Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

(Rochaety, 2005: 6).

Sekolah sebagai salah satu lembaga formal yang menyelenggarakan

pendidikan berperan penting terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia,

dengan maksud bahwa penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional.

Pendidikan sebagai usaha sadar tersebut dilaksanakan agar hasilnya dapat

diwujudkan dalam bentuk kemampuan, ketrampilan, sikap, dan kepribadian

masing-masing peserta didik di dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika bukan hanya sekedar ilmu yang memuat konsep hitung-

menghitung, tetapi banyak konsep matematika yang sangat bermanfaat dan

mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Konsep

matematika secara mendasar telah diterapkan dalam bidang ilmu lainnya,

misalnya penerapan konsep matematika dalam bidang kimia, fisika, biologi,

teknik, farmasi dan sebagainya. Sehingga, apabila seseorang telah memahami

konsep matematika secara mendasar, diharapkan konsep tersebut dapat

1
2

diterapkan pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, jelas bahwa matematika mempunyai peran yang strategis dalam

peningkatan kualitas SDM Indonesia.

Mengingat peran strategis yang sangat penting dalam proses peningkatan

kualitas SDM, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika,

khususnya pada tingkat pendidikan dasar hingga menengah memerlukan

perhatian yang serius, yaitu perlu dirancang pembelajaran yang mampu

membantu dan mengembangkan potensi siswa, khususnya dalam hal

kemampuan pemahaman konsep.

Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang

mendasar dalam proses pembelajaran dan salah satu tujuan dari materi yang

disampaikan oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep

matematika menurut NCTM (National Council Of Teachers Of Mathematics)

dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam:

1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.

2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh.

3. Menggunakan model, diagram dan simbol-simbol untuk

merepresentasikan suatu konsep.

4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya.

5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep.

6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang

menentukan suatu konsep.

7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.


3

Namun, salah satu masalah yang sering muncul dalam pembelajaran

matematika adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan

masalah matematika yang dikemas dalam bentuk soal yang lebih menekankan

pada pemahaman konsep suatu pokok bahasan tertentu. Kemampuan siswa

yang rendah dalam aspek pemahaman konsep merupakan hal penting yang

harus ditindaklanjuti. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar yang kurang

memuaskan. Hal tersebut dikarenakan matematika yang bersifat abstrak dan

membutuhkan pemahaman konsep-konsep. Faktor lain yang berpengaruh

adalah cara mengajar guru yang tidak tepat.

Kemampuan dan keterampilan guru memilih strategi yang tepat untuk

menciptakan interaksi menyenangkan sangat menentukan. Guru harus

memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, karena salah satu faktor-faktor yang perlu

diperhatikan agar kurikulum terlaksana yaitu diperlukan suatu strategi untuk

menyampaikan bahan pelajaran yang terorganisir kepada anak didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika

SMP Negeri 12 Kendari oleh Ibu Darin Tranwinarti, S.Pd. menyatakan

bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih kurang baik.

Kurangnya kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematis dapat

berdampak pada pencapaian hasil belajar yang masih rendah hal ini dapat

dilihat dari nilai rata-rata ulangan semester satu secara berturut-turut yaitu

44,76; 44,7; 46,28; 43,15; 42,45; 47,05; dan 44,20. Menurut guru tersebut,

kesalahan yang banyak dilakukan oleh siswa adalah masalah-masalah dalam


4

hal menyelasaikan persoalan terkait konsep yang diberikan. Berdasarkan hasil

identifikasi pada wawancara tersebut, terdapat beberapa kelemahan siswa

antara lain, memahami kalimat-kalimat dalam soal, membedakan informasi

yang diketahui dan permintaan soal, menemukan keterkaitan dari informasi-

informasi yang diketahui menggunakan pengetahuan-pengetahuan atau ide-

ide yang diketahui, menggunakan cara-cara atau strategi-strategi yang

berbeda-beda dalam merencanakan penyelesaian suatu masalah,

mengembangkan masalah berdasarkan kondisi-kondisi yang diberikan,

melakukan perhitungan-perhitungan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.

Selain itu, permasalahan yang sering muncul adalah siswa masih

menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit. Untuk mengatasi

permasalahan, maka guru harus memikirkan cara-cara yang harus dilakukan

agar dapat menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan

mengubah model pembelajaran. Hal ini dikarenakan, pembelajaran bukanlah

proses yang didominasi oleh guru sendiri, melainkan dalam proses

pembelajaran siswa juga ikut serta aktif di dalamnya.

Oleh sebab itu, diperlukan suatu upaya untuk menyelesaikan masalah

tersebut, yaitu menerapkan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan

dengan baik sehingga dapat membantu berkembangnya kemampuan

pemahaman konsep siswa. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai,

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa. Dari beberapa model pembelajaran yang mendukung peningkatan


5

kemampuan pemahaman konsep siswa, peneliti tertarik untuk menerapkan

model pembelajaran generatif dalam belajar mengajar di kelas.

Model pembelajaran generatif menekankan pengintegrasian aktif materi

baru dengan pengetahuan yang ada dibenak siswa dan mengucapkan dengan

kata-kata sendiri apa yang telah mereka dengar. Pembelajaran yang efektif

dimana siswa terlibat langsung dalam situasi kognitif yaitu yang berkenaan

dengan perilaku dalam aspek berpikir, aktifitas otak, keterampilan

memecahkan masalah. Model pembelajaran generatif berbasis pada

pandangan konstruktivisme yang intinya bahwa pebelajar mengkontruksi

pengetahuan sainsnya sendiri dalam lingkungan belajar konstruktivis

(Mardana, 2001: 51).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian

eksperimen yang berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Generatif

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas

VIII SMP Negeri 12 Kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari sebelum diajar dengan menggunakan

model pembelajaran generatif?


6

2. Bagaimanakah deskripsi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran generatif?

3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran generatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri

12 Kendari?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui deskripsi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari sebelum diajar dengan

menggunakan model pembelajaran generatif.

2. Untuk mengetahui deskripsi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran generatif.

3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri

12 Kendari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematis.
7

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa, serta dapat memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas.

3. Bagi sekolah, dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan lingkup

sekolah, sehingga hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan saat

pengambilan kebijakan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran,

khususnya pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman baru dalam melaksanakan

penelitian, dapat mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam

mengajar, dan menambah wawasan dan pengetahuan tentang

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemahaman Konsep Matematis Siswa

a. Pengertian pemahaman konsep matematis

Menurut kamus Bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata paham

yang artinya mengerti benar dalam satu hal. Pemahaman merupakan

terjemahan dari comprehension. Kemampuan memahami dapat juga disebut

dengan istilah “mengerti”. Kemampuan pemahaman matematik adalah salah

satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa

materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan,

namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan

konsep materi pelajaran itu sendiri (Hodijah, 2014: 351). Sementara Mulyasa

(2005 : 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan

afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati (2003: 8)

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah

kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu

mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat

dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu

mengklasifikasikannya.

Menurut Virlianti (2002: 6) mengemukakan bahwa pemahaman adalah

konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka

mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk

8
9

mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan

yang terkait. Sejalan dengan pendapat diatas, pemahaman menurut Hamalik

(2003: 48) adalah kemampuan melihat hubungan antara berbagai faktor atau

unsur dalam situasi yang problematis.

Definisi konsep Menurut Ruseffendi (1998: 157) adalah suatu ide abstrak

yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan

objek atau kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut.

Selanjutnya konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan sekumpulan objek (Depdiknas, 2003: 18).

Menurut Duffin & Simpson (2000) pemahaman konsep sebagai

kemampuan siswa untuk: (1) menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa

mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan

kepadanya. (2) menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda dan

(3) mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat

diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.

Sejalan dengan hal di atas (Depdiknas, 2003: 2) mengungkapkan bahwa,

pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran

matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu

dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
10

Menurut NCTM (2000), untuk mencapai pemahaman yang bermakna

maka pembelajaran matematika harus diarahkan pada pengembangan

kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami bagaimana

ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun

pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar

matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan pemahaman konsep

adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali

ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada

orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang

disampaikan.

b. Kemampuan Pemahaman matematis

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran

matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu

dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

(Depdiknas, 2003: 2).

Pemahaman menurut Taksonomi Bloom dalam Susilana (2006: 35) ada

tiga macam pemahaman matematis, yaitu : pengubahan (translation),

pemberian arti (interpretasi) dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation).

Pemahaman translasi digunakan untuk menyampaikan informasi dengan

bahasa dan bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu
11

informasi yang bervariasi. Interpretasi yaitu kemampuan untuk memahami

pemikiran dari suatu bahan bacaan, kemampuan untuk membedakan antara

kesimpulan yang diperlukan, yang tidak beralasan atau yang bertentangan

yang diambil dari sebuah data, dan kemampuan untuk menjelaskan makna

yang terdapat di dalam symbol, kemampuan dalam menentukan konsep-

konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal. Sedangkan

ekstrapolasi mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah

pemikiran, gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan

kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang

kognitif.

Menurut Depdiknas (Fadjar, 2009: 13), indikator kemampuan

pemahaman konsep sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep;

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai

dengan konsepnya);

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep;

6. Menggunakan prosedur atau operasi tertentu;

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Anderson dalam Kesumawati (2010: 22-23) pemahaman terdiri dari tujuh

jenis, yaitu interpreting (menginterpretasikan), exemplifying (memberi

contoh), classifying (mengklasifikasikan), summarizing (meringkas),


12

inferring (menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaning

(menjelaskan). Ketujuh jenis pemahaman tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Interpreting: Interpretasi terjadi ketika siswa mampu mengkonversi

informasi dari satu representasi ke representasi yang lain.

2) Exemplifying: Pemberian contoh terjadi ketika siswa mampu memberikan

contoh spesifik atau contoh dari konsep umum atau prinsip.

3) Classifying: Klasifikasi terjadi ketika siswa mengenal bahwa sesuatu

(contoh atau kejadian tertentu) termasuk kategori tertentu (misal konsep

atau prinsip).

4) Summarizing: Merangkum terjadi ketika siswa mampu mengusulkan

pernyataan tunggal yang merepresentasikan penyajian informasi atau

rangkuman dari tema umum.

5) Inferring: Menyimpulkan meliputi penemuan pola dalam rangkaian

contoh-contoh atau kejadian-kejadian.

6) Comparing: membandingkan terjadi ketika siswa menemukan persamaan

dan perbedaan antara dua atau lebih objek/benda, peristiwa, masalah atau

situasi. Nama lainnya adalah contrcting, matching dan mapping.

7) Explaning: Menjelaskan terjadi ketika siswa mampu membangun dan

menggunakan model sebab akibat dari suatu system. Model dapat

diturunkan dari teori formal, atau bisa didasarkan pada riset atau

pengalaman.
13

Hamalik (2005 : 166) mengemukakan bahwa untuk mengetahui apakah

siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak ada empat hal yang harus

dapat diperbuatnya, yaitu :

1) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya

2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut

3) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan

contoh

4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan

konsep tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan pemahaman konsep

matematika adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah

materi pelajaran matematika, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau

mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan

kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi

data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur

kognitif yang dimilikinya.

2. Model Pembelajaran Generatif

a. Konsep tentang model pembelajaran generatif

Menurut Osbome dan Wittrock (Zulkarnain, 2014) mengungkapkan

bahwa model pembelajaran generatif merupakan suatu model yang

menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan

menggunakan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu

akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau


14

gejala yang terkait. Jika persoalan baru itu berhasil menjawab permasalahan

yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori

jangka panjang.

Model pembelajaran generatif berbasis pada pandangan konstruktivisme

yang intinya bahwa pebelajar mengkontruksi pengetahuan sainsnya sendiri

dalam lingkungan belajar konstruktivis (Mardana, 2001: 51). Menurut Trianto

(2012: 74) aliran konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk

sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dalam belajar

bermakna dan belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan

mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain,

tetapi melalui pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya.

Model pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap pembelajaran

yaitu: eksplorasi, pemfokusan, tantangan, dan penerapan konsep atau aplikasi.

Melalui penerapan model pembelajaran generatif diharapkan siswa dapat

berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran sehingga memiliki

pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan untuk membangun

pengetahuannya secara mandiri. Dengan menghubungkan pengetahuan awal

(prior knowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dengan konsep yang

dipelajari, akhirnya siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang baru

(Wena, 2010: 183).

Menurut Osborne dan Cosgrove dalam Sutarman dan Swasno (2003)

bahwa tahapan penerapan model pembelajaran generatif ini dapat dijabarkan

dalam tahapan-tahapan dibawah ini:


15

1. Tahapan pendahuluan/ eksplorasi. Tahapan eksplorasi ini guru

membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan,

ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau

diperoleh dari pembelajaran pada tingkatan kelas sebelumnya. Untuk

melakukan eksplorasi diberikan stimulus berupa aktivitas/ tugas-tugas

seperti penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukan

data atau fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari. Dengan

kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada

diri siswa, mengapa hal itu terjadi dan selanjutnya mengajak dan

mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala yang baru

diselidiki atau amati. Guru mengantarkan proses diskusi guna

mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan

menjadi rumusan, dugaan dan hipotesis.

2. Tahapan Pemfokusan. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian

hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajaran

yang lain. Guru sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber,

memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat

melakukan proses ilmiah. Tugas yang diberikan dalam pembelajaran

sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk

menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran

yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan

petunjuk atau langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan

kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang


16

diinginkan. Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri

atas 2 sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk

meningkatkan sikap seperti ilmuwan. Misalnya pada aspek kerjasama

dengan sesama teman sejawat, mebantu dalam kerja kelompok,

menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea) dan

keberanian bertanya.

3. Tahapan Tantangan. Tahapan tantangan disebut juga tahap pengenalan

konsep. Setelah siswa memperoleh data, selanjutnya menyimpulkan dan

menulis dalam lembar kerja. Siswa mempresentasikan temuanya melalui

diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman

diantara siswa. Dalam tahap ini siswa berlatih untuk mengeluarkan ide,

kritik, berdebat, menghargai pendapat teman dan menghargai adanya

perbedaan diantara pendapat teman. Pada akhir diskusi siswa memperoleh

kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar dengan proses kognitif

yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi.

Proses asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar

menurut data eksperimen terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa

sesuai dengan data empiris. Pada tahap ini pula sebaiknya guru

memberikan pemantapan konsep dan latihan soal agar siswa memahami

secara mantap konsep tersebut. Pemberian soal dari yang mudah menuju

paling sulit agar motivasi tidak menurun.

4. Tahapan Penerapan Konsep. Tahap keempat siswa diajak untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya dan konsep


17

benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam

kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini pemberian soal-soal latihan

diberikan lebih banyak agar lebih memahami konsep (isi pembelajaran)

secara mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari

siswa akan masuk ke memori jangka panjang sehingga tingkat retensi

siswa semakin baik.

b. Sintaks model pembelajaran Generatif

Pembelajaran matematika dengan setting model Generatif adalah

pembelajaran yang terdiri dari empat langkah untuk mengembangkan

kreativitas siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok – kelompok kecil agar

dapat saling membantu memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh guru. Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Generatif

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


. Pembelajaran

1. Pendahuluan/ Memberikan aktifitas Mengekplorasi pengetahuan


Eksplorasi melalui demonstrasi/ awal yang diperoleh dari
contoh-contoh yang dapat pengalaman sehari-hari atau
merangsang siswa untuk diperoleh dari pembelajaran
melakukan eksplorasi sebelumnnya

Mendorong dan Mengutarakan ide-ide dan


merangsang siswa untuk merumuskan hipotesis
mengemukakan ide/
pendapat serta
merumuskan hipotesis

Membimbing siswa untuk Melakukan klasifikasi


mengklasifikasi pendapat pendapat yang telah ada
18

2. Pemfokusan Membimbing dan Menetapkan konteks


mengarahkan siswa untuk permasalahan, memahami,
menetapkan konteks mencermati permasalahan,
permasalahan berkaitan sehinngga siswa menjadi
dengan ide siswa yang familiar terhadap bahan
kemudian dilakukan yang digunakan untuk
pengujian. mengeksplorasi konsep.

Membimbing siswa Melakukan pengujian,


melakukan proses sains, berpikir apa yang terjadi,
yaitu menguji sesuatu menjawab pertanyaan
berhubungan dengan
konsep. Memutuskan dan
menggambarkan apa yang ia
ketahui tentang kejadian.
Mengklarifikasi ide ke
dalam konsep

Menginterpretasi respon Mempresentasikan ide ke


siswa. Menginterpretasi dalam kelompok dan juga
dan menguraikan ide forum kelas ke dalam
siswa. diskusi

3. Tantangan Mengarahkan dan Memberikan pertimbangan


memfasilitasi agar terjadi
pertukaran ide antar siswa. ide kepada (a) siswa yang
Menjamin semua ide siswa lain (b) semua siswa dalam
dipertimbangkan.
kelas.
Membuka diskusi.
Mengusulkan melakukan
demonstrasi jika
diperlukan.

Menunjukan bukti ide Menguji validitas ide/


pendapat dengan mencari
ilmuan. bukti. Membandingkan ide
ilmuan dengan ide kelas.

4. Aplikasi Membimbing siswa Menyelesaikan problem


merumuskan praktis dengan
permasalahan yang sangat menggunakan konsep dalam
sederhana. Membawa situasi yang baru.
siswa mengklasifikasi ide
baru. Membimbing siswa Menerapkan konsep baru
agar mampu
dipelajari dalam berbagai
menggambarkan secara
verbal penyelesaian
19

masalah. konteks yang berbeda.

Ikut terlibat dalam Mempersentasikan


merangsang dan penyelesaian dihadapan
mengkonstribusi ke dalam teman. Diskusi dan debat
diskusi untuk tentang penyelesaian
menyelesaikan masalah. masalah, mengkritisi dan
menilai penyelesaian
masalah. Menarik
kesimpulan akhir.

(Wena, 2010: 181)

c. Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran generatif

Keunggulan model pembelajaran generatif menurut Sugiarta (Santi,

2011: 20), adalah:

1. Sangat baik untuk mengaktifkan anak dalam kegiatan pembelajaran

termasuk pada anak-anak yang kurang mampu (tingkat pemahamannya

lamban).

2. Anak terangsang dan terbiasa mengerjakan tugas secara mandiri maupun

kelompok,

3. Suasana belajar selama kegiatan pembelajaran nampak bebas, ceria,

bergairah (penuh semangat), dan responsif (kondusif),

4. Hubungan anak dengan anak, anak dengan guru menjadi dekat (akrab)

dan sangat membantu pemecahan berbagai masalah yang dihadapi anak

dalam proses pembelajaran,

5. Suasana “menggurui” oleh guru intensitasnya menurun karena guru lebih

banyak berperan sebagai pendamping atau pembimbing dan fasilitator

dalam kegiatan diskusi.


20

Kelemahan model pembelajaran generatif menurut Sugiarta (dalam Santi,

2011:20), adalah:

1. Guru dituntut membuat persiapan mengajar yang mantap dan ditunjang

penguasaan materi bahan ajar yang luas,

2. Membutuhkan waktu lebih lama untuk membuat persiapan dan

penyediaan fasilitas penunjang pembelajaran,

3. Membutuhkan kecermatan dalam perencanaan dan pengelolaan waktu

belajar,

4. Mengaktifkan anak yang kurang mampu tidak mudah, oleh karena itu, ini

membutuhkan kiat-kiat khusus sesuai dengan perilaku anak yang

dilandasi kasih sayang, kesabaran dan ketekunan

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan terkait penelitian ini dirangkum sebagai

berikut:

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Tika dalam

penelitiannya yang berjudul “ Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif

Perbaikan Kesalahan Konsepsi dalam Perkuliahan Fisika Dasar

Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja” menyimpulkan

bahwa 77% yang memberikan respon dan sikap positif terhadap model

pembelajaran generatif.

2. Berdasarkan penelitian Lusiana dan Yusuf Hartono dengan penelitiannya

yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Pelajaran

Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang” menyatakan bahwa


21

Aktivitas siswa selama diterapkan model pembelajaran generatif tergolong

sangat tinggi dengan rata-rata persentase skor aktivitas 81,8% dan sikap

siswa terhadap penerapan model pembelajaran generatif tergolong positif

dengan rata-rata persentase skor 76,5%.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa dalam

mempelajari matematika. Karena konsep matematika yang satu dengan yang

lain berkaitan, sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan

berkesinambungan. Jika siswa telah memahami konsep-konsep matematika

maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep

matematika berikutnya yang lebih kompleks.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

aspek-aspeknya meliputi menyatakan ulang sebuah konsep,

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu, memberi contoh dan

contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematis, menggunakan prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma pemecahan masalah adalah masalah yang timbul di

SMPN 12 Kendari. Berdasarkan hasil tes, terlihat bahwa kemampuan

pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMPN 12 Kendari masih

rendah. Menghadapi kondisi tersebut guru harus mampu memilih model

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi dan karakteristik siswa

sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.


22

Model pembelajaran generatif merupakan suatu alternatif yang dapat

digunakan oleh guru dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa. Karena melalui model pembelajaran generatif

dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan

keterampilannya, serta dapat mendorong siswa untuk melakukan

penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian.

Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk

menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini apalagi fitnah

dalam melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis,

runut dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi.

Model pembelajaran generatif sangat sesuai diterapkan untuk berbagai

tingkatan kemampuan. Baik untuk tingkat kemampuan pemahaman konsep

yang tinggi maupun tingkat kemampuan pemahaman konsep yang rendah.

Dengan menerapkan model pembelajaran generatif, akan menumbuhkan

inisiatif peserta didik dalam bekerja dan motivasi internal untuk belajar baik

untuk tingkat kemampuan pemahaman konsep yang tinggi maupun tingkat

kemampuan pemahaman konsep yang rendah sehingga kelas dengan

tingkatan kemampuan yang berbeda akan dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematikanya.

Model pembelajaran generatif menekankan pada proses pencarian

pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai

subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan


23

kegiatan belajar. Peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian

pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas

proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan

penyelidikan ilmiah, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk

menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru

yang diperlukan untuk kehidupannya sehingga pembelajaran akan semakin

bermakna dalam arti pemahaman siswa akan suatu konsep akan lebih

mendalam.

Model pembelajaran generatif dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematika, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam

bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan

hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Dengan penerapan model

pembelajaran generatif akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik

yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan

pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika

peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan sehingga

pemahaman konsep matematika siswa menjadi lebih baik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka rumusan

hipotesis pada penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan model

pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari.


24

Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut di atas, maka dibuat hipotesis

statistiknya sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran generatif

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP

Negeri 12 Kendari

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran generatif terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 12

Kendari

Atau

H0: 𝜇𝑑 ≤ 0

H1: 𝜇𝑑 > 0
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan menerapkan

model pembelajaran generatif pada materi Peluang di kelas VIII SMP 12

Kendari.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari, pada

semester II tahun ajaran 2019/2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Negeri 12 Kendari. Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru di

sekolah tersebut untuk mengetahui gambaran mengenai populasi. Diperoleh

informasi bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari terdiri dari 7

(tujuh) kelas tanpa ada kelas unggulan, yang tersebar secara heterogen, dalam

arti bahwa secara umum dalam masing – masing kelas terdapat siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Populasi siswa kelas VIII SMP

Negeri 12 Kendari beserta hasil ulangan semester 1 digambarkan pada tabel

berikut:

26
Tabel 3.1 Data Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kendari

No. Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata UAS


1. VIII1 40 44,76

2. VIII2 39 44,70

3. VIII3 40 46,28

4. VIII4 40 43,15

5. VIII5 40 42,45

6. VIII6 38 47,05

7 VIII7 39 44,20

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan teknik purposive

sampling dengan melihat nilai rata-rata matematika pada ulangan semester

ganjil tahun ajaran 2019/2020. Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

adalah sebanyak satu kelas. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut,

diperoleh kelas VIII5 sebagai sampel penelitian.

D. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel:

a. Variabel bebas (independen) yaitu perlakuan berupa pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Generatif (X).

b. Variabel terikat (dependen) (Y) berupa kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa.

2. Desain Penelitian

60
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest

design, Sebelum melakukan penelitian, kelas terpilih diberikan pretest dan

setelah dilakukan penelitian akan diberikan posttest. Desainnya adalah

sebagai berikut

O1 X O2

(Sarwono, 2007: 86)

Keterangan:

O1= Tes pemahaman konsep matematis siswa sebelum diajar dengan

menggunakan model pembelajaran generatif

O2 = Tes pemahaman konsep matematis siswa setelah diajar dengan

menggunakan model pembelajaran generatif

X = Perlakuan dengan model pembelajaran generatif

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menafsirkan variabel-

variabel dalam penelitian, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai

berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa

yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak

sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari,

tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah

dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan

konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Indikator

kemampuan pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini terdiri

60
dari tujuh (7) aspek pemahaman konsep, yaitu menyatakan ulang sebuah

konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

(sesuai dengan konsepnya), memberi contoh dan non contoh dari konsep,

menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,

mengembangkan syarat perlu atau cukup dari konsep, mengunakan

prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma pemecahan masalah.

2. Model pembelajaran Generatif adalah model pembelajaran, dimana siswa

belajar aktif berpartisipasi dalam mengkontruksi makna dari informasi

yang ada disekitarnya berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman

yang dimiliki siswa, model pembelajaran Generatif dalam penelitian ini

memuat empat (4) tahap yaitu: pendahuluan/eksplorasi, pemfokusan,

tantangan, dan penerapan konsep atau aplikasi

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati kegiatan

guru dalam mengelola pembelajaran, sedangkan lembar observasi aktivitas

siswa digunakan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Lembar observasi yang dibuat mengacu pada

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya.

Setiap aktivitas yang diamati dalam penelitian ini mengacu pada sintaks

model pembelajaran generatif.

60
b. Lembar Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa, digunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam

bentuk uraian sebanyak 6 butir soal. Tes pemahaman konsep matematis ini

dilakukan pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

generatif. Kemudian menentukan pedoman pensekoran untuk menilai

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis
Indikator
Pemahaman Keterangan Skor
Konsep
Jawaban kosong 0
Tidak dapat menyatakan ulang konsep 1
Menyatakan
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi masih
ulang sebuah 2
banyak kesalahan
konsep
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi belum tepat 3
Dapat menyatakan ulang konsep dengan tepat 4
Jawaban kosong 0
Tidak dapat mengklasifikasikan objek menurut
1
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
Mengklasifikasik
Dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
an objek
tertentu sesuai dengan konsepnya tetapi masih 2
menurut sifat-
banyak kesalahan
sifat tertentu
sesuai dengan Dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
konsepnya tertentu sesuai dengan konsepnya tetapi belum 3
tepat
Dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat
4
tertentu sesuai dengan konsepnya dengan tepat
Mengembangka Jawaban kosong 0
n syarat perlu Tidak dapat menggunakan, memanfaatkan, dan
1
atau syarat memilih prosedur tertentu
cukup suatu Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih 2

60
konsep prosedur tertentu tetapi masih banyak kesalahan
Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
3
prosedur tertentu tetapi belum tepat
Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
4
prosedur tertentu dengan tepat
Jawaban kosong 0
Tidak dapat menggunakan, memanfaatkan, dan
1
Menggunakan, memilih prosedur tertentu
memanfaatkan, Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
2
dan memilih prosedur tertentu tetapi masih banyak kesalahan
prosedur Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
3
tertentu prosedur tertentu tetapi belum tepat
Dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
4
prosedur tertentu dengan tepat
Jawaban kosong 0
Tidak dapat mengaplikasikan konsep/algoritma ke
1
Mengaplikasika pemecahan masalah
n Dapat mengaplikasikan konsep/algoritma ke
2
konsep/algoritm pemecahan masalah tetapi masih banyak kesalahan
a ke pemecahan Dapat mengaplikasikan konsep/algoritma ke
3
masalah pemecahan masalah tetapi belum tepat
Dapat mengaplikasikan konsep/algoritma ke
4
pemecahan masalah dengan tepat
(Mawadah dan Maryanti, 2016: 79–80)

Aturan konversi nilai perolehan siswa adalah sebagai berikut:

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


Nilai perolehan siswa = × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


Siswa
No. Nilai Kriteria
1 85,00 – 100 Sangat baik
2 70,00 – 84,99 Baik
3 55,00 – 69,99 Cukup
4 40,00 – 54,99 Rendah
5 0,00 – 39,99 Sangat Rendah
(Adaptasi Ningsih, 2010)

Sebelum digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu dianalisis melalui

panelis. Instrumen kemampuan pemahaman konsep matematika untuk uji

panelis ini terdiri dari: (1) definisi konsep, (2) definisi operasional, (3) kisi-

60
kisi dan (4) pernyataan (soal essay) (Djali dan Muljono, 2004: 139).

Instrumen kemampuan pemahaman konsep matematika sebelum digunakan

pada penelitian sesungguhnya, terlebih dahulu dianalisis validitas dan

reliabilitasnya melalui panelis. Jumlah panelis yang ada dalam penelitian ini

terdiri dari dua orang dosen pendidikan matematika dan satu orang guru mata

pelajaran matematika.

Format isian penilaian panelis dari instrumen kemampuan pemahaman

konsep matematika adalah mencocokkan setiap butir soal dengan kompetensi

inti dan indikator pembelajaran dengan skor penilaian 0 sampai 4 dengan

ketentuan skor 0 jika dalam pernyataan tidak satupun kriteria yang muncul,

skor 1 jika dalam pernyataan terdapat satu kriteria yang muncul, skor 2 jika

dalam pernyataan terdapat dua kriteria yang muncul, skor 3 jika dalam

pernyataan terdapat tiga kriteria yang muncul, dan skor 4 jika dalam

pernyataan semua kriteria muncul. Skor butir-butir tersebut diberikan oleh

panelis sesuai dengan kesesuaian antara butir pernyataan dengan indikator,

kopetensi dasar, dan kopetensi inti untuk variabel kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa. Kriteria panelis adalah sebagai berikut: 1)

kesesuaian antara butir soal dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, 2)

kesesuaian antara butir soal dengan aspek dan indikator kemampuan

pemahaman konsep matematis, 3) penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar, dan 4) tidak bermakna ganda.

G. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

60
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sebagai panduan guru

dalam mengajar. RPP adalah semua rencana kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. RPP dalam

penelitian ini terdiri dari RPP kelas eksperimen.Terlampir (lampiran 3)

b. Bahan Ajar dan Buku Siswa

Bahan ajar dalam penelitian dibuat dengan tujuan tertentu sesuai dengan

RPP pada masing – masing pembelajaran. Bahan ajar tersebut digunakan

pada kelas eksperimen (Lampiran 4). Sedangkan buku siswa yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Buku Siswa Perspektif Matematika Kelas VIII.

c. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembar yang berisi tugas yang

harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa serta berisi petunjuk cara kerja

soal-soal dan panduan yang dapat digunakan siswa dalam mengikuti proses

kegiatan pembelajaran. LKS dalam penelitian dibuat oleh peneliti untuk

digunakan dalam pembelajaran dengan setting model pembelajaran Generatif

Terlampir (lampiran 5).

H. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

a) Observasi. Observasi dilakukan, pada setiap pertemuan yaitu empat kali

pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

Generatif. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui data mengenal

aktivitas guru dan siswa.

60
b) Tes pemahaman konsep matematis. Pemberian tes kemampuan

pemahaman konsep matematis dilakukan sebanyak satu kali, yaitu setelah

diberi perlakuan (posttest). Setelah kegiatan pembelajaran pada kelas

eksperimen dengan model pembelajaran generatif dilaksanakan, maka

dilakukan tes pada kedua kelas tersebut. Kemudian tes tersebut dikerjakan

oleh siswa. Selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti

untuk diperiksa dan diberi nilai. Nilai dari hasil pekerjaan siswa inilah

yang dijadikan data dalam penelitian ini.

I. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh selama proses penelitian diolah dan dianalisis

menggunakan aplikasi/ program SPSS (Statistical Product and Service

Solution). Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dijabarkan

sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif diperlukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Statistik deskriptif dalam

penelitian ini antara lain adalah penyajian data melalui tabel, pengukuran

tendensi sentral (penghitungan mean, median dan modus), penghitungan

varians, standar deviasi, skewness dan kurtosis. Kategori tingkat kemampuan

pemahaman konsep matematis ditentukan dengan menggunakan skor

perolehan tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang telah

dikonversi ke skala 100.

60
Selanjutnya, peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas

eksperimen, ditentukan berdasarkan nilai normalized-gain (n-gain)

menggunakan rumus Meltzer (Fauziah, 2010) sebagai berikut:

S post  S pre
n  gain 
S maks  S pre

Keterangan: S post = Skor posttest

S pre = Skor pretest

S maks = Skor maksimum

Dengan kriteria nilai n-gain sebagai berikut:

n – gain > 0,70 Tinggi

0,30 ≤ n – gain≤ 0,70 Sedang

n – gain< 0,30 Rendah

2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial diperlukan untuk menguji hipotesis, yang didahului

dengan uji prasyarat analisis sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data diperlukan untuk melihat sebaran data berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk

menguji normalitas data adalah dengan uji Kolmogorov – Smirnov (uji K–S),

ketentuannya adalah jika nilai Sig  0,05 , maka distribusi data dinyatakan

60
normal, dan apabila nilai Sig  0,05 , distribusi data dinyatakan tidak normal.

(Sujarweni, 2015: 55).

b. Uji Homogenitas Data

2. Uji Hipotesis

Setelah pengujian populasi data telah dilakukan menggunakan uji

normalitas, maka akan dilakukan pengujian hipotesis dengan uji Paired sample

t-test, untuk mengetahui adanya perbedaan antara kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa sebelum diajarkan dengan model generatif dan sesudah

diajarkan dengan model generatif.

Rumus pengujiaannya yaitu:

𝑑̅
𝑡=𝑠 (Quadratullah, 2014: 325).
𝑑 ⁄√𝑛

Keterangan:

𝑡 = Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang dicari

𝑑̅ = rata-rata nilai beda

𝑠𝑑 = Standar deviasi nilai beda

𝑛 = Jumlah sampel

Kriteria pengujiannya adalah

Terima 𝐻0 apabila −𝑡ℎ𝑖𝑡 ≥ −𝑡𝛼;(𝑛−1) dan

Tolak 𝐻0 jika −𝑡ℎ𝑖𝑡 < −𝑡𝛼;(𝑛−1) .

Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji-t sampel berkorelasi

(Paired-Sample t-Test) dengan bantuan SPSS 21.

Langkah-langkah dalam pengujian ini dengan penggunaan aplikasi SPSS

21 adalah sebagai berikut:

60
1) Masukkan data pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep

matematis pada spreadsheet data view SPSS.

2) Klik Analyze kemudian pilih compare means, lalu pilih Paired-Sample T

Test.

3) Pindahkan pretest dan posttest ke kotak Paired Variables.

4) Klik OK. Pada langkah ini pengujian menggunakan Paired Sample T Test

sudah selesai, selanjutnya adalah pengambilan keputusan.

Jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji Wilcoxon dengan

bantuan SPSS 21.Langkah-langkah dalam pengujian ini dengan penggunaan

aplikasi SPSS 21 adalah sebagai berikut:

1) Masukkan data pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep

matematis pada spreadsheet data viewSPSS.

2) Klik Analyze kemudian pilih Non Parametric Test, lalu pilih Legacy

Dialogs kemudianpilih 2 Related Samples.

3) Pindahkan pretest dan posttest ke kotak TestPaired dan pada bagian

TestType berikan tanda centang pada pilihan Wilcoxon.

4) Klik OK. Pada langkah ini pengujian menggunakan Paired Sample T Test

sudah selesai, selanjutnya adalah pengambilan keputusan.

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai:

 sig. (2-tailed) ≥𝛼 = 0,05, maka terdapat pengaruh yang signifikan

model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa.

60
 sig. (2-tailed)<𝛼 = 0,05, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan

model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa.

60
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis


Kompetensi SMP. Jakarta: Depdiknas
Djaali dan Muljono, Pudji. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Program Pascasarjana UNJ
Duffin, J.M.& Simpson, A.P. 2000. A Search for understanding. Journal of
Mathematical Behavior. 18(4): 415-427.
Ernawati. 2003. Meningkatkan Kemamouan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa SMU Mealui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi Jurnal
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI
Fadjar, Shadiq. 2009. Diklat Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang
Lanjut. Kemahiran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa SMP melalui Strategi React. Forum
Kependidikan, Volume 30, Nomor 1, Juni 2010. STKIP PGRI
Lubuklinggau.
Hamalik, Oemar. 2005 Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta : Bumi Aksara, Cet. IV.
Hodijah, Yoyo. 2014. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Matematis. Program Pasca Sarjana STKIP
Siliwangi Bandung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika,
vol.1. hal. 351.
I Wayan Redhana dan I Dewa Ketut Sastrawidana. 2003. Pembelajaran Generatif
Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Kimia Dasar II, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
Negeri Singajara, No. 1) hal. 93

Kesumawati,Nila. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan


Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi Pps UPI Bandung. Tidak
Diterbitkan.

60
63

Ketut Tika. 2001. Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan


Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka Widya IKIP
Negeri Singaraja, No. 3), hal. 44
Mardana, I. B. P. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif. Aneka
Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2. TH. 2014, hlm. 48-58.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya
National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standars for
School Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Patih, Tandri. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan Pendekatan Open-
Ended. Kendari: UHO.
Quadratullah, Muhammad Farhan. (2014). Statistika Terapan : Teori, Contoh
Kasus, dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Rochaety, dkk. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Ruseffendi, R.T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompensinya dalam Pengajaran Matematika unruk Meningkatkam
CBSA. Bandung: Tarsito
Santi, Putu. 2011. Penerapan Kelompok Belajar Kompetitif Dengan Model
Pembelajaran Generatif Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD No. 4 Penarukan,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2010/2011.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FIP Undiksha
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung.
Alfabeta.
. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

60
64

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. SPSS untuk Peneletian. Yogyakarta.


Susilana, R .2006. Kurikulumdan Pembelajaran. Bandung: TIM MKDP FKIP
UPI
Sutarman dan Swasono, P. 2003. ”Implementasi Pembelajaran Generatif Berbasis
Konstruktivisme sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa
Kelas III pada Bidang Fisika di SLTP 17 Malang”. Jurnal. Malang:
Lemlit-UM.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Virlianti, Y. 2002. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan
Masalah Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Realistik. Skripsi Jurusan Matematika FMIPA UPI
Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara
Zulkarnain, Iskandar & Agustini. 2014, “Model Pembelajaran Generatif untuk
Mengembangkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa”, vol. 2, no.
1, hlm 8-14.

60
65

LAMPIRAN

60
65

Lampiran 1.
SILABUS

Nama Sekolah : SMP Negeri 12 Kendari


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Materi Pokok : Peluang

Kompetensi Inti:

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotongroyong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba,mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang/teori.

8
67

Kompetensi Dasar Materi Kegiatan Pembelajaran Alokasi Sumber


Pembelajaran Waktu Belajar
3.11 Menjelaskan Peluang  Mencermati permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan 10 x 40 K.13
peluang emipirik  Titik sampel peluang empirik dan peluang teoretik menit 1. Bahan Ajar
dan teoretik suatu  Ruang sampel  Mencermati ruang sampel dari peluang teoretik dan titik 2. BukuSiswa
kejadian dari suatu kejadian sampel dari suatu kejadian pada suatu ruang sampel 3. Buku Guru
percobaan.  Peluang empirik  Melakukan percobaan untuk menemukan hubungan antara
4.11 Menyelesaikan  Peluang teoretik peluang empirik dengan peluang teoretik
masalah yang  Hubungan antara  Menyajikan hasil pembelajaran peluang empirik dan peluang
berkaitan dengan peluang empirik teoretik
peluang empirik dengan peluang
dan teoretik suatu teoretik
kejadian dari suatu
percobaan.

8
64

Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMP Negeri 12 Kendari


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : VIII5/ 2
Materi Pokok : Peluang
Alokasi Waktu : 10 JP (4 kali pertemuan)

A. Kompetensi Dasar
1.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukan sikap logis kritis analitik, konsisten, dan teliti dan bertanggung jawab
responsive dan tidak mudah menyerah dalam pemecahan masalah
3.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik
suatu kejadian dari suatu percobaan
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.1 Memahami pengertian tentang peluang
3.11.2 Menemukan peluang empirik dari suatu percobaan
3.11.3 Memahami pengertian titik sampel dan ruang sampel
3.11.4 Menemukan peluang teoritik dari suatu percobaan
3.11.5 Memahami hubungan antara peluang empirik dan peruang teoritik
4.11.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dari suatu
percobaan
4.11.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang
sampel
4.11.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu
percobaan
4.11.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik
dan peluang teoritik.
C. Tujuan Pembelajaran

60
65

Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan:


1. Setelah mempelajari materi tentang peluang, maka siswa dapat menjelaskan
pengertian peluang dengan tepat.
2. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menemukan peluang
empirik dari suatu percobaan dengan tepat.
3. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat memahami pengertian
titik sampel dan ruang sampel secara tepat.
4. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menemukan peluang
teoritik dari suatu percobaan dengan tepat.
5. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat memahami hubungan
antara peluang empirik dan peluang teoritik secara tepat.
6. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang empirik dari suatu percobaan secara tepat.
7. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang sampel secara tepat
8. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu percobaan dengan tepat.
9. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik dan peluang teoritik.
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Reguler
Pertemuan Pertama
Peluang empirik
Pertemua Kedua
Ruang sampel dan titik sampel
Pertemuan Ketiga
Peluang Teoretik
Pertemuan Keempat
Hubungan antara peluang empirik dan peluang teoretik
2. Materi Remedial

60
66

Dipilih materi pembelajaran di bawah ini bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM.
1) Menemukan peluang teoritik dari data yang mungkin diperoleh
berdasarkan sekelompok data.
2) Menghubungkan antara peluang empirik dan peluang teoretik

E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan pertama (3x40 Menit)

3.11.1 Memahami pengertian tentang peluang


3.11.2 Menemukan peluang empirik dari suatu percobaan
4.11.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dari suatu
percobaan
Fase
Alokasi
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
waktu
Generatif
Pendahuluan :
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan memberi salam,
menyapa siswa dan mengecek kehadiran siswa.
2. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
10 menit
diperlukan, misalnya buku siswa
3. Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang pengalaman belajar
sebelumnya kemudian diberi gambaran materi yang akan dipelajari
4. Guru menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran
Inti :
Pendahuluan / 1. Guru membagikan LKS yang berisikan masalah mengenai peluang
Eksplorasi empirik serta meminta siswa untuk memecahkan masalah yang tertera pada
LKS agar dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.
2. Guru memberikan penjelasan tambahan mengenai peluang empirik
3. Guru mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/
pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah mengamati masalah
terkait peluang empirik serta merumuskan hipotesis tentang masalah yang
disajikan di LKS.
100 menit
4. Guru membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat tentang apa yang
telah diperoleh setelah mengamati masalah terkait peluang empirik yang
disajikan di LKS..
5. Guru Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
Pemfokusan pengujian.
6. Guru membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu
7. Guru menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan
ide siswa.

60
67

8. Guru mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar


Tantangan
siswa, menjamin semua ide siswa dipertimbangkan, membuka diskusi,
mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
9. Guru membimbing siswa merumuskan permasalahan terkait peluang
empirik yang disajikan di LKS, membawa siswa mengklasifikasi ide baru,
Aplikasi membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal
penyelesaian masalah.
10. Guru Ikut terlibat dalam merangsang dan mengkonstribusi ke dalam
diskusi untuk menyelesaikan masalah
Penutup 10 menit
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai
peluang empirik
2. Guru memberikan tugas rumah
3. Guru Menyempaikan tentang materi/ kegiatan pembelajaran berikutnya.
4. Berdoa

Pertemuan kedua (2x40Menit)

3.11.3 Memahami pengertian titik sampel dan ruang sampel


4.11.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang
sampel

Fase
Alokasi
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
waktu
Generatif
Pendahuluan :
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan memberi salam,
menyapa siswa dan mengecek kehadiran siswa.
2. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
10 menit
diperlukan, misalnya buku siswa
3. Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang pengalaman belajar
sebelumnya kemudian diberi gambaran materi yang akan dipelajari
4. Guru menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran
Inti :
Pendahuluan / 1. Guru membagikan LKS yang berisikan masalah mengenai ruang sampel
Eksplorasi dan titik sampel serta meminta siswa untuk memecahkan masalah yang
tertera pada LKS agar dapat merangsang siswa untuk melakukan
eksplorasi.
2. Guru memberikan penjelasan tambahan mengenai ruang sampel dan titik
60 menit
sampel
3. Guru mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/
pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah mengamati masalah
terkait ruang sampel dan titik sampel serta merumuskan hipotesis tentang
masalah yang disajikan di LKS.
4. Guru membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat tentang apa yang

60
68

telah diperoleh setelah mengamati masalah terkait peluang empirik yang


disajikan di LKS..
5. Guru Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
Pemfokusan pengujian.
6. Guru membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu
7. Guru menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan
ide siswa.
8. Guru mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar
Tantangan
siswa, menjamin semua ide siswa dipertimbangkan, membuka diskusi,
mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
9. Guru membimbing siswa merumuskan permasalahan terkait ruang sampel
dan titik sampel yang disajikan di LKS, membawa siswa mengklasifikasi
Aplikasi ide baru, membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal
penyelesaian masalah.
10. Guru Ikut terlibat dalam merangsang dan mengkonstribusi ke dalam
diskusi untuk menyelesaikan masalah
Penutup 10 menit
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai
peluang empirik
2. Guru memberikan tugas rumah
3. Guru Menyempaikan tentang materi/ kegiatan pembelajaran berikutnya.
4. Berdoa

Pertemuan ketiga (3x40 menit)

3.11.4 Menemukan peluang teoritik dari suatu percobaan


4.11.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu
percobaan

Fase
Alokasi
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
waktu
Generatif
Pendahuluan :
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan memberi salam,
menyapa siswa dan mengecek kehadiran siswa.
2. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
10 menit
diperlukan, misalnya buku siswa
Pendahuluan / 3. Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang pengalaman belajar
Eksplorasi sebelumnya kemudian diberi gambaran materi yang akan dipelajari
4. Guru menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran
Inti :
1. Guru membagikan LKS yang berisikan masalah mengenai peluang teoritik
100 menit
serta meminta siswa untuk memecahkan masalah yang tertera pada LKS
agar dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.

60
69

2. Guru memberikan penjelasan tambahan mengenai peluang teoritik


3. Guru mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/
pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah mengamati masalah
terkait peluang teoritik serta merumuskan hipotesis tentang masalah yang
disajikan di LKS.
4. Guru membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat tentang apa yang
telah diperoleh setelah mengamati masalah terkait peluang empirik yang
disajikan di LKS..
5. Guru Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
Pemfokusan pengujian.
6. Guru membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu
7. Guru menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan
ide siswa.
8. Guru mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar
Tantangan
siswa, menjamin semua ide siswa dipertimbangkan, membuka diskusi,
mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
9. Guru membimbing siswa merumuskan permasalahan terkait peluang
teoritik yang disajikan di LKS, membawa siswa mengklasifikasi ide baru,
Aplikasi membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal
penyelesaian masalah.
10. Guru Ikut terlibat dalam merangsang dan mengkonstribusi ke dalam
diskusi untuk menyelesaikan masalah
Penutup 10 menit
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai
peluang empirik
2. Guru memberikan tugas rumah
3. Guru Menyempaikan tentang materi/ kegiatan pembelajaran berikutnya.
4. Berdoa

Pertemuan keempat (2x40 Menit)

3.11.5 Memahami hubungan antara peluang empirik dan peruang teoritik


4.11.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik
dan peluang teoritik.

Fase
Alokasi
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan
waktu
Generatif
Pendahuluan :
1. Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis dengan memberi salam,
Pendahuluan / menyapa siswa dan mengecek kehadiran siswa.
10 menit
Eksplorasi 2. Guru meminta siswa untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa
3. Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang pengalaman belajar

60
70

sebelumnya kemudian diberi gambaran materi yang akan dipelajari


4. Guru menyampaikan tujuan dan indikator pembelajaran
Inti :
1. Guru membagikan LKS yang berisikan masalah mengenai hubungan
antara peluang empirik dan peluang teoritik serta meminta siswa untuk
memecahkan masalah yang tertera pada LKS agar dapat merangsang siswa
untuk melakukan eksplorasi.
2. Guru memberikan penjelasan tambahan mengenai hubungan antara
peluang empirik dan peluang teoritik
3. Guru mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/
pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah mengamati masalah
terkait hubungan antara peluang empirik dan peluang teoritik serta
merumuskan hipotesis tentang masalah yang disajikan di LKS.
4. Guru membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat tentang apa yang
telah diperoleh setelah mengamati masalah terkait peluang empirik yang
disajikan di LKS..
5. Guru Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks 100 menit
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
Pemfokusan pengujian.
6. Guru membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji sesuatu
7. Guru menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan
ide siswa.
8. Guru mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar
Tantangan
siswa, menjamin semua ide siswa dipertimbangkan, membuka diskusi,
mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
9. Guru membimbing siswa merumuskan permasalahan terkait hubungan
antara peluang empirik dan peluang teoritik yang disajikan di LKS,
Aplikasi membawa siswa mengklasifikasi ide baru, membimbing siswa agar mampu
menggambarkan secara verbal penyelesaian masalah.
10. Guru Ikut terlibat dalam merangsang dan mengkonstribusi ke dalam
diskusi untuk menyelesaikan masalah
Penutup 10 menit
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai
peluang empirik
2. Guru memberikan tugas rumah
3. Guru Menyempaikan tentang materi/ kegiatan pembelajaran berikutnya.
4. Berdoa

F. Penilaian Hasil Pembelajaran


Lembar Kerja Siswa (LKS)
G. Sumber Pembelajaran
Sumber : Buku guru dan buku siswa matematika kelas VIII

60
71

Lampiran 3.

BAHAN AJAR
P.1

Nama Sekolah : SMP Negeri 12 Kendari


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/2
Materi Pokok : Peluang Empirik
Alokasi Waktu : 3 x 40 maenit

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan:
1. Setelah mempelajari materi tentang peluang, maka siswa dapat menjelaskan
pengertian peluang dengan tepat.
2. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menemukan peluang
empirik dari suatu percobaan dengan tepat.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
4.1 Menunjukan sikap logis kritis analitik, konsisten, dan teliti dan bertanggung jawab
responsive dan tidak mudah menyerah dalam pemecahan masalah
5.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
6.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik
suatu kejadian dari suatu percobaan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.1 Memahami pengertian tentang peluang
3.11.2 Menemukan peluang empirik dari suatu percobaan
4.11.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dari suatu
percobaan

D. Materi Pembelajaran

60
72

A. Pengertian Peluang
Peluang atau keboleh jadian atau dikenal sebagai probabilitas adalah cara untuk
mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku
atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat dalam matematika,
dan kemudian digunakan secara lebih luas tidak hanya dalam matematika atau
statistika, tetapi juga keungan, sains dan filsafat.
Probabilitas suatu kejadian adalah angka yang menunnjukan kemungkinan
terjadinya suatu kejadian. Nilainya di antara 0 dan 1. Kejadian yang nilai probabilitas 1
adalah kejadian yang pasti terjadi atau sesuatu yang telah terjadi. Misalnya matahari
yang masih terbit di timur sampai sekarang. Sedangkan suatu kejadian yang mempunyai
nilai probabilitas 0 adalah kejadian yang mustahil atau tidak mungkin terjadi. Misalnya
sepasang kambing melahirkan seekor sapi.
Probabilitas/peluang suatu kejadian 𝐴 terjadi dilambangkan dengan notasi
𝑃(𝐴), 𝑝(𝐴) atau Pr(𝐴). Sebaliknya probabilitas bukan 𝐴 atau komplemen 𝐴, atau
probabilitas suatu kejadian A tidak akan pernah terjadi, adalah 1 − 𝑃(𝐴).
B. Peluang Empirik
Banyak masalah di sekitar kita yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Kadang keputusan yang dibuat merugikan suatu pihak dan menguntungkan pihak lain.
Dengan memahami bahasan tentang peluang empirik ini diharapkan kita mampu
membuat keputusan sebaik mungkin, sehingga bisa diterima oleh pihak-pihak yang
terkait. Amati beberapa permasalahan berikut.

Pada saat jam istirahat Adi dan Ani secara bersamaan menuju ke ruang komputer
sekolah untuk mengerjakan tugas. Setelah
berdiskusi mereka memutuskan untuk
menggunakan komputer secara bergiliran
masing-masing selama satu jam. Masalahnya
adalah mereka sama-sama ingin mendapat
giliran lebih dahulu.
Bagaimanakah menurut kalian cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut?

60
73

Adi dan Ani memikirkan cara yang fair (mempunyai kesempatan sama) agar
hasilnya bisa mereka terima. Adi menusulkan untuk mengundi dengan tiga pilihan
berikut.
1. Melemparkan satu koin uang logam (2 sisi) sekali. Jika pada pelemparan, sisi angka
muncul (menghadap atas), Adi yang berhak menggunakan komputer terlebih
dahulu. Jika sisi gambar muncul, maka Ani yang berhak menggunakan komputer
lebih dahulu.

2. Mengambil satu kelereng dari tiga kelereng dengan mata


tertutup. kelereng yang disiapkan adalah warna merah,
kuning, dan hijau. Adi menyuruh Ani untuk memikirkan satu
kelereng warna sebarang. Kemudian Adi menyuruh Ani
mengambil (dengan mata tertutup) satu kelereng dari dalam
kantong yang sudah dipersiapkan. Jika keleereng yang diambil Ani sesuai dengan
yang dia pikirkan, yang berhak menggunakan komputer terlebih dulu adalah Ani.
3. Menggelindingkan satu dadu (enam sisi). Jika yang muncul di
sisi atas adalah angka genap, Ani yang berhak menggunakan
komputer terlebih dahulu. Jika yang muncul di sisi atas adalah
angka ganjil, Adi yang berhak menggunakan komputer terlebih
dahulu.
Suatu cara dikatakan fair dalam massalah Adi dan Ani di atas, jika dengan cara
tersebut Adi dan Ani mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan
giliran menggunakan komputer terlebih dahulu. Untuk mengetahui cara yang
digunakan tersebut fair atau tidak, kalian bisa melakukan percobaan dengan
mengikuti langkah-langkah berikut.

Alat dan bahan:

a. Satu koin.

60
74

b. Tiga kelereng (warna merah, kuning, dan hijau) dalam satu kantong terbungkus
rapi.
c. Satu dadu.
1. Lakukan percobaan:
a. Melemparkan satu koin sebanyak (minimal) 50 kali
b. Ambil satu kelereng dari dalam kantong dengan mata tertutup sebanyak
(minimal) 60 kali.
c. Gelindingkan dadu sebanyak (minimal) 120 kali
2. Amati hasil yang didapatkan dalam setiap kali bercobaan.
3. Agar catatan kalian rapi gunakan tabel seperti berikut.
Percobaan koin
Rasio 𝒇 terhadap
Banyak kali muncul 𝒏(𝑷)
Kejadian Turus
(𝒇) 𝒇
𝒏(𝑷)
Sisi Angka
Sisi Gambar
Total percobaan 𝒏(𝑷)

Percobaan kelereng
Rasio 𝒇 terhadap
Banyak kali muncul 𝒏(𝑷)
Kejadian Turus
(𝒇) 𝒇
𝒏(𝑷)
Kelereng merah
Kelereng kuning
Kelereng hijau
Total percobaan 𝒏(𝑷)

Percobaan dadu
Rasio 𝒇 terhadap
Banyak kali muncul 𝒏(𝑷)
Kejadian Turus
(𝒇) 𝒇
𝒏(𝑷)
Mata dadu “1”

60
75

Mata dadu “2”


Mata dadu “3”
Mata dadu “4”
Mata dadu “5”
Mata dadu “6”
Total percobaan 𝒏(𝑷)

Pada kolom keempat rasio (hasil bagi) frekuensi terhadap banyaknya percobaan
untuk selanjutnya disebut peluang empirik.
Banyak situasi dalam kehidupan sekitar kita yang menurut kita untuk membuat
keputusan fair. Untuk membuat keputusan yang fair kalian harus menggunakan
cara yang fair juga. Pada konteks di atas telah disajikan tiga benda, yaitu koin,
kelereng, dan dadu untuk membantu membuat keputusan fair. Masih banyak
benda di sekitar kalian yang bsa digunakan untuk membantu membuat keputusan
yang fair.

60
76

BAHAN AJAR
P.2
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan:
3. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat memahami pengertian
titik sampel dan ruang sampel secara tepat.
4. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang sampel secara tepat
B. Kompetensi Dasar
5.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
6.1 Menunjukan sikap logis kritis analitik, konsisten, dan teliti dan bertanggung jawab
responsive dan tidak mudah menyerah dalam pemecahan masalah
7.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
8.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik
suatu kejadian dari suatu percobaan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.3 Memahami pengertian titik sampel dan ruang sampel
4.11.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang sampel
D. Materi Pembelajaran

A. Dasar-Dasar Peluang

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti sering mendengar pernyataan –


pernyataan berikut.

1. Nanti sore mungkin akan turun hujan.


2. Berdasarkan hasil perolehan suara, Joni berpeluang besar untuk menjadi
ketua kelas.
3. Peluang Indonesia untuk mengalahkan Brazil dalam pertandingan
sepakbola sangat kecil.

Besar peluang ketiga pernyataan di atas dinyatakan dengan mungkin,


berpeluang besar, dan berpeluang kecil. Di dalam matematika, besar peluang

60
77

suatu kejadian/pernyataan dapat ditentukan secara eksak. Untuk lebih jelasnya,


pelajari uraian berikut.
1. Kejadian Acak

Coba kamu lemparkan sekeping uang logam. Dapatkah kamu memastikan sisi
mana yang akan muncul? Tentu saja tidak, bukan? Kamu hanya mengetahui sisi
yang mungkin muncul adalah salah satu dari sisi angka atau gambar.
Pelemparan sekeping uang logam merupakan salah satu contoh kejadian
acak. Untuk lebih memahami pengertian kejadian acak, lakukanlah kegiatan
berikut.

Kegiatan
1. Siapkan sebuah dadu, sebuah wadah, lima bola merah, dan lima bola kuning.
2. Lemparkan dadu tersebut. Dapatkah kamu menentukan muka dadu yang akan
muncul?
3. Masukan lima bola merah dan lima bola kuning ke dalam wadah. Aduklah bola-
bola tersebut. Kemudian, tutup matamu dan ambillah satu bola. Dapatkah kamu
menentukan warna bola yang terambil?
4. Ulangi percobaan nomor 3. Kali ini, lakukan tanpa menutup mata. Dapatkah
kamu menentukan warna bola yang terambil?

Pada percobaan nomor 1, kamu tentu tidak tahu muka dadu mana yang akan
muncul. Kamu hanya mengetahui bahwa muka dadu yang akan muncul adalah
yang bertitik satu, dua, tiga, empat, lima, atau enam.
Kejadian muka dadu mana yang akan muncul tidak dapat ditentukan
sebelumnya. Inilah yang disebut kejadian acak . Sekarang, tentukan olehmu
kejadian acak atau bukankah percobaan nomor 3 dan nomor 4?
Percobaan yang dilakukan pada Kegiatan di atas disebut percobaan
statistika. Percobaan statistika adalah percobaan yang dilakukan untuk
mengamati suatu kejadian.
2. Titik Sampel dan Ruang Sampel

60
78

Pada pelemparan sekeping uang logam, sisi yang mungkin muncul adalah sisi
angka (A) atau sisi gambar (G). Jika sisi yang mungkin muncul ini dinyatakan
dengan himpunan, misalnya S, menjadi S = {A,G}.
Kumpulan atau himpunan semua hasil yang mungkin muncul pada suatu
percobaan disebut ruang sampel, dilambangkan dengan S. Adapun anggota-
anggota dari S disebut titik sampel. Banyak anggota (titik sampel) suatu ruang
sampel dinyatakan dengan n(S).
3. Cara Menentukan Ruang Sampel Suatu Percobaan

Cara menentukan ruang sampel dari titik sampel ada tiga, yaitu dengan
mendaftar, tabel, dan diagram pohon.
a. Menentukan Ruang Sampel dengan Mendaftar

Misalkan, pada pelemparan dua keping uang logam sekaligus, sisi yang
muncul adalah angka (A) pada uang logam pertama dan gambar (G) pada uang
logam kedua, ditulis AG.
Kejadian lain yang mungkin muncul pada pelemparan kedua uang logam
tersebut adalah AA, GA, dan GG. Jika ruang sampelnya dituliskan dengan cara
mendaftar, hasilnya adalah S = {AA, AG, GA, GG} dengan n (S) = 4.

b. Menentukan Ruang Sampel dengan Tabel

Selain dengan cara mendaftar, ruang sampel dapat ditentukan dengan cara
membuat tabel. Perhatikan kembali pelemparan dua keping uang logam pada
bagian a. Untuk menentukan ruang sampel dengan tabel, buatlah tabel dengan
jumlah baris dan kolom yang diperlukan.
Untuk percobaan pelemparan dua uang logam sekaligus, diperlukan tabel
yang terdiri atas tiga kolom dan tiga baris. Isi kolom pertama dengan hasil yang
mungkin muncul dari uang logam ke-1 dan isi baris kedua dengan hasil yang
mungkin dari uang logam ke-2. Kemudian, lengkapi tabel yang kosong.
Tabel ruang sampel pelemparan dua logam adalah sebagai berikut.

60
79

Jadi, ruang sampelnya adalah S = {AA, AG, GA, GG} dengan n(S) = 4.

c. Menentukan Ruang Sampel dengan Diagram Pohon

Cara lain yang digunakan untuk menentukan ruang sampel adalah dengan
diagram pohon. Cara ini merupakan cara yang paling mudah. Berikut adalah
diagram pohon untuk pelemparan dua uang logam sekaligus.

Jadi, ruang sampelnya adalah S = {AA, AG, GA, GG} dengan n(S) = 4.

Contoh Soal

Tentukan ruang sampel dari percobaan-percobaan berikut.

60
80

a. Melempar sebuah dadu.


b. Melempar tiga keping uang logam sekaligus.
c. Melempar dua buah dadu sekaligus
Jawab:
a. Hasil yang mungkin muncul dari pelemparan sebuah dadu adalah muka dadu bertitik
1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Jadi, ruang sampelnya adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
b. Untuk mempermudah penentuan ruang sampel pelemparan tiga keping uang logam
sekaligus, digunakan diagram pohon.

Jadi, ruang sampelnya adalah S = {AAA, AAG, AGA, AGG, GAA, GAG, GGA,
GGG}.

c. Untuk mempermudah penentuan ruang sampel pelemparan dua buah dadu


sekaligus, digunakan tabel.

60
81

Jadi, ruang sampelnya adalah S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ... (6, 6)}

60
82

BAHAN AJAR
P.3
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan:
5. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menemukan peluang
teoritik dari suatu percobaan dengan tepat.
6. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu percobaan dengan tepat.
B. Kompetensi Dasar
7.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
8.1 Menunjukan sikap logis kritis analitik, konsisten, dan teliti dan bertanggung jawab
responsive dan tidak mudah menyerah dalam pemecahan masalah
9.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
10.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik
suatu kejadian dari suatu percobaan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.4 Menemukan peluang teoritik dari suatu percobaan
4.11.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu
percobaan
E. Materi Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah peluang, antara
lain dalam bidang sepak bola dan pemilihan calon ketua OSIS. Cermati uraian
berikut.
Pertandingan Sepak Bola
Pada suatu pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia U-19 melawan
Malaysia U-19 terjadi saling serang antara kedua tim. Meskipun begitu, hingga
menit 90 belum ada satu gol pun tercipta, sehingga skor masih 0 – 0. Timnas
Indonesia berpeluang memenangkan pertandingan ketika mendapatkan hadiah
penalti pada saat menit perpanjangan. Tendangan tersebut diambil oleh Ilham,
yang merasa siap untuk menendang penalti tersebut. namun ternyata tendangan
Ilham tidak membuahkan gol. Akhirnya skor akhir masih imbang tanpa gol antara

60
83

Indonesia dan Malaysia. Setelah pertandingan tersebut banak pendukung timnas


Indonesia antara lain Made dan Boaz. Berikut percakapan antara Made dengan
Boaz yang kecewa dengan hasil akhir tersebut.
Made : Saya yakin kalau Evan Dimas yang menendang tendangan penalti
tersebut pasti gol. Bagaimana menurutmu Boaz?
Boaz : Iya, saya akin peluang terjadinya gol besar kalau Evan Dimas ang
menendang. Saya yakin 100% gol.
Made : Wah, bukan 100% aja Boaz, menurut saya malah 200% gol karena
tendangannya hebat, dan Indonesia menang.
Pemilihan Calon Ketua Osis
Suatu ketika diadakan pemilihan perwakilan dari kelas 8A Sekolah Semangat 45
untuk menjadi calon ketua OSIS. Dari kelas 8A ada dua orang yang mencalonkan
diri, yaitu Nikma dan Riko. Ada diskusi dalam kelas tersebut yang akan diajukan
untuk menjadi calon ketua OSIS.
Udin : Lebih baik Riko saja yang kita ajukan untuk menjadi calon ketua OSIS.
Dia mempunyai banyak teman. Pasti peluang terpilih menjadi ketua
OSIS lebih besar daripada Nikma.
Keke : Tidak. Aku tidak sepakat. Nikma yang berpeluang lebih besar. Dia itu
baik, rajin, dan didukung banyak guru.
Dari dialog dalam Pertandingan Sepak Bola dan Pemilihan Calon Ketua Osis
tersebut, kita menemukan kalimat yang mengandung kata “peluang”. Dalam
kedua dialog di atas, kta “peluang” digunakan untuk memperkirakan suatu
kejadian akan terjadi atau tidak terjadi. Dari kedua dialog diatas, meski apa yang
dibicarakan antara Made dengan Boaz, serta Udin dengan Keke masing-masing
adalah hal yang sama, tetapi mereka punya pendapat berbeda tentang peluang.
Made dan Boaz saling mendukung, tetapi nilai peluangnya berbeda. Sedangkan
Udin dengan Keke saling berlawanan dalam membicarakan peluang terpilihnya
Riko dan Nikma untuk menjadi ketua OSIS.
Tidak ada kesepakatan dalam menentukan nilai peluang dalam dialog di atas.
Hal tersebut karena mereka tidak mempunyai acuan yang sama dalam
menentukan nilai peluang. Nilai peluang yang diungkapkan dalam dialog tersebut

60
84

adalah nilai peluang subjektif (subjective probability). Oleh karena itu, tiap
orang mungkin sama, mungkin juga berbeda
Pada bab ini kita akan membahas tentang “peluang”. Dalam hal istilah,
memang sama-sama peluang, tetapi peluang yang dimaksud berbeda makna
dengan dialog tersebut. Dalam bahasan ini, kalian akan mempelajari tentang
peluang teoretik (theoretical probability) suatu eksperimen. Peluang teoretik
dikenal juga dengan istilah peluang klasik (classical probability), dala beberapa
bahasan juga disebut peluang saja. Jika terdapat suatu soal yang hanya
menyebutkan “peluang”, maka peluang yang dimaksud tersebut adalah peluang
teoretik. Peluang teoretik adalah rasio dari hasil yang dimaksud dengan semua
hasil yang mungkin pada suatu eksperimen tunggal. Dalam suatu eksperimen,
himpunan semua hasil (outcome) yang mungkin disebut ruang sampel (biasanya
disebut dengan S). Selanjutnya setiap hasil (outcome) tunggal yang mungkin pada
ruang sampel disebut titik sampel. Kejadian adalah bagian dari ruang sampel S.
Suatu kejadian A dapat terjadi jika memuat titik sampel pada ruang sampel S.
Misalkan 𝑛(𝑆) adalah semua titik sampel pada ruang sampel S. Peluang teoretik
kejadian A, yaitu 𝑃(𝐴) dirumuskan:
𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) = 𝑛(𝑆)

Untuk memahami peluang teoretik suatu kejadian silakan amati Tabel 10.1
Tabel 10.1 Peluang Teoretik Kejadian dari suau eksperimen
Titik Banyak
Peluang
Ruang sampel titik
Eksperimen N(S) Kejadian A teoretik
sampel (S) kejadian sampel
P(A)
A n(A)
Hasil sisi 1
{A, G} 2 {A} 1
Angka 2
Pelemparan satu
koin Hasil sisi 1
{A, G} 2 {G} 1
Gambar 2
{1, 2, 3, 4, 5, Hasil mata 1
6 {3} 1
6} dadu “3” 6
Penggelindingan {1, 2, 3, 4, 5, Hasil mata {}
6 0 0
satu dadu 6} dadu “7” Kosong
1
{1, 2, 3, 4, 5, 6 Hasil mata {2, 4, 6} 3
2

60
85

6} dadu genap
{1, 2, 3, 4, 5, Hasil mata 1
6 {2, 3, 5} 3
6} dadu prima 2

Pada tabel diatas, kejadian yang hanya memuat satu hasil (titik sampel)
disebut kejadian dasar. Kejadian yang tidak memuat titik sampel disebut kejadian
mustahil, peluangnya sama dengan nol atau dengan kata lain tidak mungkin
terjadi.

60
86

BAHAN AJAR
P.4
A. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan:
7. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat memahami hubungan
antara peluang empirik dan peluang teoritik secara tepat.
8. Setelah mempelajari tentang peluang, maka siswa dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik dan peluang teoritik.
B. Kompetensi Dasar
9.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
10.1 Menunjukan sikap logis kritis analitik, konsisten, dan teliti dan bertanggung jawab
responsive dan tidak mudah menyerah dalam pemecahan masalah
11.11Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
12.11Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik
suatu kejadian dari suatu percobaan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.5 Memahami hubungan antara peluang empirik dan peruang teoritik
4.11.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik dan
peluang teoritik.
D. Materi Pembelajaran
Setelah memahami peluang teoretik, pada kegiatan ini kalian akan
melakukan kegiatan yang bertujuan untuk memahami peluang empirik suatu
percobaan. Setelah kalian melakukan percobaan nanti, harapannya kalian mampu
menyimpulkan atau membuat suatu pernyataan tentang hubungan antara peluang
empirik dengan peluang teoretik. Untuk memulai, mari kit mengamati percobaan
yang dilakukan oleh Ameliya, Budi, Citra, Dana, Erik, dan Fitri berikut ini.

Suatu ketika Ameliya, Budi, Citra, Dana, Erik, dan Fitri mendapat tugas
kelompok dari gurunya untuk menemukan peluang empirik suatu percobaan.
Mereka melakukan percobaan dengan menggelindingkan satu dadu sebanyak 120

60
87

kali. Mereka membagi tugas untuk mencatat kemunculan mata dadu hasil
penggelindingan.
Ameliya bertugas mencatat setiap mata dadu “1” yang muncul.
Budi bertugas mecatat setiap mata dadu “2” yang muncul
Citra bertugas mecatat setiap mata dadu “3” yang muncul
Dana bertugas mecatat setiap mata dadu “4” yang muncul
Erik bertugas mecatat setiap mata dadu “5” yang muncul
Fitri bertugas mecatat setiap mata dadu “6” yang muncul
Setelah menggelindingkan sebaanyak 120 kali, mereka merekap catatan
mereka dalam suatu tabel. Berikut Tabel 10.2 yang menyajikan hasil percobaan
mereka.
Tabel 10.2 peluang empirik percobaan penggelindingan satu dadu
(A) banyak kali
Yang
Mata dadu yang muncul mta (B) Banyak Rasio terhadap
melakukan
diamati dadu yang percobaan (kali) (B)
percobaan
diamati (kali)
19
Ameliya 1 19 120
120
20
Budi 2 20 120
120
21
Citra 3 21 120
120
20
Dana 4 20 120
120
22
Erik 5 22 120
120
18
Fitri 6 18 120
120
Total 120 1

Pada kolom kelima Tabel 10.2, nilai Rasio (A) terhadap (B) disebut dengan
frekuensi relatif atau peluang empirik. Secara umum, jika n(A) merepsentasikan
banyak kali kejadian A dalam M kali percobaan,
𝑛(𝐴)
𝑓𝐴 =
𝑀
Nilai 𝑓𝐴 merepsentasikan peluang empirik terjadinya kejadian A pada M
percobaan.

60
88

Dari data Tavel 10.2 kita dapat membuat diagram yang meyajikan peluang
empirik kejadian A sebagai berikut.

Jika kita amati Gambar 10.3 nilai peluang empirik mendekat pada garis konstan
yang nilainya yaitu ....

Setelah mengamati pengertian dari peluang empirik, buatlah dugaan dari peluang
dari percobaan berikut.
1. Munculnya sisi angka pada percobaan melemparkan satu koin sebanyak 50 kali.
2. Munculnya mata dadu 5 pada percobaan menggelindiingkan 1 dadu sebayak
120 kali
Untuk menguji kebenaran pemikiranmu tersebut, mari melakukan percobaan
1. Persiapkan perlengkapan untuk percobaan sebagai berikut.
a. Satu koin uang logam.
b. Satu dadu dengan enam sisi. Tiap sisi teliskan bilangan 1 hingga 6.
2. Lakukan percobaan:
a. Pelemparan koin sebanyak 50 kali.
b. Penggelindingan dadu sebanyak 120 kali
Keterangan :
a. Percobaan dilakukan ditempat datar dan keras. Percobaan dilakukan dengan
wajar (tidak dibuat-buat untuk muncul suatu sisi atau tertentu).
Catatlah kemunculan pada setiap kali percobaan
Tuliskan catatan pada tabel berikut.

60
89

Dari percobaan tersebut, bandingkan peluang empirik data hasil percobaan


dengan dugaan kalian sebelumnya. Bagaimana hubungan antara dugaan kalian
dengan percobaan yang kalian lakukan?

Diskusikan dengan anggota kelompok kalian. Buatlah suatu simpulan


sementara tentang hubungan umum antara peluang empirik hasil percobaan
dengan dugaan kalian.
Bagaimana menentukan hubungan peluang empirik dengan peluang teoretik.
1. Pada kegiatan sebelumnya kalian telah mempelajari tentang peluang teoretik
kejadian tertentu dalam suatu eksperimenn. Untuk mengingatkan kembali
pemahaman kalian tentang peluang teoretik, tentukan peluang teoretik dari
kejadian berikut:
a. Hasil sisi angka pada eksperimen satu koin.
b. Hasil mata dadu 5 pada eksperimen satu dadu.
Sekarang, bandingkan perhitungan peluang teoretik dengan peluang empirik hasil
percobaan kalian.

60
90

2. Menuruut kalian, apakah hasil percobaan peluang empirik mendekati peluang


teoretik?
3. Apakah ketika kalian menambah banyak percobaan, banyaknya kemunculan hasil
yang kalian amati juga bertambah?
4. Jika percobaan tersebut kalian lakukan terus menerus hingga banyak kali
percobaan, apakah peluang empirik semakin mendekati peluang teoretik? jelaskan

60
91

Lampiran 4.

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester : VIII/2
Materi : Peluang Empirik

NAMA KELOMPOK :
1. …………………………….....................
2. ……………………....................................
3.....................................................................
4.....................................................................
5.. ..................................................................
6.....................................................................
7....................................................................

KompetensiDasar:
3.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik suatu
kejadian dari suatu percobaan
Indikator
3.11.1 Memahami pengertian tentang peluang

3.11.2 Menemukan peluang empirik dari suatu percobaan

4.11.1 Menyelesaikan masalahh yang berkaitan dengan peluang empirik

60
92

PETUNJUK :

- Amatilah soal-soal dalam LKS-1 berikut


- Bacalah bahan ajar yang dibagikan untuk memperoleh informasi dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS-1
- Diskusikanlah jawaban yang kamu peroleh dengan teman sekelompok kalian

1. Pada percobaan penggelindingan dadu sebanyak 180 kali, mata dadu “2”
muncul sebanyak 30 kali. Berapakah peluang empiriknya?
2. Pada pertandingan sepak bola yang dilaksanakan sebanyak 30 kali, tim Indonesia
menang 18 kali, seri 9 kali dan kalah 3 kali. Dari data yang sudah ada, jika Tim
Indonesia bertanding sekali lagi berapakah peluang tim Indonesia akan menang?
3. Pada percobaan pelemparan satu koin uang logam (sisi angka dan gambar)
sebanyak 100 kali, muncul sisi angka sebanyak 45 kali.
Tentukan:
a. peluang empirik muncul sisi angka
b. peluang empirik muncul sisi gambar

60
93

Kunci Jawaban LKS


(Pertemuan ke-1)

1. Diketahui:

Total percobaan, n(P) = 180 kali

Mata dadu “2” muncul, f = 30 kali

Ditanyakan:

Peluang mata dadu “2”?

Penyelesaian:

𝑓 30 1
P(A) = 𝑛(𝑃) = 180 = 6

1
Jadi, peluang empirik mata dadu “2” adalah 6

2. Diketahui:

Pertandingan sepak bola dilaksanakan 30 kali, berarti n(S) = 30

Tim Indonesia menang sebanyak 18 kali, berarti n(A) = 18

Ditanyakan: Peluang tim Indonesia menang = …?

Penyelesaian:

𝑛(𝐴) 18 3
P(A) = 𝑛(𝑃) = 30 = 5

3
Jadi, peluang tim Indonesia menang adalah 5

3. Diketahui:

Total percobaan, berarti n(P) = 100 kali


Banyak kali muncul angka, berarti f = 45 kali
Ditanyakan

60
94

a. Peluang empirik muncul sisi angka


b. peluang empiring muncul sisi gambar
Penyelesaian
𝑓𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 45 9
a. P(A) = = 100 = 20
𝑛(𝑃)
9
b. karena peluang empirik muncul gambar adalah maka peluang empirik
20
9 20 9 11
muncul angka adalah 1- P(A) = 1 − 20 = 20 − 20 = 20
9
Jadi, peluang empirik muncul sisi angka adalah dan peluang empirik
20
11
muncul sisi gambar adalah 20

60
95

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester : VIII/2
Materi : Titik Sampel dan Ruang Sampel

NAMA KELOMPOK :
1. …………………………….....................
2. ……………………....................................
3.....................................................................
4.....................................................................
5.. ..................................................................
6.....................................................................
7....................................................................

KompetensiDasar:
3.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik suatu
kejadian dari suatu percobaan
Indikator
3.11.3 Memahami pengertian titik sampel dan ruang sampel
4.11.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan titik sampel dan ruang sampel

PETUNJUK :

- Amatilah soal-soal dalam LKS-2 berikut


- Bacalah bahan ajar yang dibagikan untuk memperoleh informasi dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS-2
- Diskusikanlah jawaban yang kamu peroleh dengan teman sekelompok kalian

60
96

1. Tentukanlah ruang sampel dan titik sampel pada percobaan melempar


sebuah uang koin dan sebuah dadu sekaligus?
2. Tentukanlah banyaknya titik sampel pada percobaan pelemparang dua
buah uang koin dan dua dadu secara bersamaan?

60
97

Kunci Jawaban LKS


(Pertemuan ke-2)
1. Diketahui :
ruang sampel uang koin = {A, G}
ruang sampel dadu = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Ditanyakan :
ruang sampel dan titik sampel pada percobaan melempar sebuah uang koin dan
sebuah dadu sekaligus?
Penyelesaian :
Dadu
1 2 3 4 5 6
Uang
Koin

A (A, 1) (A, 2) (A, 3) (A, 4) (A, 5) (A, 6)


G (G, 1) (G, 2) (G, 3) (G, 4) (G, 5) (G, 6)
Ruang sampel = {(A, 1), (A, 2), (A, 3), (A, 4), (A, 5), (A, 6), (G, 1), (G, 2), (G, 3), (G,
4), (G, 5), (G, 6)}
Banyaknya titik sampel = 12
2. Diketahui :
Banyaknya titik sampel pada pelemaran sebuah koin (n(koin)= 2
Banyaknya titik sampel pada pelemparan sebuah dadu (n(dadu) = 6
Ditanyakan :
titik sampel pada percobaan pelemparang dua buah uang koin dan sebuah dadu
secara bersamaan (n(S))?
Penyelesaian :
n(S) = n(Koin) x n(koin) x n(dadu) x n(dadu)
=2x2x6x6
= 144
Jadi, banyaknya titik sampel pada percobaan tersebut adalah 144

60
98

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester : VIII/2
Materi : Peluang Teoretik

NAMA KELOMPOK :
1. …………………………….....................
2. ……………………....................................
3.....................................................................
4.....................................................................
5.. ..................................................................
6.....................................................................
7....................................................................

KompetensiDasar:
3.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik suatu
kejadian dari suatu percobaan
Indikator
3.11.4 Menemukan peluang teoritik dari suatu percobaan
4.11.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang teoritik dari suatu
percobaan

60
99

PETUNJUK :

- Amatilah soal-soal dalam LKS-3 berikut


- Bacalah bahan ajar yang dibagikan untuk memperoleh informasi dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS-3
- Diskusikanlah jawaban yang kamu peroleh dengan teman sekelompok kalian

1. Di dalam sebuah kantong terdapat 15 kelereng merah, 14 kelereng hijau, 13


kelereng kuning, dan 𝑛 kelereng biru. Jika diambil 1 kelereng dari dalam kantong
8
tersebut, peluang teoretik terambil kelereng biru adalah . Tentukanlah peluang
29
teoretik jika yang diambil adalah kelereng hijau?
2. Di dalam kantong terdapat 10 kelereng merah, 11 kelereng hijau, 13 kelereng
kuning, dan 9 kelereng biru. Jika diambil 1 kelereng dari dalam kantong tersebut,
peluang teoretik terambilnya kelereng selain merah adalah ....
3. Andaikan kalian adalah manager TIMNAS INDONESIA U-19. Suatu ketika TIMNAS
bertanding di final piala ASIA melawan MALAYSIA. Suatu ketika saat pertandingan
sedang berjalan, pada menit ke-89 TIMNAS mendapatkan hadiah PENALTI. Skor
sementara adalah 2 – 2. Pemain yang siap menendang adalah EVAN DIMAS, ILHAM,
MALDINI, dan MUCHLIS. Seandainya kamu disuruh untuk menentukaan penendang
pinalti tersebut, siapakah yang akan kalian tunjuk agar TIMNAS meraih
kemenangan? Jelaskanlah!. Berikut catatan tendangan penalti keempat pemain
tersebut.

60
100

Kunci Jawaban LKS


(Pertemuan ke3)
1. Diketahui :
Kelereng merah = 15
Kelereng hijau = 14
Kelereng kunig = 13
Kelereng biru = 𝑛
8
Peluang terambilnya 1 kelereng biru =
29
Ditanyakan :
Peluang terambilnya 1 kelereng hijau?
Penyelesaian :
Jumlah seluruh kelereng = 42 + 𝑛

𝑓𝑏𝑖𝑟𝑢
𝑃(𝐵𝑖𝑟𝑢) =
𝑛(𝑆)
8 𝑛
=
29 15 + 14 + 13 + 𝑛
8 𝑛
=
29 42 + 𝑛
336 + 8𝑛 = 29𝑛
336 = 29𝑛 − 8𝑛
336 = 21𝑛
𝑛 = 16
Jumlah kelereng biru adalah 16, maka jumlah seluruh kelereng dalam kantong
𝑓ℎ𝑖𝑗𝑎𝑢
tersebut adalah 58. Akibatnya peluang terambilnya kelereng hijau adalah =
𝑛(𝑆)
14 7
58
= 29
7
Jadi, Peluang teoritik terambilnya kelereng hijau adalah 29
2. Diketahui :
Kelereng merah =10
Kelereng hijau = 11
Kelereng kuning = 13
Kelereng biru = 9
Ditanyakan :
Peluang terambilnya 1 kelereng selain merah?
Penyelesaian :
Jumlah seluruh kelereng = 43
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 − 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑃(𝑠𝑒𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ) =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔
43 − 10
=
43

60
101

33
=
43

3. Diketahui :

Ditanyakan :
Siapakah yang akan kalian tunjuk jadi penendang penalti?
Penyelesaian:
16 4
𝑃(𝐸𝑣𝑎𝑛 𝐷𝑖𝑚𝑎𝑠) = = = 0,8
20 5
14 7
𝑃(𝐼𝑙ℎ𝑎𝑚) = = = 0,78
18 9
12
𝑃(𝑀𝑎𝑙𝑑𝑖𝑛𝑖) = = 0,70
17
11
𝑃(𝑀𝑢𝑐ℎ𝑙𝑖𝑠) = = 0,73
15
Setelah dilhat nilai peluangmya, dapat dilihat bahwa yang akan di tunjuk agar
TIMNAS INDONESIA meraih kemenangan adalah Evan Dimas, karena nilai peluang
untuk terciptanya gol lebih besar dari yang lain, yaitu 0,8.

60
102

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester : VIII/2
Materi : Hubungan Peluang Empirik dan
Teoretik

NAMA KELOMPOK :
1. …………………………….....................
2. ……………………....................................
3.....................................................................
4.....................................................................
5.. ..................................................................
6.....................................................................
7....................................................................

KompetensiDasar:
3.11 Menjelaskan peluang empirik dan teoretik suatu kejadian dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang empirik dan teoretik suatu
kejadian dari suatu percobaan
Indikator
3.11.5 Memahami hubungan antara peluang empirik dan peruang teoritik
4.11.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan peluang empirik dan
peluang teoritik.

60
103

PETUNJUK :

- Amatilah soal-soal dalam LKS-4 berikut


- Bacalah bahan ajar yang dibagikan untuk memperoleh informasi dalam
menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS-4
- Diskusikanlah jawaban yang kamu peroleh dengan teman sekelompok kalian

1. Berapakah perkiraanmu akan muncul mata dadu “3”, saat dilakukan percobaan
penggelindingan sebuah dadu sebanyak 120 kali?
2. Suatu kantong berisi kelereng merah, putih dan biru yang jumlahnya belum
diketahui. Jika diketahui banyaknya kelereng merah adalah 2 dan peluang
1
terambilnya kelereng merah adalah 5.
a. Tentukan peluang terambil kelereng bukan merah.
b. Tentukan jumlah seluruh kelereng.

60
104

Kunci Jawaban LKS


(Pertemuan ke 4)

1. Diketahui :
Percobaan = 120 kali
Ditanyakan :
Mata dadu 3 akan muncul berapa kali?
Penyelesaian :
1
Peluang muncul mata dadu 3 adalah 6

Maka, ketika dadu di gelindingkan 120 kali diperkirakan mata dadu 3 akan
1
muncul sebanyak 6 × 120 = 20 kali

2. Diketahui :
kelereng merah = 2
1
peluang terambilnya kelereng merah P(M) = 5

Ditanyakan :
a. Peluang terambilnya bukan kelereng merah?
b. Jumlah seluruh kelereng?
Penyelesaian :
a. Peluang terambilnya bukan kelereng merah
1
1 - P(M) = 1 − 5
4
=
5
4
Jadi, peluang terambilnya bukan kelereng merah adalah 5

b. Jumlah seluruh kelereng


𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑃(𝑀) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔
1 2
=
5 𝑥
𝑥 = 10
Jadi, jumlah seluruh kelereng dalam kantong tersebut adalah 10.

60

Anda mungkin juga menyukai