Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi universal yang digunakan manusia. Bahasa yang
digunakan suatu komunitas individu haruslah dimengerti setidaknya oleh satu komunitas
tersebut agar terjadinya komunikasi yang berkelanjutan.
Keberagaman bahasa tidak dapat dihindari karena adanya perbedaan budaya , geografis
, dan kemajemukan lingkungan , Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada
ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami poetera dan poeteri Indonesia
mendjoengjoeng bahasa persatoean, bahasa indonesia: dan apada Undang-Undang Dasar 1945
kita yang di dalamnya tecantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia”.
Karena alasan diatas bangsa Indonesia menetapkan bahwa bahasa nasional yang
dipakai adalah bahasa Indonesia , walaupun di Indonesia memiliki banyak ragam suku, bahasa
dan budaya bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa persatuan.
Kita sebagai calon pendidik harus dapat memelihara bahasa Indonesia ini, mengingat
akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntut akan
kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh
bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
“Pengertian, Sejarah, Hakikat, Ragam, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah bahasa itu?
2. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia?
3. Bagaimana hakikat bahasa sebenarnya?
4. Apa itu ragam bahasa? Apa saja jenisnya?
5. Bagaimana kedudukan bahasa dalam kehidupan kita?
6. Apakah fungsi bahasa tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui hakikat Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui ragam Bahasa Indonesia.
5. Untuk mengetahui Kedudukan Bahasa Indonesia.
6. Untuk mengetahui Fungsi Bahasa Indonesia.

1
D. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini, kami (penyusun) akan menjelaskan mengenai pengertian, sejarah,
hakikat, ragam, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia yang dimulai dengan bab
pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab berikutnya yaitu bab dua, penyusun menguraikan secara rinci berdasarkan data-
data yang penyusun peroleh dari buku dan internet mengenai kajian teori tentang pengertian,
sejarah, hakikat, ragam, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Bab ketiga, merupakan bab kesimpulan dan saran dalam makalah ini. Pada bagian ini,
kami (penyusun) menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran agar para
pembaca khususnya para mahasiswa untuk lebih memahami mengenai pengertian, sejarah,
hakikat, ragam, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

2
BAB II
PENGERTIAN, SEJARAH, HAKIKAT, RAGAM, KEDUDUKAN DAN
FUNGSI BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti sistem lambang
bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dari pengertian ini maka bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai bidang
kehidupan di Indonesia.

Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan didasarkan pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.” Peran bahasa Indonesia sebagai bahasa negara bersumber pada Undang-
Undang Dasar 1945 yang di dalamnya tercantum pasal yang menyatakan bahwa bahasa negara
ialah bahasa Indonesia.

B. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan
kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu
Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa
perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad
ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota
Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M
(Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna

3
itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942
M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu
dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu
juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang
digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan
antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu
tidak
mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta
makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di
daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah.
Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong


tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan
yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah
Pemuda, 28
Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat
besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

C. Fungsi Bahasa

Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga diantaranya bersifat pelambang atau
simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif : (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi
kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan.

Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan
demikian bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan
meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh mayarakat. Fungsi
pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu darfi bahasa
yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional

4
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha
orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan
bahasa baku sendiri.

Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa
dengan adanya morma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu
menjadi tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan. Bhasa
baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada
bidang susastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian
karena bentuknya yang khas, seperti di dalam permainan kata, iklan dan tajuk berita.

D. Kedudukan Bahasa

Bahasa-bahasa di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahasa persatuan dan


bahasa negara,bahasa daerah, serta bahasa asing. Yang termasuk bahasa persatuan dan bahasa
negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di tetapkan sebagai bahasa persatuan
melalui Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tahun 1945.

1. Bahasa Nasional dan Bahasa Negara

Sebagai bahasa negara,bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan di


dalam penyelanggaraan negara.Dalam kedudukan itu bahasa Indonesia berfungsi sebagai
bahasa resmi kenegaraan,bahasa pengantar didunia pendidikan,bahasa perhubungan di tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah,dan
bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta
teknologi modern.

2. Bahasa Daerah

Bahasa daerah adalah bahasa-bahasa suku bangsa di Indonesia. Bahasa ini jumlahnya
sangat banyak dan digunakan meyebar di seluruh daerah di Indonesia. Bahasa daerah berfungsi
sebgai lambing kebanggaan dan lambing identitas daerah, alat perhubungan di dalam keluarga
dan masyarakat daerah, dan sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia. Dalam
hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah merupakan pendukung bahasa
Indonesia, merupakan bahasa pengantar pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah
tertentu untuk memperlancar proses pengajaran, selain merupakan sumber kebahasaan untuk
memperkaya bahasa Indonesia.

3. Bahasa Asing

Bahasa asing diberi batasan sebagai bahasa-bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Bahasa asing mempunyai sebagi alat perhubungan antar bangsa dan sarana
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembanguan nasional.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai akses untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, bahasa asing sesungguhnya hanya melengkapi fungsi bahasa Indonesia yang
juga di kembangkan agar menjadi sarana serupa.

5
E. Ragam Bahasa

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaian dan bermacam ragam
penuturannya harus takluk pada hokum perubahan. Faktor sejarah dan perkembangan
masyarakyat juga berpengaruh terhadap perubahan bahasa sehinnga menimbulkan sejumlah
ragam bahasa Indonesia. Karena masih memiliki teras atau inti bersama-terutama yang
menyangkut kaidah tata bunyi, pembetukan kata, dan tata makna-ragam yang beraneka macam
itu ragam bahasanya masih dapat berkomunikasi dan saling memahami meskipun ada beberapa
perbedaan dalam hal perwujudan bahasa Indonesianya.

Ragam bahasa memiliki 2 bagian yang saling bertautan , yaitu ragam bahasa menurut
golonga penutur dan golongan pemakaian bahasa. Ragam menurut penutur dibagi berdasarkan
daerah asal , pendidikan , dan sikap penuturnya. Sementara ragam bahasa menurut pemakaian
bahasa mencakup ragam menurut bidang . sarana , dan ragam pencampuran.

1. Ragam Daerah

Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat daerah bahasa
Indonesia yang sekarang kita kenal, berkat perhubungan yang lebih sempurna lewat kapal,
pesawat, mobil, radio, surat kabar, dan televise, agaknya tidak akan berkembang menjadi
bahasa tersendiri. Logat daerah yang paling kentra karena tata bunyinya yang mudah dikenali.
Logat Indonesia-Batak yang dilafalkan oleh putra Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena
tekanan kata yang amat jelas; logat Indonesia orang Bali karena pelafalan bunyi /t/ dan /d/-nya.
Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu ada juga walaupun mungkin kurang tampak.

Sikap penutur bahasa Indonesia terhadap aksen penutur lain berbeda-beda. Akan tetapi,
umumnya seseorang dapat menerima perbedaan aksen orang lain selama bahasa Indonesia
orang tersebut masih dapat dipahami. Hali itu menunjukkan bahwa toleransi orang Indonesia
terhadap logat sangat tinggi. Selain itu, mungkin juga polarisasi logat yang belum jelas itu
disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa Indonesia belum berperan lama sebagai bahasa
persatuan.

2. Ragam Bahasa Menurut Pendidikan

Ragam bahasa menurut pendidikan penuturnya, yang berbeda dari ragam dialek, menunjukkan
perbedaan antara kaum yang berpendidikan dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia
golongan yang tidak terpelajar pada umumnya berbeda dengan tata bunyi kaum terpelajar.
Bunyi /f/ dan gugus konsonan /ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang
tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah. Kata efektif dan ekspres yang dilafalkan
[ɛfɛktif] dan [ɛksprɛs] sering dilafalkan [ɛpɛktip] dan [ɛkprɛs] karena terpengaruh oleh etnis
tertentu.

Perbedaan juga tampak pada tata bahasa. Kalimat Saya mau tulis itu surat ke pamanku sering
ditemukan dalam tuturan nonformal. Kalimat tersebut cukup jelas maksudnya, tetapi bentuk
bahasa formal yang digunakan kaum berpendidikan adalah Saya mau menulis surat itu kepada
paman saya.

6
3. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Topik Pembicaraan

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantaranya adalah:

1) Ragam bahasa ilmiah

2) Ragam hukum

3) Ragam bisnis

4) Ragam agama

5) Ragam sosial

6) Ragam kedokteran

4. Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur

Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang
masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini yang dapat disebut
langgam atau gaya pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak
berbicara atau terhadap pembacanya. Misalnya, gaya bahasa kita jika kita memberikan
laporan kepada atasan, atau jika kita memarahi orang, membujuk anak, menulis surat kepada
kekasih, atau mengobrol dengan sahabat karib.

5. Ragam Bahasa Menurut Jenis Pemakaiannya

Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat dirinci menjadi tiga macam: (1)
ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan, (2) ragam menurut sarannya dan (3)
ragam yang mengalami pencampuran. Orang yang ingin turut serta dalam bidang tertentu atau
yang ingin membicarakan pokok persoalan yang berkaitan dengan lingkungan itu harus
memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang atau pokok itu.

6. Ragam Bahasa Menurut Sarananya

Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran dan ragam
tulisan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perbedaan antara ragam
lisan dan ragam tulisan. Yang pertama berhubungan dengan suasana peristiwanya. Jika kita
menggunakan ragam tulisan, kita beranggapan bahwa orang yang diajak berbahasa tidak ada
di hadapan kita, sehingga perlu diperhatikan fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan
objek dan hubungan di antara fungsi itu masing-masing harus nyata. Sedangkan dalam ragam
lisan karena penutur bahasa berhadapan atau bersemuka, unsur itu kadangkadang dapat
ditinggalkan.

Hal yang kedua, yang membedakan ragam lisan dari ragam tulisan berkaitan dengan
beberapa upaya yang kita gunakan dalam ujaran, misalnya tinggi rendahnya dan panjang
pendeknya suara serta irama kalimat yang sulit dilambangkan dengan ejaan dan tata tulis yang

7
kita miliki. Misalnya, ujaran Darto tidak mengambil uangmu, yang disertai pola intonasi
khusus pada kata tidak, dalam tulisan mungkin dapat berbentuk Bukan Darto yang mengambil
uangmu agar penegasannya sama tarafnya.

F. Hakikat Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh kelompok sosial
tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan
alat komunikasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya di masyarakat, untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana
komunikasi yang disebut bahasa.

Ciri atau sifat yang hakikat dari bahasa yaitu:

1. Bahasa itu Sebuah Sistem

Bahasa sendiri adalah sistem, terdiri jadi beberapa komponen yang memiliki fungsi tertentu
dan memiliki tujuan/makna. sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu
keseluruhan yang bermakna atau berfungsi.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang

Bahasa merupakan perwujudan dari lambang bunyi. Terlihat jelas pada saat bahasa tulis,
penulisan huruf merupan lambng dari bahasa.

3. Bahasa itu Berupa Bunyi

Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah
bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Akan tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa. Bunyi bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan
alat ucap manusia yang bermakna.

4. Bahasa itu Bersifat Arbitrer

Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Air
dalam bahasa Indonesia artinya cairan, air dalam bahasa Inffris artinya udara.

5. Bahasa itu Bermakna

Bahasa harus bermakna, memiliki arti dan maksud tertentu.

Contoh:

[malam], [adik], [ibu], [lampu], [santai]: bermakna

[dmal], [qwer], [ikikl], [ykow]: tidak bermakna = bukan bahasa

8
6. Bahasa itu Bersifat Unik

Bahasa bersifat unik, artinya setiap bahasa memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahasa
lainnya. Ciri khasnya sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat,
atau sistem-sistem lainnya.

7. Bahasa itu Bersifat Universal

Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang
dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling
umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

8. Bahasa itu Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan
unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas,
meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil
fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita
hasilkan satuan-satuan bahasa:

/i/-/k/-/a/-/t/

/k/-/i/-/t/-/a/

/k/-/i/-/a/-/t/

/k/-/a/-/i/-/t/

9. Bahasa itu Bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status
sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa
yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

1) Idiolek: Ragam bahasa yang bersifat perorangan.

2) Dialek: Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu
tempat atau suatu waktu.

3) Ragam: Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan
ragam tidak baku.

10. Bahasa itu Bersifat Dinamis

Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan
manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan
keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap,
menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan
makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya
9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia memiliki peran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan


didasarkan pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Peran bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara bersumber pada Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya tercantum pasal
yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Hakikat, ragam, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia merupakan bagian dari bahasa
Indonesia yang tidak boleh kita hilangkan dan harus tetap kita gunakan. Hal-hal ini merupakan
dasar-dasar dalam berbahasa sehingga bahasa Indonesia digunakan dengan benar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami (penyusun) sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik
bisa selalu memakai bahasa Indonesia dengan benar dan tepat sesuai hakikat, ragam,
kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia. Maka dari itu kami (penyusun) harap dengan makalah
ini dapat menambah ilmu dan bermanfaat untuk kita kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Alwi, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Muslich, Masnur. (2010). Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung:
Refika Aditama

ppg.spada.ristekdikti.go.id

badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa

11

Anda mungkin juga menyukai