Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DIARE
Diajukan untuk memenuhi tugas Sistem Pengobatan Sendiri

Disusun oleh:

Disusun oleh :
1. Diana Dwi Lestari 1608010008
2. Afifah Chaerunnisa 1608010060
3. Ahmad Ryan Fauzi 1608010070
4. Masitoh 1608010098
5. Refka Meinar 1608010100
6. Azizah Zandra 1608010122
7. Keihin Laras A 1608010124
8. Elsa Yulistika 1608010126

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
DIARE
Pengobatan sendiri atau swamedikasi dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
atau gangguan yang ringan, salah satunya adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah
global dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di dunia. Word Health Organization
(WHO) tahun 2013 menyatakan bahwa diare menjadi penyebab kematian kedua pada anak
usia dibawah 5 tahun. Terdapat kasus diare dengan jumlah 1,7 miliar yang telah membunuh
760.000 anak usia dibawah 5 tahun dalam setiap tahunnya (Hamidathurochmah,dkk. 2019)
Diare merupakan suatu kondisi seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, atau air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya 3 kali atau lebih) dalam satu
hari. (Raini, dkk. 2015)
Diare dikelompokkan menjadi diare akut dan kronis. Umumnya episode diare akut
hilang dalam waktu 72 jam dari onset. Diare kronis melibatkan serangan yang lebih sering
selama periode waktu yang lebih panjang. Tanda dan gejala yang dirasakan seperti
munculnya mual, muntah, nyeri perut, sakit kepala, dan demam. Terjadi peningkatan
frekuensi feses lebih dari 3 kali sehari sedangkan pada seseorang yang normal terjadi
frekuensi feses hanya dua atau tiga kali seminggu dan terjadi penurunan konsistensi
pembuangan feses menjadi lebih cair dibandingkan dengan pola usus normal seseorang.
(Hamidathurochmah,dkk. 2019)
Pada diare terdapat gangguan dari resorpsi, sedangkan sekresi getah lambung-usus dan
motilitas usus meningkat. Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu
keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu :
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau
peningkatan sekresi klorida.
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan. (Hamidathurochmah,dkk. 2019)

PATOFISIOLOGI

Masuknya virus, bakteri atau toksin, dan parasit. Mikroorganisme patogen ini akan
menyebabkan infeksi pada sel – sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin penyebab
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare. Penularan diare bisa
melalui fekal oral dari suatu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran
patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekananan osmotik dalam rongga
ususs meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehigga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan motilitas usus ang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit sehingga menyebabkan
dehidrasi yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia),
gangguan gizi, hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi.

Etiologi
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran pencernaan yang
dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus dan parasit. Beberapa
organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan dan
minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food borne disease).

Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu menimbulkan diare
yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala klinisnya. Jenis yang pertama
adalah diare cair akut dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar
sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Jenis kedua adalah diare
akut berdarah yang sering disebut dengan disentri. Diare ini ditandai dengan adanya darah
dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah
akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status gizi. Jenis
yang ketiga adalah diare persisten dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari. Diare
jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi
infeksi (WHO, 2010).

Beberapa jenis diare tersebut sering disebabkan oleh organisme renik seperti bakteri
dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella dan Vibrio
cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada
anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus epidemik dan sering diidentikkan dengan
penyebabkan kematian utama pada anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang
disebabkan oleh kolera terjadi pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair
pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009). Sedangkan diare
cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak disebabkan oleh infeksi rotavirus.

GEJALA DAN TANDA KLINIS

- Umum
Biasanya episode diare akut mereda dalam 72 jam setelah onset, sedangkan diare
kronis sering melibatkan serangan selama periode waktu yang lama.
- Tanda dan gejala
 Timbulnya mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, kedinginan, dan
malaise.
 Pergerakan usus sering dan tidak pernah berdarah, dan diare berlangsung 12-
60 jam.
 Nyeri periumbilikal intermiten dengan kram dan bising usus bunyi
 Rasa sakit dalam diare usus besar adalah sensasi yang mencekam, sakit
tenesmus (mengejan, tinja tidak efektif, dan menyakitkan).
 Nyeri me-lokalisasi ke hipogastrik.
 Pada diare kronis, riwayat serangan sebelumnya, penurunan berat badan,
anoreksia, dan kelemahan kronis
- Pemeriksaan fisik
 Biasanya menunjukkan hiperperistalsis dengan borborygmi (suara yang
dihasilkan saat terjadi kontraksi otot berirama di perut dan usus) dan nyeri
menyeluruh atau lokal.
- Tes laboratorium
 Studi analisis feses meliputi pemeriksaan mikroorganisme, darah, lendir,
lemak, osmolalitas, pH, konsentrasi elektrolit dan mineral, dan kultur.
 Uji kit tinja berguna untuk mendeteksi virus GI, khususnya rotavirus.
 Tes serologis antibodi menunjukkan peningkatan titer selama periode 3 hingga
6 hari, tetapi tes ini tidak praktis dan tidak spesifik.
 Kadang-kadang, total volume tinja harian juga ditentukan.
 Visualisasi endoskopi langsung dan biopsi usus besar dapat dilakukan untuk
menilai adanya kondisi seperti kolitis atau kanker.
 Studi radiografi sangat membantu dalam kondisi neoplastik dan inflamasi.

TATALAKSANA TERAPI
Terapi Farmakologi Diare
Pada umumnya obat diare terbagi atas 4 macam, yaitu antimotilitas (difenoksilat,
loperamide, paregonic, tincture opium, difenoxin), adsorben (kaolin pectin, polikarbofil,
attapulgite), antisekresi (bismuth subsalisilat, enzim lactase, lactobacillus), dan oktreotid.

1. Oralit
Oralit yang menurut WHO mempunyai komposisi campuran Natrium Klorida,
Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium Sitrat sekarang dijual
dengan berbagai merek dagang seperti Cymatrolit, Eltolit, Ottolyte, Kritallyte dan
Aqualite mengandung komposisi yang sama (Bromilow 1993; Patra 1992).
Oralit adalah terapi pertama pada pengobatan diare akut, tujuannya adalah
mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan secara berlebih dan elektrolit, terutama
penting bagi pasien bayi dan usia lanjut. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana
tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian, utamanya pada anak/bayi
bila tidak segera diatasi (Harianto,2004). Oralit tidak menghentikan diare tetapi
mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan
tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi dapat dihindari. Tersedia dalam bentuk serbuk,
dilarutkan dalam 200 ml atau 1 gelas air matang hangat dan dalam bentuk larutan.
Komposisi oralit 200: Glukosa anhidrat 4 g, Natrium klorida 0,7 g, Natrium dihidrat
0,58 g, Kalium klorida 0,3 g.
Contoh obat : Oralit (generik) serbuk (B), Alphatrolit (Phaimac Apex) serbuk (B),
Aqualyte (prafa) cairan (B), Bioralit (indofarma) serbuk (B), corsalit (corsa) serbuk
(B).

2. Adsorbensia
Misalnya carbo adsorbens, koalin, pektin yang pada permukaannya menyerap
zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri. Arang aktif digunakan pada diare akibat
salah makan atau keracunan makanan. Untuk efek optimal diminum dengan takaran
cukup besar dosis: 2-3x sehari 3-4 tablet (250 mg/tab.),pada diare. Contoh obat :
Bekarbong, Norit (Tan & Raharja 2002).
a. Kaolin
Sejenis tanah lempung yang mengandung alumunium salisilat. Kaolin tidak larut
dalam air dan dalam usus berdaya mengikat (adsorpsi) 14 zat-zat beracun, serta
memperbesar volume isi usus, sehingga dapat dipakai untuk meredakan mencret,
aman pada wanita hamil dan menyusui. Contoh obat : Kaopectat
b. Attapulgite
Senyawa komplek dari alumunium-magnesium silikat dengan sifatsifat yang
sama. Biasanya diaktivasi dengan jalan pemanasan untuk meningkatkan daya
absorbsinya jauh lebih kuat dari kaolin. Digunakan sebagai antasida. Dosis 3-6x
sehari 5-15 g, attapulgit 3-6x sehari 1,5g Contoh obat : Biodiar, enterogit
c. Pectin
Contoh obat : Kaopektat

3. Bismuth subsalisilat
Obat ini dapat membentuk suatu pelindung untuk menutupi luka-luka di dinding usus
akibat peradangan. Dosis biasa : 3x 0.5-1 g. Contoh obat : Neo Adiar, Diaryn
a. Splasmolitika Adalah zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang
sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare (papaverin dan oksifenonium).
b. Obat antidiare kombinasi Dari sisi komposisinya relatif banyak variasinya dan
relatif banyak merk dagang yang tersedia di pasaran.
Contoh:
 Obat antidiare kombinasi yang mengandung 5 komponen yaitu Antrexol
untuk diare non spesifik (psidii folium extr 150 mg, curcuma domestica
rhizina extr 50 mg, piper betle folic 50 mg, cimicifuga racemosa rhizoma extr
25 mg, areca catechu 15 mg), Primadia membantu mengurangi frekuensi
buang air besar, memadatkan tinja (ekstra psidii 100 mg, ekstrak curcuma
domesticae 60 mg, ekstrak eugenic polyantha 60 mg, ekstrak uncaria gambier
80 mg, ekstrak granati pericarpium 60 mg), Diapet (ekstrak psidii folim 23.5
%, ekstrak curcuma domesticae rhizoma 12.5 %, ekstrak coix lacrima jobi
semen 18 %, ekstrak phellodondri radik 23 %, ekstrak coptidis rhizoma 23
%).
 Obat antidiare kombinasi yang mengandung 4 komponen yaitu Antresep
(psidii folium extrak siccum 100 mg, curcuma domestica ekstra siccum 50
mg, cimifuga rancemosa rhizoma extrak siccum 20 mg).
 Obat antidiare kombinasi yang mengandung 3 komponen Fitodiar untuk
diare non spesifik (attapulghit 300 mg, psidii folium extr 50 mg, curcuma
domestica rhizoma extr 7,5 mg), New Guanistrep (kaolin 986 mg, pektin 40
mg, natrium sitrat 0,3%).
 Obat antidiare kombinasi yang mengandung 2 komponen yaitu Attapulgit
(kaolin). Pektin untuk pengobatan simptomatik pada diare yang tidak
diketahui penyebabnya. Contoh obat : Antresep, Andikap, Atagip, Gratative,
Licopec, Molagit, Neo Diastop, Neo Entrostop, Omegdiar, Neo Diaform
Suspensi : Novadiar, Kaopectat, Neo Asta, Neo Kaolana Sirup : Kaolimec,
Neo Diarex.

Terapi Non Farmakologi Diare

1. Cairan dan elektrolit


Terapi yang utama pada diare adalah terapi rehidrasi. Oral rehydration solution adalah
campuran NaCl 3,5 gram, KCl 1,5 gram, Natrium sitrat 2,5 gram dan glukosa 20gram
dalam 1 liter air matang. Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap baik oleh usus
penderita diare. Natrium memiliki kemampuan meningkatkan pengangkutan dan
meningkatkan daya absorbsi gula melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl
jugaberkhasiat meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus. Pasien dengan
dehidrasi berat membutuhkan larutan rehidrat secara intravaskuler untuk pertolongan
pertama, dan larutan ORS saat bisa minum, diteruskan dengan ORS tunggal saat
gejala dehidrasi hilang.
Perawatan secara oral dapat dilakukan dalam 2 tahap tergantung pada kondisi pasien,
yaitu rehidrasi dan pemeliharaan terapi. Rehidrasi dilakukan untuk menggantikan
cairan yang kurang didalam tubuh, serelah rehidrasi terapi sudah dilakukan, elektrolit
yang diberikan untuk pemeliharaan agar komposisi elektrolit tubuh normal kembali.
Jika pasien sudah tidak mengalami dehidrasi, untuk pemeliharaan cairan dan elektrolit
terapi tetap dilakukan. (Longe, 2005)
2. Pengaturan makanan
Pasien dengan diare osmotik disarankan untuk menghindari makanan berlemak, dan
makanan kaya akan gula sederhana. Pasien dengan diare sekretori disarankan untuk
mengghindari makanan atau mnuman yang mengandung kafein karena kafein daoat
meningkatkan cAMP yang dapat menimbulkan jumlah cairan sekresi dan dapat
memperparah diare (Longe, 2005)
3. Pencegahan
Infeksi bakteri terjadi disebabkan oleh kuman dalam gastrointestinak. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya perawatan di rumah dan lingkungan sekitar yang tidak
higienis. Pencegahan untuk diare yaitu mencuci tangan, dan menggunakan teknik
sterilisasi yang mungkin dapet mencegah terjadinya infeksi kuman. Menjaga makanan
agar tetap terjaga sanitasi untuk menghindari kuman yang mungkin muncul
(longe,2005).

MONITORING

Hal-hal yang perlu dimonitoring dari penyakit diare adalah :

1. Gejala
Dilihat dari gejala yang dialami pasien setelah mengkonsumsi obat, apakah frekuensi
buang air besar masih sering atau tidak, dilihat karakteristik feses, serta demam tinggi
atau tidak.
2. Efek samping
Dilihat efek samping obat yang terjadi apabila terdapat gejala seperti mual, muntah,
gangguan gastrointestinal, perih dilambung maka segera hubungi dokter.
3. Kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
DAFTAR PUSTAKA
Bromilow David, Indonesian Index of Medical Specialities. Vol. 22, No. 2, Mediprom,
Singapure (1993).

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit. McGraw-Hill Education Companies : Inggris.

Hamidathurochmah, D., Suwendar & Lestari, F. 2019. Studi Gambaran Swamedikasi Diare
pada Balita di Wilayah Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Prosiding Farmasi, Vol.5
No.2
Longe, R.L., 2005, Diarrhea, dalam Handbook of Nonprescription Drugs. American
Pharmacist Association, Washington D.C
Raini, M., Gitawati, R. & Rooslamiati, I. 2015. Kerasionalan Penggunaan Obat Diare yang
Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia. Jurnal Kefarmasian Indonesia, Vol.5 No.1-
Feb. 2015:49-56
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-490. 31 Untung Widodo, Bircher, J.,
Lotterer, E. 1993. Kumpulan Data Klinik Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

Yedy Purwandi Sukmawan. 2018. Farmakoterapi Faringitis, Diare, Impetigo dan Asma pada
anak edisi pertama. Stikes BTH Tasikmalaya

Anda mungkin juga menyukai