Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyaknya kasus “kelalaian atau kesalahan medis” dan pasien yang belum
memperoleh haknya dalam pelayanan medis merupakan masalah yang sangat
krusial dewasa ini. Berbagai tuntutan atau gugatan terhadap kasus “kelalaian atau
kesalahan medis” yang terjadi di rumah sakit menandakan kesadaran dan
pemahaman pasien yang terus meningkat. Pasien mulai memperjuangkan hak
mereka jika terjadi pelanggaran hukum dalam pemberian pelayanan medis.
Sesuai dengan data yang ada pada Ikatan Dokter Indonesia (IDI), untuk
wilayah Jakarta, dalam setiap minggu terdapat satu kali pengaduan dugaan
malpraktik medis yang disampaikan kepada IDI dan sekitar 90% malpraktik medis
tersebut dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit (Gatra, 2001). Pada periode
1998 - 2004, terdapat 306 pengaduan kasus ketidakpuasan konsumen kesehatan
yang disampaikan kepada YPKKI (Pikiran Rakyat, 2005). Setiap tahun, sedikitnya
sepuluh orang melakukan pengaduan kepada LBH karena tindakan dokter atau
petugas kesehatan yang mengakibatkan kecacatan atau kematian pasien
(Banjarmasin Post Cyber Media, 2004). Untuk mengatasi masalah tersebut telah
ditetapkan berbagai kebijakan dibidang pelayanan medis dalam rangka memberikan
perlindungan pada hak pasien yang antara lain adalah UU Kesehatan dan UU
Praktik Kedokteran, agar tujuan kebijakan tersebut dapat dicapai perlu adanya peran
aktif seluruh pihak.
Menurut Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pengertian
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit dalam memberikan layanan
kepada masyarakat selalu memperhatikan mutu dari layanan tersebut. Salah satu
indikator untuk mengukur mutu suatu layanan di rumah sakit adalah dengan
menggunakan Standar Akreditasi KARS 2012. Standar akreditasi dalam KARS
1
2012 terdiri dari empat kelompok standar yaitu kelompok standar pelayanan
berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen rumah sakit, sasaran
keselamatan pasien rumah sakit, dan sasaran millennium development goals.
(Islamy, 2001). Salah satu standar dalam KARS 2012 yang dinilai adalah mengenai
Hak Pasien dan Keluarga (HPK).
Hak pasien dan keluarga harus dipenuhi dengan menghormati kepercayaan
dan nilai-nilai, serta memberikan pelayanan dengan penuh perhatian dan hormat.
Standar ini mengemukakan proses untuk mengindetifikasikan, melindungi, dan
meningkatkan hak-hak pasien, memberitahukan pasien dan keluarga tentang hak
mereka, dalam keputusan tentang pelayanan pasien, mendapatkan persetujuan
tindakan (informed consent), dan mendidik staf tentang hak pasien dan keluarga.
Hasil perawatan akan menjadi lebih baik jika pasien dan bila perlu, keluarganya atau
wakil mereka yang mengambil keputusan bagi mereka, dilibatkan dalam
pengambilan keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan rasa budaya
mereka. Berdasarkan latar belakang tersebut, hak pasien dan keluarga dapat lebih
diketahui oleh masyarakat luas termasuk praktisi kesehatan sehingga dapat menekan
angka kejadian pengaduan masyarakat kepada LBH terkait pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan Komisi Akreditasi Rumah Sakit versi
2012, menempatkan Hak Pasien dalam bab tersendiri yaitu Bab Hak Pasien dan
Keluarga (HPK). Ada 11 Standar dan 16 Sub Standar dalam bab HPK ini. Salah satu
elemen penilaian di standar 1 HPK adalah rumah sakit menghormati hak pasien, dan
dalam beberapa situasi hak dari keluarganya, untuk mendapatkan hak istimewa dalam
menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh
disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, dalam situasi tertentu. Bab ini membahas
proses untuk mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak-hak pasien; memberi
informasi kepada pasien tentang hak mereka; melibatkan keluarga pasien, bila
memungkinkan, dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan pasien;
mendapatkan informed consent, dan mendidik staf tentang hak-hak pasien. Informasi
lebih lanjut tentang masing-masing standar dapat dilihat di bawah ini.
3
HPK.1.2 Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
HPK.1.3 Rumah sakit mengambil langkah-langkah melindungi harta benda
pasien dari pencurian atau hilang.
HPK.1.4 Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
HPK.1.5 Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka
yang berisiko mendapatkan perlindungan yang memadai.
HPK.1.6 Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
4
HPK.2.3 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak
memberikan pernapasan buatan; dan meneruskan atau menghentikan perawatan
yang mempertahankan denyut kehidupan.
HPK.2.4 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan
pengelolaan rasa sakit yang tepat.
HPK.2.5 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan
penuh rasa hormat dan kasih sayang menjelang akhir kehidupannya.
HPK.4 Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam mengidentifikasi
nilai-nilai dan kepercayaan.
Maksud HPK.4 adalah rumah sakit mendidik semua staf tentang hak pasien dan
keluarganya. Pendidikan membuat staf dapat menerima nilai dan kepercayaan yang
berbeda dari pasien. Pendidikan tersebut termasuk bagaimana staf ikut serta dalam
mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan bagaimana mereka menghargai
nilai dan kepercayaan tersebut dalam proses pelayanan.
5
HPK.5 Setiap pasien dijelaskan mengenai hak mereka dengan cara dan bahasa
yang dapat mereka pahami.
Maksud HPK.5 adalah masuk sebagai pasien rawat inap atau terdaftar sebagai
pasien rawat jalan di rumah sakit dapat membuat pasien takut dan bingung sehingga
mereka sulit memahami hak dan bertindak sesuai dengan tanggung jawab mereka. Oleh
karena itu, rumah sakit menyediakan pernyataan tertulis hak dan tanggung jawab pasien
dan keluarganya yang diberikan kepada pasien pada saat masuk rawat inap atau didaftar
sebagai pasien rawat jalan dan tersedia pada setiap kunjungan atau selama dirawat,
misalnya pernyataan tersebut dapat dipasang di salah satu sudut ruangan rumah sakit.
Pernyataan ini disesuaikan dengan umur, pemahaman, dan bahasa pasien. Bila
komunikasi tertulis tidak elektif atau tidak sesuai, pasien dan keluarganya diberi
penjelasan tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan bahasa dan cara yang tepat.
6
ditugaskan telah dilatih memberikan penjelasan dan mendapatkan dokumen persetujuan
tersebut.
HPK.9 Rumah Sakit mempunyai sebuah komite atau mekanisme lain untuk
melakukan pengawasan atas semua penelitian di rumah sakit tersebut yang
melibatkan manusia sebagai subjeknya.
7
Maksud HPK.9 adalah bila rumah sakit melakukan penelitian klinis, investigasi
atau trial yang melibatkan pasien sebagai subjeknya, maka ditetapkan komite atau suatu
mekanisme lain yang melakukan pengawasan atas seluruh kegiatan tersebut. Rumah
sakit membuat pernyataan tentang maksud pengawasan kegiatan tersebut, Pengawasan
kegiatan tersebut termasuk penelaah prosedur seluruh protocol penelitian, prosedur
menimbang risiko relatif dan manfaat bagi subjek, prosedur yang terkait dengan
kerahasiaan dan keamanan atas informasi penelitian.
8
Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.
Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit. Meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya.
Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya.
Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
9
Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sementara itu, ada kewajiban yang perlu dipenuhi oleh pasien yang diatur
dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, yang meliputi:
Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.
Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Dalam pelaksanaannya, masih banyak pasien yang belum memahami hak dan
kewajiban ini, misalnya jika pasien ragu-ragu tentang penyakitnya, ia berhak mencari
second opinion dan boleh bertanya ke dokter lain. Tentu saja dokter yang kompeten
terhadap penyakitnya. Begitu juga dengan hak-hak pasien yang lain, pasien juga berhak
mendapat pelayanan yang layak yang terstandarisasi. Informasi tentang hak dan
kewajiban pasien ini dilakukan dengan memberikan penjelasan secara lisan oleh para
petugas dan formulir tertulis yang dapat dipelajari oleh pasien dan keluarga. Disamping
informasi lisan, dapat juga disiapkan satu formulir yang berisi catatan tentang hak-hak
pasien yang diberikan kepada setiap pasien yang masuk rawat inap. Sementara itu,
untuk pasien rawat jalan, diberikan informasi melalui poster sehingga para pasien
mengerti hak-haknya di rumah sakit. Apabila pasien merasa ada hak-haknya dilanggar
silakan dikomunikasikan dengan rumah sakit supaya rumah sakit dapat memberikan
penjelasan, informasi maupun perbaikan perlakuan.
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Ameln, F., 2009, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta.
Banjarmasin Post Cyber Media, 13 Oktober 2004. Belajar Dari Negeri Orang.
Banjarmasin Post Cyber Media.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131 Tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Pikiran Rakyat Cyber Media, 30 April 2005, Malapraktik Meningkat, 206 Kasus
Menanti LBH: Gugatan Sebagian Besar Diajukan Pasien Keluarga Miskin.
Pikiran Rakyat Cyber Media.
12