INSTRUMEN HIV
“Perilaku Seksual Berisiko Terkait HIV pada Supir Truk di
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara”
Oleh :
Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2020
Semester V
A. Latar Belakang
Salah satu virus yang saat ini menjadi perhatian masyarakat dunia, karena
dipandang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suatu bangsa adalah
Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV yaitu suatu virus yang
melumpuhkan sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) (Nursalam,dkk,2007). HIV (Human
Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai
penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
B. Rumusan Masalah
a. Tujuan Umum
Mengetahui perilaku seksual berisiko terkait HIV dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya pada supir truk di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta
Utara.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara penggunaan media porno dengan
perilaku seksual berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung
Priuk Jakarta Utara.
2. Mengetahui hubungan antara akses lokasi dengan perilaku seksual
berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta Utara
3. Mengetahui hubungan antara frekuensi pulang ke rumah dengan
perilaku seksual berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung
Priuk Jakarta Utara.
4. Mengetahui hubungan antara penggunaan kondom dengan perilaku
seksual berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta
Utara.
5. Mengetahui hubungan antara perilaku berganti pasangan dengan
perilaku seksual berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung
Priuk Jakarta Utara.
6. Mengetahui hubungan antara status gay dengan perilaku seksual
berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta Utara.
7. Mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan seksual dengan
perilaku seksual berisiko pada supir truk di Pelabuhan Tanjung
Priuk Jakarta Utara.
D. Patofisiologi
a. Status Gay
Homoseksual merupakan ketertarikan seksual berupa disorientasi
pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbian
untuk penderita perempuan. Ketertarikan seksual ini yang dimaksud
adalah orientasi seksual,yaitu kenderungan seseorang untuk melakukan
perilaku seksual dengan laki-laki atau perempuan. Homoseksualitas
bukan hanya konak seksual antara seseorang dengan orang lain dari jenis
kelamin yang sama tetapi juga menyangkut individu yang memiliki
kecenderungan psikologis, emosional, dan sosial terhadap seseorang
dengan jenis kelamin yang sama. Orientasi seksual ini dapat terjadi
akibat bawaan genetik kromosom dalam tubuh atau akibat pengaruh
lingkungan seperti trauma sesksual yang didapatkan dalam proses
perkembangan hidup individu, maupun dalam bentuk interaksi dengan
kondisi lingkungan yang memungkinkan individu memiliki
kecenderungan terhadapnya.
Gay merupakan sebutan untuk laki-laki yang menyukai laki-laki,
berdasarkan survei terpadu biologis perilaku tahun 2010, jumlah rata –
rata gay di enam kota (Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya, Dan
Malang) adalah sebanyak 76.800 (STBP 2010). Gay merupakan
kelompok termarginalkan yang memiliki faktor risiko dalam penyabaran
IMS. 29-34% gay di kota-kota besar Indonesia (Jakarta, Bandung,
Surabaya) telah terinfeksi satu atau lebih IMS seperti goonore dan sifilis
(STBP,2007). Pada tahun 2010 sifilis pada gay di indonesia meningkat
prevalensinya dari 4% menjadi 13% (STBP,2010). IMS yang tidak dioati
memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi menularkan atau terjangkit HIV
selama hubungan seksual (KPA, 2011).
b. Frekuensi Pulang Ke Rumah
Penelitian yang dilakukan oleh Berliani tahun 1997 mengenai
perilaku seksual pekerja migran (TKI) menyatakan 41,2% responden
melakukan hubungan seks dengan alasan dorongan dan tuntutan batin
dan 23,5% karena alasan kesepian, bosan, dan mencari hiburan.
Sebagian besar responden ini hanya bisa menjenguk keluarga sekali
dalam 2 atau 3 tahun.
Fauziah, dalam Buletin Pekerja Migran dan HIV-AIDS 2007,
juga menyatakan bahwa kondisi jauh dari pasangan karena ikatan
kontrak kerja yang panjang (rata-rata dua tahun) sering menyebabkan
sebagian TKI tergoda untuk melakukan hubungan seksual baik dengan
sesama TKI maupun dengan tenaga kerja dari negara lain, heteroseksual
maupun homoseksual. Masa kerja yang panjang tanpa ada kesempatan
untuk pulang menjenguk keluarga dapat memicu kesepian dan
kebosanan yang menimbulkan tekanan batin bagi para pekerja migran,
begitu juga dengan kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi.
c. Akses Lokasi
Lokasi adalah tempat dimana orang-orang biasa berkunjung.
Lokasi yang strategis mampengaruhi seseorang dalam menimbulkan
keinginan untuk melakukan pembelian karena lokasinya yang strategis,
terletak di arus bisnis, dan sebagainya. Menurut Fandy Tjiptono
pemilihan tempat/lokasi fisik memerlukan pertimbangan cermat terhadap
faktor-faktor berikut:
a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah di jangkau
sarana transfortasi umum.
b. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan
jelas dari jarak pandang normal.
c. Lalu lintas (traffic)
d. Penggunaan Kondom
Penggunaan pelindung fisik seperti kondom dianjurkan untuk
mengurangi penularan HIV melalui seks. Pola epidemi HIV di negara-
negara Asia memiliki kemiripan yaitu dapat terjadi pada pengguna
NAPZA suntik, lelaki suka seks lelaki, penjaja seks dan pelanggannya,
pasangan tetap (istri atau suami). Pengalaman di banyak negara
menunjukkan penggunaan kondom pada kegiatan seks berisiko mampu
mencegah penularan HIV, terlihat dengan semakin rendah kasus
penularan infeksi yang ditularkan secara seksual, termasuk HIV.
Sebagian besar kondom mempunyai kantong kecil di ujungnya,
sebagai tempat menampung sperma. Kondom untuk laki-laki digunakan
dengan cara dipasang pada batang penis, apabila penis tegang sebelum
melakukan hubungan seks. Kondom tersedia dalam berbagai ukuran.
Kondom lateks merupakan kondom yang paling banyak beredar di
penjuru dunia, terdapat ribuan jenis, bervariasi ukuran, ketebalan, dan
bentuk yang bervariasi. Kondom yang terbuat dari lateks atau getah karet
sifatnya lebih baik karena lebih tipis, mampu mencegah penyebaran
penyakit kelamin dan lebih murah. Kondom yang terbuat dari lateks atau
getah karet juga mampu mencegah penyebaran penyakit kelamin seperti
HIV/AIDS, apabila digunakan dengan betul dan kontinyu. Dalam
penggunaannya penting untuk memastikan tidak terdapat gelembung
udara yang terperangkap, apabila kondom dipasang. Kondom baru perlu
digunakan setiap kali melakukan hubungan seksual.
Tingkat efektivitas kondom secara teoritis mencapai angka 98%,
tetapi karena faktor kesalahan pemakai efektivitasnya hanya 90-95%.
Penggunaan kondom secara benar dan konsisten mampu menurunkan
risiko penyakit menular seksual dan memberi proteksi yang maksimal.
Konsisten berarti menggunakan kondom mulai dari awal sampai akhir
setiap kali berhubungan seksual. penggunaan kondom yang benar antara
lain: menggunakan kondom baru setiap kali berhubungan seksual,
menggunakan kondom sesegera mungkin saat ereksi dan sebelum kontak
seksual, pegang ujung kondom dan memasukkan pada penis yang ereksi,
membiarkan ruang di ujung kondom untuk menampung sperma,
memastikan tidak ada udara yang terperangkap di ujung kondom,
memastikan penggunaan lubrikan yang tepat, mencabut dari pasangan
segera setelah ejakulasi, dan memegang kondom secara kuat agar tidak
terlepas.
e. Penggunaan Media Pornografi
Perkembangan teknologi telah membawa bentuk-bentuk baru
dari pornografi, yang oleh Burhan Bungin diidentifikasikan menjadi
pornoaksi, pornomedia, pornoteks dan pornosuara. Pornoaksi merupakan
penggambaran aksi gerakan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang
dominan memberi rangsangan seksual, sampai dengan aksi
mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau
disengaja, untuk membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya.
Pornomedia adalah aksi-aksi subjek-objek seksual yang dipertontonkan
secara langsung dari seseorang kepada orang lain sehingga menimbulkan
rangsangan bagi seseorang. Pornomedia ini merupakan realitas porno
yang diciptakan media, seperti gambar dan teks porno yang dimuat di
media cetak, film porno (baik dalam bentuk VCD, DVD, film yang
dapat didownload pada handphone), cerita porno melalui media,
provider telpon maupun melalui internet.
Kemudahan akses pada materi pornografi ini membuat hampir
tidak ada yang bisa lepas dari bahaya pornografi. Di tubuh kita terdapat
banyak sekali hormon yang bekerja, dan pornografi setidaknya akan
merusak 4 hormon yaitu dopamine, neuropiniphrin, serotonin, dan
oksitoksin. Pornografi berperan dalam kerusakan sel sel otak. Kecanduan
oleh pornografi mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut
Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil. Rusaknya otak
prefrontal conteks, akan membuat perasaan selalu kacau, yang akan
menyebabkan ketergantungan untuk melihat film porno. Saat melihat
film porno, sistim limbik akan bekerja, sehingga keluarlah dufamin atau
hormon kenikmatan. Pornografi juga menimbulkan perubahan konstan
pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol, hal ini membuat
orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol
perilakunya.
Pornografi merupakan awal dari seks bebas, kemudian penyimpangan
perilaku seksual, hingga yang pada akhirnya akan berakibat pada
timbulnya berbagai penyakit berbahaya seperti HIV.
f. Tingkat Kepuasan Pasangan
Hubungan seksual melalui anal (anal intercourse) yang banyak dilakukan
merupakan teknik hubungan seks yang paling berisiko menularkan
HIV/AIDS. Pasangan yang tidak puas cenderung akan mencari seorang
atau pasangan lainnya untuk memuaskan orang tersebut, dan
menimbulkan perilaku berganti-ganti pasangan yang juga merupakan
risiko perilaku seksual HIV.
g. Perilaku Berganti Pasangan
Perilaku seksual yang berisiko merupakan faktor utama yang
berkaitan dengan penularan HIV/AIDS. Partner seks yang banyak dan
tidak memakai kondom dalam melakukan aktivitas seksual yang berisiko
merupakan faktor risiko utama penularan HIV/AIDS. Risiko tertular
HIV akan lebih besar bila melakukan seks dengan banyak pasangan. Hal
ini terjadi karena tidak diketahui apakah pasangan seks telah terinfeksi
HIV atau tidak. Pasalnya dalam banyak kasus, seseorang yang terinfeksi
HIV fase awal tidak menimbulkan gejala yang berarti. Bahkan,
seseorang yang terkena HIV baru memunculkan gejla penyakit tersebut
beberapa tahun setelah terinfeksi. Pada dasarnya, siapapun yang
berhubungan seks dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan
berpotensi menularkan penyakit yang didapat dari pasangan seks
sebelumnya. Jadi, semakin sering berganti-ganti pasangan, maka risiko
terkena HIV pun semakin meningkat.
E. Kerangka Teori
Frekuensi
Penggunaan
Tingkat Hubungan Jenis Pasangan Jumlah Pasangan
Kondom6
Seksual Berisiko9 Tidak Tetap7 Tidak Tetap5
Status Gay8,12
Penularan Infeksi
Menular Seksual11
Perilaku Seksual
Berisiko HIV
Referensi
Status Gay
Frekuensi Pulang Ke
Rumah
Akses Lokasi
Frekuensi Berganti
Pasangan
G. Definisi Operasional
Skala
Variabel Kriteria Alat Ukur
Pengukuran
Status Gay Sesama jenis pada laki-laki, Kuesioner/ Nominal
yang sudah sampai tahap wawancara
melakukan kegiatan seksual
Frekuensi Pulang Frekuensi responden untuk Kuesioner/ Ordinal
ke Rumah mengunjungi tempat tinggal wawancara
dan keluarga di daerah asal,
dalam hitungan bulan
Akses Lokasi Tempat (place) diartikan Kuesioner/ Ordinal
sebagai tempat pelayanan wawancara
jasa, berhubungan dengan
di mana perusahaan harus
bermarkas dan melakukan
operasi atau kegiatannya.
(Ratih Hurriyati 2015:56)
Dimensi :
b. Akses : Kemudahan akses
transportasi umum
c. Visibilitas : Strategis dan
Mudah ditemukan
d. Lalu Lintas : arus lalu
lintas menuju tempat
lokalisasi
Penggunaan Penggunaan alat kontrasepsi Kuesioner/ Nominal
Kondom kondom secara benar dan wawancara
konsisten, ketika
berhubungan seksual untuk
mencegah kehamilan dan
penularan penyakit menular
seksual.
Penggunaan Kegiatan membaca buku Kuesioner/ Ordinal
Media Pornografi porno/ melihat gambar porno/ wawancara
menonton film porno.
Tingkat Kedekatan seksual yang Kuesioner/ Nominal
Kepuasan dirasakan oleh pasangan wawancara
Pasangan suami istri dalam wilayah
interpersonal yang diukur
menggunakan skala dengan
aspek kepuasan seksual yang
meliputi:
a. Kualitas komunikasi
seksual
b. Penyingkapan
hubungan seksual
c. Keseimbangan
hubungan seksual.
Perilaku Berganti Aktivitas seksual yang Kuesioner/ Nominal
Pasangan dilakukan responden berupa wawancara
sexual intercourse dengan
pasangan yang berbeda-beda
atau berganti-ganti pasangan
lebih dari satu
H. Instrumen Kuesioner
Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Pernikahan :
Alamat Rumah :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat Kantor :
Lama Bekerja :
Status Gay
Akses Lokasi
1. Berapa jarak tempat tinggal/ domisili anda dengan tempat kerja anda?
a. <1 km
b. 1- 6 km
c. >6 km
d. Luar kota
c. Lainnya.....
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. <1 jam
b. 1-23 jam
c. > 24 jam
d. > 1 minggu
e. lainnya
a. 1 hari
b. > 1 hari
c. > 1 minggu
d. lainnya
b. Tidak
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Istirahat
b. Mencari hiburan
a. Di dekat pelabuhan
b. Di tempat singgah
d. Lainnya.....
a. <1 km
b. 1- 10 km
c. >10 km
11. Apakah di rute perjalanan anda memiliki teman atau pacar tetap?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. <1 km
b. 1- 6 km
c. >6 km
13. Seberapa dekat akses pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal anda?
a. <1 km
b. 1- 6 km
c. >6 km
14. Transportasi apa yang anda gunakan untuk ke tempat pelayanan kesehatan
tersebut?
b. Kendaraan pribadi
c. Kendaraan umum
15. Apakah daerah tempat tinggal anda pernah didatangi oleh petugas
kesehatan?
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak Pernah
Penggunaan Kondom
a. Ya
b. Kadang kadang
c. Tidak pernah
a. Ya
b. Kadang kadang
c. Tidak setuju
b. Mencari hiburan
d. Lainnya, sebutkan.
4. Jika ya, biasanya dalam sebulan berapa kali Anda membaca buku
porno/melihat gambar porno/menonton film porno?
a. 1-2 kali
b. 3-4 kali
c. >4 kali
5. Apakah Anda terangsang saat membaca buku porno/melihat gambar
porno/menonton film porno?
a. Ya
b. Kadang kadang
c. Tidak pernah
c. Perasaan puas
d. Lainnya, sebutkan
7. Apa yang Anda lakukan ketika Anda terangsang saat membaca buku
porno/melihat gambar porno/menonton film porno?
a. Berkhayal
b. Onani/masturbasi
d. Lainnya, sebutkan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
9. Jika ya, apakah setelah Anda membaca buku porno/melihat gambar
porno/menonton film porno, Anda pernah mempraktikkannya dalam
sebuah hubungan seksual?
a. Ya
b. Kadang kadang
c. Tidak pernah
10. Jika ya, kepada siapa Anda mempraktikkan adegan porno tersebut?
a. Pacar/kekasih
b. Teman
c. PSK
d. Lainnya, sebutkan
1. Dalam bentuk apa hubungan seks yang anda lakukan pertama kali ?
a. Berciuman
b. Sodomi
c. Meraba-raba
d. Berhubungan badan
a. Takut
b. Bingung
c. Senang
d. Lainnya...........................
a. Dildo
b. Vibrator
c. Sex doll
d. Dan lainnya………….
d. Lainnya...........................................
a. 1 hari sekali
b. 1 minggu sekali
c. 1 bulan sekali
d. lainnya………………………………………
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
8. Dalam suasana seperti apa anda merasa nyaman saat berhubungan seks?
a. Suasana tenang
b. Suasana ramai
c. Dimana saja
d. Lainnya……………………………………..
a. Anal seks
b. Vaginal seks
c. Oral seks
d. Blow seks
e. Lainnya…………………………………….
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
11. Bagimana kualitas orgasme yang anda alami saat berhubungan seks?
a. Puas
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
d. Sama sekali tidak puas
a. Ya
b. Tidak
b. Pasangan sejenis
c. PSK
d. Lain-lain, ….
a. Ya
b. Tidak
a. >1 kali
b. >3 kali
c. >5 kali
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
6. Jika menerima bayaran/imbalan dalam bentuk apa?
a. Uang
b. Barang
c. Tidak menerima
a. Ya
b. kadang-kadang
c. Tidak pernah
b. Tidak pernah
b. Pengaruh teman
c. Kepuasan/kesenangan
d. Ingin Tahu
e. Lainnya.......................................................
b. Tidak pernah
11. Pasangan mengetahui atau tidak jika anda melakukan seks bebas/berganti-
ganti pasangan?
1) Marah
2) Mendukung
3) Biasa saja
4) Lainnya......................................
b. Tidak
1. Apakah anda pernah mengalami rasa sakit saat buang air kecil ?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda sering mengalami keringat saat malam hari?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda pernah mengalami mual dan diare secara terus menerus?
a. Ya
b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
19. Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara Sukarela (voluntary counselling and testing). Jakarta: Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI
20. Depkes RI. 2003. HIV/AIDS dan Pencegahannya. Ditjen PP&PL, Jakarta
21. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2010. Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Jawa Tengah
22. Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2011. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia
Tahun 2011. Jakarta : Depkes RI