Ppok Jurnal Indo PDF
Ppok Jurnal Indo PDF
83
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata
84 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Berilah tanda cek pada kotak yang sesuai dengan kondisi anda
(hanya 1 kotak)
Gambar 1. Combined COPD Assessment.1
mMRC Level 0. Saya merasa sesak ketika melakukan
olahraga berat.
Klasifikasi pasien berdasarkan Combined COPD mMRC Level 1. Nafas saya menjadi pendek-pendek ketika
Assessment: berjalana tergesa-gesa menggunakan tongkat atau
berjalan mendaki bukit yang landai.
1. Kelompok A – Rendah Risiko, Sedikit Gejala
mMRC Level 2. Saya berjalan lebih lambat dari orang
Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2, seusia karena nafas saya menjadi sesak, atau saya
mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali harus berhenti sejenak untuk mengambil nafas ketika
berjalan menaik.
dalam setahun dan tidak pernah mengalami mMRC Level 3. Saya berhenti untuk mengambil nafas
perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta setelah berjalan kurang lebih 100 meter atau setelah
hasil penilaian CAT score<10 atau mMRC grade beberapa menit dengan menggunakan menaik
mMRC Level 4. Saya terlalu sesak untuk pergi keluar
0-1.1 rumah atau saya merasa sesak ketika memakai atau
2. Kelompok B – Rendah Risiko, Banyak Gejala melepaskan baju.
Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2,
mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali
dalam setahun dan tidak pernah mengalami TATALAKSANA
perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta
hasil penilaian CAT score ≥10 atau mMRC grade Prinsip penatalaksanaan PPOK diantaranya
≥2.1 adalah sebagai berikut :
3. Kelompok C – Tinggi Risiko, Sedikit Gejala •• Berhenti Merokok
Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/ •• Terapi farmakologis dapat mengurangi gejala,
atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per mengurangi frekuensi dan beratnya eksaserbasi
tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah dan memperbaiki status kesehatan dan toleransi
sakit akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian aktivitas.
CAT score<10 atau mMRC grade 0-1.1 •• Regimen terapi farmakologis sesuai dengan
4. Kelompok D – Tinggi Risiko, Banyak Gejala pasien spesifik, tergantung beratnya gejala, risiko
Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/ eksaserbasi, availabilitas obat dan respon pasien.
atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per •• Vaksinasi Influenza dan Pneumococcal
tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah •• Semua pasien dengan napas pendek ketika
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 85
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata
berjalan harus diberikan rehabilitasi yang akan status kesehatan (Evidence A), serta memperbaiki
memperbaiki gejala, kualitas hidup, kualitas efektivitas rehabilitasi pulmonal (Evidence B).
fisik dan emosional pasien dalam kehidupannya Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan
sehari-hari. antikolinergik adalah mulut kering. Meskipun bisa
menimbulkan gejala pada prostat tapi tidak ada data
Terapi farmakologi yang dapat membuktikan hubungan kausatif antara
gejala prostat dan penggunaan obat tersebut.
A. Bronkodilator
Bronkodilator adalah pengobatan yang berguna B. Methylxanthine
untuk meningkatkan FEV1 atau mengubah variable Contoh obat yang tergolong methylxanthine
spirometri dengan cara mempengaruhi tonus otot adalah teofilin. Obat ini dilaporkan berperan dalam
polos pada jalan napas. perubahan otot-otot inspirasi. Namun obat ini tidak
•• β2Agonist (short-acting dan long-acting) direkomendasikan jika obat lain tersedia.25
Prinsip kerja dari β2 agonis adalah relaksasi
otot polos jalan napas dengan menstimulasi reseptor C. Kortikosteroid
β2 adrenergik dengan meningkatkan C-AMP dan Kortikosteroid inhalasi yang diberikan secara
menghasilkan antagonisme fungsional terhadap regular dapat memperbaiki gejala, fungsi paru, kualitas
bronkokontriksi. Efek bronkodilator dari short acting hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada
β2 agonist biasanya dalam waktu 4-6 jam. Penggunaan pasien dengan FEV1<60% prediksi.25
β2 agonis secara reguler akan memperbaiki FEV1
dan gejala (Evidence B). Penggunaan dosis tinggi D. Phosphodiesterase-4 inhibitor
short acting β2 agonist pro renata pada pasien yang Mekanisme dari obat ini adalah untuk mengurangi
telah diterapi dengan long acting broncodilator tidak inflamasi dengan menghambat pemecahan intraselular
didukung bukti dan tidak direkomendasikan. C-AMP. Tetapi, penggunaan obat ini memiliki efek
Long acting β2 agonist inhalasi memiliki waktu samping seperti mual, menurunnya nafsu makan, sakit
kerja 12 jam atau lebih. Formoterol dan salmeterol perut, diare, gangguan tidur dan sakit kepala.
memperbaiki FEV1 dan volume paru, sesak napas,
health related quality of life dan frekuensi eksaserbasi Terapi Farmakologis Lain
secara signifikan (Evidence A), tapi tidak mempunyai •• Vaksin :vaksin pneumococcus direkomendasikan
efek dalam penurunan mortalitas dan fungsi paru. untuk pada pasien PPOK usia > 65 tahun
Salmeterol mengurangi kemungkinan perawatan di •• Alpha-1 Augmentation therapy: Terapi ini
rumah sakit (Evidence B). Indacaterol merupakan ditujukan bagi pasien usia muda dengan defisiensi
Long acting β2 agonist baru dengan waktu kerja 24 alpha-1 antitripsin herediter berat. Terapi ini
jam dan bekerja secara signifikan memperbaiki FEV1, sangat mahal, dan tidak tersedia di hampir
sesak dan kualitas hidup pasien (Evidence A). Efek semua negara dan tidak direkomendasikan
samping adanya stimulasi reseptor β2 adrenergik untuk pasien PPOK yang tidak ada hubungannya
dapat menimbulkan sinus takikardia saat istirahat dengan defisiensi alpha-1 antitripsin.
dan mempunyai potensi untuk mencetuskan aritmia. •• Antibiotik: Penggunaannya untuk mengobati
Tremor somatic merupakan masalah pada pasien infeksi bakterial yang mencetuskan eksaserbasi
lansia yang diobati obat golongan ini. •• Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator)
•• Antikolinergik dan antioksidan: Ambroksol, erdostein,
Obat yang termasuk pada golongan ini adalah carbocysteine, ionated glycerol dan
ipratropium, oxitropium dan tiopropium bromide. Efek N-acetylcystein dapat mengurangi gejala
utamanya adalah memblokade efek asetilkolin pada eksaserbasi.
reseptor muskarinik. Efek bronkodilator dari short •• Immunoregulators (immunostimulators, im-
acing anticholinergic inhalasi lebih lama dibanding munomodulator)
short acting β2 agonist. Tiopropium memiliki waktu •• Antitusif: Golongan obat ini tidak direkomen-
kerja lebih dari 24 jam. Aksi kerjanya dapat mengurangi dasikan.
eksaserbasi dan hospitalisasi, memperbaiki gejala dan •• Vasodilator
86 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014 87
Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata
88 Ina J Chest Crit and Emerg Med | Vol. 1, No. 2 | June - August 2014