Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

HIPERTENSI

A. TINJAUAN TEORI

a. Konsep Dasar Lanjut Usia


Usia lanjut (lansia) adalah individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumya
memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial,
ekonomi (BKKBN, 1995 dalam Mubarok, 2006). Menurut WHO lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai
90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho, 2008)
Penuaan (proses menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 1994 dalam
Nugroho, 2008). Masa dewasa tua (lansia), dimulai setelah pensiun biasanya antara usia
65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
adalah proses 8 alamiah, yang berarti seseorang telah melewati 3 tahap kehidupannya
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

b. Konsep Dasar Masalah

1) Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013).Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara dini
dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.
Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena dapat mecehgah timbulnya
komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Penyakit
epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler. (Arif, 2009. Pengantar Asuhan
Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Kardiovaskular Hal : 112).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO :
a) Hipertensi ringan : Tekanan diastole 90 -100 mmHg
b) Hipertensi sedang : Tekanan diastole 110- 130 mmHg
c) Hipertensi berat : Tekanan diastole > 130 mmHg

No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

4. Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99


Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

2) Etiologi
1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain
(Nafrialdi, 2009). Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan
dan gaya hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi.
Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada
berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas)
memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi primer (Guyton, 2008).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik
secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan 11 hipertensi atau memperberat
hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil, 2003). Hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya
ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
3) Patofisiologi
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun telah
banyak penyebab yang diidentifikasi seperti faktor :
a) Atherosclerosis
b) Meningkatnya intake sodium
c) Baroroseptor
d) Faktor genetic
e) Usia
Pada > 50 tahun biasanya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari pembuluh
darah sehingga hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan elastisitas otot
pembuluh darah, penurunan kemampuan aorta & arteri dalam
mengakomodasikan volume darah sehingga terjadi Penurunan curah jantung
dan Peningkatan tekanan perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
f) Psikologi
Emosi / stress akan merangsang hipotalamus mempengaruhi saraf simpatis
melepaskan hormone adrenalin menjadi vasokontriktor akan berpengaruh
kerja jantung meningkat dan tekanan darah meningkat.
g) Merokok
Rokok mengandung komponen toksik seperti Nikotin dapat mempengaruhi
sekresi rennin menyebabkan pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan
terjadinya atherosclerosis, meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah
meningkat.
h) Alkohol
Alkohol bersifat dingin mempengaruhi sekresi rennin menyebabkan
pengkakuan pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis, terjadi
meningkatkan kerja jantung dan tekanan darah meningkat.
i) Gaya Hidup
Gaya hidup yang kurang baik seperti Mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol berlebihan menyebabkan hyperlipidemia, meningkatkan
metabolisme kalori, lemak terjadi penumpukan lemak, penebalan dinding
pada pembuluh darah, menyebabkan terjadinya atherosclerosis, meningkatkan
kerja jantung sehingga tekanan darah menjadi meningkat.
4) Manifestasi Klinis
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak napas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis/mimisan
h) Kesadaran menurun
i) Sering marah
j) Gemetar
k) Nadi cepat setelah beraktivitas
l) Gangguan penglihatan
m) Kaku pada leher atau bahu
5) Pemeriksaan Penunjang / Diagnostik
a) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b) BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c) Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal/ ureter
m) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o) EKG
p) Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
6) Penatalaksanaan Medis
a) Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
 Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
 Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b) Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
 Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
c) Penatalaksanaan non medis
Memberikan HE kepada pasien :
 Mengurangi mengonsumsi garam dapur dalam masakan
 Mengurangi makan-makanan yang mengandung lemak seperti jeroan
 Hindari makanan seperti daging kambing, ikan asin
 Perbanyak untuk makan buah-buahan dan sayuran
 Meningkatkan aktivitas fisik ringan seperti : berjalan

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Subjektif :

a. Pasien mengeluh kepala pusing disertai leher terasa tegang dan kaku

2. Data Objektif

a. Pasien tampak gelisah


b. Pasien tampak meringis
c. Hasil pemeriksaan TTV :
S : 360C
N : 90 x / menit
RR : 20 x / menit
TD : 140/90 mmHg
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral

C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa prioritas : Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular


serebral

 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan


skala nyeri berkurang dengan KH :

1. Klien mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu


menggunakan teknik nofarmakologi untuk mengurangi nyeri.)
2. Klien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda-tanda
nyeri)
3. Klien mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Intervensi :

1. Observasi tanda – tanda vital dan KU pasien


2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Berikan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. Terapi
pijat,kompres hangat )
5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan)
6. Jelaskan penyebab, pemicu kambuhnya hipertensi
7. Anjurkan minum obat hipertensi teratur
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi.
E. EVALUASI

Diagnosa prioritas : nyeri akut peningkatan tekanan vascular serebral.

Evaluasi :

1. Klien mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


teknik nofarmakologi untuk mengurangi nyeri.)
2. Klien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda-tanda
nyeri)
3. Klien mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2011. Kamus Saku KeperawatanEd. 31. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius

Mary Baradero, dkk. 2005. Seri Asuhan Keperawatan : Klien Gangguan Kardiovaskular.
Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi : Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai