Paper POAG
Paper POAG
PAPER
PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA
Disusun oleh:
Zsizsi Akbarinda
140100012
Pembimbing:
Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
paper ini dengan judul “Primary Open Angle Glaucoma”. Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing penulis
Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M(K), yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan bimbingan serta masukan dalam penyusunan
paper ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasa, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam
penulisan paper selanjutnya.
Paper ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat
menjadi referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Anatomi Mata............................................................................................. 3
2.1.1 Sudut Bilik Mata Depan .................................................................. 3
2.1.2 Badan Siliar ...................................................................................... 4
2.2 Fisiologi Aqueous Humour ........................................................................ 5
2.2.1 Produksi Aqueous Humour .............................................................. 5
2.2.2 Aliran Keluar Aqueous Humour ....................................................... 6
2.2.3 Tekanan Intraokular ........................................................................ 8
2.3 Glaukoma ................................................................................................... 8
2.3.1 Definisi ............................................................................................ 8
2.3.2 Klasifikasi......................................................................................... 9
2.4 Glaukoma Primer Sudut Terbuka............................................................... 9
2.4.1 Definisi ............................................................................................. 9
2.4.2 Epidemiologi .................................................................................... 9
2.4.3 Faktor Risiko .................................................................................... 10
2.4.4 Patofisiologi ..................................................................................... 11
2.4.5 Manifestasi Klinis ............................................................................ 13
2.4.6 Diagnosis .......................................................................................... 14
2.4.7 Diagnosis Banding ........................................................................... 21
2.4.8 Penatalaksanaan ............................................................................... 22
2.4.9 Pencegahan, Komplikasi dan Prognosis ........................................... 26
BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Anatomi Bola Mata .................................................................................. 3
2.2 Sudut Bilik Mata Depan .......................................................................... 4
2.3 Tampilan Posterior Lensa, Zonula, Badan Siliar, dan Ora Serrata .......... 5
2.4 Aliran Keluar Aquoeus Humor ................................................................ 8
2.5 Patofisiologi Glaukoma............................................................................ 13
2.6 Tonometri Aplanasi Goldmann ............................................................... 16
2.7 Tonometri Schiotz .................................................................................... 16
2.8 Pemeriksaan Gonioskopi Menggunakan Lensa Goldmann .................... 17
2.9 Perbandingan Cawan Diskus Optikus Pada Mata Normal Dan Pada
Mata Glaukoma ....................................................................................... 18
2.10 Gambaran Skotoma Pada Mata Dengan Glaukoma ................................ 20
2.11 Profil RNFL Pasien Dengan Suspek Glaukoma ..................................... 21
2.12 Algoritma Penanganan Glaukoma Sudut Terbuka .................................. 25
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Penanganan Glaukoma Sudut Terbuka Berdasarkan Tingkat
Keparahannya ........................................................................................... 22
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berlubang jaringan kolagen dan elastik, yang membentuk suatu filter dengan
pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanal schlemm. Bagian dalam
anyaman yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman
uvea, sedangkan bagian luar yang berada di dekat kanal schlemm disebut
anyaman korneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip ke
dalam anyaman trabekula tersebut. Taji sklera merupakan penonjolan sklera
ke arah dalam di antara korpus siliaris dan kanal schlemm, tempat iris dan
korpus siliaris menempel. Saluran-saluran eferen dari kanal schlemm
(sekitar 300 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) berhubungan dengan
sistem vena episklera.1
Gambar 2.3 Tampilan posterior lensa, zonula, badan siliar, dan ora serrata.1
1. Ultrafiltrasi
Sebagian besar substansi plasma dikeluarkan dari dinding kapiler dan
jaringan ikat longgar. Oleh karena itu, filtrat plasma (dialisat)
berakumulasi di belakang epitelium berpigmen dan tidak berpigmen
dari prosesus siliaris.
2. Sekresi
Dialisat plasma ditransportasi ke dalam pigmen epitel. Sambungan
antar sel epitel tidak berpigmen menciptakan bagian blood aqueous
barrier. Substansi tertentu ditransportasi secara aktif (disekresi)
melewati sawar ini ke bilik posterior. Substansi yang ditransportasi
secara aktif termasuk natrium, klorida, kalium, asam askorbat, asam
amino, dan bikarbonat.
3. Difusi
Transport aktif dari substansi ini melalui epitel siliaris tidak berpigmen
menghasilkan suatu gradasi osmotik yang menyebabkan pergeseran isi
plasma lain ke kamera posterior melalui ultrafiltrasi dan difusi.
Aliran aqueous humour dari kamera posterior ke kamera anterior
melalui pupil melawan sedikit resistensi fisiologis. Sudut kamera anterior
memainkan peranan yang penting dalam proses drainase aqueous. Sudut ini
dibentuk oleh akar iris, bagian paling anterior dari badan siliaris, spur
sklera, trabekular meshwork, dan garis schwalbe (ujung dari membran
descement kornea).
2.3 GLAUKOMA
2.3.1 Definisi
Glaukoma bukan merupakan suatu proses penyakit tunggal, namun
merupakan kelompok gangguan yang ditandai oleh neuropati optik progresif
yang menghasilkan penampilan yang karakteristik cupping optic disc dan
pola spesifik cacat ireversibel di bidang visual tetapi tidak selalu dengan
peningkatan TIO. Dengan demikian, TIO adalah faktor risiko yang paling
umum tetapi tidak satu-satunya faktor risiko untuk perkembangan
glaukoma. Akibatnya istilah hipertensi okular digunakan untuk kasus yang
terus-menerus meningkatkan TIO tanpa ada terkait kerusakan glaukoma.7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
2.3.2 Klasifikasi
Glaukoma dapat diklasifikasikan berdasarkan sudut kamera anterior
dan ada atau tidaknya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular dan faktor penyerta. Pada dasarnya, glaukoma dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma primer, dimana tidak ada penyebab lain
yang menyebabkan peningkatan TIO, glaukoma sekunder, dimana
peningkatan TIO akibat penyakit okular lain, penyakit sistemik, atau
penggunaan obat, dan glaukoma kongenital, dimana elevasi TIO merupakan
akibat dari kelainan kongenital di sudut kamera anterior selama masa
embrionik.9
2.4.2 Epidemiologi
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan jenis glaukoma yang
paling sering dijumpai. Hampir 45 juta penduduk dunia menderita glaukoma
jenis ini, dimana 8 juta diantaranya telah menjadi buta. Diperkirakan angka
kebutaan ini akan meningkat menjadi 11 juta orang pada tahun 2020. 2
Berdasarkan penelitian di USA pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun
diperkirakan prevalensi glaukoma primer sudut terbuka sekitar 1,86%.
Dengan meningkatnya populasi usia lanjut, jumlah pasien glaukoma juga
akan meningkat 50% dari 3,36 juta pada tahun 2020.3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
4. Ras
Prevalensi glaukoma pada ras kulit hitam adalah 3-4 kali lebih besar
daripada ras lainnya. Kebutaan akibat glaukoma juga empat kali lebih
sering pada ras kulit hitam daripada ras kulit putih.3
5. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang positif juga merupakan faktor risiko pada
glaukoma primer sudut terbuka. Survei pada penelitian The Baltimore
Eye juga menunjukkan bahwa diperkirakan risiko glaukoma primer sudut
terbuka 3,7 kali lipat lebih besar pada individu dengan saudara kandung
yang mengidap penyakit tersebut.3
6. Faktor Risiko Lainnya
Beberapa kondisi seperti miopi, diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskular, dan oklusi vena sentral diduga berhubungan dengan
glaukoma. Namun, keadaan-keadaan tersebut bukan merupakan faktor
risiko utama dan memiliki hubungan yang kurang signifikan dengan
glaukoma dibandingkan faktor risiko sebelumnya.3
2.4.4 Patofisiologi
tiga elemen yang hilang pada pencekungan saraf optik yaitu akson,
pembuluh darah, dan sel glial.11
Adanya peningkatan tekanan intraokular mengakibatkan kompresi secara
langsung dan terjadinya gangguan vaskularisasi pada diskus optikus.
Gangguan vaskularisasi tersebut menimbulkan suatu keadaan iskemi yang
dapat berujung pada kematian sel ganglion saraf. Pada respon terhadap
iskemia atau hipoksia karena peningkatan tekanan intraokular, respon utama
sel ganglion adalah dengan produksi glutamat berlebihan. Hasil dari
peningkatan glutamat ini mencetuskan serangkaian jalur molekular yang
menyebabkan apoptosis.11
b. Tanda
Glaukoma sudut terbuka primer sering dijumpai asimetris, dimana
salah satu mata mengalami kerusakan yang sedang hingga berat, dan mata
lainnya mengalami kerusakan yang minimal atau tidak dijumpai kerusakan.
Pada kebanyakan pasien dengan glaukoma sudut terbuka primer dijumpai
peningkatan tekanan intraokular dengan rentang 22-40 mmHg, sebagian
kecil mencapai tekanan yang lebih tinggi yaitu 60 atau di atas 80 mmHg,
dan sebagian lainnya tanpa peningkatan tekanan intraokular.7
i. Diagnosis
a. Anamnesis
Informasi mengenai kronologis perjalanan penyakit mencakup onset,
durasi, lokasi dan gejala, merupakan hal yang penting dalam membantu
menegakkan diagnosis dari glaukoma. Kebanyakan pasien tidak memilik
gejala atau keluhan sama sekali sehingga penyakit ini sulit untuk dideteksi.
Pasien baru datang ke dokter setelah terjadi penurunan lapangan pandang.
Namun, beberapa gejala lain yang dapat dikeluhkan berupa nyeri pada mata,
nyeri kepala, fotofobia, mata kabur, ataupun mata merah (hiperemis). Selain
itu, perlu ditanyakan riwayat dari penggunaan kortikosteroid, riwayat
penyakit mata, riwayat operasi mata, dan juga riwayat keluarga yang
menderita penyakit glaukoma.12,13
2. Pupil
Penilaian yang cermat terhadap pupil harus dilakukan untuk
mengungkapkan adanya cacat aferen relatif.11
3. Tonometri
Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Rentang tekanan
intraokular normal adalah 10-21 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka
primer, 32-50% individu yang terkena akan memperlihatkan tekanan
intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya,
peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan bahwa pasien
mengidap glaukoma sudut terbuka primer untuk menegakkan diagnosis
diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus optikus glaukomatosa atau
kelainan lapangan pandang.11
a. Tonometri Aplanasi
Tonometri aplanasi goldmann dipasang pada slitlamp dan mengukur
besarnya gaya yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan beban
standar. Makin tinggi tekanan intraokular, makin besar gaya yang
dibutuhkan.12
Setelah anestesi topikal dan pemberian fluoresin, pasien
didudukkan di depan slitlamp dan tonomoter disiapkan. Agar dapat melihat
fluoresin, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang. Setelah
memasang tonometer di depan kornea, pemeriksa melihat melalui slitlamp
okular saat ujungnya kontak dengan kornea. Sebuah pegas counterbalance
yang dikendalikan secara manual akan mengubah-ubah gaya yang diberikan
pada ujung tonometer.12
Setelah berkontak, ujung tonometer akan meratakan bagian tengah
kornea dan menghasilkan garis fluoresin tipis yang melingkar. Sebuah
prisma di ujung memecah lingkaran ini secara visual menjadi dua setengah-
lingkaran yang tampak hijau melalui okular slitlamp. Tenaga tonometer
diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tampak
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
4. Gonioskopi
Gonioskopi adalah metode pemeriksaan anatomi sudut bilik mata
depan dengan pembesaran binokular dan sebuah lensa gonio khusus. Lensa-
gonio jenis goldmann dan posner/zeiss memiliki cermin khusus yang
membentuk sudut sedemikian rupa sehingga menghasilkan garis pandangan
yang pararel dengan permukaan iris, cermin tersebut diarahkan ke perifer ke
arah lekukan sudut ini.1
Setelah diberi anestesi lokal, pasien didudukkan pada slitlamp dan
lensa gonio dipasang pada mata. Detil sudut bulik mata depan diperbesar
dan divisualisasikan secara stereoskopik. Dengan memutar cermin, dapat
diperiksa semua bagian sudut hingga mencapai 360 derajat.1
Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera, dan prosesus
iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe
atau sebagian kecil dari anyaman trabekular yang dapat terlihat, sudut
dinyatakan sempit. Apabila garis schwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan
tertutup.1
5. Pemeriksaan Fundus
a. Pemeriksaan Oftalmoskop Langsung
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya
cawan fisiologik yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat
penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati
oleh serat-serat tersebut. Pada glaukoma, mungkin terdapat pembesaran
konsentrik cawan optik atau pencekungan (cupping) superior dan inferior
dan disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus.
Kedalaman cawan optik juga meningkat karena lamina kribrosa tergeser ke
belakang. Seiring dengan pembentukan cekungan, pembuluh retina di
diskus tergeser kearah hidung. Hasil akhir proses pencekungan pada
glaukoma adalah apa yang disebut sebagai cekungan “bean-pot”, yang
tidak memperlihatkan jaringan saraf bagian tepinya.7
Rasio cawan diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cawan optik terhadap diameter diskus. Apabila
terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokular,
rasio cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetris yang bermakna
antara kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.7
Gambar 2.9 Perbandingan cawan diskus optikus pada mata normal (atas) dan pada
mata glaukoma (bawah).7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
2.4.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penanganan glaukoma sudut terbuka primer
adalah mempertahankan fungsi penglihatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien. Hal tersebut dapat tercapai dengan menurunkan
tekanan intraokular sampai pada batas dimana proses kerusakan nervus
optikus dan hilangnya lapangan pandang mata dapat berkurang atau terhenti.
Penanganan glaukoma sudut terbuka primer juga harus memaksimalkan
tercapainya tujuan terapi dan kenyamanan pasien, disamping meminimalisir
efek samping yang ditimbulkan oleh terapi tersebut.7
Adapun target penurunan tekanan intraokular ditentukan oleh
beberapa pertimbangan, diantaranya nilai tekanan intraokular sebelum
diterapi, derajat dari pencekungan diskus optikus serta hilangnya lapangan
pandang, adanya riwayat keluarga dengan glaukoma, dan kondisi lain yang
memperburuk perjalanan penyakit dari glaukoma seperti diabetes melitus
dan gangguan vaskular. Secara umum, target penurunan tekanan intraokular
adalah sekitar 20-30% dari nilai tekanan intraokular sebelum diterapi.
Target penurunan tekanan intraokular tersebut harus dinilai ulang secara
periodik.7
Tabel 2.1 Penanganan Glaukoma Sudut Terbuka Berdasarkan Tingkat
Keparahannya.16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
a. Terapi Farmakologi
Terapi glaukoma sudut terbuka biasanya dilakukan secara
konservatif dengan obat-obatan. Sampai saat ini terdapat 5 kelas obat yang
dapat digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular, diantaranya adalah
analog prostaglandin, penyekat adrenergik beta, penghambat anhidrase
karbon, agonis adrenergik dan kolinergik. Obat yang biasa dipakai antara
lain adalah:1,17
- Penyekat adrenergik beta bekerja dengan menurunkan produksi cairan
aqueous humour dengan memblokade reseptor adrenergik beta pada
epiterl-epitel siliaris. Salah satu obat yang pertama kali dan paling
banyak digunakan hingga sekarang adalah timolol. Timolol terbukti
dapat menurunkan tekanan intrakorneal 20-35%. Penyekat adrenergik
bloker ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat
lain. Larutan timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaxolol 0,25% dan
0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, metipronolol 0,3%, serta carteolol
1% dua kali sehari dan gel timolol maleat 0,1%, 0,25% dan 0,5% sekali
setiap pagi. Kontraindikasi utama pemakaian obat ini adalah penyakit
obstruksi jalan napas kronik, terutama asma dan defek hantaran jantung.
- Agonis adrenergik-2 bekerja dengan meningkatkan outflow disertai
dengan menekan produksi aqueous humour untuk menurunkan tekanan
intraaokular (TIO). Apraclonidine (larutan 0,5% tiga kali sehari dan 1%
sebelum dan sesudah terapi laser) adalah suatu agonis adrenergik-2
selektif yang menurunkan pembentukan aqueous humour tanpa
menimbulkan efek pada aliran keluar. Ini terutama berguna untuk
mencegah peningkatan tekanan intraokular pascaterapi laser segmen
anterior dan dapat diberikan sebagai terapi jangka pendek pada kasus-
kasus yang susah disembuhkan. Brimonidine (larutan 0,2% dua kali
sehari) adalah suatu agonis adrenergik- yang terutama menghambat
pembentukan aqueous humour dan juga meningkatkan pengaliran
aqueous keluar.
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
b. Operasi
Penggunaan obat-obatan anti glukoma jangka panjang dapat
menyebabkan penurunan ekonomi pada beberapa negara berkembang.
Tindakan operasi dapat menjadi pemecah masalah ekonomi tersebut. Dan
apabila terapi dengan medikamentosa tidak berhasil dan terjadi kerusakan
diskus optikus serta kehilangan lapangan pandang yang progresif, maka
perlu dilakukan operasi untuk menurunkan tekanan bola mata. Terdapat
beberapa teknik operasi untuk mengatur tekanan intraokular. Pada dasarnya,
tujuan dari operasi adalah untuk membuat jalan keluar alternatif bagi
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
1. Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan
untuk memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses
langsung aqueous humour dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva
dan orbita. Komplikasi yang utama adalah fibrosis jaringan episklera, yang
menyebabkan penutupan jalur drainase baru tersebut. Terapi adjuvan pra-
dan pascaoperasi dengan antimetabolit, seperti 5-fluorouracil dan mitomycin
memperkecil risiko kegagalan bleb dan dikaitkan dengan kontrol tekanan
intraokular yang baik.1
2. Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan bakaran melalui suatu lensa-
gonio ke anyaman trabekular akan memudahkan aliran keluar aqueous
humour. Hal ini terjadi karena efek yang dihasilkan pada anyaman
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
secara dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani baik secara
medis. Trabekulektomi merupakan pilihan yang baik bagi pasien yang
mengalami perburukan medis meskipun telah menjalani terapi medis.1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Zsizsi Akbarinda
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RS USU MEDAN NIM : 140100012
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA