Anda di halaman 1dari 48

REFLEKSI KASUS

TRAUMATOLOGI DARI KASUS OTOPSI RSUD PURWOREJO TANGGAL 6


DESEMBER 2019

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh


Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun Oleh :

Musa Al-Kadzim ()
Aditya Ratna Utari ()
Anindya Widhi Cantika ()
Rizza Zuraida (30101507550)

Pembimbing :
dr. Setyo Trisnadi, SH, Sp.KF

KEPANITERAAN KLINIK RS BHAYANGKARA


ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

TINJAUAN TRAUMATOLOGI KARENA KEKERASAN FISIK

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter

Musa Al-Kadzim ()
Aditya Ratna Utari ()
Anindya Widhi Cantika ()
Rizza Zuraida (30101507550)

Semarang, Desember 2019

Pembimbing,

dr. Setyo Trisnadi, SH, Sp.KF

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Traumatologi .......................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Trauma ................................................................................................ 3
2.2.1 Trauma Mekanik ............................................................................................... 4
2.2.2 Luka Termis (suhu) ............................................................................................. 14
2.2.3 Luka kimiawi ........................................................................................................ 16
2.2.4 Luka Listrik dan Petir ......................................................................................... 16
2.3 Derajat Kualifikasi Luka ........................................................................................ 17
2.4 Konteks peritiwa penyebab luka ........................................................................... 18
2.5 Waktu terjadinya kekerasan .................................................................................. 19
2.6 Landasan Hukum .................................................................................................... 24
BAB III.................................................................................................................................... 29
LAPORAN KASUS ............................................................................................................... 29
3.1 Identitas Korban ..................................................................................................... 29
3.2. Kronologi Kejadian ................................................................................................. 29
BAB IV .................................................................................................................................... 37
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 37
BAB V ..................................................................................................................................... 37
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dimana
kedaulatannya berada ditangan rakyat, serta semua aspek diatur oleh hukum yang
berlaku berdasarkan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 1 Ayat 1, 2,3 Tentang
Bentuk dan Kedaulatan.
Berdasarkan defnisi yang dikemukakan oleh Sanford Kadish dalam
Encyclopedia of Criminal Justice, yaitu bahwa kekerasan adalah semua jenis perilaku
yang tidak sah. Terkadang baik berupa suatu tindakan nyata maupun berupa kecaman
yang mengakibatkan pembinasaan atau kerusakan hak milik. Kekerasan juga bisa
diartikan sebagai serangan memukul (Assault and Battery) merupakan kategori
hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi
aktual kekuatan fisik kepada orang lain. Menurut para ahli kriminologi, “kekerasan”
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan
dengan hukum. Oleh karena itu, kekerasan merupakan kejahatan. Serangan dengan
memukul dan pembunuhan secara resmi dipandang sebagai tindakan kolektif. Jadi,
tindakan individu ini terjadi dalam konteks suatu kelompok, sebagaimana kekerasan
kolektif yang muncul dari situasi (Santoso, 2002)
Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan penggunaan secara sengaja
kekuatan fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri,
orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau
kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis, pertumbuhan
yang tidak normal atau kerugian. Bentuk kekerasan banyak ragamnya, meliputi
kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi,
kekerasan simbolik dan penelantaran.
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Maka
setiap tindakan yang bertentangan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 sebagai dasar hukum yang paling hakiki disamping produk-produk hukum
lainnya. Hukum tersebut harus selalu ditegakan guna mencapai cita-cita dan tujuan
Negara Indonesia dimana tertuang dalam pembukaan Alinea ke-empat yaitu
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

1
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD, 1945).
Terjadinya suatu tindak pidana terdapat 2 (dua) pihak yang terlibat
didalamnya, yaitu Pelaku dan Korban. Bentuk atau macam dari suatu tindak pidana
sangatlah banyak, misalnya pembunuhan, perampokan, pencemaran nama baik,
pencabulan, pemerkosaan, penggelapan, pencurian serta masih banyak yang lainnya
lagi. Tindak pidana pencurian sering terjadi dalam masyarakat didorong oleh berbagai
faktor.
Penyidikan tentang masalah kejahatan tidak pernah berhenti dilakukan oleh
para kriminologi. Hal ini menandakan bahwa masalah kejahatan merupakan masalah
pokok sepanjang kehidupan manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa untuk
menghilangkan kejahatan sama sekali hal yang mustahil. Dalam kehidupan
masyarakat masih banyak terdapat perbuatanperbuatan yang sifat-Nya tidak dapat
menunjang masyarakat yang adil dan makmur, merata dan spiritual, terlebih dahulu
harus diciptakan suasana yang aman dan tertib. Salah satu bentuk kejahatan yang
akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat menganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat adalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor roda dua. Kejahatan
pencurian kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta
benda yang banyak menimbulkan kerugian. Dalam Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (selanjutnya di singkat KUUH pidana, Buku ke-2 titel XII mulai dari Pasal
362 sampai dengan Pasal 367).
Otopsi forensik adalah satu pemeriksaaan yang dilakukan terhadap mayat
yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini penting
dilakukan untuk mencari penyebab kematian, penyidikan dan penegakan hukum.
(Hoyert, 2011).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Traumatologi


Pengertian trauma dari aspek medikolegal sedikit berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya
kontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan
tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang.
Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau
benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Aplikasinya dalam pelayanan kedokteran
forensik adalah untuk membuat terang suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada
seseorang. (Amir, 2005).

2.2 Klasifikasi Trauma


Di tinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan
berdasarkan (Amir, 2005), (Budiyanto, 1997) :
A. Etiologi
I. Trauma Mekanik
1. Kekerasan Tumpul
a. Luka memar (bruise, contusion)
b. Luka lecet (abrasion)
c. Luka robek (Laceration)
d. Patah Tulang (Fracture)
e. Pergeseran sendi (Dislocation)
2. Kekerasan Tajam
a. Luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
c. Luka bacok (choped wound)
3. Luka Tembak (firearm wound)
II. Luka Termis (Suhu)
1. Temperatur Panas
a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaution,
heat cramps)
b. Benda panas (luka bakar dan scalds)

3
2. Temperatur Dingin
a. Terpapar dingin (hipotermia)
b. Efek lokal (frost bite)
III. Luka Kimiawi
1. Zat Korosif
2. Zat Iritasi
IV. Luka Listrik, Radiasi, Ledakan dan Petir.
B. Derajat Kualifikasi Luka
I. Luka Ringan
II. Luka Sedang
III. Luka Berat
C. Medikolegal
I. Perbuatan Sendiri ( Bunuh diri)
II. Perbuatan Orang Lain (Pembunuhan )
III. Kecelakaan
IV. Luka Tangkis
V. Dibuat (Fabricated)
D. Waktu Kematian
I. Ante- mortem
II. Post-mortem
2.2.1 Trauma Mekanik
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kapak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda – benda ini telah ada
sejak zaman prasejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai
dengan pembuatan senjata senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata
penghancur lainnya. Akibatnya pada tubuh dapat dibedakan darin penyebabnya
(Amir, 2005).
1. Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak,
bayonet dan lain-lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, luka
tikam dan luka bacok (Amir, 2005). Pada Kematian yang disebabkan
oleh benda tajam, walaupun tetap harus difikirkan kemungkinan

4
karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa
pembunuhan atau peristiwa bunuh diri (Idries, 1997).
Luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka
yang disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang
tenang tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata dan dari
sudut-sudutnya yang runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing
serta tidak adanya jembatan jaringan (Idries, 1997).

a. Luka Sayat
Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka
terbuka dengan pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang
disertai memar di pinggir luka, semua jaringan otot, pembuluh darah,
saraf dalam luka terputus, juga rambut. Dalam pemeriksaan ini
dibedakan dengan luka robek, sebab pada luka robek jaringan ini
masih ada yang utuhdan disebut jembatan jaringan. Ukuran lebar
luka sayat lebih dari pada ukuran dalamnya luka (Idries, 1997).
Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai
pembuluh darah yang dekat ke permukaan seperti di leher, siku
bagian dalam, pergelangan tangan dan lipat paha (Idries, 1997).
b. Luka Tusuk (Luka tikam)
Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda
tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir
luka dapat menunjukkan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul
(sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi (Amir, 2005).
Bentuk dari luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh
korban, dipengaruhi oleh faktor- faktor sebagai berikut.:
1. Sifat – sifat dari pisau :
Bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua
tepinya, bermata satu atau bermata dua (Amir, 2005)
2. Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar
luka sama dengan lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka
melebihi lebar pisau karena tarikan kesamping sewaktu

5
menusukkan dan waktu menarik pisau. Demikian juga bila pisau
masuk ke jaringan dengan posisi miring (Amir, 1997).
Begitu pula dalamnya luka tidak menggambarkan panjang
senjata kecuali bila mengenai organ padat seperti hati. Umumnya
dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang
ditusuk sampai ke pangkal senjata. Tetapi dalamnya luka bisa
melebihi panjang dari senjata karena elastisitas jaringan, misalnya
luka tusuk pada perut (Idries, 1997).

3. Tempat dimana terdapat luka.


Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya ketengangan
kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana serat –
serat elastiknya sejajar yaitu pada lipatan-lipatan kulit, maka
tusukan yang sejajar dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan
luka yang tertutup, sempit dan berbentuk celah. Akan tetapi bila
tusukan pisau itu melintasi serta memotong lipatan kulit, maka luka
yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut akan terbuka lebar
(Idries, 1997).
c. Luka Bacok
Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga
akan menimbulkan luka menganga yang lebar disebut luka bacok.
Luka ini sering sampai ke tulang. Bentuknya hampir sama dengan
luka sayat tapi dengan derajat luka yang lebih berat dan dalam. Luka
terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat banyak dan
sering mematikan (Idries, 1997).

2. Kekerasan Tumpul
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain: batu, besi,
sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2
sebab:
 Alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak
bergerak.

6
 Orang bergerak kearah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam
bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan walaupun
terkadang sulit dipastikan (Amir, 2005). Benda tumpul bila mengenai
tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar, dan luka robek
atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut
sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang (Idries,
1997).
a. Luka Memar
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah
dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya
pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Idries, 1997).
Perdarahan atau ekimosis ini berwarna biru kehitaman dan kadang-kadang
disertai pembengkakan. Pada orang kulit gelap warna biru kehitaman akibat
memar kadang kadang sulit terlihat, sehingga pembengkakan bisa dipakai
sebagai petunjuk (Amir, 2005).
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi
pada jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang lanjut
usia, maka luas memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan
kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas, dan adanya jaringan longgar
tersebut memungkinkan berpindahnya ‘memar’ kedaerah yang lebih rendah,
berdasarkan gravitasi (Idries, 1997).
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi
mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan
dengan istilah ‘Perdarahan tepi’ (marginal hemorrhages), misalnya bila
tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana
terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, perdarahan akan menepi
sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah
antara kedua kembang ban yang berdekatan (Idries, 1997).
Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau
benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan
sejajar yang membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan, darah
antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat
pemukul yang mengenai tubuh korban (Idries, 1997).

7
Luka Memar di punggung tangan dan jari memberi petunjuk suatu
luka tangkis (defensif, bertahan) pada perkelahian. Luka memar di leher
bisa sebagai petunjuk pencekikan (Amir, 2005). Bersamaan dengan
perjalanan waktu, luka memar menyembuh dan terjadi perombakan zat warna
hemoglobin. Perubahan warna dalam penyembuhan pada mayat bergerak dari
tepi ke tengah yang memberikan arti bahwa perlukaan tampak makin
mengecil (Amir, 2005).
Memperkirakan umur luka memar :
 Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
 Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
 Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
 > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan
luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada
area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh
darah kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam
mayat : (Vincent dan Dominick, 2001).
Tabel 1. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
LUKA
LEBAM MAYAT
MEMAR
Di sembarang Bagian tubuh yang terendah
tempat Pembengkakan (-)
Pembengkakan Tanda Intravital (-)
(+) Ditekan Menghilang
Tanda Diiris : dibersihkan dengan kapas
Intravital (+) menjadi bersih
Ditekan tidak
menghilang
Diiris : tidak
menghilang

8
b. Luka Lecet (abrasi)
Luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan
dengan benda yang kasar permukaannya. Arah luka dapat ditentukan
dari penumpukan epidermis yang terseret ke satu posisi. Bentuk luka
lecet kadang-kadang dapat menunjukkan bentuk alat yang dipakai (Amir,
1997). Luka lecet pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan
tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat,
perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gamabaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan alat penjeratnya, seperti jalinan tambang, tali
pinggang . luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga
dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada
pada leher korban (Idries, 2005).
Memperkirakan umur luka lecet :
- Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
- Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
- Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
- Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante
mortem atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan
perbedaan dari keduanya :
Tabel 2. Perbedaan Luka Lecet Ante Mortem dan Post Mortem
ANTE MORTEM POST MORTEM
Coklat kemerahan Kekuningan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Sembarang tempat Pada daerah yang ada penonjolan tulang

c. Luka Robek (laserasi)


Luka robek adalah luka luka terbuka akibat trauma tumpul
yang kuat. Mudah terbentuk bila dekat ke dasar bagian yang bertulang.
Luka ini umumnya tidak menggambarkan bentuk dan ukuran alat yang
digunakan. Ciri-cirinya berbentuk tidak teratur, pinggir tidak rata,

9
bengkak, sering kotor (sesuai benda penyebab), perdarahan tidak
banyak dibanding luka sayat, terdapat jembatan jaringan, antara kedua
tepi luka (otot, pembuluh darah, serabut saraf), rambut tebenam
kedalam luka, sering disertai memar dan luka lecet (Amir, 2005).
Bila luka robek tersebut salah satu tepinya membuka
kekanan misalnya, maka kekerasan atau benda tumpul datang dari arah
kiri. Jika membuka kedepan maka kekerasan benda tumpul datang dari
arah belakang. Perlukisan yang cermat dari luka terbuka akibat
benda tumpul dengan demikian dapat sangat membantu penyidik
khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi, demikian pula
sewaktu dokter dijadikan saksi di muka hakim (Idries, 1997).
d. Patah Tulang (fraktur)
Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada
anak-anak dan orang muda tulang masih lentur dan dapat menyerap
tekanan yang kuat. Tekanan berat (misalnya dilindas mobil) pada dada
anak-anak dapat menyebakan hancurnya organ dalam tanpa patah tulang
iga. Pecahan tulang dapat menunjukkan arah trauma. Patah tulang dapat
menimbulkan perdarahan luar dan perdarahan dalam (Idries, 1997).

3. Luka Tembak
Luka tembak ialah luka yang disebabkan adanya penetrasi
anak peluru atau persentuhan peluru dengan tubuh. Untuk
memahami akibat luka tembak pada tubuh harus dimulai dari
pengetahuan tentang apa yang keluar dari mulut laras pada waktu
senjata api meletus. Yang keluar dari mulut laras adalah :
- Anak Peluru
- Sisa mesiu yang tidak terbakar
- Api
- Asap
- Gas
Masing - masing komponen akan menimbulkan akibat pada
sasaran (manusia). Anak peluru akan menyebabkan terjadinya luka
(luka masuk dan bisa luka keluar) dengan saluran luka didalam tubuh.
Sisa mesiu yang tidak terbakar akan menyebabkan terjadinya

10
penyebaran tatto disekitar luka masuk. Pada jarak tembak yang sangat
dekat dengan sasaran akan api dapat menyebabkan luka bakar. Begitu
pula asap akan meninggalkan jelaga disekitar luka masuk (Amir,
2005).
Gas hanya menimbulkan akibat bila mulut laras kontak
menempel pada dengan jaringan tubuh. Bila luka tembak tempel dekat
ke permukaan tulang dimana kulit dan otot dekat ke tulang, maka gas
akan memantul keluar dan membuat luka masuk menjadi luas, sering
pecah seperti bintang (stellate). Bila jaringan ditempat luka masuk
hanya jaringan lunak, efek yang ditimbulkan tekanan gas tidak
sehebat yang dekat ke tulang (Amir, 2005).
Dengan memahami akibat dari kelima komponen di atas,
maka dokter dapat melaporkan hasil pemeriksaan dan kesimpulannya
dalam VeR.
a. Luka Tembak Masuk
Bagian yang penting dalam pemeriksaan luka tembak adalah
pemeriksaan luka tembak masuk. Karena pengertian luka tembak
adalah penetrasi anak peluru kedalam tubuh, maka perlu dikaji
tentang yang terjadi pada waktu peluru menembus kulit (Amir,
2005).
Selain luka masuk yang merobek tubuh, maka di pinggir luka
akan terbentuk cincin memar di sekeliling luka masuk (contusion
ring). Sebetulnya ini lebih tepat disebut luka lecet. Diameter luka
memar ini menggambarkan kaliber peluru yang menembus. Oleh
karena itu perlu diukur dengan teliti. Bila cincin memar bulat
berarti peluru menembus tegak lurus. Bila lonjong maka peluru
menembus miring. Arah dan sudut kemiringan luka tembak masuk
dapat ditentukan dari bagian yang lebih lebar dari cincin memar
(Amir, 2005).
Bentuk cincin memar bisa tidak teratur. Ini bisa
dihubungkan dengan kemungkinan peluru yang menembus kulit
tidak bulat lagi karena berubah bentuk, misalnya peluru rikoset
karena mengenai benda lain dulu seperti dinding, pohon dan

11
lain lain atau peluru mekar/memuai karena panas atau peluru
yang ujungnya sengaja dibelah (peluru dum – dum) (Amir, 2005).
Pada penembakan yang mengenai tulang gepeng misalnya
tulang tengkorak, sternum, ilium, lubang luka berbentuk corong
dimana luka masuk lebih kecil dari luka keluar. Luka tembak
masuk pada tulang tengkorak terlihat lubang luka pada tabula
eksterna lebih kecil dibanding luka pada tabula interna. Bila
peluru keluar lagi maka lubang luka tabula interna lebih kecil dari
pada lubang luka pada tabula eksterna (Amir, 2005).
Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberi
gambaran yang khas tetap dapat merupakan petunjuk dari mana
peluru datang, yaitu dengan melihat fragmen tulang yang terangkat
atau terdorong, bila peluru datang dari sebelah kanan maka peluru
akan terdorong ke sebelah kiri Amir, 2005).
b. Luka Tembak Keluar
Bila tidak ditemukan cincin memar disekitar lubang luka, maka
ini merupakan patokan sebagai luka keluar. Pada luka keluar
bisa didapati jaringan lemak menghadap keluar, walaupun
kadang-kadang sulit memastikannya. Bentuk dan besar luka
keluar beragam, tergantung posisi peluru keluar dan kecepatan
menembus kulit. Lebih mudah memastikan bila didapati serpihan
tulang apalagi bila dibantu foto rontgent (Amir, 2005).
Beberapa kemungkinan dapat terjadi :
- Luka tembak masuk lebih kecil dari luka keluar
Ini lebih sering karena waktu keluar, daya tembus
mengebor dari peluru berkurang oleh adanya hambatan
jaringan, sehingga membuat luka lebih besar. Apalagi bila
serpihan tulang ikut melukai (Amir, 2005).
- Luka masuk dan keluar sama besar
Terjadi bila daya tembus peluru masih tinggi dan hanya
mengenai jaringan lunak (Amir, 2005).
- Luka masuk lebih besar dari luka keluar.

12
Dapat terjadi dimana sesuadah peluru menembus masuk
ke tubuh, daya tembusnya sangat berkurang dan tenaga peluru
keluar hanya cukup untuk menembus kulit (Amir, 2005).

c. Jarak Luka Tembak


Peluru yang menembus tubuh bisa ditembakkan dari berbagai
jarak. Untuk kepentingan medikolegal penentuan jarak luka tembak
ini sangat penting, jarak luka tembak ini dibagi atas 4 yaitu:
- Luka tembak tempel
Terjadi bila laras senjata menempel pada kulit. Luka
masuk biasanya berbentuk bintang (stellate). Pada luka
didapati jejas laras yaitu bekas ujung laras yang ditempelkan
pada kulit. Gas dan mesiu yang tidak terbakar didapati dalam
jaringan luka. Didapati kadar CO yang tinggi dalam jaringan
luka. Luka tembak tembel biasanya didapati pada kasus bunuh
diri. Oleh karena itu sering didapati adanya kejang mayat
(cadaveric spasme). Luka tembak tempel sering ditemui
dipelipis, dahi atau dalam mulut (Amir, 2005)
- Luka tembak sangat dekat
Luka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound)
sering disebabkan pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (±
15 cm), maka akan didapati cincin memar, tanda-tanda luka
bakar, jelaga dan tatto disekitar lubang luka masuk (Amir,
2005).
- Luka tembak dekat
Luka dengan jarak dibawah 70 cm akan meninggalkan
lubang luka, cincin memar dan tatu di sekitar luka masuk.
Biasanya karena pembunuhan (Amir, 2005).
- Luka tembak jauh
Disini tidak ada kelim tatto, hanya ada luka tembus
oleh peluru dan cincin memar. Jarak penembakan sulit atau
hampir tdk mungkin ditentukan secara pasti. Tembakan dari
jarak lebih dari 70 cm dianggap sebagai tembakan jarak

13
jauh, karena partikel mesiu biasanya tidak mencapai sasaran
lagi (Amir, 2005).

2.2.2 Luka Termis (suhu)


a. Terpapar Suhu Panas
1. Heat Cramps (Kram karena panas)
Adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang
terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas.
Heat cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam
(termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang
berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik
yang berat. Jika tidak segera diatasi, Heat Cramps bisa menyebabkan
Heat Exhaustion. Gejalanya kram yang tiba – tiba mulai timbul di
tangan, betis atau kaki. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk
dikendurkan, terasa sangat nyeri (Afandi, 2010).
2. Heat Exhausion (Kelelahan karena panas)
Adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena atau terpapar
panas selama berjam – jam, dimana hilangnya banyak cairan karena
berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang
pingsan. Jika tidak segera diatasi, Heat Exhaustion bisa menyebabkan
Heat Stroke. Gejalanya kelelahan, kecemasan yang meningkat, serta
badan basah kuyup karena berkeringat, jika berdiri penderita akan
merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah
tungkai yang melebar akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat
dan lemah. Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab. Penderita menjadi
linglung atau bingung terkadang pingsan (Afandi, 2010).
3. Heat Stroke
Heat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal,
yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama,
dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk
menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera diobati, Heat Stroke bisa
menyebabkan kerusakan yang permanen atau kematian. Suhu 41°
Celsius adalah sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali berakibat
fatal (Afandi, 2010).

14
Kerusakan permanen pada organ dalam, misalnya otak bisa
segera terjadi dan sering berakhir dengan kematian. Gejalanya sakit
kepala, Perasaan berputar (vertigo), kulit teraba panas, tampak merah
dan biasanya kering. Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai
160-180 kali/menit (normal 60-100 kali/menit). Laju pernafasan juga
biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah. Suhu tubuh
meningkat sampai 40 – 41° Celsius, menyebabkan perasaan seperti
terbakar.Penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa
mengalami penurunan kesadaran atau kejang (Afandi, 2010).

b. Benda Panas
1. Luka bakar
Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu
tinggi. Kerusakan kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan
lama kontak. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik
mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66
derajat celcius, sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu singkat
mencapai suhu 47 derajat celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi pada
suhu 43-44 derajat celcius bila kontak terjadi cukup lama (Hoediyanto,
2012).
Luka bakar dapat dikategorikan menjadi 4 derajat yaitu :
- Derajat I eritema
- Derajat II vesikel dan bulla
- Derajat III nekrosis koagulatif
- Derajat IV karbonisasi
Kematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai
mekanisme :
- Syok neurogen, commotio neuro-vascularis
- Gangguan permeabilitas akibat pelepasan histamin dan kehilangan
NaCl kulit yang cepat (dehidrasi)
c. Terpapar suhu dingin
Kekerasan oleh benda bersuhu dingin biasanya dialami oleh
bagian tubuh yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau
hidung. Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh

15
darah superfisial sehingga terlihat pucat, selanjutnya akan terjadi paralisis
dari vasomotor kontrol yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi
kemerahan. Pada keadaan yang berat dapat menjadi gangrene (Hoediyanto,
2012).
2.2.3 Luka kimiawi
Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asamkuat
dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga
menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen,
sedangkan basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intra sel
sehingga menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan akan terus
berlanjut sampai ke dalam Karena biasanya bahan kimia asam atau basa
terdapat dalam bentuk cair (larutan pekat), maka bentuk luka biasanya sesuai
dengan mengalirnya bahan cair tersebut (Budiyanto, 1997)..

2.2.4 Luka Listrik dan Petir


Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar
sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya
pengaruh listrik pada jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya
tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya tahanan (keadaan kulit
kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerha terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat
dikelilingi daerah hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi
(Hoediyanto, 2012).
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya luka.
Bahkan kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus
listrik ketika meninggalkan tubuh juga ikut terbakar. Kematian dapat terjadi
akibat fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan.
Sedang faktor yang sering memperngaruhi kefatalan adalah kesadaran
seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Petir terjadi
karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya dapat
mencapai 10 mega Volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah.
Luka-luka karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka
gabungan akibat listrik, panas dan ledakan udara (Hoediyanto, 2012).

16
Luka akibat panas berupa luka bakar dan luka akibat ledakan udara
berupa lukaluka yang mirip dengan akibat persentuhan dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan
syaraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi
karena efek ledakan atau efek dari gas panas yang ditimbulkannya. Pada
korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda
dari logam yang dipakai, magnetisasi benda-benda dari logam yang
dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.Luka akibat radiasi dan
trauma akustik sangat jarang terjadi dan umumnya tidak berkaitan dengan
ilmu kedokteran forensic (Hoediyanto, 2012).

2.3 Derajat Kualifikasi Luka


Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu
Kedokteran Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Bab XX pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana (KUHP) .
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam,
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan

17
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana (KUHP).
Pasal 90
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
(3) Kehilangan salah satu pancaindera;
(4) Mendapat cacat berat;
(5) Menderita sakit lumpuh;
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan (KUHP).

2.4 Konteks peritiwa penyebab luka


Latar belakang terjadinya luka dapat disebabkan peristiwa permbunuhan,
bunuh diri, atau kecelakaan (Dahlan, 2007).
a. Pembunuhan
Ciri - ciri lukanya adalah :
- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu di daerah mematikan maupun tidak
mematikan
- Lokasi tersebut didaerah yang dapat dijangkau maupun yang tidak dapat
dijangkau oleh korban
- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
- Dapat ditemukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada korban
yang sadar ketika mengalami serangan. Luka tangkisan tersebut terjadi
akibat refleks menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya
pada lengan bawah bagian luar.
b. Bunuh diri
Ciri-ciri lukanya adalah:
- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat
- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

18
- Ditemukan luka-luka percobaan (tentative wounds)
Luka percobaan dapat terjadi karena yang bersangkutan massih
ragu-ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil
mengumpulkan keberaniaaannya, sehingga
ciri-ciri luka percobaan adalah :
- Jumlahnya lebih dari satu
- Lokasinya disekitar luka yang mematikan
- Kualitas lukanya dangkal
- Tidak mematikan
c. Kecelakaan
Jika ciri-ciri luka yang ditemukan ridak menggambarkan
pembunuhan atau bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat
kecelakaan. Untuk lebih memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan di
tempat kejadian (Dahlan, 2007).

2.5 Waktu terjadinya kekerasan


Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi
keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum
terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus
informasi tentang waktu terjadinya kekerasan akan dapat digunakan sebagai
bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, teerutama yang berkaitan
dengan alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya seseorang
dituduh atau dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada di
tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara (Dahlan, 2007).
Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan :
- Luka terjadi ante mortem atau post mortem
- Umur luka
a. Luka ante mortem atau post mortem
Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaannya ialah luka
itu terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
perlu dicari ada tidaknya tanda-tanda intravital. Jika ditemukan berarti luka
terjadi sebelum mati dan demikian pula sebaliknya (Dahlan, 2007).
Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang
menunjukkan bahwa :

19
1. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma.
Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan
hidup ketika terjadi trauma antara lain :
a. Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut-serabut elastis di bawah kulit
terpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya.
Jika arah luka memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka
akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastis
maka bentuk luka tidak begitu menganga (Dahlan, 2007).
b. Retraksi vaskuler.
Bentuk retraksi vaskuler tergantung dari jenis trauma,
yaitu:
1. Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :
Eritema (kulit berwarna kemerahan), Vesikel atau bulla.
2. Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital
berupa : Kontusio atau memar (Dahlan, 2007).
c. Reaksi mikroorganisme (infeksi)
Jika tubuh dari orang masih hidup mendapat trauma maka pada
daerah tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa : Kenaikan
kadar serotinin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma).
Kenaikan kadar histamin (kadar maksimal terjadi 20-30 menit sesudah
trauma). Kenaikan kadar enzim yang terjadi beberapa jam sesudah
trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan (Dahlan,
2007).
2. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma
Jika organ dalam (jantung atau paru) masih dalam keadaan
berfuungsi ketika terjadi trauma maka tanda-tandanya antara lain :
a. Perdarahan hebat (profuse bleeding)
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan
perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja terus-menerus
memompa darah lewat luka. Berbeda dengan trauma yang terjadi
sesudah mati sebab keluarnya darah secara pasif karena pengaruh
gravitasi sehingga jumlah lukanya tidak banyak. Perdarahan pada
luka intravital dibagi 2, yaitu :

20
- Perdarahan internal
Mudah dibuktikan karena darah tertampung dirongga
badan (rongga perut, rongga panggul, rongga dada, rongga
kepala dan kantong perikardium) sehingga dapat diukur
pada waktu otopsi (Dahlan, 2007).
- Perdarahan eksternal
Darah yang tumpah di tempat kejadian, yang hanya
dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi ditemukan tanda-
tanda anemis (muka dan organ-organ dalam pucat) disertai
tanda-tanda limpa melisut, jantung dan nadi utama tidak
berisi darah (Dahlan, 2007).

b. Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara
arterial (sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena
yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik,
seperti misalnya vena jugularis eksterna atau subclavia. Udara akan
masuk ketika tekanan di jantung kanan negatif. Gelembung udara
yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah paru-
paru sehingga dapat mengganggu fungsinya (Dahlan, 2007).
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli
udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai
akibat dari tindakan pneumotorak artifisial atau karena luka-luka yang
menembus paru-paru. kematian dapat terjadi akibat gelembung udara
masuk pembuluh darah koroner atau otak (Dahlan, 2007).
c. Emboli lemak
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai
jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang
panjang. Akibatnya jaringan jaringan lemak akan mengalami pencairan
dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus menuju
daerah paru-paru (Dahlan, 2007).
d. Pneumotorak

21
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru
menderita luka, sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka
luka berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-
paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi. Semakin lama
udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada
akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada
akhirnya paruparu menjadi kolaps (Dahlan, 2007).
e. Emfisema kulit
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan
menusuk pau-paru maka pada setiap ekspirasi udara, paru-paru
dapat masuk ke jaringan ikat di bawah kulit. Pada palpasi akan
terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini
tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal
(Dahlan, 2007).
b) Umur Luka
Untuk mengetahui kapan kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui
umur luka. Tidak ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan
tepat kapan suatu kekerasan (baik pada korban hidup atau mati) dilakukan
mengingat adanya faktor individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan
darah, atau penyakit defisiensi) (Dahlan, 2007). Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan
berapa umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiran dihitung dari saat
trauma sampai saat diperiksa dan pada korban mati, mulai dari saat trauma
sampai saat kematiannya. Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka
dapat diperkirakan dengan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi.
Mula-mula akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan inflamasi,
berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna tersebut berubah
menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan (Dahlan, 2007).
Pada luka robek atau terbuka dapat diperkirakan umurnya dengan
mengamati perubahan-perubahannya. Dalam selang waktu 12 jam sesudah
trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka

22
akan didominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan disusul tanda penyembuhan
(Dahlan, 2007).
2. Pemeriksaan mikroskopik
Perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain
berari guna bagi penentuan intravitalitas luka, juga dapat menentukan umur
luka secara lebih teliti dengan mengamati perubahan-perubahan histologiknya.
Menurut Walcher, Robertson dan hodge, infiltrasi perivaskular dari lekosit
polimorfnuklear dapat dilihat dengan jelas pada kasus dengan periode-periode
survival sekitar 4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel lekosit
mungkin dapat lebih dini lagi, bahkan beberapa menit sesudah trauma. Pada
trauma dengan iinflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai puncaknya
dalam waktu 48 jam (Dahlan, 2007).
Epitelisasi baru terjadi hari ketiga, sedang sel-sel fibroblas mulai
menunjukkan perubahan reaktif sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat
proliferasi tersebut serta pembentukan kapiler-kapiler baru sangat variatif,
biasanya jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya akan terbentuk
sesudah 3 hari. Serabut kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5
hari sesudah trauma. Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan parut
tampak pada akhir minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah
trauma, aktivitas sel-sel epitel dan jaringan di bawahnya mengalami
regresi. Akibatnya jaringan epitel mengalami atrofi, vaskularisasi jeringan
di bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut kolagen. Sampai
beberapa minggu sesudah penyembuhannya, serabut elastis masih lebih
banyak dari jaringan yang tidak kena trauma. Perubahan histologik dari
luka sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi karena infeksi akan
menghambat proses penyembuhan luka (Dahlan, 2007).
3. Pemeriksaan histokemik
Perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma
adalah akibat dari fenomena fungsional yang sejalan dengan aktifitas
enzim, yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik.
Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat
dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu.
Mula-mula luka atau bagian dari luka dipotong dengan menyertakan jaringan
di sekitarnya, kira-kira setengah inci (Amir, 2010). Separuh dari potongan itu

23
difiksasi dengan mengunakan formalin 10% di dalam refrigerator dengan suhu
4 derajat celcius sepanjang malam untuk membuktikan adanya aktifitas
esterase dan fosfatase (Schrum; Ramsay, 2007). Separonya lagi dibekukan
dengan isopentane dengan menggunakan es kering guna mendeteksi adanya
adenosine triphosphatase dan aminopeptidase (Herlambang, 2010).
Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih
dini setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat
dilihat sesudah 2 jam, sedang peningkatan acid phosphatase alkali phophatase
sesudah 4 jam (Dix; Calaluce, 1999).
4. Pemeriksaan biokemik
Meskipun pemeriksaan histokemik telah banyak menolong, tetapi
reaksi trauma yang ditunjukkan masih memerlukan waktu yang relatif
panjang, yaitu beberapa jam sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi,
korban mati beberapa saat sesudah trauma sehingga belum dapat dilihat
reaksinya dengan metode tersebut (Schrum; Ramsay, 2007). Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan biokemik. Histamin dan serotinin merupakan zat
vasoaktif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut,
terutama pada stadium awal trauma (Herlambang, 2010). Penerapannya bagi
kepentingan forensik telah diplubikasikan pertama kali pada tahun 1965 oleh
Vazekas dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya kenaikan histamin
bebas pada jejas jerat antemortem pada kasus gantung (Schrum : Ramsay,
2007). Oleh peneliti lain kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah
trauma, sedang serotonin naik setelah 10 menit (Herlambang, 2010).

2.6 Landasan Hukum


Tindak kekerasan sampai kematian pun sepenuhnya telah diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 yang berisi pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 89
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan (KUHAP).
Pasal 90
Luka berat berarti:

24
- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali,
- atau yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindera;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
- terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- gugur atau matinya kandungan seorang perempuan (KUHAP).
Pasal 350
Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan
rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348,
dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1-5 (KUHAP).

Bab XX - Penganiayaan
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana (KUHAP).
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

25
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana (KUHAP).
Pasal 353
(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam
dengan pidana
(4) penjara paling lama sembilan tahun (KUHAP).

Pasal 354
(1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama
delapan tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun (KUHAP).
Pasal 355
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun (KUHAP).
Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga :
(1) bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang
sah, istrinya atau anaknya;
(2) jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau
karena menjalankan tugasnya yang sah;
(3) jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang
herbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum
(KUHAP).
Pasal 357

26
Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan pasal 353 dan
355, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 3o No. 1 – 4
(KUHAP).
Pasal 358
Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana
terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa
yang khusus dilakukan olehnya, diancam :
(1) dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika
akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
(2) dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada
yang mati (KUHAP).

Bab XXI - Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan


Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun (KUHAP).

Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang lain
luka - luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat
ribu lima ratus rupiah (KUHAP).

Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditamhah dengan sepertiga dan
yang bersalah dapat dicahut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana

27
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan (KUHAP).

28
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Korban


Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : Kurang lebih 29 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ds. Trirejo RT. 02/RW. 02, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo
Pekerjaan : Petani

3.2. Kronologi Kejadian


Petugas jaga Polres Purworejo menerima laporan mengenai adanya penemuan
korban di Purworejo oleh warga sekitar pukul 09.30 WIB. Korban tergeletak di
daerah talud irigasi Dusun Kedungdowo, Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Purworejo.
Korban ditemukan oleh warga yang sedang menembak burung di sekitar TKP. Setelah
mendapatkan laporan tersebut, petugas jaga Polres Purworejo mendatangi Tempat
Kejadian Perkara (TKP). Di Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan korban sudah
mengalami luka-luka dan tidak sadarkan diri, sehingga di bawa ke rumah sakit umum
daerah Purworejo untuk mendapat perawatan. Pada saat pemerikasaan, petugas Polres
Purworejo dan petugas medis menemukan beberapa luka bekas tusukan pada tubuh.
Petugas Polres Purworejo menyarankan kepada keluarga untuk dilakukan otopsi.
Otopsi ini dilakukan dari permintaan penyidik atas izin keluarga.

29
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TENGAH

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

JL. Majapahit No. 140 Semarang, Telp: (024) 6716273


PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM
Nomor : R/19/VER/X/2018/Biddokkes

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Purworejo melalui suratnya tanggal 16 November
2018 No:B/93/X/RES.1.7/2018/Reskrim yang di tandatangani oleh Yusi Andi Sukmana,
S.H.,M.H. Pangkat Ajun Komisaris Polisi NRP 75040152 dan diterima tanggal 16 November
2018, maka dengan ini saya, dr. Istiqomah, Sp.KF, sebagai dokter yang bekerja pada Rumah
Sakit Bhayangkara Semarang menerangkan bahwa pada tanggal 16 November 2018 pukul 09.20
WIB, di RSUD Purworejo telah memeriksa jenazah, yang berdasarkan surat permintaan tersebut
di atas bernama Achmad, umur dua puluh sembilan tahun, jenis kelamin laki-laki,
kewarganegaraan Indonesia, alamat Ds. Trirejo RT. 02/RW. 02, Kecamatan Loano, Kabupaten
Purworejo. Korban tersebut diduga meninggal dunia akibat pembunuhan di daerah talud irigasi
Dusun Kedungdowo, Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Purworejo dengan menggunakan alat
berupa benda tajam--------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN : ---------------------------------------------------------------------------------


Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut di atas ditemukan fakta - fakta
sebagai berikut : ------------------------------------------------------------------------------------------------
A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH --------------------------
Tanggal : lima belas november dua ribu delapan belas ---------------------------------------------
1. Identitas Umum :---------------------------------------------------------------------------------------
a. Jenis Kelamin : laki-laki.---------------------------------------------------------------------------
b. Umur : antara tujuh belas sampai dua puluh lima tahun. -------------------------------------
c. Panjang Badan : seratus enam puluh sentimeter. ----------------------------------------------
d. Warna Kulit: sawo matang. -----------------------------------------------------------------------
e. Ciri Rambut : warna hitam, lurus, pendek, distribusi merata.---------------------------------
2. Identitas Khusus :---------------------------------------------------------------------------------------
a. Tatto : tidak ada. -----------------------------------------------------------------------------------
b. Jaringan parut : tidak ada. ------------------------------------------------------------------------
c. Tanda lahir : tidak ada.-----------------------------------------------------------------------------
d. Cacat fisik : tidak ada. -----------------------------------------------------------------------------
e. Tahi lalat : tidak ada. -------------------------------------------------------------------------------
f. Pembungkus jenazah : sebuah kantong bahan terpal, warna oranye, dengan ukuran
panjang seratus sembilan puluh tujuh sentimeter, lebar sembilan puluh empat
sentimeter, terdapat logo “identifikasi”, dan tulisan “IDENTIFIKASI POLISI” warna
hitam pada sisi depan.------------------------------------------------------------------------------
g. Penutup jenazah : tidak ada.-----------------------------------------------------------------------

30
h. Pakaian : tidak ada.---------------------------------------------------------------------------------
i. Benda di samping jenazah: tidak ada. -----------------------------------------------------------
j. Perhiasan : tidak ada. -------------------------------------------------------------------------------
k. Lain- lain : tidak ada. ------------------------------------------------------------------------------
B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN :--------
1. Lebam mayat : terdapat pada tengkuk, punggung, pinggang, bokong dan anggota gerak,
warna merah keunguan, tidak hilang dengan penekanan. -----------------------------------------
2. Kaku mayat : terdapat pada anggota gerak atas hingga jari tangan, dapat dilawan. -----------
3. Pembusukan : tampak kulit ari mengelupas, ditemukan larva dengan ukuran dua milimeter.
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR :------------------------------------
1. Permukaan Kulit Tubuh-----------------------------------------------------------------------------
a. Kepala : -----------------------------------------------------------------------------------------------
1) Daerah berambut: tidak terdapat tanda kekerasan.------------------------------------------
2) Wajah : tidak terdapat tanda kekerasan. -----------------------------------------------------
b. Bahu : tidak terdapat tanda kekerasan. -----------------------------------------------------------
c. Dada :--------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Terdapat dua buah luka terbuka pada dada kiri. --------------------------------------------
i. Luka pertama dengan titik pusat luka tiga sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan
tepat pada garis mendatar yang melewati kedua puting susu, bentuk menyerupai
celah, batas ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dalam
nol koma empat sentimeter, tegas, tepi rata, kedua sudut tumpul, tebing rata, terdiri
dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, dan tulang, dasar luka tulang.--------------------
ii. Luka kedua dengan ujung pertama enam belas koma lima sentimeter di kiri garis
tengah tubuh dan sepuluh sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati
puting susu, ujung kedua dua puluh sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan
sembilan sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua puting susu,
bentuk menyerupai celah, sebelum dirapatkan ukuran panjang empat sentimeter,
lebar satu sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena menembus rongga,
batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata terdiri dari kulit, jaringan
ikat, lemak, otot, tulang, dasar luka tidak dapat ditentukan karena menembus
rongga. Setelah dirapatkan dapat rapat sempurna membentuk garis dengan ukuran
panjang empat sentimeter.--------------------------------------------------------------------
d. Punggung : ------------------------------------------------------------------------------------------
1) Terdapat tiga buah luka terbuka pada punggung.-------------------------------------------
i. Luka pertama pada punggung bawah bagian kanan, sudut pertama dua sentimeter
di kanan garis tengah tubuh dan dua puluh sentimeter di bawah garis mendatar
yang melewati ujung kedua tulang belikat, sudut kedua dua sentimeter di kanan
garis tengah tubuh dan dua puluh tiga sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati ujung kedua tulang belikat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang
lima sentimeter, lebar dua sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena
menembus rongga, batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata,
terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar tidak dapat ditentukan
karena menembus rongga.-------------------------------------------------------------------
ii. Luka kedua pada punggung kiri bawah dengan titik pusat luka sembilan
sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua puluh sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati kedua ujung tulang belikat, bentuk menyerupai celah,
ukuran panjang nol koma lima sentimeter, lebar nol koma empat sentimeter,
dalam nol koma lima sentimeter, batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip,
tebing rata terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot, dasar luka otot.---------
iii. Luka ketiga pada punggung kiri bawah dengan titik pusat luka sembilan

31
sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua puluh dua koma lima sentimeter di
bawah garis mendatar yang melewati kedua ujung tulang belikat, bentuk
menyerupai celah, ukuran panjang nol koma empat sentimeter, lebar nol koma
dua sentimeter, dalam nol koma dua sentimeter, batas tegas, tepi rata, kedua sudut
tumpul, tebing rata terdiri dari kulit, jaringan ikat, dan lemak, dasar luka lemak.---
e. Pinggang : tidak terdapat tanda kekerasan. -----------------------------------------------------
f. Perut :-------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Terdapat empat buah luka terbuka pada perut.----------------------------------------------
i. Luka pertama pada perut sisi kanan dengan titik pusat luka sembilan koma dua
sentimeter di kanan garis tengah tubuh dan tujuh sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati pusat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang satu
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dalam satu koma tiga sentimeter,
batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing luka rata, terdiri dari kulit,
jaringan ikat, lemak, otot, dasar luka tulang.---------------------------------------------
ii. Luka kedua pada perut sisi kiri dengan titik pusat luka sembilan sentimeter di kiri
garis tengah tubuh dan tepat pada garis mendatar yang melewati pusat, bentuk
menyerupai celah, ukuran panjang dua koma delapan sentimeter, lebar nol koma
delapan sentimeter, dalam satu koma dua sentimeter, batas tegas, tepi rata, salah
satu sudut lancip, tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, dasar luka
lemak.------------------------------------------------------------------------------------------
iii. Luka ketiga pada perut sisi kiri dengan ujung pertama tiga sentimeter di kiri garis
tengah tubuh dan empat sentimeter di atas pusat, ujung kedua lima sentimeter di
kiri garis tengah tubuh dan tujuh sentimeter di atas pusat, bentuk menyerupai
celah, ukuran panjang tiga koma lima sentimeter, lebar satu koma lima
sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena menembus rongga, batas tegas,
tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat,
lemak, otot, tulang, dasar luka tidak dapat ditentukan karena menembus rongga.--
iv. Luka keempat pada perut sisi kiri dengan ujung pertama sebelas sentimeter di kiri
garis tengah tubuh dan tiga sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
pusat, ujung kedua delapan sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua
sentimeter di atas garis mendatar yang melewati pusat, bentuk menyerupai celah,
ukuran panjang tiga koma enam sentimeter, lebar satu koma dua sentimeter,
dalam tidak dapat ditentukan karena menembus rongga, batas tegas, tepi rata,
tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar tidak dapat
ditentukan karena menembus rongga.-----------------------------------------------------
g. Bokong : tidak terdapat tanda kekerasan. -------------------------------------------------------
h. Dubur : tidak terdapat tanda kekerasan. ---------------------------------------------------------
i. Anggota gerak : jaringan di bawah kuku tampak pucat.---------------------------------------
i. Anggota gerak atas : tidak terdapat tanda kekerasan.-----------------------------------
-
ii. Anggota gerak bawah : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------
-
2. Bagian Tubuh tertentu : ------------------------------------------------------------------------------
a. Mata: --------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Alis mata : warna hitam, tidak terdapat tanda kekerasan.---------------------------------
2) Bulu mata : warna hitam.----------------------------------------------------------------------
3) Kelopak mata : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
4) Selaput kelopak mata : tidak terdapat tanda kekerasan.-----------------------------------
5) Selaput bening mata : tampak keruh, lingkar penuaan tidak dapat dinilai.-------------
6) Selaput biji mata : tidak terdapat tanda kekerasan.-----------------------------------------

32
7) Manik mata : tidak dapat dinilai.-------------------------------------------------------------
8) Pelangi mata : tidak dapat dinilai.------------------------------------------------------------
b. Hidung : -------------------------------------------------------------------------------
-------------
1) Bentuk hidung : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
2) Permukaan kulit hidung : tidak terdapat tanda kekerasan.---------------------------------
3) Lubang hidung : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
c. Telinga : ----------------------------------------------------------------------------------------------
1) Bentuk telinga : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
2) Permukaan kulit telinga : terdapat sebuah luka terbuka pada telinga kiri sisi
belakang, bentuk menyerupai celah, dengan ukuran panjang empat sentimeter, lebar
nol koma lima sentimeter, dalam nol koma dua sentimetr, batas tegas, tepi luka rata,
tebing luka rata, terdiri dari kulit dan jaringan ikat, dasar luka jaringan ikat.-----------
3) Lubang telinga : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
d. Mulut : ------------------------------------------------------------------------------------------------
1) Bibir : tampak kebiruan. ----------------------------------------------------------------------
2) Selaput lendir mulut : tampak kebiruan.-----------------------------------------------------
3) Lidah : tidak ada kelainan.---------------------------------------------------------------------
4) Rongga mulut : tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------
5) Gigi-geligi : -------------------------------------------------------------------------------------
i. Rahang atas : ---------------------------------------------------------------------------------
a) Kanan : tidak lengkap, jumlah tujuh buah, gigi geraham pertama tidak ada,
gigi geraham belakang ketiga ada.---------------------------------------------------
b) Kiri : lengkap, jumlah delapan buah, gigi geraham belakang ketiga ada. --------
ii. Rahang bawah :-------------------------------------------------------------------------------
a) Kanan : lengkap, jumlah delapan buah, gigi geraham belakang ketiga ada.------
b) Kiri : tidak lengkap, jumlah tujuh buah, gigi geraham pertama tidak ada, gigi
geraham belakang ketiga ada. ----------------------------------------------------------
6) Langit - langit mulut : tidak ada kelainan. --------------------------------------------------
e. Alat kelamin : laki-laki------------------------------------------------------------------------------
1) Pelir : sudah disunat, tidak terdapat tanda kekerasan.---------------------------------------
2) Kantung pelir: terdapat dua buah biji pelir dalam kantong pelir, tidak terdapat tanda
kekerasan. -----------------------------------------------------------------------------------------
3. Tulang - Tulang :---------------------------------------------------------------------------------------
a. Tulang tengkorak : tidak terdapat tanda kekerasan. --------------------------------------------
b. Tulang leher : tampak patah tulang pada tulang leher.------------------------------------------
c. Tulang belakang : tidak terdapat tanda kekerasan. ---------------------------------------------
d. Tulang-tulang dada : tidak terdapat tanda kekerasan. ------------------------------------------
e. Tulang-tulang punggung : tidak terdapat tanda kekerasan. -----------------------------------
f. Tulang-tulang panggul : tidak terdapat tanda kekerasan. --------------------------------------
g. Tulang anggota gerak : tidak terdapat tanda kekerasan. ---------------------------------------
D. TEMUAN DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN DALAM--------------------------------
1. Rongga Kepala : --------------------------------------------------------------------------------------
a. Kulit kepala bagian dalam : tidak terdapat tanda kekerasan. -------------------------------
b. Tulang tengkorak : tidak terdapat tanda kekerasan.------------------------------------------
c. Selaput keras otak : tampak pelebaran pembuluh darah.-------------------------------------
d. Otak besar : warna putih kelabu, berat seribu tiga ratus empat puluh lima gram,
ukuran panjang dua puluh sentimeter, lebar dua puluh tiga sentimeter, tinggi enam
sentimeter, perabaan kenyal, pada pengirisan tampak pelebaran pembuluh darah dan
bintik perdarahan.---------------------------------------------------------------------------------

33
e. Otak kecil : warna putih kelabu, berat seratus tujuh puluh satu gram, ukuran panjang
lima belas sentimeter, lebar sembilan sentimeter, tinggi dua sentimeter, perabaan
kenyal, pada pengirisan terdapat pelebaran pembuluh darah dan bintik perdarahan.----
f. Batang otak : warna putih kelabu, berat empat puluh tujuh gram, ukuran panjang
sepuluh sentimeter, lebar lima sentimeter, tinggi dua sentimeter perabaan kenyal,
pada pengirisan terdapat pelebaran pembuluh darah dan bintik perdarahan.--------------
g. Dasar tengkorak : tidak terdapat tanda kekerasan.--------------------------------------------
2. Leher bagian dalam: ----------------------------------------------------------------------------------
a. Lidah : tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------------------
b. Kulit leher bagian dalam : tidak terdapat tanda kekerasan ----------------------------------
c. Otot leher bagian dalam : tidak terdapat tanda kekerasan. ----------------------------------
d. Pembuluh darah besar : tampak kosong.-------------------------------------------------------
e. Tulang pangkal lidah : tidak ada tanda kekerasan.--------------------------------------------
f. Tulang rawan gondok ; tidak ada tanda kekerasan.-------------------------------------------
g. Kerongkongan : terdapat cairan berwarna coklat dan telur serangga.----------------------
h. Tenggorokan : terdapat buih halus dan resapan darah.---------------------------------------
3. Rongga Dada :-----------------------------------------------------------------------------------------
a. Kulit bagian dalam : terdapat resapan darah pada dinding kulit dada depan bagian
dalam, bentuk tidak teratur, ukurang panjang empat sentimeter, lebar satu sentimeter,
warna kemerahan.---------------------------------------------------------------------------------
b. Otot dinding dada : -------------------------------------------------------------------------------
1) Terdapat dua buah luka tembus pada otot dinding dada depan.-------------------------
i. Luka tembus pertama pada sela iga keempat bagian depan, bentuk celah.---------
ii. Luka tembus kedua pada sela iga kelima bagian kiri, bentuk celah.----------------
c. Tulang dada : tidak terdapat tanda kekerasan.------------------------------------------------
d. Tulang-tulang iga : tidak terdapat tanda kekerasan.------------------------------------------
e. Paru : -----------------------------------------------------------------------------------------------
1) Paru kanan : terdiri atas tiga baga, warna merah gelap, berat empat ratus gram,
ukuran panjang dua puluh lima sentimeter, lebar tujuh belas sentimeter, tinggi
empat sentimeter, permukaan licin, perabaan seperti spons. Pada pengirisan,
tampak keluar darah merah gelap encer dan buih halus.---------------------------------
2) Paru kiri : terdiri atas dua baga, warna merah gelap, berat dua ratus lima gram,
dengan ukuran panjang dua puluh satu sentimeter, lebar tiga belas sentimeter,
tinggi tiga sentimeter, permukaan licin, perabaan seperti spons. Pada pengirisan
tampak keluar darah merah gelap encer dan buih halus.---------------------------------
f. Jantung : warna merah gelap, perabaan kenyal, berat dua ratus tiga puluh enam gram,
dengan ukuran panjang lima belas sentimeter, lebar tiga belas sentimeter, tinggi tiga
sentimeter.-----------------------------------------------------------------------------------
1) Kandung jantung : terdapat cairan kandung jantung warna kemerahan sebanyak
sepuluh mililiter.-------------------------------------------------------------------------------
2) Jantung kanan : katup antara serambi dan bilik kanan berjumlah tiga buah katup,
dengan ukuran panjang lingkar katup tiga belas sentimeter, tebal otot jantung
kanan nol koma enam sentimeter. Katup pembuluh nadi paru berjumlah tiga buah
katup, dengan ukuran panjang lingkar katup tujuh sentimeter.--------------------------
3) Jantung kiri : katup antara serambi dan bilik kiri berjumlah dua buah katup, dengan
ukuran panjang lingkar katup sebelas sentimeter, tebal otot jantung kiri dua
sentimeter. Katup pembuluh nadi utama berjumlah tiga buah katup, dengan ukuran
panjang lingkar katup tujuh sentimeter.-----------------------------------------------------
4. Rongga Perut : ------------------------------------------------------------------------------------------
a. Kulit perut bagian dalam: terdapat empat luka tembus. Luka tembus pertama berada

34
di perut kanan bawah. Luka tembus ke dua berada di perut kiri atas. Luka tembus ke
tiga berada di perut kiri. Luka tembus keempat berada di perut kiri sejajar dengan
pusat.------------------------------------------------------------------------------------------------
b. Rongga perut : terdapat darah sebanyak seratus tujuh puluh milliliter, warna merah
gelap. Terdapat resapan darah dinding penggantung usus, bentuk tidak teratur,
panjang tiga belas sentimeter, lebar lima sentimeter.-----------------------------------------
c. Lambung : bocor, curiga luka tusuk panjang nol koma Sembilan sentimeter, lebar nol
koma lima sentimeter .----------------------------------------------------------------------------
d. Tirai usus : tidak terdapat tanda kekerasan.----------------------------------------------------
e. Usus besar : tidak terdapat kelainan. -----------------------------------------------------------
f. Usus halus : tampak dua luka terbuka pada usus halus. Panjang luka pertama satu
sentimeter, lebar nol koma enam sentimeter. Panjang luka kedua, nol koma delapan
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter.---------------------------------------------------
g. Hati : warna coklat, berat sembilan ratus emapt puluh lima gram, dengan ukuran
panjang dua puluh tujuh sentimeter, lebar dua puluh dua sentimeter, tinggi enam
sentimeter. Pada pengirisan tampak buih, darah gelap dan encer, permukaan licin,
perabaan kenyal, tepi tumpul.--------------------------------------------------------------------
h. Limpa : tampak melisut, warna merah kehitaman, berat seratus sembilan belas gram,
dengan ukuran panjang tiga belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi dua
sentimeter. Pada pengirisan tampah buih dan darah gelap encer. --------------------------
i. Ginjal : ---------------------------------------------------------------------------------------------
1) Kanan : selaput pembungkus ginjal mudah dilepas, warna merah kecoklatan, berat
seratus dua puluh delapan gram, dengan ukuran panjang dua belas sentimeter,
lebar sembilan sentimeter, tinggi dua koma lima sentimeter. Pada pengirisan tidak
darah merah encer. ----------------------------------------------------------------------------
2) Kiri : selaput pembungkus ginjal mudah dilepas, warna merah kecoklatan, berat
seratus delapan belas gram, ukuran panjang enam belas sentimeter, lebar sembilan
sentimeter, tinggi dua sentimeter. Pada pengirisan darah merah encer dan buih.-----
E. ALUR LUKA----------------------------------------------------------------------------------------------
1. Luka pada dada kiri atas yang menembus kulit dada, jaringan ikat, lemak, otot dan
menembus rongga dada.---------------------------------------------------------------------------------
2. Luka pada dada kiri bawah yang menembus kulit dada, jaringan ikat, lemak, otot, dan
menembus lambung.-------------------------------------------------------------------------------------
3. Luka pada punggung kanan bawah menembus kulit, jaringan ikat, lemak, otot punggung
belakang.---------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Luka pada perut kiri yang menembus kulit, jaringan ikat, lemak, otot dan menembus usus
halus.-------------------------------------------------------------------------------------------------------
F. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG:--------------------------------------------------
Untuk menambah fakta – fakta yang diperlukan, maka saya mengambil sampel dari jenazah
untuk pemeriksaan :------------------------------------------------------------------------------------------
1. Patologi anatomi dengan sampel tubuh jenazah berupa jaringan otak besar, otak kecil,
barang otak, paru kanan, paru kiri, jantung, hati, limpa, ginjal kanan dan ginjal kiri.----------

KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan jenazah tersebut, maka saya
simpulkan bahwa telah diperiksa jenazah seorang laki-laki, umur antara tujuh belas sampai dua
puluh lima tahun, kulit sawo matang. Dari pemeriksaan luar dan dalam didapatkan luka akibat
kekerasan tajam berupa luka tusuk pada dada kiri, perut kiri dan kanan, punggung kanan
belakang. Didapatkan tanda mati lemas dan tanda perdarahan hebat. Sebab kematian akibat
35
kekerasan tajam berupa luka tusuk pada perut kiri yang mengenai usus dan menyebabkan
perdarahan hebat. Perkiraan waktu kematian lebih dari dua puluh empat jam sebelum
pemeriksaan dilakukan.----------------------------------------------------------------------------------------

PENUTUP:------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
sewaktu menerima jabatan sebagai dokter------------------------------------------------------------------

Semarang, 16 November 2018


Dokter pemeriksa,

dr. Istiqomah, Sp.KF

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Kekerasan didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara sengaja, baik


secara fisik ataupun verbal terhadap seseorang terhadap orang lain atau kepada sebuah
kelompok yang menyebabkan cedera, kematian , trauma psikis, ataupun kerugian (WHO).
- Pada pemeriksaan luar ditemukan :
1. Kepala

 Terdapat luka yang sudah dijahit pada kelopak mata kanan hingga hidung,
dengan ukuran panjang lima sentimeter, dijahit dengan benang berwarna hitam
 Terdapat luka yang sudah dijahit pada pipi kanan hingga daun telinga kanan,
dengan ukuran panjang tiga belas sentimeter, dijahit dengan benang berwarna
hitam, setelah jahitan dibuka, didapatkan kedalaman dua belas sentimeter, pada
bagian dasar tampak patah tulang pada tulang rahang bawah sisi kanan dan
tulang pipi sisi kanan
 Terdapat luka yang sudah dijahit pada dahi sisi kanan hingga belakang telinga
kanan, dengan ukuran panjang lime sentimeter, dijahit dengan benang berwarna
hitam
 Terdapat sebuah luka yang sudah dijahit pada pipi kiri sebanyak enam jahitan
dengan benang berwarna hitam, panjang delapan sentimeter, lebar satu
sentimeter, setelah jahitan dibuka tampak dua buah luka terbuka .
 Luka terbuka pertama panjang lima sentimeter, lebar satu koma dua
sentimeter, dalam dua koma lima sentimeter, dengan ujung pertama empat
sentimeter dibawah garis mendatar yang melewati garis tengah mata, dan
enam sentimeter dikiri garis tengah tubuh, ujung kedua sembilan
sentimeter dibawah garis mendatar yang melewati kedua mata, dan empat
sentimeter dikiri garis tengah tubuh, batas tegas, tepi luka rata, tebing luka
rata terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, dan tulang dengan dasar
luka tulang.
2. Leher

37
Terdapat luka yang sudah dijahit pada tengkuk bagian kanan, dengan ukuran panjang
empat koma tiga sentimeter, dijahit dengan benang berwarna hitam, setelah jahitan
dibuka, tampak luka dengan panjang empat koma lima sentimeter, lebar satu koma lima
sentimeter, dengan kedalaman dua sentimeter, kedua sudur lancip, dengan dasar luka
otot. Setelah jahitan luka dari belakang telinga sampai tengkuk dibuka, terdapat luka
dengan panjang sebelas sentimeter, lebar tiga sentimeter, kedalaman delapan
sentimeter, luka menembus kulit dan otot, dengan dasar tulang tengkorak, dasar tulang
tengkorak utuh

3. Anggota Gerak

a. Anggota gerak :
i. Anggota gerak atas : jaringan di bawah kuku tampak kebiruan.
a) Kanan: : terdapat 3 buah luka lecet pada anggota gerak atas kanan.
 Luka lecet pertama pada lengan bawah kanan sisi luar, dengan ukuran
panjang lima koma lima sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter.
 Luka lecet kedua pada jari kelingking kanan, dengan ukuran panjang satu
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter.
 Luka lecet ketiga pada jari telunjuk kanan ruas pertama, dengan ukuran
panjang nol koma enam sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter.
b) Kiri: kuku dan jaringan dibawah kuku tampak pucat.
 Terdapat sebuah luka di lengan atas kiri sisi luar yang sudah dijahit dengan
benang warna hitam sebanyak tiga jahitan, panjang empat sentimeter,
lebar satu sentimeter, setelah jahitan dibuka tampak sebuah luka terbuka
pada lengan atas kiri sisi luar, bentuk menyerupai celah dengan kedua sudut
lancip, panjang tiga sentimeter, lebar satu sentimeter, dalam tiga
sentimeter, setelah dirapatkan luka membentuk garis, dengan ukuran
panjang empat sentimeter, batas tegas, tepi luka rata, tebing luka rata
terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dengan dasar luka tulang,
titik pusat ujung pertama enam sentimeter diatas lipat siku, ujung kedua
tujuh sentimeter diatas lipat siku
- Pada pemeriksaan dalam ditemukan
1. Rongga Kepala

38
a. Otak Besar

berat seribu empat puluh empat gram, ukuran panjang sembilan belas sentimeter
lebar lima belas koma lima sentimeter dan tinggi lima koma lima sentimeter,
konsistensi kenyal, warna putih kelabu, permukaan rata, terdapat pelebaran
pembuluh darah pada permukaan otak, pada pengirisan tidak tampak kelainan

b. Otak kecil

berat seratus delapan belas gram, ukuran panjang dua belas sentimeter lebar
sembilan sentimeter tinggi tiga sentimeter, warna putih kelabu, permukaan rata,
pada pengirisan tidak tampak kelainan
c. Batang otak

berat delapan belas gram, ukuran panjang enam sentimeter lebar empat sentimeter,
warna putih kelabu, permukaan rata, pada irisan tidak ada kelainan
d. Paru-paru
Paru kanan : terdapat perlengketan dengan dinding dada berat dua ratus enam
puluh delapan gram, perabaan seperti spons, permukaan licin, warna merah
kehitaman, terdiri dari tiga baga. Ukuran panjang dua puluh tujuh sentimeter, lebar
enam belas sentimeter, tinggi empat sentimeter, pada pengirisan dan penekanan
tidak ada kelainan

39
Paru kiri : terdapat perlengketan dengan dinding dada, berat dua ratus dua puluh
lima gram, perabaan seperti spons, permukaan licin, warna merah kehitama, terdiri
dari dua baga. Ukuran panjang dua puluh enam sentimeter, lebar delapan belas
sentimeter, tinggi tiga sentimeter, pada pengirisan dan penekanan tidak ada
kelainan
e. Jantung

Jantung : berat tiga ratus dua puluh dua gram, perabaan kenyal, ukuran panjang enam
belas sentimeter, lebar empat belas sentimeter, dan tinggi lima koma lima sentimeter.-
1) Kandung jantung : Cairan di selaput jantung warna kuning keruh, sebanyak sepuluh
mililiter -------------------------------------------------------------------------------
2) Jantung kanan : panjang lingkar katup kanan tiga belas sentimeter, tebal otot jantung
kanan nol koma lima sentimeter, katup antara serambi dan bilik kanan berjumlah tiga
buah, ukuran panjang sembilan sentimeter, pada pengirisan dan penekanan tidak ada
kelainan.---------------------------------------------------------------
Jantung kiri : panjang lingkar katup kiri sepuluh sentimeter, tebal otot jantung kiri
satu sentimeter. katup antara serambi kiri dan bilik kiri berjumlah dua katup, ukuran
panjang sepuluh sentimeter, pada pengirisan dan penekanan tidak ada kelainan
f. Rongga perut

40
Lambung : warna merah pucat, panjang lengkung besar tiga puluh tiga sentimeter,
panjang lengkung kecil enam belas sentimeter, berat tanpa isi sembilan puluh
delapan gram

a. Hati : berat delapan ratus delapan puluh tiga koma enam gram, warna merah gelap,
perabaan kenyal, permukaan licin, tepi tumpul, panjang dua puluh delapan sentimeter, lebar
delapan belas sentimeter, tinggi empat sentimeter, pada pengirisan dan penekanan keluar
cairan darah.

b. Kandung empedu : berat empat puluh enam gram, terdapat cairan warna kekuningan.

c. Pankreas : berat lima puluh satu gram, ukuran panjang dua puluh satu sentimeter, lebar lima
sentimeter, tinggi satu sentimeter, pada pengirisan dan penekanan tidak ada kelainan.
Limpa : berat tiga puluh dua koma tujuh gram, warna merah kehitaman, perabaan
kenyal, panjang delapan sentimeter, lebar enam sentimeter, tinggi satu sentimeter.
pada pengirisan dan penekanan tidak ada kelainan

41
Ginjal : tampak pucat kemerahan.

1) Kanan : berat ginjal kanan enam puluh empat gram, warna pucat kemerahan, perabaan
kenyal, simpai mudah dilepas, dengan ukuran ginjal panjang sembilan sentimeter, lebar
enam sentimeter, tinggi tiga sentimeter. Pada pengirisan dan penekanan tidak tampak
kelainan.

Kiri : berat ginjal kiri enam puluh delapan gram, warna pucat kemerahan, perabaan kenyal,
simpai mudah dilepas, dengan ukuran ginjal panjang sembilan sentimeter, lebar enam
sentimeter, tinggi tiga sentimeter, pada pengirisan dan penekanan tidak ada kelainan

42
BAB V
KESIMPULAN

1. Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan jenazah tersebut, maka


dapat disimpulkan bahwa identitas jenazah adalah seorang laki-laki, umur kurang
lebih tujuh belas sampai dua puluh lima tahun, kulit sawo matang.
2. Didapatkan luka akibat kekerasan tajam berupa luka tusuk pada dada kiri, perut kiri
dan kanan, punggung kanan belakang.
3. Didapatkan tanda mati lemas.
4. Didapatkan tanda-tanda perdarahan hebat yaitu organ-organ dalam pucat, pembuluh
darah besar kosong.
5. Sebab kematian adalah kekerasan tajam berupa luka tusuk pada perut kiri yang
mengenai usus dan menyebabkan perdarahan.
6. Perkiraan waktu kematian lebih dari dua puluh empat jam sebelum pemeriksaan
dilakukan.

43
DAFTAR PUSTAKA

- Amir, Amri. 2000. Traumatologi. Dalam. Ilmu Kapita Selekta Ilmu Kedokteran
Forensik. Medan: 107 – 109.
- Amir, Amri. 2005. Trauma Mekanik. Dalam. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua.
Percetakan Ramadhan. Medan: IV: 72 - 90.
- Anonim. 1995. Lecture Notes Time of death. Scotland. Department of Forensic
Medicine, University of Dundee;
- Anonim. 2009. Tren Pembunuhan. http://radarlampung.co.id/read/opini/tajuk/1065-
tren-pembunuhan, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018.
- Anonim. 2010. Pelaku Pembunuhan Berantai Paling Kejam di Dunia.
http://forum.vivanews.com/aneh-dan-lucu/198893-10-pelaku-pembunuhan-berantai-
paling-kejam-di-dunia.html, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018.
- Anonim. Assessing Stab Wounds - Type of Weapon Involved. Available from URL:
http://www.forensicmed.co.uk, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018
- Apuranto, Hariadi. 2010. Luka tajam. Available from URL :
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../luka%20akibat%20benda%20tajam.pdf, diunduh tanggal
27 Agustus 2018
- Beconi, M.T., C.R. Francia, N.G. Mora, and M.A.Affranchine. 1993. Effect of natural
antioxidants onfrozen bovine semen preservation. Theriogenology 40 : 841-851.
- Dahlan, S. 2007. Ilmu kedokteran forensic. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang
- Dix J, Calaluce R. 1999. Guide to Forensic Pathology. New York: CRC Press; 71 - 76
- Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online].
2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-
memar_rev.pdf
- Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Binarupa Aksara.
Jakarta: 85-129.
- James-payne J, Vanezis P. 2005. Sharp and cutting Edge Wounds. Encyclopedia of
Forensic and Legal Medicine; Elsevier academic Press. p 123 – 129
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
- Said S., E.M. Kaiin, F Afiati, M. Gunawan dan B. Tappa. 2004. Pengaruh metode dan
lama thawing terhadap kualitas semen beku sapi PO. Pusat Penelitian Bioteknologi-
LIPI

44
- Shkrum MJ, Ramsay DA. 2007. Penetrating Trauma, Sharp-Force Injuries In Forensic
Pathology of Trauma Common Proplems for Pathologist. Humana Press. p 357 - 397
- Triwulaningsih, E., P. Situmorang, T. Sugiarti, R.G. Sianturi, dan
D.A.Kusumaningrum. 2003. Pengaruh penambahan glutathione pada medium
pengencer sperma terhadap kualitas semen cair. JITV 8(2): 91-97.
- Undang-Undang Dasar 1945
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP)
- Vincent J, DiMaio and Dominick, DiMaio. 2001. Forensic Pathology. 2nd Ed. New
York : CRC Press ; 2001. P91

45

Anda mungkin juga menyukai