria hasil:
- Pasien mampu mengurangi kontak dengan
area pemasangan selang endotrakeal
- Suhu normal (36,5oC)

13
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Asuhan keperawatan gawat darurat pada Ny.N dengan diagnosa medis ALO di
RSUD dr. Sayidiman Magetan
IDENTITAS
No Rekam Medis : Diagnosa Medis : Alo
Nama : Ny.N Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Umur : 67 tahun
Pekerjaan : IRT Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah Alamat : Trunang
Sumber Informasi : Pasien

TRIAGE P1  P2 P3 P4

PRIMARY SURVEY
GENERAL IMPRESSION
Keluhan utama : Sesak
Mekanisme cedera : Pasien datang di RS diantar keluarga dengan keluhan mengeluh sesak sejak
2 hari, lemas (+), batuk 3 hari, batuk (+), dahak (-), demam naik turun,
keringat dingin (+), oedema (-)
Orientasi : () baik ( ) tidak baik
AIRWAY
Jalan nafas : () paten ( ) tidak paten
Obstruksi : () tidak ada ( ) lidah ( ) cairan ( ) benda asing ( ) spasme jalan nafas
( ) lendir/sputum, warna :
Suara nafas : () normal ( ) snoring ( ) gurgling ( ) stridor ( ) lainnya
Keluhan lain : Tidak ada
BREATHING
Respirasi : 32x/menit
Gerakan dada : () simetris ( ) asimetris
Irama nafas : () cepat ( ) dangkal ( ) normal
Pola nafas : () teratur ( ) tidak teratur
Retraksi otot dada : () ada ( ) tidak
Cuping hidung : ( ) iya ( ) tidak
Sesak nafas : () ada ( ) tidak
Jenis nafas ( ) apneu ( ) dypsnea ( ) bradypnea () tachipnea ( ) ortopnea
:
( ) ceyne stokes ( ) kussmaul
Suara paru : ( ) vesikuler ( ) wheezing ( ) rales ( ) ronki basah/kering ( ) krekles
Keluhan lain : Tidak ada

14
CIRCULATION
Nadi : () teraba kuat () teraba lemah ( ) tidak teraba
Sianosis : ( ) iya () tidak
Akral : () hangat ( ) dingin
CRT : ( ) >2 detik () <2 detik
Perdarahan : ( ) iya () tidak lokasi :
Pucat ( ) iya () tidak
Kehiangan cairan : () tidak ada ( ) diare___x/hari ( ) muntah___x/hari ( ) luka bakar ___%
Turgor : () normal ( ) kurang
TD : 130/80 mmHg
Keluhan lain : Tidak ada
DISABILITY
Respon : () alert ( ) verbal ( ) pain ( ) unrespon
GCS : eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 total: 15
Kesadaran : () komposmetis ( ) delerium ( ) somnolen ( ) sopor ( ) apatis ( ) koma
Pupil : () isokor ( ) unisokor ( ) pinpont ( ) medriasis
Reflek cahaya : () ada ( ) tidak
Kelumpuhan ( ) ada () tidak ada lokasi :
Keluhan lain : Tidak ada
EXPOSURE
Deformitas : ( ) iya () tidak
Contusio : ( ) iya () tidak
Abrasi : ( ) iya () tidak
Penetrasi : ( ) iya () tidak
Burn : ( ) iya () tidak
Tenderness : ( ) iya () tidak
Laserasi : ( ) iya () tidak
Swelling : ( ) iya () tidak
Edema : ( ) iya () tidak
Keluhan Lain : Tidak ada

SECONDARY SURVEY
ANAMNESA
Riwayat penyakit saat ini /alasan MRS :
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari, lemas (+), batuk 3 hari, batuk (+), dahak (-), demam naik turun,
keringat dingin (+), oedema (-), sesak bertambah saat berbaring

Alergi : ( ) obat ( ) makanan ( ) lainya () tidak ada

15
Medikasi sebelum dibawa MRS / penggunaan obat : tidak ada

Riwayat Penyakit Sebelumnya : () DM ( ) HT ( ) jantung ( ) Ashma ( ) lainya

Makan minum terakhir : pukul 07.00 wib

Even/peristiwa penyebab : setelah aktivitas

Tanda-tanda vital :
BP : 130/80mmHg N : 77x/mnt S : 36C RR : 32x/mnt spo2 : 80%
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Dan Leher ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut panjang berwarna putih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada massa, tidak ada pembesaran klenjar tyroid

Dada () ada keluhan ( ) tidak ada keluhan


Bentuk simetris kanan kiri, ada retraksi otot dada, irama nafas cepat. iktus kordis tidak
Inspeksi :
terlihat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada massa,iktus kordis teraba
Perkusi : Terdengar sonor
Auskultasi : Suara paru Ronchi Suara jantung S1-S2 tunggal
+
+

Abdomen ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan


Inspeksi : Bentuk simetris , tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, - -
- -
Perkusi : Terdengar Timpani
Auskultasi : Bising usus 8 x/menit

Pelvis ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan


Inspeksi : Simetris,
Palpasi : Tidak ada pergeseran atau fraktur

Ekstremitas atas/bawah ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan


Inspeksi : Pererakan bebas
Palpasi : Kekuatan otot baik 5 5
5 5

16
Punggung ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Teraba sama

Neurologis ( ) ada keluhan () tidak ada keluhan


GCS `: E=4,V=5,M=6 Kesadaran : Komposmetis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
() Rontgen ( ) CT-Scan ( ) USG ( ) EKG () GDS () DL ( ) Endoskopi ( ) Lainnya
Parameter Hasil Nilai Normal
FAAL GINJAL Rontgen Thorax
BUN 33,6 mg/dl 10 - 25 - Cardiomegali
Kreatinin 0,56 mg/dl L: 0,8 - 1,25
P: 0,7 - 1,20

ELEKTROLIT
Natrium 139
Kalium 5,2
Clorida
99
Kalsium
1,11

GULA DARAH
GDS 180 mg/dl <140

DL
RBC 10,1 4,80 - 10,80
WBC 5,69 4,70 - 6,10
HGB 17,4 14,0 - 18,0
HCT 48,7 42,0 - 52,0
MCV 88,0 81,0 - 99,0
MCH 30,9 27,0 - 31,0
MCHC 35,0 33,0 - 37,0
RDW-SD 41,4 35,0 - 47,0
RDW-CV 12,7 11,5 - 14,5
PLT 293 150 - 450
PDW 13,6 9,00 - 13,0
MPV 10,9 9,70 - 11,1
P-LCR 32,1 15,0 - 25,0
PCT 0,32 0,15 - 6,10

TINDAKAN PENGOBATAN
() Infuse ( ) Hecting ( ) Tranfusi ( ) Pembedahan ( ) Reposisi ( ) Gips () Injeksi () Lainya

17
Infus : Inhalasi
- Nacl 0,9% : 500cc 20tpm, - Nebulazer Combivent 1x

Injeksi IV : Koreksi hiperkalemia :


- Pantoprazole 1x40mg, - D40 1x800mg,
- Ceftriaxone 1x1gr, - Actrapid 1x10 U,
- Solvinex 1x - Ca glukonas 1x1g

Syring Pump :
- Furosemide 20mg 5kg/Jam,

Tanggal pengkajian : 7 Desember 2019 Ttd Pengkaji


Jam : 04.40
Keterangan :
( ………………………………)

18
ANALISA DATA & INTERVENSI KEPERAWATAN

Data Diagnosa Keperawatan


Etiologi Masalah No Intervensi
(Subjektif & Objektif) (Tujuan & Kriteria Hasil)

DS : Edema paru Ketidakefektifan pola 1 Diagnosa keperawatan : NIC : Airway Management


Pasien mengatakan sesak 2 hari ,  nafas Ketidakefektifan pola nafas b/d 1. Auskultasi suara nafas
batuk 3 hari Ketidakmampuan ekspansi paru 2. Posisikan pasien untuk
jantung kiri memaksimalkan ventilasi
DO : memompa Tujuan : 3. Berikan terapi O2
- K.U Lemah  Setelah dilakukan tindakan 4. Ajarkan batuk efektif
- Irama nafas cepat Peningkatan vena keperawatan selama 1x24 jam 5. Kolaborasi dengan tim medis untuk
- Suara paru ronchi Pulmonalis diharapkan pola nafas adekuat memberikan terapi
- Pernafasan cuping hidung 
- Terdapat retraksi otot dada Pembekuan cairan NOC :
- Rogthen thorax ke jaringan - Respiratory status : Ventilation
Pelebaran hilus ( dilatasi vascular intestinal - Respiratory status : Airway
di hilus)  patency
Kranialisasi vascular Alveoli terisi cairan - Vital sign status
- TTV : 
TD : 130/80 mmHg Ekspansi Paru Kriteria hasil :
N : 77x/menit
 - Mendemonstrasikan batuk efektif
S : 36˚C - Menunjukkan jalan nafas yang
Sesak
RR : 32x/menit paten

SPO2 : 80% - Ttv dalam rentang normal
Ketidakefektifan
pola nafas

19
DS : pasien megatakan lemas DM Ketidakseimbangan 2 Diagnosa keperawatan : NIC : Fluid Management
 elektrolit Ketidakseimbangan elektrolit b/d 1. Observasi TTV
DO : Hiperglikemi disfungsi ginjal 2. Berikan cairan melalui IV
- K.U Lemah  3. Edukasi pasien tentang peningkatan
- Mukosa kering Batas melebihi Tujuan : hiperkalemia
- DL batas ginjal Setelah dilakuakn tindakan 4. Kolaborasi dengan tim medis untuk
HCT : 48,7  keperawatan dalam waktu 1x24 jam memberikan terapy
- FAAL GINJAL : Ketidakmampuan diharapkan ketidakseimbangan
BUN : 33,6 mg/dl ginjal menyaring elektrolit teratasi
Creatinin : 0,56 mg/dl darah
GDS : 180 mg/dl  NOC :
- ELEKTROLIT Peningkatan - Fluid balance
Natrium : 139 elektrolit dalam - Hydration
Kalium : 5,2 darah - Nutritional status : food and fluid
Clorida : 99  intake
Kalsium : 1,11 Ketidakseimbangan Kriteria hasil :
elektrolit - TTV dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik
- Mukosa lembab
- Tidak ada rasa haus berlebihan

20
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.S No Rekam Medis : 151675


Diagnose Medis : ALO Tanggal : 7 Desember 2019
Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf

1. Ketidakefektifan pola 1. Mengauskultasi suara nafas (suara S : pasien mengatakan masih sesak
nafas b/d ekspansi paru nafas vesikuler)
2. Memposisikan pasien untuk O :
memaksimalkan ventilasi (semifowler) - KU lemah,
3. Memberikan terapi O2 (NRBU 10 lpm) - Suara nafas : vesikuler,
4. Mengajarkan batuk efektif - Ada retraksi otot dada
5. Berkolaborasi dengan tim medis untuk - TTV
memberikan terapi BP : 130/80 mmHg, HR : 77x/menit, S : 36˚C,
- Infus : Nacl 0,9% : 500cc 20tpm, RR : 26x/menit, SPO2 : 99 %
- Syring Pump : Furosemide 20mg
5kg/Jam, Injeksi IV : Pantoprazole A : ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
1x40mg, Ceftriaxone 1x1gr,
Solvinex 1x P : Lanjutkan intervensi Pasien rawat inap
- Inhalasi Nebulazer Combivent 1x 1. Auskultasi suara nafas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Berikan terapi O2
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapi

21
.
2. Ketidakseimbangan 1. Mengobservasi TTV (BP, HR, RR, S, S : px mengatakan lemas
elektrolit b/d disfungsi SPO2)
ginjal 2. Memberikan cairan intravena (Nacl O :
0,9% 500cc 20 tpm) - KU lemah
3. Mengedukasi pasien tentang - Mukosa : lembab
pengobatan untuk hiperkalemia
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk A : Ketidakefektifan elektrolit teratasi sebagian
memberikan terapi
- Infus : Nacl 0,9% : 500cc 20tpm, P : Lanjutkan intervensi Pasien rawat inap
- koreksi hiperkalemia : D40 1. Observasi TTV
1x800mg, Actrapid 1x10 U, Ca 2. Berikan cairan melalui IV
glukonas 1x1g 3. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan terapy

22
BAB IV

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan Acute Lung
Oedema (ALO) dapat diartikan sebagai penumpukan cairan oleh karena adanya
aliran cairan atau darah ke ruang interstisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru,
bronkus, bronkiolus.
4.2 Saran
Agar semua orang lebih mengenal tentang edema paru serta lebih
memperhatikan kesehatan masing-masing.

23
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Colquhaun, M. C, 2004. ABC of Resusitation 5th Edition. London: BMJ Publishing

Frizzell, et all, 2001. Handbook of Pathophysiology. New York: Springhouse corp

Griffiths, M. J. D, 2004. Respiratory Management in Critical Care. London: BMJ


Publishing

Hudak&Gallo, 2005. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC

Price, Wilson, 2006. Patolofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


EGC

Smeltzer, BG., 2000. Brunner’s and Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing
3 ed. Philadelpia: LWW Publisher

24

Anda mungkin juga menyukai