Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN URULOGI

1. RPG
Indikasi Pemeriksaan
· Stricture uretra
· Batu uretra
· Uretris injuri
· Renal pelvic neoplasm
· Renal calculi
· Ureteric fistule
· Accidential ureteric ligation

Kontraindikasi Pemeriksaan
·Urethritis
Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada tractus
urinari distal dan proximal.
·Stricture urethra
Bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.

Prosedur Pemeriksaan
a) Persiapan Pasien
Sama seperti persiapan pada pemeriksaan BNO-IVP, yakni :
1. Hasil ureum dan creatinin normal
2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat,
misalnya bubur kecap.
3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
4. Selanjutnya pasien puasa sampai pemeriksaan selesai dilakukan
5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk
meminimalisasi udara dalam usus
6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
b) Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan
cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra
sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.

Gambaran RPG
Indikasi RPG adalah untuk melihat anatomi traktus urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini
dikerjakan apabila pielografi intravena tidak berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus
urinarius bagian atas.

2. BNO-IVP
Indikasi Pemeriksaan BNO-IVP
Indikasi pemeriksaan Bno-IVP ini antara lain untuk melihat batu ginjal, batu saluran
kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu ureter, tumor, dan hipertrofi prostat.

Persiapan Pemeriksaan BNO-IVP


Pemeriksaan BNO-IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan
diberikan kastor oli (catharsis) atau laksansia untuk membersihkan kolon dari feses yang
menutupi daerah ginjal (Nurlela Budjang, 2010). Berikut adalah tahap persiapan pemeriksaan
radiologi BNO-IVP :
 Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
 Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan kolon dari
feses yang menutupi daerah ginjal
 Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
 Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
 Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk mendistensikan
lambung dan gas
 Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
 Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap penggunaan
kontras

Membaca Hasil Pemeriksaan BNO-IVP


Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos abdomen.
Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah bayangan, besar (ukuran), dan posisi
kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran
dalam ginjal. Harus diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.

Menurut Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah penyuntikan,


ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak waktu setelah disuntik kontras
intravena,masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan proccecus
xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi 3 reati kalises
pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti
foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media
tetap berada pada 3reati pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter
diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit kelima.
Gambar 3. Foto menit ke-5

5. Delapan sampai 15 menit


Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik, maka foto
diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografi untuk memperjelas bayangan.
Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviokaliseal, ureter dan buli-buli
mulai terisi media kontras dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen,
pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan umbilicus.

5. Duapuluh lima sampai 30 menit


Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan menggunakkan kaset
ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah menit ke -30 diharuskan meminum
air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal
mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-
posterior sama seperti foto abdomen.
Gambar 5. Foto menit ke-20 – 30
5. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam Setelah masuk ke
menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan
pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih
kemudian di foto kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 6. Foto menit ke 60 atau lebih

5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void. Yang terakhir
lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil
yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya
ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus posthematuri.
Gambar 7. Foto Post Void

Gambaran BNO-IVP normal


Pada IVP normal akan diperoleh gambaran bentuk kedua ginjal seperti kacang. Kutub atas ginjal
kiri setinggi Th11, bagian bawah, batas bawah setinggi korpus vertebrae L3. Ginjal kanan letaknya
kira-kira 2 cm lebihi rendah daripada yang kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak, dan
pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal menjadi
lebih jelas terlihat. Pelvis renal kemudian dilanjutkan dengan kalik mayor, biasanya 2. Dari kalik
mayor dilanjutkan dengan kolik minor. Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter ini
berjalan lurus dari pelvis renalis ke daerah pertengahan sacrum dan berputar lateral dalam suatu
arkus, turun ke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli-buli. Tiga
tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada sambungan pelvis dan ureter, ureter dengan
buli-buli, dan pada persilangan pada pembuluh darah iliaka.

Kontraindikasi IVP
 Alergi terhadap media kontras
 Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
 Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
 Multi myeloma
 Neonatus
 Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
 Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
 Hasil ureum dan creatinine tidak normal

3. CT SCAN

Pada CT, ginjal-ginjal akan tampak transversal oval pada kedua kutub, dab bayangan bulan sabit
didaerah sabit di daerah hilus. Densitas parenkim 10-30 HU bergantung pada stadium hidrasi. Pada
foto polos tampak densitas yang homogen. Dengan menyuntikan kontras urografin 50 ml, maka
didaerah kontras tampak opak ; medulla pyramid, hipodens, pada fasearterial yang dini yang
analog dengan arteriografi. Korteks yang opak akan berkurang pada fase lanjut
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX

1. RONTGEN THORAKS

INDIKASI PEMERIKSAAN

Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :

1. Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya : TBC Paru, bronkitis, Pneumonia

2. Batuk kronis

3. Batuk berdarah

4. Trauma dada

5. Tumor

6. Nyeri dada

7. Metastase neoplasma

8. Penyakit paru akibat kerja

9. Aspirasi benda asing

PERSIAPAN PEMERIKSAAN

1. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan

2. Memilih teknik radiografi yang tepat

3. Memberikan instruksi kepada pasien

POSISI PEMERIKSAAN

1. Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.
2. Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih
besar dari posisi PA.

3. Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi
lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi
berdiri.
4. Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas
dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring
pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita dan diberikan
sinar dari belakang arah horizontal.

5. Posisi Apikal (Lordotik)

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah
apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin
diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.

6. Posisi Oblique Iga

Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau bila
terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat
setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa
tidak terlihat.

7. Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan
ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax
yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.

SYARAT / KRITERIA GAMBARAN FOTO THORAX PA

1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover

2. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)

3. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis tidak terpotong

4. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri

5. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula

6. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior

7. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 1-4

8. Tampak Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3 atau 4

9. Tampak gambaran vaskularisasi paru10. Diafragma terlihat naik, tampak gambaran


jantung
Barium studies (meal, swallow, follow-through, enema, enteroclysis)

• Barium swallow untuk Oesophagus tidak perlu persiapan.

• Barium meal untuk stomach/ lambung perlu puasa 5 jam dan dilarang untuk
merokok.

• Barium enema, follow-through and enteroclysis perlu persiapan tambahan (diet


makan bubur kecap), serta puasa 5 jam.

Perjanjian :

• Tidak perlu perjanjian pada pemeriksaan oesophagus.

• Perlu perjanjian 1 hari sebelumnya pada pemeriksaan lainnya.

Gambaran Normal

Radioanatomi toraks proyeksi PA/ AP

- Trakea dan brous kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang superposisi dengan
vertebra

Gambar 6. Trakea dan bronkus utama terlihat lusen.

- Hillus terdiri dari arteri, vena, bronkus dan limfe


Gambar 7. Hillus paru pada foto toraks PA dan lateral.

- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus kostofrenikus. Sinus
kostofrenikus normal berbentuk lancip.
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus kardiofrenikus.
- Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi kedua
diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1,5
cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.

Gambar 8. Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai tinggi kubah
diafragma.

- Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan bersambung dengan
mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah kiri kolumna
vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut
pinggang jantung.
- Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
- Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial appendage).
- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan konveks
ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu disebut
sebagai apex jantung.
- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-vertebral kiri
dari arkus sampai diafragma.

Gambar 9. Radioanatomi foto toraks PA

- Apeks paru terletak di atas bayangan os clavikula.


- Lapangan atas paru berada di atas iga 2 anterior, lapangan tengah berada antara iga 2-4 anterior
dan lapangan bawah berada di bawah iga 4 anterior.

Radioanatomi toraks proyeksi lateral

- Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan yang merupakan
lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial. Kebelakang, lengkungan ini menjadi
lengkungan aorta.
- Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini menempati sepertiga
tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang. Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri
yang merupakan batas belakang bawah jantung.
- Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada di depan kolumna
vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut ruang belakang jantung (retrocardiac
space) yang radiolusen karena adanya paru-paru.
- Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.

Gambar 10. Radioanatomi foto toraks Lateral kiri

Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu :

- Lobus superior kanan (right upper lobe/ RUL)


- Lobus media kanan (right middle lobe/ RML)
- Lobus inferior kanan (right lower lobe/ RLL)

Paru kiri terdiri dari 2 lobus

- Lobus superior kiri (Left upper lobe/ LUL) dan lingula


- Lobus inferior kiri (Left lower lobe/ LLL)

Gambar 11. Radioanatomi lobus paru kanan radiografi toraks PA dan lateral
Gambar 12. Radioanatomi lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral

Mediastinum terdiri dari :

- Mediastinum superior (dari aperture toracis sampai arcus aorta)


- Mediastnum anterior (daerah antara sternum dengan pericardiumsisi anterior)
- Mediastinum media (jantung)
- Mediastinum posterior (pericardium sisi posterior sampai vertebra)

Gambar 13. Radiografi toraks lateral. Mediastinum.


Cara pengukuran Cardio Thoracic Ratio (CTR)

- Ditarik garis M yang berjalan di tengah-tengah kolumna vertebralis torakalis.


- Garis A adalah jarak antara M dengan batas jantung sisi kanan yang terjatuh.
- Garis B adalah jarak antara M dengan batas kiri jantung yang terjatuh.
- Garis transversal C ditarik dari dinding toraks sisi kanan ke dinding toraks sisi kiri. Garis ini
melalui sinus kardiofrenikus kanan. Bila sinus-sinus kardiofrenikus ini tidak sama tingginya,
maka garis C ditarik melalui pertengahan antara kedua sinus itu. Ada pula yang menarik garis
C ini dari sinus kostofrenikus kanan ke sinus kostofrenikus kiri. Perbedaan kedua cara ini tidak
begitu besar, sehingga dapat dipakai semuanya.

Gambar 14. Cara pengukuran CTR

Rumus :
Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang dari 50%.

Pada umumnya jantung mempunyai batas radio-anatomis sebagai berikut :

- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka garis A ini
panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di bawah tepi
manubrium sterni.

2. CT Thorax

Indikasi :
a) Menilai hasil foto thorax yang abnormal.
b) Membantu menegakkan diagnosis penyakit dengan gejala klinik, seperti batuk, sesak
nafas, nyeri dada atau demam.
c) Mendeteksi dan mengevaluasi tumor di dada atau metastasis tumor.
d) Penilaian respon tumor terhadap pengobatan.
e) Merencanakan terapi radiasi.
f) Mengevaluasi injuri dada, termasuk pembuluh darah, paru, costae dan vertebrae.
g) Evaluasi lebih lanjut terhadap temuan abnormal pada USG fetal.
h) Pada penyakit paru, seperti ca paru, pneumonia baru/ lama, TB, bronkiektasis, inflamasi
pleura, penyakit intertisial paru difus dan kelainan kongenital.

Gambar 8. Contoh CT Scan Thorax


Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang menyangkut
posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui

Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
b. Posisi Objek
Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital
plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan
lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk
mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada
head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.

Anda mungkin juga menyukai