Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN

PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT

DI SUSUN OLEH :

Khafiza Intan Sari


{ 2017017R}

DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI

BENGKULU

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Makalah ini berisi mengenai apa itu pembiayaan rumah sakit
disamping itu tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pembiayaan Kesehatan.

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, untuk itu kami berharap kepada para pembaca sudilah kiranya memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini dapat tersusun dengan baik dan kami
juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca ataupun penulis.

Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih

Bengkulu, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 5

C. Tujuan Makalah ........................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 6

A. Pengertian Sistem Pembiayaan Rumah Sakit .......................................................................... 6

B. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan ............................................. Error! Bookmark not defined.

C. Konsep Biaya ................................................................................................................... 6

D. Pembiayaan Rumah Sakit ............................................................................................... 6

E. Analisis Biaya Rumah Sakit ........................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7

A. Pembiayaan Rumah Sakit ............................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan................................................................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa
pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi,
diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderitasakit, terluka
dan untuk yang melahirkan (World Health Organization).

Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU 44/2009, pemerintah dan pemerintah
daerah juga bertanggung jawab untuk menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jadi, secara umum penyanderaan pasien oleh Rumah Sakit tidak
bisa dikategorikan sebagai penahanan (perampasan kemerdekaan) ataupun pelanggaran
HAM.Meski demikian, Anda dapat saja melaporkan kepada polisi jika ada indikasi
penyanderaan tersebut telah merampas kemerdekaan si pasien.

Permasalahan kesehatan di Indonesia masih sangat banyak dan sulit untuk dibenahi,
yang utama adalah masalah pembiayaan. Pembiayaan kesehatan yang kuat,stabil dan
berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pentingdari pembangunan
kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses
dan pelayanan yang berkualitas. Di Indonesia, masalah pembiayaan kesehatan masih
menjadi topik aktual dalam permasalahan di bidang kesehatan. Biaya perawatan masih
menjadi priotitas utama di beberapa rumah sakit dan tidak mengindahkan kondisi pasien
yang datang berobat.Masalah pembiayaan ini sangat rumit dan sulit dicari
penyelesaiannya.Dalam hal ini yang menjadi korban adalah masyarakat yang kurang
mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan tetapi tidak memiliki biaya. Semakin
banyak pasien yang tidak mampu yang terpaksa tidak dapat menerima pengobatan hanya
karena tidak memiliki uang muka untuk pengobatan.

Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan yang berkaitan


dengan pemecahan masalah ini, seperti dengan mengeluarkan beberapa
peraturan perundangan. Salah satunya telah disebutkan pada UU Nomor 36 Tahun 2009
4
tentang Kesehatan telah mewajibkan fasilitas layanan kesehatan agar mendahulukan
upaya penyelamatan pasien. Alasan klasik yang sering di utarakan rumah sakit adalah
masalah biaya operasional rumah sakit. Inilah salah satu dilema yang dihadapi rumah
sakit dalam melakukan layanan kesehatan bagi warga tidak mampu. Jika melayani warga
yang tak mampu membayar, tentu rumah sakit akan kehilangan penghasilan. Dan, ini
akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan operasional RS itu sendiri. Ini
merupakan dilema yang berat bagi rumah sakit.

Program pemerintah yang dibuat pun harus dibuat sebijaksana dan


seefektif mungkin agar tercipta rasa adil bagi rumah sakit dan tentunya masyarakat.
Sehingga tujuan pembiayaan kesehatan yang adalah tersedianya pembiayaan kesehatan
dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-
gunadan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
gunameningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan rumah sakit?


2. Apa saja fungsi-fungsi pembiayaan rumah sakit?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan system pembiayaan rumah sakit
2. Sebagai sarana menambah wawasan bagi mahasiswa Kesehatan
Masyarakat program Alih jenjang khususnya dan diharapkan dapat juga
membantu masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai Pembiayaan
Rumah Sakit ini.

5
BAB II TINJAUAN
TEORITIS

A. Pengertian Pembiayaan Rumah Sakit

Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan (Ryans).

B. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan


Kementerian Kesehatan dalam RAPBN tahun 2014 mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp44.859 miliar. Jumlah ini lebih tinggi Rp8.266,9
miliar atau 22,6 persen bila dibandingkan dengan pagu APBNP tahun 2013
sebesar Rp36.592,2 miliar. Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk
melaksanakan berbagai program, antara lain: Program pembinaan upaya
kesehatan, Program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia
kesehatan (PPSDMK), Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak,
Program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; dan Program
kefarmasian dan alat kesehatan. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran
bidang kesehatan dalam rangka pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) kesehatan sebesar Rp19.932,5 miliar diperuntukkan bagi
kelompok penerima bantuan iuran (PBI) untuk pembayaran premi sebesar
Rp19.225 per orang per bulan untuk 86,4 juta jiwa selama 12 bulan. Alokasi
anggaran tersebut merupakan bagian dari anggaran Kementerian Kesehatan
dalam RAPBN tahun 2014.

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan


memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan
kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan pelayanan
kesehatan dan akses

6
(equitable access to health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured
quality). Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara
seyogyanya memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan
kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy),
pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan
kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program
kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan
(out of pocket funding), menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, pemerataan dalam akses pelayanan, peningkatan
efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya (resources) serta kualitas
pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan
kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam pembiayaan kesehatan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1.. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan
sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya
yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
.2. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola,
standar, regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna
dan berdaya guna dalam upaya penggalian,

7
pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
3. Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah
seperangkat aturan yang disepakati dan secara konsisten dijalankan
oleh para pelaku subsistem pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah
secara lintas sektor, swasta, maupun masyarakat yang mencakup
mekanisme penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan.

C. Konsep Biaya
Biaya (cost) adalah nilai sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai
untuk menghasilkan suatu produk (output). Biaya juga sering diartikan sebagai
nilai suatu pengorbanan/pengeluaran untuk memperoleh suatu harapan
(target)/output tertentu
1. Pembagian biaya berdasarkan hubungan dengan Volume Produksi
1.1. Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi/jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih
dari satu tahun.
1.2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya
tergantung dari jumlah produksi / jasa. Biaya tidak tetap biasanya
berupa biaya operasional yang habis dikeluarkan selama satu tahun.
1.3. Semi Variabel Cost adalah biaya yang memiliki sifat antara
fixed cost dan variabel cost (Gani,1996)

2. Biaya Berdasarkan Biaya Satuan (Unit cost)


Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk setiap satu satuan produk
pelayanan. Biaya satuan didapatkan dari pembagian antara biaya total (Total
Cost = TC) dengan jumlah produk (Quantity = Q).

8
D. Sistem Pembiayaan Rumah Sakit
Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Rumah
Sakit milik pemerintah dihadapkan pada masalah pembiayaan dalam arti
alokasi anggaran yang tidak memadai sedang penerimaan masih rendah dan
tidak boleh digunakan secara langsung. Kondisi ini akan memberikan dampak
yang serius bagi pelayanan kesehatan di rumah sakit karena sebagai organisasi
yang beroperasi setiap hari, likuiditas keuangan merupakan hal utama dan
dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Berbagai
permasalahan- permasalahan tersebut di atas merupakan tantangan bagi
pengelola rumah sakit pemerintah untuk melakukan terobosan-terobosan dalam
menggali sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
biaya operasional dan pengembangan rumah sakit.
Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan pelayanan di rumah
sakit, kita harus mengetahui terlebih dahulu sistem pembayarannya sebagai
berikut:
1. Sistem Pembayaran Restropektif
Pembayaran restropektif berarti bahwa besaran biaya dan jumlah biaya
yang yang harus dibayar oleh pasien atau pihak pembayar ditetapkan
setelah pelayanan diberikan. Cara pembiayaan ini merupakan yang paling
sering kita jumpai di kebanyakan rumah sakit. Pasien akan membayar
biaya pelayanan kesehatan berdasarkan pelayanan yang diberikan rumah
sakit. Jika seorang pasien di rawat selama 3 hari di rumah sakit, maka
rincian biaya yang harus dibayar pasien adalah misalnya: biaya kamar
selama 3 hari, berapa kali visit atau kunjungan dokter, biaya apotik dan
resep yang diberikan, biaya asuhan keperawatan selama 3 hari, biaya

9
administrasi, biaya layanan penunjang yang diberikan, dan lain sebagainya.
Jadi bisa disimpulkan besarnya biaya yang dibayar pasien tergantung
pada banyaknya tindakan atau pelayanan yang diberikan rumah sakit.
Kelemahan dari fee for services ini adalah rawan terjadi kecurangan dari
pihak rumah sakit, misalnya dengan memberikan pelayanan yang tidak
perlu kepada pasien, agar biaya yang harus dibayar lebih tinggi dan
rumah sakit memperoleh untung lebih banyak. Selain itu, biaya
administrasi untuk pelaksanaanya sangat tinggi. Terlebih jika pembayaran
pasien ditanggung oleh asuransi, seluruh bukti tindakan dan pelayanan
medis yang dilakukan terhadap pasein beserta biayanya harus di arsipkan
untuk membuat klaim pada pihak asuransi.
2. Sistem Pembayaran Prospektif
Pembayaran Prospektif secara umum adalah pembayaran pelayanan
kesehatan yang harus dibayar, besaran biayanya sudah ditetapkan dari awal
sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Berikut adalah macam-macam
jenis pembayaran pelayanan kesehatan dengan sistem Prospektif, yaitu:
a. Diagnostic Related Group (DRG)
Pengertian DRG dapat disederhanakan dengan cara pembayaran
dengan biaya satuan per diagnosis, bukan biaya satuan per pelayanan
medis maupun non medis yang diberikan kepada seorang pasien dalam
rangka penyembuhan suatu penyakit. Dalam pembayaran DRG, rumah
sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci pelayanan apa saja
yang telah diberikan kepada seorang pasien. Rumah Sakit hanya
menyampaikan diagnois pasien waktu pulang dan memasukan kode
DRG untuk diagnosis tersebut. Besarnya tagihan untuk diagnosis
tersebut telah disepakati oleh seluruh rumah sakit di suatu wilayah
dan pihak pembayar, misalnya badan

10
asuransi/jaminan sosial atau tarif DRG tersebut telah ditetapkan oleh
pemerintah sebelum tagihan rumah sakit dikeluarkan.
b. Case mix INA CBG”s
Sistem Casemix Ina-CBG's adalah suatu pengklasifikasian dari episode
perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang
relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan
pasien2 dengan karakteristik klinik yang sejenis.(George Palmer,
Beth Reid). Case Base Groups (CBG's), yaitu cara pembayaran
perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus
yang relatif sama. Sistem pembayaran pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan mutu, pemerataan dan jangkauan dalam pelayanan
kesehatan yang menjadi salah satu unsur pembiayaan pasien berbasis
kasus campuran, merupakan suatu cara meningkatkan standar
pelayanan kesehatan rumah sakit. Rumah Sakit akan mendapatkan
pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk
suatu kelompok diagnosis. Pengklasifikasian setiap tahapan pelayanan
kesehatan sejenis kedalam kelompok yang mempunyai arti relatif sama.
Setiap pasien yang dirawat di sebuah RS diklasifikasikan ke dalam
kelompok yang sejenis dengan gejala klinis yang sama serta biaya
perawatan yang relatif sama.
Dalam pembayaran menggunakan CBG's, baik Rumah Sakit
maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian
pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan
diagnosis keluar pasien dan kode DRG. Besarnya penggantian biaya
untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara
provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya.
Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani
oleh pasien juga sudah

11
diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun
kasus penyakitnya.
c. Pembayaran Kapitasi (Capiated Payment System)
Pembayaran kapitasi merupakan suatu cara pengedalian biaya dengan
menempatkan fasilitas kesehatan pada posisi menanggung risiko,
seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas
dasar jumlah jiwa yang ditanggung.
d. Pembayaran Per Kasus
Sistem pembayaran per kasus (case rates) banyak digunakan untuk
membayar rumah sakit dalam kasus-kasus tertentu. Pembayaran per
kasus ini mirip dengan DRG, yaitu dengan mengelompokan
berbagai jenis pelayanan menjadi satu- kesatuan. Pengelompokan ini
harus ditetapkan dulu di muka dan disetujui kedua belah pihak, yaitu
pihak rumah sakit dan pihak pembayar.
e. Pembayaran Per Diem
Pembayaran per diem merupakan pembayaran yang dinegosiasi dan
disepakati di muka yang didasari pada pembayaran per hari
perawatan, tanpa mempertimbangkan biaya yang dihabiskan oleh
rumah sakit. Satuan biaya per hari sudah mencakup kasus apapun
dan biaya keseluruhan, misalnya biaya ruangan, jasa konsultasi/visite
dokter, obat- obatan, tindakan medis dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Sebuah rumah sakit yang efisien dapat mengendalikan biaya
perawatan dengan memberikan obat yang paling cost-effective,
pemeriksaan laboratorium hanya untuk jenis pemeriksaan yang benar-
benar diperlukan, memiliki dokter yang dibayar gaji bulanan dan
bonus, serta berbagai penghematan lainya, akan mendapatkan
keuntungan.

12
f. Pembayaran Global Budget
Merupakan cara pendanaan rumah sakit oleh pemerintah atau suatu
badan asuransi kesehatan nasional dimana rumah sakit mendapat dana
untuk mmembiayai seluruh kegiatannya untuk masa satu tahun.
Alokasi dan ke rumah sakit tersebut diperhitungkan dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan tahun sebelumnya, kegiatan lain
yang diperkirakan akan dilaksanakan dan kinerja rumah sakit tersebut.
Manajemen rumah sakit mempunyai keleluasaan mengatur dana
anggaran global tersebut untuk gaji dokter, belanja operasional,
pemeliharaan rumah sakit dan lain-lain.

Menurut Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004, penyelenggaraan


subsistem pembiayaan kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi
masyarakat rentan dan keluarga miskin.
2. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya
kesehatan perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan
berdaya-guna melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik
berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela,
yang dilaksanakan secara bertahap.
3. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan
pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan
kesehatan, pemerintah menyediakan dana perimbangan
(maching grant) bagi daerah yang kurang mampu. Ditetapkannya PP
No 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) dilatarbelakangi oleh
tingkat kebutuhan dana yang makin tinggi, sementara sumber dana

13
yang tersedia tetap terbatas, beban pembiayaan pemerintahan yang bergantung
pada pinjaman semakin dituntut pengurangannya demi keadilan antargenerasi.
Paket reformasi di bidang keuangan negara sedang dalam pergeseran
dari penganggaran tradisional ke penganggaran berbasis kinerja, sehingga
penggunaan dana pemerintah pindah dari membiayai masukan (input) atau
proses ke pembayaran terhadap hasil (outputs). Maksud dari orientasi pada
output adalah mewiraswastakan pemerintah (enterprising the government),
paradigma yang memberi arah yang tepat bagi keuangan sektor publik.
Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan
yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Ini
disebut Badan Layanan Umum (BLU). Upaya pengagenan (agencification)
aktivitas yang tidak harus dilakukan oleh lembaga birokrasi murni, tetapi
diselenggarakan oleh instansi yang dikelola ala bisnis (business like) sehingga
pemberian layanan kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.
Fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran termasuk
pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan
barang/
jasa.
Dalam Badan Layanan Umum diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian
imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Keuangan
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta
dalam pertanggungjawabannya. Rumah sakit wajib menghitung harga pokok
dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan oleh menteri
teknis pembina. Dalam pertanggung jawabannya, RS harus mampu menghitung
dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan
yang telah direalisasikan.

14
Tarif adalah harga jual yang memperhitungkan Unit Cost, Jasa
Pelayanan (Medis, Paramedis dan Non Medis), Rencana Pengembangan dan
Margin. Untuk menentukan pola tarif masing- masing produk di Rumah Sakit,
sangat tergantung dengan jenis usaha masing-masing instalasi. Ada 3 macam
jenis usaha, yaitu :
1. Usaha jasa
Produk layanan yang ada di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat
Jalan (Poliklinik), IRD, ICU, OK, Penunjang Medis dan lain-lain
2. Usaha perdagangan
Produk penjualan yang ada di Apotek
3. Usaha pengolahan/industri
Produk olahan yang ada Instalasi Gizi, jika instalasi tersebut sudah
menjadi Revenue / Profit Centre.

Unsur tarif Rumah Sakit Pemerintah / non profit, terdapat dua bagian
yaitu tarif yang dibebankan pemerintah dan yang dibebankan masyarakat.
Biaya pemerintah seperti misalnya biaya gaji karyawan dan biaya investasi.
Biaya yang dibebankan masyarakat untuk biaya operasionalnya. Sehingga
RSUD yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah(BLUD). Tarif Pasien
yang dirawat dibedakan menjadi 2 jenis:
1. Mandiri (umum)
Pasien mandiri/umum membayar fee for service secara out of pocket.
2. Ada penjamin (asuransi). Pasien berdasar penjaminnya:
a. Asuransi Pegawai Negeri (PT ASKES).
Peserta ditanggung oleh PT ASKES dan membayar kepada RSUD
sesuai dengan tarif kesepakatan antara PT ASKES dengan Rumah
sakit
b. Asuransi swasta. Tarifnya merupakan fee for service.
1. Asuransi penanggung bekerja sama dengan RS

15
2. Penanggung menentukan kelas dimana peserta berhak dirawat
3. Tarif sesuai dengan kesepakatan antara penanggung dengan
RS, sesuai dengan tarif yang berlaku
4. Apabila peserta menghendaki naik kelas, selisih biaya
ditanggung oleh peserta
c. Jamkesmas dan Jamkesda, diperuntukkan bagi warga miskin.
Tarifnya berdasarkan sistem paket (INA-CBG).
1. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
Peserta ditanggung oleh Departemen Kesehatandan membayar ke
dengan sistem paket
2. Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
Jamkesda adalah program bantuan social untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin yang tidak masuk dalam
program JAMKESMAS. Dana diambil dari APBD II 60% dan
Propinsi 40%, Peserta adalah masyarakat miskin yang dinyatakan
oleh Kepala Desa/Lurah dan ditandatangani camat.

E. Analisis Biaya Rumah Sakit


Analisis biaya rumah sakit adalah suatu kegiatan menghitung biaya
rumah sakit untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan baik secara total
maupun per unit atau perpasien dengan cara menghitung seluruh biaya pada
seluruh unit pusat biaya serta mendistribusikannya ke unit-unit produksi yang
kemudian dibayar oleh pasien (Depkes,
1977).Menurut Gani (1996), analisis biaya dilakukan dalam perencanaan
kesehatan untuk menjawab pertanyaan berapa rupiah satuan program atau
proyek atau unit pelayanan kesehatan agar dapat dihitung total anggaran yang
diperlukan untuk program atau pelayanan kesehatan.Dalam perhitungan tarif
dirumah sakit seluruh biaya dirumah sakit dihitung mulai dari :

16
1. Fixed Cost
Fixed cost atau biaya tetap ini terdiri dari : Biaya Investasi gedung rumah sakit,
Biaya peralatan Medis, Biaya peralatan Medis, Biaya Kendaraan (Ambulance,
Mobil Dinas, Motor, dan lain-lain.
2. Semi Variabel cost
Gaji Pegawai, Biaya Pemeliharaa, Insentif, SPPD, Biaya Pakaian
Dinas dan lain-lain.
3. Variabel Cost
Biaya BHP Medis / Obat, Biaya BHP Non Medis, Biaya Air, Biaya
Listrik, Biaya Makan Minum Pegawai dan pasien, Biaya Telepon.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembiayaan Rumah Sakit


Biaya kesehatan di Indonesia cenderung meningkat yang
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah pola penyakit
degeneratif, orientasi pada pembiayaan kuratif, pembayaran out of pocket
(fee for service) secara indivi-dual, service yang ditentukan oleh provider,
teknologi canggih, perkembangan (sub) spesialisasi ilmu kedok- teran, dan tidak
lepas juga dari tingkat inflasi. Dengan kondisi dan situasi yang ada seperti ini
maka akses dan mutu pelayanan kesehatan terancam, terutama bagi masyarakat
yang tidak mampu. Hal ini menyebabkan derajat kesehatan masyarakat
semakin rendah. Kondisi tersebut diperparah dengan tarif rumah sakit yang
tidak standar, sehingga masing- masing rumah sakit cenderung menetapkan tarif
sendiri.
Dalam pelaksanaannya, prosedur pelayanan kesehatan diatur
dalam prosedur tertentu, pada beberapa instansi pelayanan kesehatan, dimana
pelayanan kesehatan dapat diberikan bila telah melakukan pembayaran.
Mekanisme ini diberlakukan untuk membiayai pelayanan yang akan diberikan.
Namun tentu saja hal ini bukanlah hal mutlak yang harus dilaksanakan sesuai
urutannya. Hal ini berlaku pada saat emergency, dimana yang perlu diperhatikan
adalah penyelamatan jiwa pasien, tidak mendahulukan pembayaran. Hal ini sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dimana dinyatakan bahwa dalam keadaan
yang mengancam jiwa maka hal yang diutamakan adalah mencegah terjadinya
kecacatan dan hal-hal yang mengancam jiwa. Dan juga diatur bahwa fungsi
rumah sakit adalah medahulukan pelaksanaan fungsi sosial, antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat
darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian
luar biasa, atau bakti sosial bagi kemanusiaan.

18
Dalam kasus pada pendahuluan makalah ini terjadi penolakan pada
pasien dikarenakan pasien memakai kartu Jamkesda dan ketika pasien tersebut
di daftarkan sebagai pasien umum baru diterima dan mendapat pelayanan
semestinya. Hal ini bertentangan dengan tujuan dan fungsi pelayanan kesehatan.
Dimana tujuan pelayanan kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan atas
dasar kemanusiaan, meskipun dalam prakteknya pembiayaan diperlukan.
Penolakan pasien dengan alasan ruangan penuh setelah mengetahui pasien
menggunakan kartu jamkesda bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29
ayat (1) point b menyatakan bahwa memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit . pelayanan gawat darurat tanpa
uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa,
atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan dimana dalam keadaan darurat maka yang
harus didahulukan adalah menyelamatkan nyawa pasien dan atau mencegah
kecacatan lebih lanjut dari pasien. Sebenarnya pihak yang berwenang dapat
memberikan sanksi pada RS tersebut mulai dari teguran lisan, teguran secara
tertulis sampai dengan denda dan pencabutan izin.
Sebenarnya kejadian tersebut tidak akan terjadi bila sistem pembayaran di
rumah sakit menggunakan sistem prosfektif dimana besaran biayanya sudah
ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan disamping itu
pembiayaan RS tidak hanya dari masyarakat penerima layanan tetapi juga dari
subsidi pemerintah daerah. Di Kalimantan Timur umumnya dan kabupaten
Bulungan khususnya pasien yang menggunakan Jamkesda atau Surat Keterangan
Tidak Mampu (SKTM) di bayar oleh Pemerintah Kabupaten 60% dan Provinsi

19
40% dengan sistem pembayaran prosfektif Casemix Ina-CBG's yaitu
pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk
menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dengan tidak membedakan
klasifikasi rumah sakit. Sistem Casemix Ina-CBG's inilah yang akan di pakai oleh
BPJS Kesehatan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang di mulai pada tanggal 1
Januari 2014 yang akan datang.
Dari segi etika perlakuan pihak rumah sakit dengan melakukan
penolakan atas dasar alasan tertentu juga melanggar Kode Etik Rumah Sakit
(KODERSI) tahun 2000 Bab I pasal 3 yang berbunyi : “Rumah sakit harus
mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan serta
tidak mendahulukan urusan biaya.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN\
A. Kesimpulan

Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan seharusnya


menerima semua pasien yang datang, memberi layanan yang dibutuhkan, dan
baru kemudian mengurus administrasi pembiayaannya, apakah menggunakan
Jaminan kesehatan atau pembayaran dengan cara tunai. bukan melakukan
penolakan pasien dengan berbagai alasan karena pasien tersebut tidak mampu.

B. Saran
Pembiayaan rumah sakit dengan sistem casemix IN CBG’s yang lebih
homogen merupakan pilihan yang cukup tepat dilakukan dengan catatan
masyarakat yang tidak mampu sudah tercover oleh sistem asuransi sebagai mana
amanatkan oleh UU Sistem Jamian Kesehatan Nasional (SJSN)

21
DAFTAR PUSTAKA

Azrul ,A (2010), Pengantar Administrasi Kesehatan ed 3, Binarupa Aksara


Publisher, Tangerang.
Badan Layanan Umum daerah di akses dari d.wikipedia.org pada tanggal
30 Oktober 2013
Bayi meninggal setelah di tolak 4 Rumah sakit di akses dari
http://www.tempo.co/read/news/2013 pada tanggal 4 November 2013.
INA-CBG’s, Pola Tarif Pasien Jamkesmas di Rumah Sakit di akses dari
http://rsud.rejanglebongkab.go.id/ pada tanggal 3 November 2013.
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) hasil revisi dan disahkan pada
Kongres PERSI ke-VIII tahun 2000 di Jakarta.
Makalah Pembiayaan Rumah Sakit di akses dari http://www.scribd.com/doc
pada tanggal 28 Oktober 2013.
Manjemen Rumah Sakit Modern di akses dari http://books.google.co.id pada
tanggal 4 November 2013

22
23

Anda mungkin juga menyukai