DI SUSUN OLEH :
BENGKULU
2018/2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Makalah ini berisi mengenai apa itu pembiayaan rumah sakit
disamping itu tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pembiayaan Kesehatan.
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, untuk itu kami berharap kepada para pembaca sudilah kiranya memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun dengan baik dan kami
juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca ataupun penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan................................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa
pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi,
diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderitasakit, terluka
dan untuk yang melahirkan (World Health Organization).
Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU 44/2009, pemerintah dan pemerintah
daerah juga bertanggung jawab untuk menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jadi, secara umum penyanderaan pasien oleh Rumah Sakit tidak
bisa dikategorikan sebagai penahanan (perampasan kemerdekaan) ataupun pelanggaran
HAM.Meski demikian, Anda dapat saja melaporkan kepada polisi jika ada indikasi
penyanderaan tersebut telah merampas kemerdekaan si pasien.
Permasalahan kesehatan di Indonesia masih sangat banyak dan sulit untuk dibenahi,
yang utama adalah masalah pembiayaan. Pembiayaan kesehatan yang kuat,stabil dan
berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pentingdari pembangunan
kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
dan pelayanan yang berkualitas. Di Indonesia, masalah pembiayaan kesehatan masih
menjadi topik aktual dalam permasalahan di bidang kesehatan. Biaya perawatan masih
menjadi priotitas utama di beberapa rumah sakit dan tidak mengindahkan kondisi pasien
yang datang berobat.Masalah pembiayaan ini sangat rumit dan sulit dicari
penyelesaiannya.Dalam hal ini yang menjadi korban adalah masyarakat yang kurang
mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan tetapi tidak memiliki biaya. Semakin
banyak pasien yang tidak mampu yang terpaksa tidak dapat menerima pengobatan hanya
karena tidak memiliki uang muka untuk pengobatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan system pembiayaan rumah sakit
2. Sebagai sarana menambah wawasan bagi mahasiswa Kesehatan
Masyarakat program Alih jenjang khususnya dan diharapkan dapat juga
membantu masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai Pembiayaan
Rumah Sakit ini.
5
BAB II TINJAUAN
TEORITIS
Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan (Ryans).
6
(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara
seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan
kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy),
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan
kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program
kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan
(out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan
efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas
pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam pembiayaan kesehatan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1.. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan
sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya
yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
.2. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola,
standar, regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna
dan berdaya guna dalam upaya penggalian,
7
pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
3. Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah
seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan
oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah
secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup
mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.
C. Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai
untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai
nilai suatu pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapan
(target)/output tertentu
1. Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan Volume Produksi
1.1. Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih
dari satu tahun.
1.2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya
tergantung dari jumlah produksi / jasa. Biaya tidak tetap biasanya
berupa biaya operasional yang habis dikeluarkan selama satu tahun.
1.3. Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara
fixed cost dan variabel cost (Gani,1996)
8
D. Sistem Pembiayaan Rumah Sakit
Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Rumah
Sakit milik pemerintah dihadapkan pada masalah pembiayaan dalam arti
alokasi anggaran yang tidak memadai sedang penerimaan masih rendah dan
tidak boleh digunakan secara langsung. Kondisi ini akan memberikan dampak
yang serius bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit karena sebagai organisasi
yang beroperasi setiap hari, likuiditas keuangan merupakan hal utama dan
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Berbagai
permasalahan- permasalahan tersebut di atas merupakan tantangan bagi
pengelola rumah sakit pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan dalam
menggali sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
biaya operasional dan pengembangan rumah sakit.
Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan pelayanan di rumah
sakit, kita harus mengetahui terlebih dahulu sistem pembayarannya sebagai
berikut:
1. Sistem Pembayaran Restropektif
Pembayaran restropektif berarti bahwa besaran biaya dan jumlah biaya
yang yang harus dibayar oleh pasien atau pihak pembayar ditetapkan
setelah pelayanan diberikan. Cara pembiayaan ini merupakan yang paling
sering kita jumpai di kebanyakan rumah sakit. Pasien akan membayar
biaya pelayanan kesehatan berdasarkan pelayanan yang diberikan rumah
sakit. Jika seorang pasien di rawat selama 3 hari di rumah sakit, maka
rincian biaya yang harus dibayar pasien adalah misalnya: biaya kamar
selama 3 hari, berapa kali visit atau kunjungan dokter, biaya apotik dan
resep yang diberikan, biaya asuhan keperawatan selama 3 hari, biaya
9
administrasi, biaya layanan penunjang yang diberikan, dan lain sebagainya.
Jadi bisa disimpulkan besarnya biaya yang dibayar pasien tergantung
pada banyaknya tindakan atau pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Kelemahan dari fee for services ini adalah rawan terjadi kecurangan dari
pihak rumah sakit, misalnya dengan memberikan pelayanan yang tidak
perlu kepada pasien, agar biaya yang harus dibayar lebih tinggi dan
rumah sakit memperoleh untung lebih banyak. Selain itu, biaya
administrasi untuk pelaksanaanya sangat tinggi. Terlebih jika pembayaran
pasien ditanggung oleh asuransi, seluruh bukti tindakan dan pelayanan
medis yang dilakukan terhadap pasein beserta biayanya harus di arsipkan
untuk membuat klaim pada pihak asuransi.
2. Sistem Pembayaran Prospektif
Pembayaran Prospektif secara umum adalah pembayaran pelayanan
kesehatan yang harus dibayar, besaran biayanya sudah ditetapkan dari awal
sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Berikut adalah macam-macam
jenis pembayaran pelayanan kesehatan dengan sistem Prospektif, yaitu:
a. Diagnostic Related Group (DRG)
Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara pembayaran
dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya satuan per pelayanan
medis maupun non medis yang diberikan kepada seorang pasien dalam
rangka penyembuhan suatu penyakit. Dalam pembayaran DRG, rumah
sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci pelayanan apa saja
yang telah diberikan kepada seorang pasien. Rumah Sakit hanya
menyampaikan diagnois pasien waktu pulang dan memasukan kode
DRG untuk diagnosis tersebut. Besarnya tagihan untuk diagnosis
tersebut telah disepakati oleh seluruh rumah sakit di suatu wilayah
dan pihak pembayar, misalnya badan
10
asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan oleh
pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan.
b. Case mix INA CBG”s
Sistem Casemix Ina-CBG's adalah suatu pengklasifikasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang
relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan
pasien2 dengan karakteristik klinik yang sejenis.(George Palmer,
Beth Reid). Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran
perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus
yang relatif sama. Sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan mutu, pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan
kesehatan yang menjadi salah satu unsur pembiayaan pasien berbasis
kasus campuran, merupakan suatu cara meningkatkan standar
pelayanan kesehatan rumah sakit. Rumah Sakit akan mendapatkan
pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk
suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan
kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama.
Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS diklasifikasikan ke dalam
kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya
perawatan yang relatif sama.
Dalam pembayaran menggunakan CBG's, baik Rumah Sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian
pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan
diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya
untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara
provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.
Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani
oleh pasien juga sudah
11
diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun
kasus penyakitnya.
c. Pembayaran Kapitasi (Capiated Payment System)
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengedalian biaya dengan
menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung risiko,
seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas
dasar jumlah jiwa yang ditanggung.
d. Pembayaran Per Kasus
Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak digunakan untuk
membayar rumah sakit dalam kasus-kasus tertentu. Pembayaran per
kasus ini mirip dengan DRG, yaitu dengan mengelompokan
berbagai jenis pelayanan menjadi satu- kesatuan. Pengelompokan ini
harus ditetapkan dulu di muka dan disetujui kedua belah pihak, yaitu
pihak rumah sakit dan pihak pembayar.
e. Pembayaran Per Diem
Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang dinegosiasi dan
disepakati di muka yang didasari pada pembayaran per hari
perawatan, tanpa mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh
rumah sakit. Satuan biaya per hari sudah mencakup kasus apapun
dan biaya keseluruhan, misalnya biaya ruangan, jasa konsultasi/visite
dokter, obat- obatan, tindakan medis dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Sebuah rumah sakit yang efisien dapat mengendalikan biaya
perawatan dengan memberikan obat yang paling cost-effective,
pemeriksaan laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan yang benar-
benar diperlukan, memiliki dokter yang dibayar gaji bulanan dan
bonus, serta berbagai penghematan lainya, akan mendapatkan
keuntungan.
12
f. Pembayaran Global Budget
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau suatu
badan asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit mendapat dana
untuk mmembiayai seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun.
Alokasi dan ke rumah sakit tersebut diperhitungkan dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya, kegiatan lain
yang diperkirakan akan dilaksanakan dan kinerja rumah sakit tersebut.
Manajemen rumah sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana
anggaran global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional,
pemeliharaan rumah sakit dan lain-lain.
13
yang tersedia tetap terbatas, beban pembiayaan pemerintahan yang bergantung
pada pinjaman semakin dituntut pengurangannya demi keadilan antargenerasi.
Paket reformasi di bidang keuangan negara sedang dalam pergeseran
dari penganggaran tradisional ke penganggaran berbasis kinerja, sehingga
penggunaan dana pemerintah pindah dari membiayai masukan (input) atau
proses ke pembayaran terhadap hasil (outputs). Maksud dari orientasi pada
output adalah mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government),
paradigma yang memberi arah yang tepat bagi keuangan sektor publik.
Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan
yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Ini
disebut Badan Layanan Umum (BLU). Upaya pengagenan (agencification)
aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi
diselenggarakan oleh instansi yang dikelola ala bisnis (business like) sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
Fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran termasuk
pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan
barang/
jasa.
Dalam Badan Layanan Umum diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian
imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Keuangan
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta
dalam pertanggungjawabannya. Rumah sakit wajib menghitung harga pokok
dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri
teknis pembina. Dalam pertanggung jawabannya, RS harus mampu menghitung
dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan
yang telah direalisasikan.
14
Tarif adalah harga jual yang memperhitungkan Unit Cost, Jasa
Pelayanan (Medis, Paramedis dan Non Medis), Rencana Pengembangan dan
Margin. Untuk menentukan pola tarif masing- masing produk di Rumah Sakit,
sangat tergantung dengan jenis usaha masing-masing instalasi. Ada 3 macam
jenis usaha, yaitu :
1. Usaha jasa
Produk layanan yang ada di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat
Jalan (Poliklinik), IRD, ICU, OK, Penunjang Medis dan lain-lain
2. Usaha perdagangan
Produk penjualan yang ada di Apotek
3. Usaha pengolahan/industri
Produk olahan yang ada Instalasi Gizi, jika instalasi tersebut sudah
menjadi Revenue / Profit Centre.
Unsur tarif Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua bagian
yaitu tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan masyarakat.
Biaya pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan dan biaya investasi.
Biaya yang dibebankan masyarakat untuk biaya operasionalnya. Sehingga
RSUD yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah(BLUD). Tarif Pasien
yang dirawat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Mandiri (umum)
Pasien mandiri/umum membayar fee for service secara out of pocket.
2. Ada penjamin (asuransi). Pasien berdasar penjaminnya:
a. Asuransi Pegawai Negeri (PT ASKES).
Peserta ditanggung oleh PT ASKES dan membayar kepada RSUD
sesuai dengan tarif kesepakatan antara PT ASKES dengan Rumah
sakit
b. Asuransi swasta. Tarifnya merupakan fee for service.
1. Asuransi penanggung bekerja sama dengan RS
15
2. Penanggung menentukan kelas dimana peserta berhak dirawat
3. Tarif sesuai dengan kesepakatan antara penanggung dengan
RS, sesuai dengan tarif yang berlaku
4. Apabila peserta menghendaki naik kelas, selisih biaya
ditanggung oleh peserta
c. Jamkesmas dan Jamkesda, diperuntukkan bagi warga miskin.
Tarifnya berdasarkan sistem paket (INA-CBG).
1. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
Peserta ditanggung oleh Departemen Kesehatandan membayar ke
dengan sistem paket
2. Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
Jamkesda adalah program bantuan social untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin yang tidak masuk dalam
program JAMKESMAS. Dana diambil dari APBD II 60% dan
Propinsi 40%, Peserta adalah masyarakat miskin yang dinyatakan
oleh Kepala Desa/Lurah dan ditandatangani camat.
16
1. Fixed Cost
Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari : Biaya Investasi gedung rumah sakit,
Biaya peralatan Medis, Biaya peralatan Medis, Biaya Kendaraan (Ambulance,
Mobil Dinas, Motor, dan lain-lain.
2. Semi Variabel cost
Gaji Pegawai, Biaya Pemeliharaa, Insentif, SPPD, Biaya Pakaian
Dinas dan lain-lain.
3. Variabel Cost
Biaya BHP Medis / Obat, Biaya BHP Non Medis, Biaya Air, Biaya
Listrik, Biaya Makan Minum Pegawai dan pasien, Biaya Telepon.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
Dalam kasus pada pendahuluan makalah ini terjadi penolakan pada
pasien dikarenakan pasien memakai kartu Jamkesda dan ketika pasien tersebut
di daftarkan sebagai pasien umum baru diterima dan mendapat pelayanan
semestinya. Hal ini bertentangan dengan tujuan dan fungsi pelayanan kesehatan.
Dimana tujuan pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan atas
dasar kemanusiaan, meskipun dalam prakteknya pembiayaan diperlukan.
Penolakan pasien dengan alasan ruangan penuh setelah mengetahui pasien
menggunakan kartu jamkesda bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29
ayat (1) point b menyatakan bahwa memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit . pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,
atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan dimana dalam keadaan darurat maka yang
harus didahulukan adalah menyelamatkan nyawa pasien dan atau mencegah
kecacatan lebih lanjut dari pasien. Sebenarnya pihak yang berwenang dapat
memberikan sanksi pada RS tersebut mulai dari teguran lisan, teguran secara
tertulis sampai dengan denda dan pencabutan izin.
Sebenarnya kejadian tersebut tidak akan terjadi bila sistem pembayaran di
rumah sakit menggunakan sistem prosfektif dimana besaran biayanya sudah
ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan disamping itu
pembiayaan RS tidak hanya dari masyarakat penerima layanan tetapi juga dari
subsidi pemerintah daerah. Di Kalimantan Timur umumnya dan kabupaten
Bulungan khususnya pasien yang menggunakan Jamkesda atau Surat Keterangan
Tidak Mampu (SKTM) di bayar oleh Pemerintah Kabupaten 60% dan Provinsi
19
40% dengan sistem pembayaran prosfektif Casemix Ina-CBG's yaitu
pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk
menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dengan tidak membedakan
klasifikasi rumah sakit. Sistem Casemix Ina-CBG's inilah yang akan di pakai oleh
BPJS Kesehatan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang di mulai pada tanggal 1
Januari 2014 yang akan datang.
Dari segi etika perlakuan pihak rumah sakit dengan melakukan
penolakan atas dasar alasan tertentu juga melanggar Kode Etik Rumah Sakit
(KODERSI) tahun 2000 Bab I pasal 3 yang berbunyi : “Rumah sakit harus
mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan serta
tidak mendahulukan urusan biaya.
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN\
A. Kesimpulan
B. Saran
Pembiayaan rumah sakit dengan sistem casemix IN CBG’s yang lebih
homogen merupakan pilihan yang cukup tepat dilakukan dengan catatan
masyarakat yang tidak mampu sudah tercover oleh sistem asuransi sebagai mana
amanatkan oleh UU Sistem Jamian Kesehatan Nasional (SJSN)
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23