Anda di halaman 1dari 22

Pengertian izin usaha

Izin usha merupakan suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin dari pihak
berwenang atas penyelenggaraam suatu kegiatam usaha oleh seorang pengusaha atau
suatu perusahaan. Bagi pemerintah, pengertian usaha dagang adalah suatu alat atau
sarana untuk membina, mengarahkan, mengawasi, dan menerbitkan izin2 usaha
perdagangan. Agar kegiatan usaha lancar, maka setiap pengusaha wajib untuk
mengurus dan memiliki izin usaha dari instansi pemerintah yang sesuai dgn bidangnya.

Adapun jenis-jenis izin usaha adalah sebagai berikut :

1. Izin Prinisp (IP)

Izin Prinsip adalah izin dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,


Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Pemerintaha Daerah, Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
IP dibutuhkan dalam rangka mendirikan perusahaan baru atau dalam rangka memulai
usaha baik sebagai penanaman modal asing (PMA) atau penanaman modal dalam
negeri (PMDN) atau dalam rangka perpindahan lokasi proyek PMA atau PMDN.

Tergantung kepada natur dan besarnya nilai investasi, IP ini dapat diajukan kepada
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Bidang Penanaman Modal seperti Badan
Kordinasi Penanaman Modal atau juga Badan Perizinan Terpadu yang ada di tingkat
Kabupaten/Kota atau Provinsi.

Bila pemegang saham perusahaan Anda adalah warga negara asing dan sebagian lagi
orang warga Negara Indonesia, maka pengurusan IP dilakukan oleh Badan Kordinasi
Penanaman Modal.

Pengurusan Izin di
Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Bila Perusahaan Anda Belum Terbentuk, dokumen atau data-data berikut dibutuhkan
untuk pengurusan IP:
 Formulir IP, yang dilengkapi dan ditandatangani oleh seluruh calon pemegang saham
dari perusahaan PMA
 Nama-Nama Calon Pemegang Saham
 Kartu Tanda Penduruk (bagi WNI) atau Kartu Tanda Pengenal yang sah (bagi Warga
Negara Asing) seperti Paspor
 NPWP (bagi warga WNI)
 Production Flow Chart dilengkapi dengan penjelasan detail mulai dari bahan baku
sampai menjadi produk akhir (bagi industri) atau uraian kegiatan dan penjelasan
produk jasa yang dihasilkan (bagi
sektor jasa)
 Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait apababila dipersyaratkan
 Nama perusahaan yang akan dibentuk
 Bidang Usaha Perusahaan yang akan dibentuk
 Lokasi Proyek (Proyeksi)
 Data-Data Estimasi Produksi dan Pemasaran
 Luas Tanah yang dibutuhkan
 Jumlah Tenaga Kerja
 Rencana Nilai Investasi
 Rencana Permodalan
 Surat Pernyataan bahwa data-data yang disajikan adalah benar

Persyaratan Izin Prinsip (IP) bagi Pemohon yang Berbentuk Badan (Perusahaan)

Bila badan resmi sudah terbentuk seperti Perusahaan (PT), berikut adalah data-data yang
dibutuhkan:

 Formulir IP, yang dilengkapi dan ditandatangani oleh seluruh calon pemegang saham
dari perusahaan PMA
 Nama Pimpinan Tertinggi Perusahaan
 Nama Perusahaan
 Copy Akta Pendirian
 Copy Surat Keterangan Domisili Usaha
 Copy NPWP
 Copy Surat Pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM
 Copy SIUP
 Copy TDP
 Bidang Usaha
 Lokasi Proyek (Proyeksi)
 Data-Data Estimasi Produksi dan Pemasaran
 Luas Tanah yang dibutuhkan
 Jumlah Tenaga Kerja
 Rencana Nilai Investasi
 Rencana Permodalan
 Surat Pernyataan bahwa data-data yang disajikan adalah benar

Durasi waktu untuk pengurusan izin: 6 hari (BKPM) atau 14 hari (Badan Perizinan
Terpadu di tingkat Kabupaten/Kota atau Provinsi) (efektif hari kerja)
2. Izin Penggunaan Tanah (IPT)

Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 9 Tahun 2002 tentang


Perubahan Peraturan Daerah Tingkat II Indramayu Nomor 23 Tahun 1998 tentang
Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah. Pemberian izin atas penggunaan tanah
kepada Instansi Pemerintah /Lembaga, Badan Usaha dan usaha perseorangan di Bidang
Indutri, Jasa dan Perdagangan yang akan menggunakan tanah seluas 2000 m2 atau lebih
dikaitkan dengan rencana umum tata ruang daerah yang bersangkutan.

Persyaratan

1. Surat permohonan ditandatangani diatas materai @6000.


2. Foto copy KTP Pemohon/Penanggungjawab perusahaan yang masih berlaku .
3. Foto copy Akte Pendirian Perusahaan bagi yang berbadan hukum .
4. Foto copy NPWP.
5. Proposal/Study Kelayakan.
6. Site Plan.
7. Foto Copy Bukti Kepemilikan tanah.
8. Tanda lunas PBB tahun terakhir.

Tarif

Besarnya tarip retribusi ditetapkan sebagai berikut :

1. Lokasi Industri = Rp. 250/m2


2. Lokasi Perumahan = Rp. 150/m2
3. Lokasi Pertokoan/Pasar = Rp. 200/m2
4. Lokasi Pariwisata/Hiburan = Rp. 200/m2
5. Lokasi Pertanian,Peternakan,Perkebunan dan perikanan = Rp. 200/m2
6. Lokasi Jasa/Perkantoran/Perhotelan = Rp. 200/m2
7. Lokasi Sarana Perkantoran Pemerintah = Rp. 150/m2
8. Lokasi Sarana Olah Raga = Rp. 150/m2

Masa Berlaku

Masa berlaku Izin peruntukan penggunaan tanah selama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan.

3. Izin mendirikan bangunan


Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang
diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah
satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,
keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap
orang atau badan yang akan mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan
Bangunan diatur pada Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun 2009.

IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang
yang telah ditentukan. Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa rencana kostruksi
bangunan tersebut juga dapat dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk
kepentingan bersama.

Nilai lebih jika memiliki bangunan yang telah ber-IMB

Selain hal tersebut memiliki bangunan yang telah ber-IMB juga memiliki kelebihan
dibandingan dengan bangunan yang tidak ber-IMB, yakni :
1. Bangunan memiliki nilai jual yang tinggi
2. Jaminan Kredit Bank
3. Peningkatan Status Tanah
4. Informasi Peruntukan dan Rencana Jalan

Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

1. Foto copy KTP;


2. Foto copy tanda lunas PBB dan SPPT tahun terakhir;
3. Foto copy tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang;
4. Foto copy akta pendirian badan dan/atau perubahannya yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang;**
5. Foto copy Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) atau foto copy IMB yang dimiliki
sebelumnya atau siteplan yang telah dilegalisasi oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang;
6. Surat Keterangan Lurah & Camat (untuk status kepemilikan tanah selain SHM, HGB &
IPT)
7. Surat Pernyataan keabsahan dan kebenaran dokumen, sanggup memenuhi dokumen
teknis dan membayar retribusi
8. Rencana teknis bangunan (***) meliputi :

Rencana teknis bangunan (gambar rancang bangun dan perhitungan struktur***)

1. untuk bangunan 1 (satu) lantai dengan luas ≤ 100 m2 : Gambar rancang bangun
(bestek) yang terdiri dari gambar situasi,
denah, dan tampak yang ditandatangani oleh pemilik sebanyak 2 (dua) set, beserta file
format Auto CAD atau dapat berupa

gambar manual (kecuali untuk pengembang harus menyerahkan sebanyak 2 (dua) set,
beserta file format Auto CAD (dalam

bentuk CD)

untuk bangunan 1 (satu) lantai dengan luas > 100 m2 : Gambar rancang bangun
(bestek) yang terdiri dari gambar situasi,

denah, dan tampak yang ditandatangani oleh pemilik sebanyak 2 (dua) set, beserta file
format Auto CAD (dalam bentuk

1. untuk bangunan maksimal 2 lantai dengan luasan < 400 m2 : Gambar rancang bangun
(bestek) yang terdiri dari gambar

situasi, denah, tampak dan potongan yang ditandatangani oleh penanggung jawab
(pemilik, pengawas,/pelaksana)

sebanyak 2 (dua) set, beserta file format Auto CAD (dalam bentuk CD) , tanpa gambar
dan perhitungan konstruksi

1. untuk bangunan bertingkat lebih dari 2 lantai (sudah berdiri) dengan luasan ≥ 400 m2 :
Gambar rancang bangun (bestek)

yang ditandatangani oleh penanggung jawab (pemilik, perencana,


pengawas,/pelaksana) sebanyak 3 (tiga) set hardcopy

untuk TABG dan 2 (dua) set untuk non TABG, beserta file format Auto CAD (dalam
bentuk CD), yang terdiri dari :

1) gambar situasi (skala 1:1000/1:500);

2) gambar lay out, denah, tampak, potongan (skala 1:100/1:200);

3) gambar rencana pondasi, sanitasi, dan rencana atap (skala1/100/1:200);

1. untuk bangunan bertingkat lebih dari 2 lantai (belum berdiri) dengan luasan ≥ 400
m2 (non TABG): Gambar rancang

bangun (bestek) yang ditandatangani oleh penanggung jawab (pemilik, perencana,


pengawas,/pelaksana) sebanyak 2 (dua)

set, beserta file format Auto CAD (dalam bentuk CD), yang terdiri dari :
1) gambar situasi (skala 1:1000/1:500);

2) gambar lay out, denah, tampak, potongan (skala 1:100/1:200);

3) gambar rencana pondasi, sanitasi, dan rencana atap (skala1/100/1:200);

4) gambar konstruksi (skala 1:100) dan detail (skala 1;50/1:20/1:10) ditandatangani


oleh penanggung jawab (pemilik,

perencana, pengawas/pelaksana), sebanyak 2 (dua) set hardcopy beserta file format


Auto CAD (dalam bentuk CD)

1. untuk bangunan bertingkat lebih dari 4 lantai dengan luasan ≥ 2500 m2 (TABG): Gambar
rancang bangun (bestek) yang

ditandatangani oleh penanggung jawab (pemilik, perencana, pengawas,/pelaksana)


sebanyak 3 (tiga) set, beserta fileformat Auto CAD (dalam bentuk CD), yang terdiri dari :

1) gambar situasi (skala 1:1000/1:500);

2) gambar lay out, denah, tampak, potongan (skala 1:100/1:200);

3) gambar rencana pondasi, sanitasi, dan rencana atap (skala1/100/1:200);

4) gambar konstruksi (skala 1:100) dan detail (skala 1;50/1:20/1:10) ditandatangani


oleh penanggung jawab (pemilik,

perencana, pengawas/pelaksana), sebanyak 2 (dua) set hardcopy beserta file format


Auto CAD (dalam bentuk CD)

9. Surat pernyataan pertanggungjawaban konstruksi/rancang bangun dari penanggung


jawab bangunan (pemilik, perencana,

pengawas/pelaksana);

10. Foto Bangunan yang sudah berdiri


11. Analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan atau Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL)
dalam hal dampak terhadap lingkungan

tersebut dapat diatasi secara teknis;***


12. Foto copy berita acara serah terima administrasi prasarana lingkungan, utilitas umum
dan fasilitas sosial.****
13. Rekomendasi Andalalin dari Dinas Perhubungan;***
14. Rekomendasi Cagar Budaya dari Dinas Pariwisata;***
15. Rekomendasi Drainase dari DPUBMP;***
16. Rekomendasi FKUB dan Depag untuk bangunan tempat ibadah.***
17. Rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran.***

Catatan :

* coret yang tidak perlu;

** apabila yang mengajukan adalah badan;

*** pilih sesuai kebutuhan/penggunaan bangunan/sesuai ketentuan dalam SKRK;

**** bagi pengembang pada kawasan terpadu/industri/pergudangan/rumah susun dan


real estate

4. Izin Gangguan.

Surat Izin Gangguan dan biasa juga disebut HO (Hinderordonnantie) adalah surat
keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha
yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat.

Izin Gangguan (HO) adalah izin kegiatan usaha kepada orang pribadi / badan dilokasi
tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya kerugian dan gangguan, ketentraman
dan ketertiban umum tidak termasuk kegiatan/tempat usaha yang lokasinya telah
ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Daerah.

Dasar hukum izin ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Selain itu, masih ada Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur secara rinci
tentang Retribusi Izin Gangguan. Bahkan pada kabupaten tertentu ada yang
menerapkan rumus untuk nenentukan besar biaya retribusi ini. Misalnya, Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor mengeluarkan Perda No. 10 Tahun 2012, yang secara rinci
mengatur besar retribusi untuk izin ini.

Saat ini Surat Izin Gangguan di keluarkan oleh Dinas Perizinan Domisili Usaha di daerah
tingkat dua atau setingkat Kabupaten dan Kotamadya. Hal ini sesuai dengan
diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, jadi di tiap – tiap daerah dapat
mempunyai aturan yang berbeda dalam mengeluarkan Surat Izin Gangguan. Biasanya
untuk mendapatkan Surat Izin Gangguan ini, perusahaan tidak mencemari lingkungan
dan atau tidak ada dampak negatif terhadap lingkungan dari usaha yang dilakukan.

Surat Izin Gangguan wajib di miliki bagi pengusaha atau badan usaha yang akan
menjalankan usahanya di suatu daerah dan juga sebagai syarat untuk mendapatkan
Surat Izin Usaha lanjutan seperti :

1. Izin Mendirikan Apotek Dan Toko Obat


2. Surat Izin Usaha Perdagangan
3. Izin Impor Barang Modal Bukan Baru (Bekas)
4. Surat Izin Usaha Hiburan dan perizinan lainnya.

Untuk mendapatkan Surat Izin Gangguan HO bisa dengan mendatangi Dinas


PerizinanDomisili Usaha di tingkat Kabupaten atau Kotamadya dengan melengkapi
persyaratan.

Prosedur Mendapatkan Surat Izin Gangguan Usaha

Untuk mendapatkan Surat Izin Gangguan HO bisa dengan mendatangi Dinas Perizinan
Domisili Usaha di tingkat Kabupaten atau Kotamadya dengan melengkapi persyaratan
sebagai berikut ini :

1.Fotokopi KTP pemohon yang masih berlaku,

2.Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup. Dikecualikan bagi usaha yang


menimbulkan gangguan kecil atau tidak mempunyai limbah buangan

3.Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai peruntukan/fungsi, sedang bagi


bangunan yang belum ber-IMB dilampirkan surat pernyataan kesanggupan mengurus
IMB bermeterai Rp. 6000

4.Fotokopi bukti kepemilikan atau sertifikat tanah atau surat keterangan lain yang sah,

5.Fotokopi Akta pendirian atau cabang perusahaan bagi usaha yang berbadan hukum,
6.Surat pernyataaan persetujuan atau tidak keberatan dari pemilik tempat atau bukti
sewa bagi tempat usaha yang bukan milik sendiri

7.Denah letak domisili tempat usaha dan gambar situasi atau site plan tempat usaha
yang jelas

8.Izin Gangguan lama asli atau SK dan Tanda Izin bagi yang mengajukan permohonan
perpanjangan

9.Surat kuasa bagi pemohon yang tidak dapat mengurus sendiri Surat Izin Gangguan

10.Persetujuan dari tetangga sekitar tempat usaha yang diketahui oleh pejabat
setempat (Rt, Rw, Lurah dan Camat),

11.Stopmap snelhelter warna kuning.

12.Lama Proses : 11 hari

13.Syarat Penyediaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) :

1. a) Foto pergola tampak depan


2. b) Surat pernyataan sanggup menyediakan pergola bermeterai Rp. 6000,-
3. c) Foto bangunan tampak depan, kelihatan 2 (dua) pot dengan diameter pot 50 cm
dan tinggi tanaman minimal 50 cm.

Biaya Retribusi Yang Harus Dibayar :

1.Dasar pengenaan retribusi Izin Gangguan (HO) adalah tingkat penggunaan jasa yang
didasarkan pada faktor-faktor Lingkungan (kawasan), Lokasi (fungsi jalan) dan Besar
Kecilnya Gangguan.

2.Tingkat penggunaan jasa dihitung dengan cara menjumlahkan hasil perkalian antara
bobot dengan skor masing-masing faktor dikalikan dengan Luas Ruang Tempat Usaha.

3.Bobot dan skor masing-masing faktor adalah sebagai berikut :

 Indeks Lingkungan

Bobot 30%

Skor kawasan khusus 1,2

Skor kawasan pemukiman 1,0


 Indeks Lokasi

Bobot 20%

Skor jalan lingkungan 1,2

 Indeks Gangguan

Bobot 50%

Skor gangguan sedang/menengah 1,0

Skor gangguan kecil 0,8

4.Luas Ruang Tempat Usaha adalah jumlah luas keseluruhan tempat usaha yang
dinyatakan dalam ukuran m2 (meter persegi).

5.Penentuan lingkungan (kawasan), lokasi (fungsi jalan) dan besar kecilnya gangguan

6.Pemberian Ijin HO

 Untuk tempat Usaha dengan luas sampai dengan 100 M2 (seratus meter persegi)
sebesar Rp. 2.000,-/M2 (dua ribu rupiah per meter persegi) sebesar Rp. 2.000,-/M2
(dua ribu rupiah per meter persegi)
 Untuk tempat Usaha dengan luas lebih dari 100 M2 (seratus meter persegi) dikenakan
tarif sebagaimana tersebut pada huruf a dengan ditambah untuk luasan selanjutnya
yang diperhitungkan secara bertingkat dengan tarif sebagai berikut :

0 – 100 M2 x Rp. 2.000,-

101 – 500 M2 x Rp. 1.500,-

501 – 1000 M2 x Rp. 1.000,-

Diatas 1000 M2 x Rp. 500,-

7.Adapun contoh perhitungan sebagai berikut :

 Indeks Lingkungan (I Li) x 30%) + (Indeks Lokasi (I Lo) x 20%) + (Indeks Gangguan
(IG) x 50%) = …………………
 Perhitungan :

v ………………….x Rp. 2.000,- = Rp. ………..


v ………………….x Rp. 1.500,- = Rp. ………..

v ………………….x Rp. 1.000,- = Rp. ………..

v ………………….x Rp. 500,- = Rp. ………..

Jumlah = Rp. ………..

 Jumlah Retribusi = ………….. x ……………… = Rp. …………..

5. Surat izin usaha perdagangan (SIUP)

SIUP adalah surat izin yg diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada
pengusaha untuk melaksanakam kegiatan usaha di bidang perdagangan dan jasa. SIUP
diberikan kepada para pengusaha, baik perseorangan, firma, CV, PT, koperasi, BUMN,
dsb.

kewajiban pemilik atau pemegang SIUP antara lain:

1) melapor kepada kepala kantor wilayah departemen perdagangan atau kepala kantor
departemen perdagangan yg menerbitkan SIUP apabila perusahaan tdk melakukan lagi
kegiatan perdagangan atau menutup perusahaan disertai dgn pengembalian SIUP, dan

2) melapor kepada kepala kantor wilayah departemen perdagangan setempat mengenai


hal berikut:

1. pembukaan cabang atau perwakilan perusahaan.


2. penghentian kegiatan atau penutupan cabang atau perwakilan perusahaan.
Formulir SIUP berwarna putih untuk perusahaan kecil, biru untuk perusahaan
menengan, dan kuning untuk perusahaan besar.

Penggolongan SIUP

Berdasarkan besarnya jumlah Modal dan Kekayaan Bersih di luar tanah dan bangunan
atau jumlah modal disetor dalam akta pendirian/perubahan, maka penggolongan SIUP
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

SIUP BESAR, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai
diatas Rp.500.000.000,- (limaratus juta rupiah).

SIUP MENENGAH, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan
bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai
diatas Rp.200.000.000,- (duartus juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (limaratus juta
rupiah).

SIUP KECIL, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih
atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai
dengan Rp.200.000.000- (duartus juta rupiah).

Prosedur Permohonan

Perusahaan mengambil formulir, mengisi dan mengajukan permohonan SIUP beserta


persyaratannya melalui Kantor Dinas Perindustrian & Perdagangan Kota/Wilayah
sesuai domisili perusahaan untuk permohonan SIUP Menengah dan SIUP Kecil.

Sedangkan untuk permohonan SIUP-BESAR diajukan melalui Kanwil Perindustrian dan


Perdagangan Kota/Propinsi sesuai domisili perusahaan

Setelah mendirikan perusahaan tentunya dibutuhkan rekening bank sebagai alat


transaksi perusahaan. Artikel ini akan membahas solusi perbankan untuk perusahaan
atau usaha Anda. Kemudahan Transaksi, Produk Perbankan dan Layanan Perbankan
yang disediakan menjadi faktor utama memilih bank untuk usaha atau perusahaan PT
atau CV Anda. Simak artkel Kebebasan Finansial
Sesuai Perda Nomor 05 Tahun 2002

Persyaratan permohonan :

1. Foto copy KTP 2 (dua) lembar


2. Foto copy Undang-Undang Gangguan /Hinder Ordonantie (HO), bagi usaha yang
memerlukan
3. Foto copy Surat Ijin Tempat Usaha
4. Pas Foto Warna Ukuran 3×4 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
5. Materai 6000 sebanyak 2(dua) lembar
6. Surat Keterangan Usaha dari Desa/Lurah

Masa Berlaku

SIUP berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan


barang/jasa sejak tanggal dikeluarkan.

6. Surat izin tempat usaha (SITU).

setiap perusahaan yg ada perlu dan harus mengurus SITU demi keamanam dan
kelancaran usahamya. SITU, dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten atau kotamadya
sepanjang ketentuan2 undang2 gangguam(HO/hider ordonnatie) mewajibkannya.

Berikut prosedur pengurusan SITU.

1. pengusaha atau pemohon mengisi formulir permohonan SITU dgn dilampiri izin tertulis
pada tetangga kiri, kanan, depan dam belakang, dlm bentuk tanda tangan persetujuan
dan tdk keberatan dgn keberadaan dan kegiatan usaha tsb.
2. formulir permohonam SITU dimintakan pengesahan atau diketahuph pejabat kelurahan
dan kecbtan untuk memperkuat izin tempat usaha.
3. setelah diketahui oleh lurah dan camat, maka formulir permohonan izin tsb diurus ke
kabupaten/kotamadya untuk memperoleh SITU. setiap setahun sekali SITU dilakukan
heregistrasi (daftar ulamg)
4. membayar biaya izin dan leges berdasarkan perda no 17/PD/1976, no 35/PD/1977
Sesuai Perda Nomor 15 Tahun 2001

Persyaratan permohonan :

1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebanyak 1 (satu) lembar


2. Foto copy Bukti Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebanyak 1 (satu)lembar
3. Pas Foto Warna ukuran 3×4 cm sebanyak 1 (satu) lembar
4. Akta Pendirian Usaha, bagi Koperasi, CV dan lain-lain yang memerlukan
5. undang-Undang Gangguan/Hinder Ordonatie (HO), bagi usaha yang memerlukan
6. Surat Keterangan Usaha dari Lurah/Desa
7. Map biasa

7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Setiap pribadi yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan
badan usaha wajib atau harus mendaftarkan diri sebagai wajib pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak setempat dan akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Terhadap para wajib pajak yang tidak mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak dan
mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akan dikenakan sanksi pidana sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Nomor X Tahun 2000, yaitu sebagai berikut: “Barang
siapa dengan sengaja tidak mendaftarkan dirinya atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara,
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun dan atau denda setinggi-
tingginya empat kali jumlah pajak yang terutang atau yang kurang atau yang tidak
dibayar.”

Syarat NPWP Badan Usaha Profit


Oriented
Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang
usaha hulu minyak dan gas bumi yang berorientasi pada profit (profit oriented) berupa
:

1. fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk
usaha tetap;
2. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
3. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari
Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.

Syarat NPWP Badan Usaha non-Profit


Oriented
Untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non profit oriented)
dokumen yang dipersyaratkan hanya berupa: fotokopi e-KTP salah satu pengurus
badan atau organisasi; dan surat keterangan domisili dari pengurus Rukun Tetangga
(RT)/Rukun Warga (RW).

Syarat NPWP Badan Usaha Joint


Operation
Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotongdan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), berupa :

1. fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation);
2. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama
operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor
dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara
Asing; dan
4. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

8. Nomor Register Perusahaan (NRP)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan,


maka perusahaan diwajibkan mendaftarkan ke kantor pendaftaran perusahaan, yaitu di
Kantor Departemen Perdagangan setempat. NRP (Nomor Register Perusahaan) disebut
juga TDP. NRP/TDP wajib dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh umum. Nomor
NRP/TDP wajib dicantumkan pada papan nama perusahaan dan dokumen-dokumen
yang dipergunakan dalam kegiatan usaha.
Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengurusan TDP dan NRP adalah :

1.Fotokopi identitas dari penanggung jawab atau pemilik.

2.Fotocopi akta pendirian perusahaan yang terakhir dari notaris bagi perusahaan yang
berbadan hukum.

3.Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha atau surat keterangan lainnya dari instansi yang
berwenang.

4.Fotokopi NPWP

Fungsi NRP/TDP :

adalah untuk tanda bahwa perusahaan tersebut telah terdafdar pada suatu lembaga
terkait

sedangkan NRP untuk mendapatkan nomor registrasi sebagai tanda bahwa perusahaan

tersebut sudah terdaftar.

9. Analisis Mengenal Dampak Lingkungan

AMDAL adalah suatu hasil studi yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah, dipandang
dari beberapa sudut pandang ilmu pengetahuan, yang merupakan dampak penting
usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
suatu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu
instansi yang bertanggung jawab.

Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Manfaat AMDAL| Dalam pengertian, fungsi, tujuan dan
manfaat AMDAL merupakan jawaban dari teman-teman tentang pertanyaan “Apa sih itu
AMDAL?.”. untuk mengetahui AMDAL kita harus membahas keseluruhan tentang
AMDAL seperti tema diatas dengan menyajikan point-point seperti pengertian, fungsi,
tujuan, dan manfaat agar kita mengetahui AMDAL itu secara detail. Pertama-tama mari
kita mulai dengan Pengertian AMDAL. Pengertian AMDAL adalah suatu proses dalam
studi formal untuk memperkirakan dampak lingkungan atau rencana kegiatan proyek
dengan bertujuan memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang di analisis
pada tahap perencanaan dan perancangan proyek sebagai pertimbangan bagi pembuat
keputusan.
AMDAL adalah singkatan dari Analisis Dampak Lingkungan. Pengertian AMDAL
menurut PP No. 27 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa pengertian AMDAL adalah Kajian
atas dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. AMDAL adalah
analisis yang meliputi berbagai macam faktor seperti fisik, kimia, sosial ekonomi,
biologi dan sosial budaya yang dilakukan secara menyeluruh.

“Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Manfaat AMDAL”

Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi kelayakan karena dalam


undang-undang dan peraturan pemerintah serta menjaga lingkungan dari operasi
proyek kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Komponen-komponen AMDAL adalah PIL (Penyajian informasi
lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis dampak lingkungan), RPL (
Rencana pemantauan lingkungan), RKL (Rencana pengelolaan lingkungan). Tujuan
AMDAL adalah menjaga dengan kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau
kegiatan sehingga.

Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau kegiatan agar tidak
memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun Fungsi AMDAL adalah sebagai
berikut..

Bahan perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan lingkungan hidup


dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan

Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha

Merupakan Scientific Document dan Legal Document


Izin Kelayakan Lingkungan

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau kegiatan usaha
sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu besar Manfaat AMDAL.
Manfaat AMDAL antara lain sebagai berikut…

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah

– Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.

– Menghindarkan konflik dengan masyarakat.

– Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.

– Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.

– Menjamin adanya keberlangsungan usaha.

– Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.

– Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti ketaatan


hukum.

3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat

– Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.

– Melaksanakan dan menjalankan kontrol.


– Terlibat pada proses pengambilan keputusan.

Dokumen AMDAL

Dokumen AMDAL terdiri dari :

1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)


2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Dokumen KA-ANDAL disusun terlebih dahulu untuk menentukan lingkup studi dan
mengidentifikasi isu-isu pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan ANDAL.
Dokumen ini dinilai di hadapan Komisi Penilai AMDAL. Setelah disetujui isinya, kegiatan
penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL barulah dapat dilaksanakan.

Dokumen ANDAL mengkaji seluruh dampak lingkungan hidup yang diperkirakan akan
terjadi, sesuai dengan lingkup yang telah ditetapkan dalam KA-ANDAL.

Rekomendasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup untuk mengantisipasi


dampak-dampak yang telah dievaluasi dalam dokumen ANDAL disusun dalam dokumen
RKL dan RPL.

Ketiga dokumen ini ( ANDAL, RKL, dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh
Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak, dan apakah perlu
direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.

Prosedur AMDAL

Prosedur AMDAL terdiri dari:

1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses
untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak
dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

2. Proses pengumuman

Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan
rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan
AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa
kegiatan.

Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan
tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

3. Proses pelingkupan (sopping)

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup


permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan
rencana kegiatan.

Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi


dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi,
menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana
kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL.
Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses
pelingkupan.

4. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL

Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada


Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal
penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki / menyempurnakan kembali dokumennya.

5. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang
telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa
dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

6. Persetujuan Kelayakan Lingkungan


Penyusun AMDAL

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting dan belum memiliki kepastian
pengelolaan lingkungannya. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun
dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat dalam bagian Prosedur dan Mekanisme
AMDAL.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah memiliki sertifikat
Penyusun AMDAL (lulus kursus AMDAL B) dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar
minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
Nomor 09/2000. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan spesifik menurut
tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam berbagai Keputusan
Kepala Bapedal.

Pihak yang terlibat dalam AMDAL

1. Komisi Penilai AMDAL; Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai
dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Bapedal, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedal/Instansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedal/Instansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga
masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata
kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL
di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa; pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Warga Masyarakat yang terkena dampak; yaitu seorang atau kelompok warga
masyarakat yang akibat akan dibangunnya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut akan menjadi kelompok yang banyak diuntungkan (beneficiary groups), dan
kelompok yang banyak dirugikan (at-risk groups). Lingkup warga masyarakat yang
terkena dampak ini dibatasi sebagai berada dalam ruang dampak rencana usaha dan
atau kegiatan tersebut.
4. Pemberi Ijin; cukup jelas.

10. Nomor Rekening Bank (NRB)

adalah Nomor rekening dalam buku bank yang diberikan oleh bank untuk kepentingan
segala transaksi keuangan usaha melalui bank.
Fungsi NRB

Untuk kepentingan segala transaksi keuangan usaha melalui bank.

Nomor Rekening Bank (NRB)

Dokumen yang diperlukan dalam mengurus NRB antara lain:

Sebelum mengurus Surat Izin Tempat Usaha(SITU), ibu Sri harus melengkapi beberapa
dokumen yaitu;

1. Data Identitas Pemohon yang dilengkapi dengan foto kopi KTP dan pasfoto
2. NPWP atau NPWP Daerah
3. SPPT PBB tahun berakhir
4. IMB (IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN)
5. Status tanah
6. Akte pendirian bagi perusahaan
7. Surat keterangan tidak segketa dari Kepala Desa
8. Izin tetangga yang diketahui oleh Kepala Desa
9. Berita Acara pemeriksaan lokasi

Cara membuatnya adalah :

1. datang ke bank dengan membawa bukti-bukti diri KTP,SIM dan lain-lain


2. sampaikan maksud anda ke petugas ( bagian informasi ). anda kan di beri penjelasan
dan formulir
3. isi dengan baik dan benar sesuai dengan petunjuk
4. petugas bank akan meneliti berkas dan apabila sudah betul anda akan segera
mendapatkan NRB anda

* beberapa hal yang perlu diketahui dalam pengurusan NRB

1. bank yang mengeluarkan NRB akan menjaga kerahasian keuangan nasabahnya.


2. syarat suatu bank yang dapat di gunakan untuk transaksi usaha adalah bank tersebut
sudah bonafide dan online
3. NRB atau Nomor Rekening Bank untuk perusahaan minimal di miliki dua orang , yaitu
bendahara dan manager

Anda mungkin juga menyukai