Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menteri Kesehatan sudah menetapkan standar pelayanan minimal rumah

sakit tahun 2008. Salah satu pelayanan yang dinilai adalah angka kematian pada

rumah sakit, yaitu kematian kurang dari 48 jam yang dikenal dengan Net Death

Rate (NDR) (Kemenkes RI, 2009). Kematian dan kecacatan pasien sebenarnya

dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang

pelayanan kesehatan (Gurning dkk, 2014). Peningkatan pelayanan kesehatan

seperti pemerataan status kesehaan penduduk miskin, pemerataan keterjanggauan

pelayanan kesehatan, pemerataan tenaga kesehatan, meningkatkan kesadaran pola

hidup bersih dan sehat, peningkatan kinerja pelayanan kesehatan (Arisandy,

2015). Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan seperti meningkatkan pelayanan

kegawatdaruratan. Seorang petugas kesehatan IGD dapat mengikuti pelatihan, hal

ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesehatan

IGD dalam pengambilan keputusan klinis agar tidak terjadi kesalahan dalam

melakukan pemilahan saat triage sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih

optimal dan terarah (Gurning dkk, 2014).

Kinerja pelayanan pada IGD dapat dilihat dari ketetapan pelaksanaan triase,

yang mana triase merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di

IGD sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan

tepat sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

(Santosa dkk, 2015). Triase mempunyai tujuan untuk memilih atau

1
2

menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan

prioritas penanganannya. Penggunaan triase untuk memastikan agar pasien

ditangani berdasarkan urutan kegawatannya untuk keperluan intervensi. Triase

juga diperlukan untuk penempatan pasien ke area penilaian dan penanganan yang

tepat serta membantu untuk menggambarkan keragaman kasus di IGD. Petugas

kesehatan IGD dalam melakukan triase harus berdasarkan standar ABCDE

(Airway: jalan nafas, Breathing: pernapasan, Circulation: sirkulasi, Disability:

ketidakmampuan, Exposure: paparan) (Gurning dkk, 2014).

Ketepatan pelaksanaan triase dikatakan tepat jika semua item prosedur

dilakukan dan dikatakan tidak tepat jika satu atau lebih item prosedur tidak

dilakukan (Kundiman dkk, 2019). Dampak positif dari ketepatan pemberian triase

yaitu pasien cepat tertangani dan dapat meminimalisir kematian dan kecacatan

pada pasien, selain itu juga dapat membeikan citra positif pelayanan rumah sakit

pada pasien yaitu adanya kepuasan dari pasien atas pelayanan yang diperoleh.

Sebaliknya dampak buruk jika kurang tepat dalam memberikan triase yaitu besar

kemungkinan nyawa paien tidak tertolong, dan hal ini memberikan nilai buruk

bagi rumah sakit (Sumanrno kk, 2017). Sebaliknya penurunan penilaian skala

triase atau ketidaktepatan triase akan memperpanjang waktu penanganan yang

seharusnya diterima oleh pasien sesuai dengan kondisi klinisnya dan kemudian

akan beresiko menurunkan angka keselamatan pasien dan kualitas dari layanan

kesehatan (Rumampuk dan Katuuk, 2019).

Prinsip penanganan awal triase meliputi survey primer dan sekunder, tetapi

dalam penatalaksaan primer yang diprioritaskan pada ABCDE (Airway, dengan


3

cervical spine control, Breathing dan circulation dengan kontrol perdarahan,

disability dan exposure) yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Triase

merupakan cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber

daya yang tersedia. Penilaian triase merupakan proses menilai pasien berdasar

beratnya cedera kepala atau menentukan jenis perawatan kegawatdaruratan

(Gustia dan Manurung, 2018).

Merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prasetyantoro dan

Widaryati (2013) ada hubungan ketepatan penilaian triase dengan tingkat

keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD RSU PKU Muhammadiyah

Bantul tahun 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gurning dkk (2014)

membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan prioritas. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Santosa (2015) membuktikan bahwa terdapat hubungan

yang kuat antara pegetahuan perawatan tentang pemberian label triase dengan

tindakan perawat berdasarkan label triase di IGD Rumah Sakit Petrokimia Gresik

Penelitian Irawati (2017) membuktikan bahwa pengetahuan termasuk salah satu

faktor yang mempengaruhi ketepatan pelaksanaan triage di IGD RS Dr Soedirman

Kebumen. Penelitian yang dilakukan oleh Gustia dan Manurung (2018)

membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketepatan penilaian

Triase perawat dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien Cedera Kepala di

IGD RSU HKBP Balige. Rumampuk dan Katuuk (2019) dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ketepatan triase dengan response

time perawat di IGD rumah sakit tipe C.


4

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 November

2019 dengan mewawancarai 10 orang Mahasiswa Profesi Keperawatan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang, didapatkan seluruhnya

belum pernah memperoleh informasi baik secara formal maupun informal tentang

penilaian triase, hal ini berdampak pada ketidakmampuan mahasiswa dalam

pengambilkeputusan triase. Berdasarkan fenomena di atas, maka penelitian ini

adalah hubungan kemampuan penilaian triase dengan ketepatan penanganan

pasien pada mahasiswa profesi UNITRI.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kemampuan penilaian triase dengan ketepatan

penanganan pasien pada mahasiswa profesi UNITRI?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kemampuan penilaian triase dengan ketepatan

penanganan pasien pada mahasiswa profesi UNITRI.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kemampuan penilaian triase pada mahasiswa profesi

UNITRI.

2. Mengidentifikasi ketepatan penanganan pasien pada mahasiswa profesi

UNITRI.

3. Menganlisis hubungan kemampuan penilaian triase dengan ketepatan

penanganan pasien pada mahasiswa profesi UNITRI.

1.4 Manfaat Penelitian


5

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Pelayan Kesehatan

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian

ilmu keperawatan khususnya berkaitan kemampuan ketepatan penanganan

pasien.

2. Pendidikan

Secara teoritis, institusi pendidikan dapat menggunakan hasil penelitian

ini untuk menambah dan mengembangkan literatur kependidikan

keperawatan dalam memberikan pengetahuan triase dalam memberikan

penanganan pada pasien.

1.4.2 Praktis

1. Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

pengetahuan tentang pengetahuan tentang triase yang dapat meningkatkan

kemampuan dalanm pengambilan keputusan triasedalam memberikan

pelayanan pada pasien.

2. Peneliti

Sarana pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan

penerapan yang didapatkan selama di bangku kuliah serta menambah

pengetahuan tentang kemampuan pengambilan keputusan triase dalam

memberikan pelayanan yang tepat pada pasien di unit gawat darurat.

3. Peneliti Selanjutnya
6

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai