Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada setiap wanita.

Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai

dengan terjadinya pendarahan. Proses menstruasi tidak terjadi pada ibu hamil. Proses

menstruasi umumnya terjadi semenjak usia 11 tahun sampai dengan usia 50 tahun-an.

Setiap wanita memiliki rentang waktu yang berbeda-beda. Siklus mentruasi terjadi

setiap 25 – 35 hari sekali.

Ketika wanita sedang berada pada proses menstruasi, darah yang di keluarkan

25 sampai dengan 150 ml. Ketika dalam proses menstruasi, secara umum wanita

sering mengalami pening-pening, kram perut, lemas dan pegal pada area paha dan

pinggang.

Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami

siklus menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan rasa tidak

nyaman seperti sakit kepala, pegal-pegal dikaki dan dipinggang untuk beberapa jam,

kram perut dan sakit perut. Kondisi ini disebut sebagai nyeri menstruasi atau

disminorea. Disminorea yang sering terjadi pada remaja adalah disminorea primer.

Disminorea primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Disminorea

primer ini ciri khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi

selanjutnya (Wahyuni dalam Atikah dan Siti, 2012).

1
Angka kejadian nyeri pada wanita di Indonesia mencapai angka 54,89%,

sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder, yang menyebabkan mereka tidak

mampu melakukan tindakan apapun, dan ini akan menurunkan kualitas hidup masing-

masing individu (Proverawati & Misaroh, 2009). Nyeri menstruasi menyebabkan

gangguan aktivitas sehari-hari dan harus absen dari sekolah 1 – 7 hari setiap bulannya

pada 15 % responden berusia 15 – 17 %. Remaja yang mengalami nyeri menstruasi

berat mendapat nilai yang rendah ( 6, 5 %), menurunnya konsentrasi (87,1%), dan

absen dari sekolah (80,6%). (Tangchai, 2004)

Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan reproduksi dan

anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar dapat mengatasi keluhan yang

terjadi pada klien dengan disminorea primer, contohnya rasa nyeri, pegal pada

punggung dan paha, mual dan pusing. Tanpa memandang sebabnya, untuk sementara

waktu dapat diberikan analgesik (antalgin, novalgil, ibuprofen, asam mefenamat, dan

lain sebagainya). Bila pada pemeriksaan bidan dijumpai kelaianan anatomis yang

kemungkinan adanya endometriosis, maka rujukan makin besar indikasinya

(Wahyuni dalam Manuaba, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data gangguan reproduksi pada bulan

Agustus 2018 - Agustus 2019 di BPM Istikomah, Jumlah kasus gangguan reproduksi

tahun 2019 sekitar 80 orang yang berobat mengenai menoraghea sebanyak 8 orang

(10%), keputihan sebanyak 15 orang (18,75%), amenore sebanyak 22 orang

(27,5%), dismenorhoe sebanyak 35 orang (43,75%).

Berdasarkan frekuensi kejadian periode Oktober 2018 – Oktober 2019 masih

cukup banyak maka penulis mengambil judul “Asuhan Kebidanan Holistik Gangguan

Reproduksi pada Remaja Nn. R Dengan Dismenorea Primer di Puskesmas Kauman

Kabupaten Tulungagung.”.

2
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Memberikan Asuhan Kebidanan Holistik

Gangguan Reproduksi pada Remaja Nn. R Dengan Dismenorea Primer di Puskesmas

Kauman Kabupaten Tulungagung.”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan holistik gangguan reproduksi pada

remaja Nn. T dengan Dismenorea Primer 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian pada Nn. R dengan Disminorea Primer di

Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

2) Menginterpretasikan data subjektif dan objektif pada Nn. R dengan

disminorea primer di Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Nn. R dengan disminorea primer

di Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

4) Mengantisipasi tindakan pada Nn. R dengan disminorea primer di

Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

5) Menyusun rencana tindakan pada Nn. R dengan disminorea primer di

Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

6) Melaksanakan rencana tindakan pada Nn. R dengan disminorea primer

di Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

7) Mengevaluasi tindakan pada Nn. R dengan disminorea primer di

Puskesmas Kauman Kabupaten Tulungagung.

b. Menganalisa kesenjangan antara teori yang ada dengan praktik yang dijalani
3
oleh penulis termasuk faktor pendukung dan penghambat.

D. Manfaat Studi Kasus

a. Bagi diri sendiri

Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan asuhan

kebidanan holistik gangguan reproduksi pada remaja Nn. R dengan

disminorea primer sesuai dengan teori yang telah diberikan.

b. Bagi pasien

Setelah memberi asuhan pada klien selama masa menstruasi diharapkan

dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada klien.

c. Bagi institusi

i. Puskesmas

Dapat memberikan masukan pada Puskesmas dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

ii. Institusi Pendidikan

Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan,

terutama pengetahuan tentang asuhan kebidanan gangguan reproduksi

dengan disminorea primer.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TEORI MEDIS

1. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan sejahtera, fisik, mental dan

sosial, tidak hanya bebas penyakit atau kecacatan, dalam sistem, fungsi dan

proses reproduksi. Gangguan reproduksi adalah istilah generik yang

mengacu pada semua penyakit yang mempengaruhi sistem reproduksi pada

manusia dan mencegah terjadinya reproduksi. Hal tersebut dapat berupa

kelainan bawaan, genetik, atau penyakit menular seksual ( Malugada, 2011)

Menurut WHO, remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10- 19

tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda

(younth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. (Marmi, 2013) Remaja

merupakan periode transisi antara masa anak-anak kemasa dewasa. Didalam

ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait (seperti biologi dan

fisiologi), remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika

alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan. Hal ini berarti, secara

anatomis, alat-alat kelamin maupun organ tubuh yang lain akan memperoleh

bentuknya yang sempurna. Masa pematangan fisik berjalan kurang lebih

selama dua tahun. Biasanya dihitung mulai haid yang pertama pada wanita

dan mimpi basah yang pertama pada pria (Dahro, 2012)

Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda

kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010.

Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau

18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat


5
Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan

belum menikah.

Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia

menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap

yaitu:

1. Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).

2. Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).

3. Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan

kesadaran diri (self consciousness).

4. Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence

proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi.

2. Tumbuh kembang remaja

a. Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling

terkait, berkesinambungan dan berlangsung secara bertahap. Menurut

Depkes Poltekes Jakarta, perubahan yang terjadi pada remaja tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan fisik

1) Percepatan berat badan dan tinggi badan

Selama satu tahun pertumbuhan tinggi badan rata-rata 3,5- 4,1 inci

(Steinberg, 2007). Berat badan pada lelaki meningkat karena

perubahan otot dan pada perempuan kerena penambahan lemak.

2) Karakteristik seks sekunder

6
Perubahan seks sekunder dipengaruhi oleh hormon, pada lelaki

hormon androgen dan hormon estrogen. Karakteristik sekunder

pada wanita adalah rambut pubis, rambut ketiak, serta

menarche. Sedangkan pada pria terjadi pertumbuhan penis

skrotum, perubahan suara, kumis, jenggot dan meningkatnya

kelenjar lemak yang menimbulkan jerawat.

3) Perubahan bentuk tubuh

Pada lelaki terjadi perubahan bentuk dada yang membesar dan

membidang, serta jakun yang lebih menonjol. Sedangkan pada

perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta

keadaan yang lebih menonjol.

4) Perkembangan otak

Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya

berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kamampuan

pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.

3. Menstruasi

Menstruasi, haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh

wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi

baik FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Periode ini penting dalam hal

reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia

remaja sampai menopause.

Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal

ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi

yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari.

Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga


7
dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling lama 15 hari. Jika darah

keluar lebih dari 15 hari maka itu termasuk darah penyakit. Umumnya darah

yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi

biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.

Menstruasi merupakan proses yang alami dan wajar dalam kehidupan

seorang wanita .Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang

mengalami masalah menstruasi, di antaranya adalah nyeri haid atau

desminore.

4. Disminore

Dismenore adalah rasa nyeri pada perut yang berasal dari kram rahim dan

terjadi selama menstruasi. Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan

berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa,dari sel-sel

endometrium uterus.

Dismenore juga dapat diartikan sebagai haid yang nyeri yang terjadi tanpa

tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Selain itu, Dismenorea juga

memiliki arti sebagai nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenorea primer

tidak dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit

organik. Intensitas dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur

sekitar 30 tahun. Jadi dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri

yang dirasakan wanita saat haid.

Menurut Kusmiran (2012), berdasarkan jenisnya dismenorea terdiri dari:

1) Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri yang timbul sejak haid pertama dan

akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah

stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim setelah

menikah dan melahirkan (Kusmiran, 2012).


8
2) Dismenore sekunder

Disminorea sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada

penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau

polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim

yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya (Kusmiran,

2012).

5. Tanda dan Gejala

Disminorea ditandai dengan nyeri perut bagian bawah yang bisa

menjalar ke punggung bagian bawah. Nyeri yang dirasakan

sebagai kram yang hilang timbul, biasanya nyeri timbul sesaat

sebelum atau selama menstruasi mencapai puncaknya dalam

waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan hilang (Nugroho dan

Utama, 2014).

6. Pengobatan terhadap Dismenore Primer

Menurut Nugroho dan Utama (2014)

adalah :

a. Anjurkan klien untuk istirahat cukup

b. Kompres hangat didaerah perut

Menurut Kusmiran (2012), ada beberapa hal :

a. Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi

b. Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit

c. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan

9
d. Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan pengawasan bidan atau dokter.

Boleh minum alangesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual ditoko obat,

tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari.

Menurut Wahyuni dalam Atika dan Siti (2009). Hampir sama dengan teori

Kusmiran (2012) dan Nugroho dan Utama (2014), tetapi ada sedikit perbedaan

yaitu untuk memperbanyak mengkonsumsi protein dan sayuran hijau.

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2014).

Untuk kejelasan langkah maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan

secara detail dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney, yaitu :

Langkah I Pengkajian

Dalam langkah pertama bidan mencari dan menggali data maupun fakta

baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota lainnya. Ditambah

dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri (Varney, 2010)

11
Proses pengumpulan data dasar ini

mencakup data subjektif dan objektif.

1. Data subjektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu data

kejadian.

a. Biodata pasien

Menurut Varney (2010), pengkajian biodata antara


lain :

1) Nama : Untuk mengetahui nama klien agar

mempermudah

dalam komunikasi

dan tidak keliru

dalam memberikan

penanganan.

2) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko


yang ada

hubungannya dengan pasien.

3) Agama :Untuk memberikan motivasi


sesuai agama yang

dianut klien.

4) Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor


pembawaan atau ras.

5) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan


terakhir klien.

6) Alamat : Untuk mengetahui alamat klien agar

mempermudah

12
mencari alamat jika

terjadi sesuatu.

7) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial


ekonomi klien.

b. Alasan datang

Alasan datang yaitu menanyakan

keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan

serta berhubungan dengan gangguan

disminorea. Pada pasien disminorea

biasanya mengeluh nyeri pada perut

bawah, pegal pada punggung dan

(Wahyuni dalam Manuaba, 2009).

c. Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi :

1) Menarche, perlu ditanyakan karena

disminorea biasanya terjadi beberapa

waktu setelah menarche, wanita

Indonesia pada umumnya mengalami

menarche sekitar 12 sampai 16 tahun

(Sulistyawati, 2014).

2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk

mengetahui apakah siklus haid

teratur atau normal. Karena siklus

haid setiap wanita berbeda-beda

biasanya sekitar 23 sampai 32 hari

13
(Sulistyawati, 2014).

3) Lama haid perlu ditanyakan untuk

mengetahui apakah lama haid dari

klien normal (3-7 hari), karena lama

haid berbeda-beda (Wahyuni dalam

Dito dan Ari, 2007).

4) Banyaknya haid dapat diketahui

dengan menanyakan jumlah

pembalut yang digunakan tiap

harinya. Apabila penggunaan

pembalut kurang dari 2 perhari

berarti jumlah darah sedikit, 2-4

perhari berarti normal dan lebih dari

5 perharinya banyaknya normalnya

yaitu 30 ml (Wahyuni dalam

Wiknjosastro, 2007).

5) Keluhan yang dirasakan klien

ditanyakan untuk mengetahui apakah

ada nyeri perut bagian bawah, pegal

pada pinggang dan paha serta gejala

yang menyertai desminorea seperti

pusing (Varney, 2010).

6) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status

perkawinan, berapa kali menikah


14
(Varney, 2010). Disminorea primer

biasanya timbul pada masa remaja

(Sukarni dan Margareth, 2013).

d. Riwayat KB

Untuk mengetahui pasien pernah

menggunakan KB jenis apa (Varney,

2010). Dalam kasus disminorea primer

sering terjadi pada masa remaja dan

belum menikah (Nugroho dan Utama,

2014).

e. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

ditanyakan untuk mengetahui apakah

klien menderita suatu penyakit

kronis dan keluhan yang dialami

klien saat ini, yang akan

mempengaruhi timbulnya disminorea

(Varney, 2010).

2) Riwayat kesehatan yang lalu dapat

mengetahui penyakit yang pernah

diderita klien sebelumnya, misal

diabetes militus, hipertensi, jantung,

asma, TBC, tumor, kanker, hepatitis,

dan lain-lain yang dapat

mempengaruhi disminorea (Varney,

15
2010).

3) Riwayat kesehatan keluarga perlu

dikaji untuk mengetahui penyakit

yang ada di keluarga pasien

khususnya penyakit menular dan

keturunan yang dapat mempengaruhi

organ reproduksi dan apakah

keluarganya terdapat riwayat

disminorea (Varney, 2010).

4) Riwayat operasi perlu dikaji untuk

mengetahuai pasien sudah pernah

operasi atau belum (Varney, 2010).

2. Data Objektif

Adalah data yang didapat dari observasi

dan pemeriksaan dengan menggunakan

standar yang diakui (Varney, 2010).

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Varney (2010) meliputi

1) Keadaan umum : Baik (Varney, 2010)

2) Kesadaran : Composmentis (Varney, 2010)

3) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor


hipertensi atau

hipotensi, normal

120/80mmHg

(Varney, 2010).

4) Suhu : Untuk mengetahui ada


16
peningkatan suhu

tubuh normal atau tidak


(Varney, 2010).

5) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien,


normal 60-80

kali permenit (Varney, 2010).

6) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi


pernafasan yang

dihitung dalam 1 menit,

respirasi normal 18- 22x/menit

(Varney,2010)

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksan fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan

inspeksi dan palpasi.

1) Inspeksi
Melakukan pemeriksaan pendang terhadap pasien

mulai dari kepala sampai kaki.

a) Kepala : Rambut, warna hitam, lebat atau

jarang, rontok atau ada ketombe

(Varney, 2007).

b) Muka : Pucat, pasien dengan keluhan

disminorea akan terlihat pucat

dan meringis menahan sakit

(Varney, 2007).

c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat

konjungtiva merah segar atau

17
merah pucat, sklera putih atau

kuning (Varney, 2007).

d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau

kotor, untuk mengetahui adanya

gangguan jalan nafas (Varney,

2007).

e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau

tidak, untuk mengetahui

kecukupan kalsium (Varney,

2007).

f) Gusi : Warnanya ada pendarahan atau tidak,

untuk mengetahui kecukupan

vitamin dan mineral (Varney,

2007).

g) Lidah : Bersih atau kotor, untuk mengetahui

indikasi yang mengarah pada

penyakit tertentu misalnya tifoid

(Varney, 2007).

h) Bibir : Pecah atau tidak, ada stomatitis atau

tidak, untuk mengetahui

kecukupan vitamin dan mineral

(Varney, 2007).

i) Telinga : Bersih atau kotor, ada peradangan

maupun benjolan atau tidak,

untuk mengetahui adanya tanda

18
infeksi atau tumor (Varney,

2007).

j) Payudara : Simetris atau tidak, bersih atau

kotor, ada retraksi atau tidak,

untuk mengetahui ada tidaknya

kelainan pada payudara

(Varney, 2007).

k) Abdomen : Ada luka bekas operasi atau tidak

(Varney, 2007).

l) Genetalia eksterna : Ada oedema atau tidak,


Ada pembengkakan

kelenjar bartholini

atau tidak (Varney,

2007).

(1) Ekstermitas : Ada varices atau


oedema pada tangan maupun kaki atau
tidak (Varney, 2007).

2) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan

rabaan, pada pemeriksaan ini hanya diperiksa

pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan,

bagaimana keadaan umum (Varney, 2007).

Langkah II Interpretasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan

19
diinterpretasikan menjadi diagnosa atau masalah yang spesifik

yang sudah di identifikasikan (Varney, 2004). Data tersebut

kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan

diagnosis atau masalah spesifik.

1. Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan (Varney, 2004).

“Nn. X umur…..tahun

dengan disminorea

primer”. Dasar :

a. Data subjektif

Nn. X umur…tahun mengatakan bahwa saat ini

sedang haid hari pertama merasakan pusing, nyeri

pada perut bagian bawah, pegal pada paha dan

pinggang.

b. Data objektif

1) Keadaan umum : Baik (Varney, 2010)

2) Kesadaran : Composmentis (Varney,


2010)

3) Tanda-tanda vital : Untuk mengetahuai faktor


hipertensi atau

Hipotensi, normal

120/80

mmHg

(Varney, 2010 )

4) Muka : Pucat, pasien dengan keluhan


disminorea
20
akan terlihat pucat dan

menahan sakit (Varney,

2007)

5) Abdomen : Nyeri, ada bekas


operasi atau tidak

(Varney, 2007)

2. Masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai

diagnosa sesuai dengan keadaan pasien. Dalam kasus ini

masalah yang timbul adalah rasa tidak nyaman dan cemas

yang dialami pasien seperti nyeri perut bagian bawah,

pegal pada pinggang dan paha saat menstruasi (Varney,

2004).

3. Kebutuhan

Kebutuhan pada klien disminorea primer belum

teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan

dengan melakukan analisa data (Varney, 2004).

Kebutuhan yang dapat diberikan pada pasien

disminorea ini dapat berupa istirahat cukup, olahraga

ringan, kompres air hangat didaerah perut yang nyeri dan

mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung

kalsium tinggi (Nugroho dan Utama, 2014)

Langkah III Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera

21
yang dapat menimbulkan kegawatdaruratan pada klien. Pada

remaja dengan disminorea primer merupakan gejala dan bukan

suatu penyakit, karenanya tidak ada diagnose potensial

(Varney, 2004).

Langkah IV Antisipasi

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Data-data terbaru senantiasa

dikumpulkan dan dievaluasi. Sebagian data menunjukkan satu

situasi yang memerlukan tindakan segera. Sementara yang lain

harus menunggu dari seorang dokter, situasi lainnya bisa saja

tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan

lainnya (Varney, 2004).

Langkah V Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Tugas

bidan disini adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan

hasil pembahasan. Merencanakan bersama pasien kemudian

membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Varney, 2004).

Asuhan Kebidanan Menurut Nugroho dan

Utama (2014) pada kasus disminorea primer yang

dapat diberikan yaitu :

1. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaan

2. Anjurkan klien untuk istirahat cukup


3. Anjurkan klien untuk kompres hangat didaerah perut
22
4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi minuman hangat

yang mengandung kalsium tinggi

5. Anjurkan klien untuk menggosok-gosok perut atau


pinggang yang sakit

6. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam-dalam secara

perlahan (Nugroh dan Utama, 2014).

7. Anjurkan klien untuk menggunakan obat-obatan yang

berdasarkan pengawasan bidan atau dokter. Boleh minum

analgesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual

ditoko obat, terapi dosisnya tidak boleh lebih dari tiga kali

sehari

(Kusmiran, 2012).

8. Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi

protein dan sayuran hijau (Wahyuni dalam Atika dan Siti,

2009).

Langkah VI Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan

menyeluruh seperti yang diuraikan dalam langkah ke V,

pemecahan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan lainnya. Jika

badan tidak melaksanakan sendiri ia tetap memikul tanggung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan kebidanan

tersebut (Varney, 2004). Pada kasus ini implementasi yang

dilakukan menurut Nugroho dan Utama (2014) adalah :

1. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil

23
pemeriksaan

2. Menganjurkan klien untuk istirahat cukup

3. Menganjurkan klien untuk kompres hangat didaerah perut

4. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi minuman

hangat yang mengandung kalsium tinggi

5. Menganjurkan klien untuk menggosok-gosok

perut atau pinggang yang sakit

6. Menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam-dalam secara

perlahan

7. Menganjurkan klien untuk menggunakan obat-obatan yang

berdasarkan pengawasan bidan atau dokter. Boleh minum

analgesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual

ditoko obat, terapi dosisnya tidak boleh lebih dari tiga kali

sehari (Kusmiran, 2012).

8. Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi

protein dan sayuran hijau (Wahyuni dalam Atika dan Siti,

2009).

Langkah VII Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen

kebidanan. Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus dengan melibatkan klien pribadi maupun

bidan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan dari

hasil tindakan yang dilakukan (Varney, 2010).

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan gangguan

24
reproduksi dengan disminorea primer menurut Nugroho dan

Utama (2014) adalah :

1. Klien sudah paham tentang keadaan dan hasil


pemeriksaannya

2. Klien bersedia untuk istirahat cukup

3. Klien bersedia untuk mengkompres hangan didaerah perut

4. Klien bersedia mengkonsumsi minuman hangat yang

mengandung protein tinggi

5. Klien bersedia menggosok-gosok perut atau pinggang

yang sakit

6. Klien bersedia tarik nafas dalam-dalam secara perlahan

7. Klien bersedia menggunakan obat-obatan yang harus

berdasarkan pengawasan bidan atau dokter(Kusmiran,

2012)

8. Klien bersedia untuk memperbanyak mengkonsumsi

protein dan sayuran hijau

(Wahyuni dama Atika dan Siti, 2009).

Data Perkembangan Menggunakan SOAP

Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan

SOAP (Varney, 2004) yaitu :

S : Data Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian asuhan kebidanan

hasil pengumpulan dari klien melalui anamnesa

O : Data Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

25
fisik klien dan test diagnosik lain yang dirumuskan dala

data focus untuk mendukung asuhan.

A : Assesment / Analisa

Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dalam identifikasi.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan

evaluasi perencanaan berdasarkan assessment.

1. Landasan Hukum

• Keputusan Menteri Kesehatan

No.369/Menkes/SK/VII/2007 dalam Kompetensi

Bidan yang ke-9 tentang Asuhan pada Wanita

atau Ibu gangguan Reproduksi yang berisi :

Melaksanakan asuhan kebidanan kepada

wanita atau ibu yang mengalami gangguan

sistem reproduksi.

• Pengetahuan dasar

• Penyuluhan kesehatan mengenai

kesehatan reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS),

HIV/AIDS

• Tanda dan gejala infeksi saluran

kemih serta penyakit seksual

yang lazim terjadi.

26
• Tanda, gejala, dan

penatalaksanaan kelainan

ginekologik, meliputi keputihan,

pendarahan tidak teratur, dan

penundaan haid.

• Keterampilan dasar

• Mengidentifikasi gangguan dan


kelaian sistem reproduksi.

• Melaksanakan pertolongan

pertama pada wanita atau ibu

yang mengalami gangguan

sistem reproduksi.

• Memberi pelayanan dan

pengobatan sesuai dengan

kewenangan pada kelainan

ginekologik, meliput keputihan,

pendarahan tidak teratur, dan

penundaan haid.

• Mendokumentasikan temuan dan


intervensi yang dilakukan.

• Keterampilan tambahan

• Mempersiapkan wanita
menjelang klimaterium dan
menopause.

• Mengobati pendarahan abnormal

dan abortus spontan (jika belum

sempurna)

27
• Memberi pelayanan dan

pengobatan sesuai dengan

kewenangan pada gangguan

sistem reproduksi, meliputi

keputihan, pendarahan tidak

teratur, dan penundaan haid.

• Menggunakan mikroskop untuk


pemeriksan apusan vagina

• Mengambil dan memproses


pengiriman apusan vagina.

• Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin

dan penyelenggaraan praktik bidan.

Terutama Pasal 9 berisi tentang : Bidan dalam

menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

• Pelayanan keshatan ibu

• Pelayanan kesehatan anak; dan

• Memberikan alat kontrasepsi

oral dan kondom. (Wahyuni

dalam Suryani, 2007)

28
C. Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga

yang berhak kepada tim kesehatan untuk melakukan tindakan medis pada

pasien (Ibid, 2015).

Informed consent adalah Persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh

klien atau pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan tindakan sesuai

kebutuhan (Ibid, 2015).

29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah laporan studi kasus. Laporan studi kasus yaitu cara

atau teknik dalam pembuatan proposal yang dilakukan dengan cara meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit yang tunggal (Notoadmodjo,

2012).

Laporan studi kasus ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

merupakan pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang

merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar, kemudian menganalisis

faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap presentasi ilmu kimia

(Arikunto, 2013).

Laporan studi kasus ini adalah laporan tentang asuhan kebidanan gangguan

reproduksi dengan desminorea primer.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi pengambilan kasus adalah tempat atau lokasi dimana pengambilan

kasus diambil (Notoadmodjo, 2012). Lokasi studi kasus ini telah dilaksanakan di BPM

Siti Rodiyah Sukoharjo.

C. Subjek Studi Kasus

Merupakan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri

dari satu unit (Notoadmodjo, 2012). Subjek yang telah dikenai studi kasus ini adalah

Nn. T umur 19 tahun dengan disminorea primer.

30
D. Waktu Studi Kasus

Waktu pelaksanaan adalah merupakan waktu kapan kasus diambil yang

telah ditentukan (Nursalam, 2013). Kasus ini dilaksanakan pada tanggal 16

Desember – 18 Desember 2019.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam

arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,

2013). Pada kasus ini instrument yang digunakan untuk mendapatkan data adalah

format asuhan kebidanan gangguan reproduksi dan lembar status atau dokumentasi

tentang kesehatan yang lalu.

A. Teknik Pengumpulan Data

1) Data primer dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Inspeksi adalah proses observasi dengan menggunakan mata, inspeksi

dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik

(Priharjo, 2007). Pada kasus Gangguan Reproduksi dengan Disminorea inspeksi

dilakukan dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan menggunakan sentuhan

atau rabaan, metode ini dilakukan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ

(Priharjo, 2007). Pada kasus Gangguan Reproduksi terhadap nyeri tekan pada perut

bagian bawah.

31
3) Auskultasi

Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk

memperjelas pendengaran (Priharjo, 2007). Pada kasus Gangguan Reproduksi dengan

Disminorea Auskultasi dilakukan untuk mengetahui tekanan darah pasien.

4) Perkusi

Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk (Priharjo, 2007).

Pada kasus Gangguan Reproduksi dengan Disminorea Perkusi tidak dilakukan.

b. Wawancara

Menurut Hidayat (2011), bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data

dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini

memberikan hasil secara langsung. Hal ini digunakan untuk hal-hal dari responden

secara lebih mendalam. Pada kasus ini wawancara dilakukan pada pasien dan

keluarga

c. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal

yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini instrument yang dapat digunakan,

antara lain lembar observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist

(Hidayat, 2011). Observasi disini adalah keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital,

dan keluhan klien pada saat disminorea.

2. Data sekunder

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang

berasal dari dokumen asli, dokumen asli tersebut dapat berupa gambar, table, daftar

pustaka dan film dokumenter (Hidayat, 2011). Pada kasus ini pendokumentasian tentang

32
jumlah wanita dengan gangguan reproduksi khususnya disminorea diperoleh dari rekam

medik Puskesmas Kauman.

b. Studi Kepustakaan

Menurut Hidayat (2011), studi kepustakaan adalah kegiatan peneliti yang

dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan

peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku yang membahas

tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang gangguan reproduksi dengan

disminorea dari tahun 2005 sampai tahun 2015.

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan

Dalam melaksanakan studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Gangguan

Reproduksi dengan Disminorea Primer, penulis menggunakan alat- alat sebagai berikut

1. Alat-alat dan bahan dalam pengambilan data :

a. Format asuhan kebidanan gangguan reproduksi

b. Alat tulis

2. Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan dan observasi : Vital sign : tensi meter,

stetoskop, thermometer.

3. Alat dan bahan pendokumentasian.

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun

proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus, beserta waktu

berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal

penelitian ini terlampir.

33
34
.

35
36
.

37
38
39
40
41
42
43
44
20
21
22
23
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai