1. RPG
Indikasi Pemeriksaan
· Stricture uretra
· Batu uretra
· Uretris injuri
· Renal pelvic neoplasm
· Renal calculi
· Ureteric fistule
· Accidential ureteric ligation
Kontraindikasi Pemeriksaan
·Urethritis
Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi pada tractus
urinari distal dan proximal.
·Stricture urethra
Bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan.
Prosedur Pemeriksaan
a) Persiapan Pasien
Sama seperti persiapan pada pemeriksaan BNO-IVP, yakni :
1. Hasil ureum dan creatinin normal
2. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat,
misalnya bubur kecap.
3. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
4. Selanjutnya pasien puasa sampai pemeriksaan selesai dilakukan
5. Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk
meminimalisasi udara dalam usus
6. Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
b) Prosedur Pemeriksaan
Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan
cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra
sebelum pemeriksaan mulai dilakukan.
Gambaran RPG
Indikasi RPG adalah untuk melihat anatomi traktus urinarius bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini
dikerjakan apabila pielografi intravena tidak berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus
urinarius bagian atas.
2. BNO-IVP
Indikasi Pemeriksaan BNO-IVP
Indikasi pemeriksaan Bno-IVP ini antara lain untuk melihat batu ginjal, batu saluran
kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu ureter, tumor, dan hipertrofi prostat.
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void. Yang terakhir
lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil
yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya
ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus posthematuri.
Gambar 7. Foto Post Void
Kontraindikasi IVP
Alergi terhadap media kontras
Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
Multi myeloma
Neonatus
Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
Hasil ureum dan creatinine tidak normal
3. CT SCAN
Pada CT, ginjal-ginjal akan tampak transversal oval pada kedua kutub, dab bayangan bulan sabit
didaerah sabit di daerah hilus. Densitas parenkim 10-30 HU bergantung pada stadium hidrasi. Pada
foto polos tampak densitas yang homogen. Dengan menyuntikan kontras urografin 50 ml, maka
didaerah kontras tampak opak ; medulla pyramid, hipodens, pada fasearterial yang dini yang
analog dengan arteriografi. Korteks yang opak akan berkurang pada fase lanjut
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX
1. RONTGEN THORAKS
INDIKASI PEMERIKSAAN
2. Batuk kronis
3. Batuk berdarah
4. Trauma dada
5. Tumor
6. Nyeri dada
7. Metastase neoplasma
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
POSISI PEMERIKSAAN
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.
2. Posisi AP (Antero Posterior)
Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan
dibawah punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih
besar dari posisi PA.
Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri
kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi
lateral kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi
berdiri.
4. Posisi Lateral Dekubitus
Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas
dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring
pada satu sisi (kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita dan diberikan
sinar dari belakang arah horizontal.
Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah
apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin
diperiksa dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau bila
terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat
setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa
tidak terlihat.
7. Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan
ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax
yang diduga secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.
• Barium meal untuk stomach/ lambung perlu puasa 5 jam dan dilarang untuk
merokok.
Perjanjian :
Gambaran Normal
- Trakea dan brous kanan kiri terlihat sebagai lesi lusen (hitam) yang superposisi dengan
vertebra
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan iga disebut degan sinus kostofrenikus. Sinus
kostofrenikus normal berbentuk lancip.
- Sudut yang dibentuk oleh diafragma dengan bayangan jantung disebut sinus kardiofrenikus.
- Diafragma terlihat sebagai kubah di bawah jantung dan paru. Perbedaan tinggi kedua
diafragma yang normal adalah 1-1,5 cm. Tinggi kubah diafragma tidak boleh kurang dari 1,5
cm. Jika kurang dari 1,5 cm maka diafragma dikatakan mendatar.
Gambar 8. Diafragma pada foto toraks PA. Cara menilai tinggi kubah
diafragma.
- Batas jantung di kanan bawah dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kanan bersambung dengan
mediastinum superior yang dibentuk oleh v. cava superior.
- Batas jantung disisi kiri atas dibentuk oleh arkus aorta yang menonjol di sebelah kiri kolumna
vertebralis. Di bawah arkus aorta ini batas jantung melengkung ke dalam (konkaf) yang disebut
pinggang jantung.
- Pada pinggang jantung ini, terdapat penonjolan dari arteria pulmonalis.
- Di bawah penonjolan a. Pulmonalis terdapat aurikel atrium kiri (left atrial appendage).
- Batas kiri bawah jantung dibentuk oleh ventrikel kiri yang merupakan lengkungan konveks
ke bawah sampai ke sinus kardiofrenikus kiri. Puncak lengkungan dari ventrikel kiri itu disebut
sebagai apex jantung.
- Aorta desendens tampak samar-samar sebagai garis lurus yang letaknya para-vertebral kiri
dari arkus sampai diafragma.
- Di belakang sternum, batas depan jantung dibentuk oleh ventrikel kanan yang merupakan
lengkungan dari sudut diafragma depan ke arah kranial. Kebelakang, lengkungan ini menjadi
lengkungan aorta.
- Bagian belakang batas jantung dibentuk oleh atrium kiri. Atrium kiri ini menempati sepertiga
tengah dari seluruh batas jantung sisi belakang. Dibawah atrium kiri terdapat ventrikel kiri
yang merupakan batas belakang bawah jantung.
- Batas belakang jantung mulai dari atrium kiri sampai ventrikel kiri berada di depan kolumna
vertebralis. Ruangan di belakang ventrikel kiri disebut ruang belakang jantung (retrocardiac
space) yang radiolusen karena adanya paru-paru.
- Aorta desendens letaknya berhimpit dengan kolumna vertebralis.
Gambar 11. Radioanatomi lobus paru kanan radiografi toraks PA dan lateral
Gambar 12. Radioanatomi lobus paru kiri radiografi toraks PA dan lateral
Rumus :
Pada radiografi toraks PA dewasa dengan bentuk tubuh yang normal, CTR kurang dari 50%.
- Batas kanan jantung letaknya para-sternal, Bila kita memakai garis A, maka garis A ini
panjangnya tidak lebih dari 1/3 garis dari M ke dinding toraks kanan.
- Batas jantung sisi kiri terletak di garis pertengahan klavikula (mid-clavicular line).
- Batas dari arkus aorta, yaitu batas teratas dari jantung, letaknya 1-2 cm di bawah tepi
manubrium sterni.
2. CT Thorax
Indikasi :
a) Menilai hasil foto thorax yang abnormal.
b) Membantu menegakkan diagnosis penyakit dengan gejala klinik, seperti batuk, sesak
nafas, nyeri dada atau demam.
c) Mendeteksi dan mengevaluasi tumor di dada atau metastasis tumor.
d) Penilaian respon tumor terhadap pengobatan.
e) Merencanakan terapi radiasi.
f) Mengevaluasi injuri dada, termasuk pembuluh darah, paru, costae dan vertebrae.
g) Evaluasi lebih lanjut terhadap temuan abnormal pada USG fetal.
h) Pada penyakit paru, seperti ca paru, pneumonia baru/ lama, TB, bronkiektasis, inflamasi
pleura, penyakit intertisial paru difus dan kelainan kongenital.
Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan gantry.
b. Posisi Objek
Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital
plane tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan
lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Untuk
mengurangi pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya difikasasi dengan sabuk khusus pada
head holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi pengganjal untuk kenyamanan pasien.