Anda di halaman 1dari 31

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

Perilaku Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi

(aggresive behavior) yang menyebabkan atau dimaksud untuk menyebabkan

penderitaan atau menyakiti orang lain. Termasuk terhadap hewan atau benda-

benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk perilaku. Agresi adalah

suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan dendan atau ancaman

yang memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan

sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum yang berupa tindakan

menyerang, merusak hingga membunuh. Agresi tidak selalu diekspresikan berupa

tindakan kekerasan menyerang orang lain (assault), agresivitas terhadap diri sendiri

(self aggression) serta penyalah gunaan narkoba (drug abuse) untuk melupakan

persoalan hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi.

Perilaku kekerasan atau agresi merupakan suatau bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini,

maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua menjadi perilaku kekerasan

secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.

Menurut Direja A. H.S (2011).

Menurut prabowo (2014) Prilaku kekerasan merupakan suatu bentuk

ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-

tindakan yang dapat membahayakan/menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan

1
2

merusak lingungan. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang

menunjukan perilaku yang aktual melakukan kekerasan yang ditunjukan diri sendiri

atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan (bidang

perawatan rumah sakit jiwa grahasia, 2011). Marah lebih menunjukan kepada

suatau perangkat perasan-perasan tertentu biasanya disebut dengan perasaan marah

(M. Abdul, 2015).

Kemarahan adalah perasan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (M. Abdul, 2015). Ekpresi marah yang

segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan

karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah

sering diekpresikan secara tidak langsug. Marah merupakan perasaaan jengkel yang

timbul secara respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang

dirasakan sebagai ancaman (M. Abdul, 2015).

Perilaku kekrasan merupakan bagian dari rentang repon marah yang paling

maladaptif, yaitu amuk. Marah merupan perasaan jengkel yang timbul sebagai

respon terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan

sebagai ancaman (Yusuf dkk, 2015).

Resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang

pernah/mempunyai riwayat melakukan tindakan yang dapat membahayakan

diri sendiri /orang lain/lingkungan baik secara fisik/emosional/seksual dan

verbal (bidang perawatan rumah sakit jiwa grahasia, 2011). Resiko perilaku

kekerasan/agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan


3

dorongan utuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep,

2007).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang

mengakibatkan hilangnya kontrol dari dimana individu bisa berperilaku

menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sedangkan resiko kekerasan adalah

adanya kemungkinan seseorang melakukan tindakan dalam bentuk destruktif

dan masih terkontrol.

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Menurut (Yusuf dkk, 2015). faktor predisposisi klien dalam perilaku

kekerasan adalah:

a. Psikologis

Berdasarkan teori frustasi-agresi, agresivitas timbul sebagai hasil

dari peningkatan frustasi, tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan.

b. Teori Biologis

Dapat faktor biologis ada beberapa penelitian membuktikan bahwa

dorongan agresif mempunyai dasar biologis, dalam penelitian neurobiologi

mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada

hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik) binatang ternyata

menimbulkan perilaku gresif, perangsan yang diberikan terutama pada


4

nekleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing

mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri,

menggeram, matanya terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menerkam

tikus atau objek yang ada disaekitarnya. Jadi kerusakan fungsi sistem limbik

(untuk emoosi dan perilaku), lobus fontal (untuk pemikiran rasional), dan

lobus temporal (untuk inteprasi indra penciuman dan memori).

Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif : serotonin,

depamin, nerepinephrine, acetilkolin, dan asam amino GABA.

c. Sosial Kultural

1) Norma: Norma merupakan kontrol masyarakat pada perilaku kekerasan

yang diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang

kontrol sosial yang sangat ketat ( Strict ) dapat menghambat ekpresi

marah yang sehat dan dapat menyebabkan individu memilih cara

maladaftif lainnya.

2) Budaya asertif dimasyarakat membantu individu untuk berespons

terhadap marah yang sehat.

Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau

perilaku kekerasan yangbmaladaftif antara lain sebagai berikut :

a) Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan hidup.

b) Status dalam perkawinan.

c) Hasil dari oarang tua tunggal ( Single Parent ).

d) Pengangguran.
5

e) Ketidak mampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan

struktur keluarga dalan sosial kultural.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat dibedakan menjadi faktor internal dan

eksternal.

a. Internal: Semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,

menurunya percaya diri, rasa takut sakit, hilang kontrol, dan lain-

lain.

b. Eksternal: Penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis

dan lain-lain.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut SAK Grhasia ( 2011 ), tanda dan gejala yang muncul adalah :

1. Emosi

a. Tidak adekuat

b. Tidak aman

c. Rasa terganggu

d. Marah (Dendam)

e. Jengkel

2. Intelektual

a. Mendominasi

b. Sarkasme

c. Bawel
6

d. Berdebar

e. Meremehkan

3. Fisik

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Napas pendek

d. Keringat

e. Sakit fisik

f. Penggunaan zat

g. Tekanan darah meningkat

4. Spiritual

a. Kemahakuasaan

b. Kebijakan atau Kebenaran diri

c. Keraguan

d. Tidak bermoral

e. Kebejatan

f. Kreativitas terlambat

5. Sosial

a. Menarik diri

b. Pengasingan

c. Penolakan

d. Kekerasan

e. Ejaan
7

D. RENTANG RESPONS

Menurut Darmayaiyati dkk (2014)

Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan

kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut

merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari

individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan

pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak

dituruti, atau diremehkan”. Rentang kemarahan individu mulai dari respon

normal (asertif) sampai raespon sangat tidak normal (maladaptif).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 1.1 Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Sumber: F.Nita (2009)

Keterangan:

1. Asertif: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

lain dan memberikan ketenangan.

2. Frustasi: Individu gagal dalam melayani kepuasan saat marah dan tidak

dapat menemukan alternatif.

3. Pasif: Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4. Agresif: Perilaku yang meyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

tetapi masih terkontrol.


8

5. Kekerasan: Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya

kontrol.

Tabel 1.1 Perbandingan antara Perilaku Asertif, Pasif, dan Agresif atau

kekerasan

Pasif Asertif Agresif /


kekerasan
Isi Negatif dan Positif dan Menyombongkan
pembicaraan Merendahkan Menawarkan diri. diri merendahkan
diri. Contohnya Contohnya orang lain,
perkataan: perkataan : Contohnya
“dapatkah saya?” “saya dapat...” perkataan :
“dapatkah Saya akan...” “kamu selalu...”
kamu?” “kamu tidak
pernah...”
Tekanan Cepat, lambat, Sedang Keras dan ngotot
suara Mengeluh

Posisi badan Menundukkan Tegak dan santai Kaku, condong


kepala kedepan

Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak


denagan sikap jarak yang akan menyerang
acuh/ nyaman orang lain
mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit / sama Mempertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata sesuai memperahankan
dengan hubungan

Sumber : F.Nita (2009)


9

E. MEKANISME KOPING

Menurut Damayanti dkk (2004), mekanisme koping yang dipakai pada klien

marah untuk melindungi diri antara lain :

1. Sublimasi

Menerima suatu sasaran penganti yang mulia artinya dimata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.

Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kearahanya pada obyek

lain seperti meremas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya

adalah untuk mengurangi ketegangan akbat rasa marah.

2. Proteksi

Menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau keingginan yang

tidak baik. Misalnya seorang wanita yang menyangkal ia mempunyai perasaan

seksual pada rekan sekerjaannya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut

mencoba merayu, mencumbuya.

3. Mencegah

pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.

Misalnya seorang anak yanag benci pada orang tuannya ayanag tidak disukai.

Akan tetapi menurut ajaran didikan yang diterima sejak kecilbahwa membenci

orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan, sehingga

perasaan benci itu ditekanya dan akhirnya dia dapat melupakan.


10

4. Reaksi Formasi

Mencegah keingginan yang berhaya bila diekspresikan, dengan melebih-

lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai

rintangan.

5. Displacement

Melepaskan perasan yanag tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi

itu.

Perilaku kekrasan biasanya dia wali dengan stimulus berduka yang

berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal orang yang diangap sebagai

berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka

menyebabkan orang rendah diri (harga duru rendah) sehingga sulit bergaul

dengan orang lain. Bila ketidak mampuan bergaul dengan orang lain ini tidak

diatasi akan memunculkan halusinasi berupa suara halusinasi suara atau

bayangan yang meminta klien ntuk melakukan tindak kekerasan, hal tersebut

dapat berdampak pada klamatan diinya dan orang lain (resiko tinggi

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingungan ( Fitria N,2009)


11

F. PENATALAKSANAAN

Menurut (Yusuf dkk, 2015).

Rentang intervensi keperawatan

Sreategi Preventif Strategi Antisipatif Strategi Pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Manajemen krisis

Pendidikan pasien Perubahan lingkungan Pengasingan

Latihan asertif Perilaku Pengendalian

Psikofarmakologi

Gambar 1.2 Rentan Intervensi Keperawatan

Sumber : (Yusuf dkk, 2015).

1. Kesadaran diri

Seorang perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya

dan melakukan suprevise dengan memisahkan antara masalah pribadi dan cara

mengekspresikan marah yang tepat.

2. Pendidkan klien

Pendidian yang diberikan mengenai cara yang berkomunikasi denan cara

mengekspresika maraha yanag tepat.


12

3. Latihan asertif

a. Berkomunikasi secara langsung degngan setiap orang

b. Mengatakan tidak untuk seuatu ang tidak beralasan

c. Sangup melakukan komplain

d. Mengekspresikan penghargaan dengan tepat

4. Komunikasi

Straegi berkomunikasi dengan klien prilaku agresif

a. Bersifat tenang

b. Bicara lembut

c. Bicara dengan tida menghakimi

d. Bicara netral dengan cara koknitif

e. Tunjukan respek pada klien

f. Hindari intensitas kontak mata langsung

g. Demonstrasikan cara mengntrol situasi tanpa kesan berlebihan

h. Fasilitasi pembicaraan klien

i. Jangan buat janji yang tidak ditepati

5. Perubahan lingkungan

Unit perawatan sebaiknya menyeduiakan berbagai aktifitas seperti

membaca, program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai

dan meningkatkan adaptasi sosialnya.

6. Tindakan perilaku

Membuat kontrak dengan klien mengenei perilaku yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima.


13

7. Psikofarmakologo

a. Antisipasi ansietas dan sedative-hipnotiks

1) Benzodiazepines : larozepam

2) Buspirone

b. Antidepressants

1) Amitripilin

2) Trazadone

c. Mood stabilizers

1. Litium

2. Carbamazepines

d. Antipsyckotik

e. Naxtrexone (antagonis opiate)

f. Betablokers : propanolol

8. Managen krisis: Bila pada intervensi awal tidak berhasil, maka

diperlukan intervensi yang lebih aktif.

9. Seclusion

a. Pengekangan fisik,merupajan tindakan keperawatan yang terakir. Ada

dua macam pengekangan fisik secara meknik (menggunakan manset,

sprei pengekang) atau isolasi (menepatkan klien dalam suatu ruangan

dimana klien tidak dapat keluar atas kemauaanya sendiri).

b. Pengekangan menggunakan sprei basah atau dingin. Membalutkan

sprei mumi,lapisan paling dalam terdiri atas sprei yang telah di rendam

dalam air es. Walaupun mula-mula terasa dingin, balutan


14

segera menjadi hangat dan menenangkan. Hal ini dilakukan pada

perilaku amuk atau agisitas yang tidak dapat dikendalikan dengan obat.

c. Restrain: Tujuannya untuk memonitor alat restrain mekanik atau

restrain manual terhadap pergerakan klien.

d. Isolasi: Tujuanya adalah mengendalikan perilaku amuk yang potensial

membahayakan klien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh

orang lain dengan intervensi pengendalian yanag longar.

G. POHON MASALAH

Efek Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Core Perilaku
Problem kekerasan perubahan presepsi
Sensori : halusinasi

Causa Regimen
Terapeutik
Gangguan konsep diri : Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis

Berduka Disfungsiona

Gambar 1.3 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber : Fitria N (2009)
15

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan

2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, lingkungan

3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

4. Harga diri rendah kronis

5. Isolasi sosial

6. Penatalaksanaan regimen terapeutik in efektif

I. PERENCANAAN

Perencanaan dari pohon masalah diatas menurut SP Jiwa RSJD Dr. RM.

Soejarwadi Klaten.

1. Diagnosa 1 :

Resiko Perilaku Kekerasan

a. Tujuan Umum

1) Klien mampu mengontrol Perilaku Kekerasan

2) Klien tidak Menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Tujuan Khusus

1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku krekerasan

2) Klien mampu mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala perilaku

kekerasan

3) Klien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang bisa

dilakukan

4) Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


16

5) Klien mau mendengarka penjelasan cara-cara mengontrol perilaku

kekerasan: fisik, verbal, dan spiritual.

6) Klien mau mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas

dalam,pukul bantal atau pukul kasur.

7) Klien mau ditambah latihan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosisi, frekuensi, cara,

kontinuitas )

c. Intervensi

SP I :

1. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan.

2. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.

3. Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan

4. Identifikasi akibat peilaku kekerasan yang dilakukan.

5. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat,verbal,

spiritual.

6. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas

dalam, pukul bantal.

7. Masukan pada jadwal kegiatan pasien untuk latihan fisik.

SP II :

1. Evaluasi kegistsn latihan fisik. Beripujian

2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6

benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)

3. Masukan pada jadwaal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat.
17

SP III :

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik& oba. Beri pujian

2. Latih cara mengontrpl perilaku kekerasan secara verbal (3 cara,

yaitu: mengungkapkan, meninta, menolak dengan benar)

3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan

verbal.

SP IV :

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat & verbal dan spiritual.

2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)

3. Masukan pada jadwal kegiatan latihan fisik, minum obat, verbal, dan

spiritual

SP V :

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik nafas, obat, verbal, dan spiritual.

2. Nilai kemampuan yang telah mandiri

3. Nilai apakah perilaku kkerasan terkontrol.

2. Diagnosa 2

Reaiko Bunuh Diri

a. Tujuan Umum

1) Klien tidak ada ide untuk bunuh diri

2) Klien berfikir positif dalam menyelesaikan masalah

b. Tujuan khusus

1) Kliien mampu mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri;

isyarat, ancaman, percobaan ( jika percoban segsera rujuk).


18

2) Klien mampu mengidentifikasi benda-benda yang bisa memunculkan

ide untuk bunuh diri.

3) Klien mampu berlatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh

diri ; buat daftar aspek positi diri sendiri, latihan afirmasi/berfikir

aspek positif yang dimiliki.

4) Klien bersedia latihan cara mengendalikan diri dari dorogan bunuh

diri: buat dftar aspek positif keluarga dan limgkungan, latih

afirmasi/berfikir aaspek positif keluarga dan lingkungan.

5) Klien mau berlatih cara-cara mencapai harapan masa depan secara

bertahap (setahap demi setahap).

6) Klien ampu menilai kemampuan yanag telah mandiri

7) Klien mampu menilai apakah resiko bunuh diri teratasi.

c. Intervensi

SP I :

1) Klien mampu mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri :

isyarat, ancaman, percobaan (jika percobaan segera rujuk).

2) Klien mampu mengidentifikasi benda-benda berbahaya (lingkungan

aman untuk klien).

3) Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar

aspek positi diri sendiri, latihan afirmasi/berfikir aspek positif yang

dimiliki.

4) Masukan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari


19

SP II :

1) Evaluasi kegiatan berfikirpositif dan beri puijian. Kaji ulang resiko

bunuh diri.

2) Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat daftar

aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi atau berfikir

aspek positif keluarga dan lingkungan.

3) Masukan pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan

lingkungaan

SP III :

1) Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri, keluarga dan

lingkungan. Beri pujian. Kaji resiko bunuh diri.

2) Diskusikan harapan dan masa depan.

3) Diskusikan cara mencapai harapan dan masa.

4) Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap

demi setahap).

5) Masukan pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan

lingkungan dan tahapan kegiatan yang dipilih.

SP IV

1) Evaluasi kegiatan berfikir positif tentang diri, keluarga lingkungan

yang telah dipilih. Beri pujian

2) Latih tahapan kedua kegiatan mencapai masa depan.


20

3) Masukan pada jadwal latihan berfikir positif tentang diri, keluarga dan

lingkungan, serta kegiatan yang dipilih untuk persiapan masa depan.

SP V :

1) Evaluasi kegiatan latihan peningkatan diri, keluarga dan lingkungan.

Beri pujian

2) Evaluasai tahapan kegiatan mencapai harapan masa depan.

3) Latih kegiatan harian.

4) Nilai kemampuan yang telah mandiri.

5) Nilai apakah resiko bunuh diri teratasi.

3. Diagnosa 3

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

a. Tujuan Umum

1) Klien mampu mengontrol halusinasi.

2) Klien tidak menciderai dirisendiri, orang laim dan lingkungan

b. Tujuan Khusus

1) Kliem mampu mengidentifikasi jenis halusinasi.

2) Klien mampu mengidentifikasi isi halusinasi

3) Klien mampu mengidentifikasi frekuensi halisinasi

4) Klien mampu mengidentifikasi waktunterjadinya halusinasi

5) Kliem mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi.

6) Kliem mampu mengidentifikasi respon terhadap halusinainya.


21

7) Klien dapat menerima penjelasan tentang cara mengontrol

halusisnasi: hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.

c. Intervensi

SP I :

1) Identifikasi jenis halusinasi.

2) Identifikasi isi halusinasi

3) Identifikasi frekuensi halusinasi

4) Identifikasi waktu terjadiya frekuensi terjadinya halusinasi

5) Identifikasi situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

6) Identifikasi respon klien terhadap halusinasi

7) Jelaksn cara mengontrol halusinsi : hardik, obat, bercalap-cakap,

melakuakan kegiatan.

8) Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

9) Masuka pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

SP II :

1) Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian

2) Latih cara mengontrol halusinasi

3) Dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,dosis, frekuensi, cara,

kontinuitas minum obat)

4) Masukasn pada jadwal latihan menghardik dan inum obat.

SP III :

1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik&obat. Beri pujian


22

2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat

terjadi halusinasi.

3) Masukan pada kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan

bercakap-cakap.

SP IV :

1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, obat & bercakap-cakap, beri

pujian.

2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

harian (mulsi 2 kegiatan).

3) Masuksn pada jadwal kegiatan untuk latian menghardik, minum

obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian.

SP V :

1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap

dan kegiatan harian.

2) Latih kegiatan harian.

3) Nilai kemampuan yang telah mandiri

4) Nilai apakah ahalusinasi terkontrol.

4. Diagnosa 4

Harga Diri Rendah

a. Tujuan Umum

1) Klien meningkat harga dirinya.

2) Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki
23

b. Tujuan Khusus

1) Klien mampu mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan

2) Klien mampu mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki (buat

daftar kegiatan).

3) Klien mampu melakukan latihan kegiatan yang dipilih ( alat cara

melakukanya )

c. Intervensi

SP I :

1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif

klien (buat daftar kegiatan).

2) Bantuklien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk

dilatih.

3) Bantu klien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat

ini untuk dilatih.

4) Latih kegiatan yang dipilih (alat cara melakukanya).

5) Masukan pada jadwal kegiatan latiahan dua kali perhari

SP II :

1) Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian

2) Bantu klien memilih kegiatan yang kedua yang akan dilatih

3) Latih kegiatan kedua (alat cara)

4) Masukan pada jadwal kegiatan latiahan: dua kegiatan masing-

masing dua kali perhari


24

SP III :

1) Evaluasi kegiatan pertama dan kedua ang telah dilatih dan berikan

pujian.

2) Bantu klien memilih kegiatan ketiga yang aka dilatih

3) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara).

4) Masuka pada jadwal kegiatan latihan : tiga kegiatan, masing-

masing dua kali perhari

SP IV :

1) Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan

berikan pujian.

2) Bantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilaih.

3) Latih kegiatan keemapat ( alat dan cara ).

4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan

masing-msing dua kali perhari

SP V :

1) Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian

2) Latih kegiatan latihan sa,pai tak terhingga

3) Nilai kemampuan yang telah mandiri

4) Nilai apakah harga dri klien meningkat.


25

5. Diagnosa 5

Isolasi sosial

a. Tujuan Umum

1) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi

halusinasi.

2) Terjaling interprsonal yang lebih hebat

b. Tujuan Khusus

1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang

serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.

2) Klien mampu mengidetifikasi keuntungan punya teman dan

bercakap-cakap.

3) Klien mampu mengidentifikasi kerugian tidak punya teman dan

tidak bercakap-cakap

4) Klien mampu berkenalan dengan oranglain secara bertahap

5) Klien mampu melakukan aktivitas dengan bercakap-cakap

c. Intervensi

SP I :

1) Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa

yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.

2) Keuntungan punya temen bercakap-cakap

3) Kerugian tidakpunya teman dan tidak bercakap-cakap

4) Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau tamu

5) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan


26

SP II :

1) Evalusi cara berkenalan ( berapa orang ). Beri pujian

2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian

3) Masuksn pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang

pasien, perawat dan tamu berbicara saat melakukan kegiatan harian.

SP III :

1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) & bicara saat

melakukan kedua kegiatan harian. Beri pujian

2) Latih cara berbicara sat melakukan kegiatan harian (dua kegiatan

baru).

3) Masukan pada jadwal kegiatan latiahan berkenalam 4-5 orang,

berbicara saat melakukan 4 keguatan harian.

SP IV :

1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan

empat kegiatan harian. Beri pujian

2) Latih cara berbicara sosial: meminta sesuatu, menjawab peratanyaan

3) Masukan dalam jadwak kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang,

orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan. Harian dan

sosialaisasi.
27

SP V :

1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan

kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian

2) Lati kegiatan harian

3) Nilai kemampuan yang telah mandiri

4) Nilai apakah isolasi sosial teratasi

6. Diagnosa 6

Penatalaksanaan regimen terapeutik in efektif

a. Tujuan Umum

1) Klien mengetahui program terapi yang sudah ditetepkan sehingga

program terapi dapat sesuai dengan rencana

b. Tujuan Khusus

1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab klien tidak patuh

terhadap pengobatan

2) Kliem mampu mngidentifikasi nilai diri

3) Kliem mampu mendiskusiskan regimen terapi yang tepat dengan

petugas.

c. Intervensi

SP I :

1) Identifikasi penyebab klien tidak patuh terhadap pengobatan

2) Dorong kliem untuk dapat mengidentifikasi nilai diri

3) Kaji alasan klien untuk berubah

4) Bantu klien untuk mengidentifikasi untuk berubah


28

5) Bantu klien mengidentifikasi target tingkah laku yang dapat

dibutuhkan untuk dapat berubah

SP II :

1) Evaluasi kemampuan klien menilai diri

2) Explore kemampuan klien berubah

3) Beri reinforcement pada klien sesuai dengan kemampuanya

4) Masukan dalam JKHP untuk mengidentifikasi nilai diri yang belun

terindentifikasi

SP III :

1) Evaluasi kemampuan klien untuk berubah

2) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari suatu

perubahan

3) Berikan reward yang sesuai dengan kemampuan klien

SP IV :

1) Bantu klien untuk menidentifikasi kebiasaan

2) Bantu klien untuk mengidentifiasi metode yang tepat untuk

mengontrol diri

3) Berikan penjelasan tentang efek dan beberapa strategi perubahan

terhadap kehidupan.
29

SP V :

1) Evaluasi kemampuan klien mengidentifiasi nilai diri, alasan klien

berubah, tujuan berubah, kemampuan utuk berubah.

2) Latih kegiatan harian

3) Nilai kemampuan mandiri


DAFTAR PUSTAKA

Ade hermawan surya direja, S,KEP.,NERS.2011. Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Azizah,L M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Balitbang dalam Fitria,Nita.2007. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan

Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).

Jakarta : Salemba Medika

Bidang Keperawatan Rs Grhasia. 2011. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan

Jiwa Rumah sakit Jiwa Grhasia.Yogyakarta: Bidang Keperawatan Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Pemereintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Damayanti,Mukripah&Iskandar. 2012.Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:

Refika Adi Tama

Departeman Pendidikan Nasional. 2012. Kamus bahasa IndonesiaPusat Bahasa

Edisi Keempat. Jakarta: Gosyen Publising

Direja, Ade Hermawan Surya 2011. Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Fitria,Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahulan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP). Jakarta Selatan :

Salemba Medika.
Nurjanah,Intansari. 2004. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa

Yogyakarta : Moco Media

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta

Rohmah, Nikmatur dan Walid,Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf,AH,Fitryasari,Rizky,dan Nihayati,Hanik Endang.2015.Buku Ajar

Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai