27
masing material penyusunnya. Berdasarkan bahan matriks mempengaruhi sifat akhir dari material. Tidak seperti
yang digunakan, maka komposit dapat diklasifikasikan ke paduan logam, material pada komposit mempengaruhi
dalam tiga kelompok, yaitu : material akhir dengan sifat yang jelas pada level
a. Komposit matriks logam (Metal Matrix makroskopis. Kebanyakan komposit terdiri dari dua
Composite) material, material penguat disebut filler dan material
b. Komposit matriks polimer (Polimer Matrix matriks. Material filler memberikan kekakuan dan
Composite) kekuatan, sedangkan material matriksnya menahan
c. Komposit matriks keramik (Ceramics Matrix material bersama dan membantu perpindahan beban pada
Composite) penguatan yang terputus.
Dalam pembuatan komposit, matriks
Sedangkan berdasarkan jenis penguatnya, maka material dan penguat dicampurkan bersama dan dapat dibedakan
komposit dapat dijelaskan sebagai berikut : secara fisik. Jika dibandingkan dengan logam monolithic,
1. Particulate composite, penguatnya berbentuk MMC menawarkan keuntungan lebih, diantaranya
partikel memiliki sifat temperatur yang lebih baik, modulus dan
2. Fibre composite, penguatnya berbentuk serat kekuatan spesifik yang tinggi, ekspansi termal yang
3. Structural composite, penguatnya berbentuk rendah dan konduktivitas termal yang baik. Akan tetapi
lapisan MMC memiliki ketangguhan yang rendah dan biaya
pembuatan yang tinggi. berdasarkan sifat ini, MMC bisa
Material yang ulet tahan korosi, seperti: Al dan material diaplikasikan pada komponen elektrik, industri otomotif
yang kuat dan tangguh, seperti: keramik .Merupakan dan industri penerbangan. Kebanyakan material penguat
pemikiran yang tepat untuk menggabungkan kedua merupakan serat yang sambung-menyambung, baik itu
material tersebut menjadi material baru, yaitu: komposit. serat yang berpola lurus maupun berpola anyaman. Selain
Material komposit yang diharapkan dengan proses itu penguat juga biasanya merupakan potongan serat
pembuatannya mempunyai kekuatan mekanik yang pendek dan partikulat. Sementara itu, sebagian besar
tinggi, daya tahan vibrasi dan konduktivitas panas baik matriks merupakan plastik resin, selain itu material lain
seperti: kekakuan, tahan aus dan stabil pada temperatur seperti logam juga banyak digunakan.
tinggi.
28
Keterangan :
Po : Beban h : Kedalaman bekas injakan
r : jari- jari revolving disk b : Lebar bekas injakan
B : Tebal revolving disk ω : Kecepatan putar
29
mikroskop atau kaca pembesar berskala, setelah beban
dihilangkan. Permukaan yang akan dibuat lekukan harus
relatif halus, rata dan bersih dari debu atau kerak.
Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai
beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya,
luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang
diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut :
Gambar 4
P 2P ...(2)
BHN
(D / 2)(D D2 d2 ) (D)(D D2 d2 )
B. Uji keausan
dengan: Ogoshi high speed universal wear testing machine type
P = beban yang digunakan (kg) OAT-U adalah untuk menentukan laju keausan suatu
D = diameter bola baja (mm) material dimana benda uji memperoleh beban gesek dari
D = diameter lekukan (mm) disk yang berputar (revolving disc). Pembebanan. ini akan
Dari gambar 3, Dapat dilihat bahwa d=DsinΦ. Dengan menghasilkan kontak yang pada akhirnya akan
memasukkan harga ini ke dalam persamaan (1) akan mengambil sebagian material pada benda uji. Besarnya
dihasilkan bentuk persamaan kekerasan brinell yang lain, jejak permukaan dari material yang tergesek itulah yang
yaitu : dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.
P ...(3) Pada Gambar 5, menunjukan ogoshi high speed universal
BHN wear testing machine.
( / 2)D2 (1 cos )
Gambar 3. Parameter-parameter dasar pada pengujian Langkah-langkah yang dilakukan selama proses uji
Brinell (Dieter, 1987) keausan ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pengujian
Jejak penekanan yang relatif besar pada uji a. Menyiapkan sampel uji .
kekerasan brinell memberikan keuntungan dalam b. Menghaluskan permukaan sampel benda uji
membagikan secara pukul rata ketidak seragaman dengan menggunakan amplas dan kain bludru
lokal. Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi yang diberi autosol.
oleh goresan dan kekasaran permukaan dibandingkan 2. Pengoperasian
uji kekerasan yang lain. Sebaliknya, jejak penekanan a. Menempatkan spesimen pada mesin rotating disk
yang besar ukurannya, dapat menghalangi pemakaian on plate
uji ini untuk benda uji yang kecil atau tipis, atau pada b. Mengatur gear rasio yang diinginkan untuk
bagian yang kritis terhadap tegangan sehingga menentukan panjang langkah (mm) dan beban
lekukan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan (kg)
(failure). c. Hidupkan Mesin dan dengan waktu yang
bersamaan timer diaktifkan untuk menyesuaikan
III. METODE PENELITIAN waktu yang kita butuhkan.
d. Matikan mesin dan ganti spesimen dengan yang
A. Bahan
spesimen yang selanjutnya yang akan diuji.
Bahan yang digunakan adalah piston bekas yang e. Mengulangi langkah (a) sampai langkah (d)
terbuat dari material komposit matrik aluminium (AMCs) sampai dengan semua specimen yang akan diuji.
dari paduan Al-Si ditambah penguat SiC dengan
perbandingan 98% Al-Si dan 2% SiC, seperti terlihat pada
gambar dibawah ini.
30
C. Pengujian Kekerasan
Adapun langkah kerja pengujian kekerasan Brinell,
sebagai berikut : Tabel 1. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
a. Spesimen harus memenuhi persyaratan tanpa perlakuan cor
Rata dan Halus No. Unsur Hasil
Ketebalan Minimal 6 mm. 1. Al 79.49
Dapat ditumpu dengan baik dan 2. Si 18.9
permukaan uji harus horizontal. 3. Fe 0.425
b. Indentor yang digunakan adalah bola baja yang
4 Cu 0.101
telah dikeraskan, namun untuk bahan yang
5. Mn 0.142
sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola
6. Mg <0.0500
dari karbida tungsten. Jarak antara titik
pengujian minimal dua kali diameter tapak 7. Cr <0.0150
identasi. 8. Ni <0.0200
9. Zn <0.0100
c. Pemakaian beban (P) dan diameter identor (D)
10. Sn 0.0545
harus memenuhi persyaratan perbandingan P/D
= 30 untuk baja, 10 untuk tembaga dan 11. Ti 0.0863
paduannya, serta 5 untuk aluminium dan 12. Pb <0.0300
13. Be 0.0001
paduannya.
14. Ca 0.0035
d. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini
dilakukan dengan menekan identor pada 15. Sr <0.0005
permukaaan spesimen selama 10-30 detik. 16. V <0.0100
e. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam 17. Zr 0.678
satuan BHN (Brinells Hardness Number) yang
dihitung berdasarkan diameter identasi dengan
persamaan sebagai berikut : Tabel 2. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
dengan proses Stir Casting dengan suhu tuang 688 °C
BHN = 2P
( D) D D 2 d 2 No.
1.
Unsur
Al
Hasil
79.75
2. Si 17.0
3. Fe 1.97
Dimana : 4 Cu 0.0975
P = Gaya tekan (kgf) 5. Mn 0.0899
D = Diameter identor bola baja (mm) 6. Mg <0.0500
d = Diameter hasil identasi (mm) 7. Cr <0.0440
8. Ni <0.0200
IV. HASIL YANG DICAPAI 9. Zn <0.0100
10. Sn 0.0559
A. Uji Komposisi 11. Ti 0.120
Pengujian komposisi pada penelitian ini dilakukan 12. Pb <0.0300
sebanyak 4 (empat) kali. Data I diambil tanpa melalui 13. Be 0.0003
proses Stir Casting dan tiga data lainnya diambil dengan 14. Ca 0.0034
terlebih dahulu melalui proses Stir Casting dengan suhu 15. Sr <0.0005
tuang yang divariasikan, sebagaimana diperlihatkan pada 16. V <0.0100
tabel dibawah ini. 17. Zr 0.823
31
Tabel 3. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
dengan proses Stir Casting dengan suhu tuang 738 °C
32
Dari tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa spesimen dengan tambahan Sic, menunjukkan unsur Fe, Cu, Sn,
tambahan SiC pada variasi suhu tuang memiliki dan Ti cenderung meningkat dibandingkan
kecenderungan nilai kekerasannya mendekati nilai dengan tanpa proses perlakuan stir casting dan
kekerasan sampel spesimen tanpa penambahan SiC. Pada tambahan Sic .
suhu tuang 788 °C, nilai kekerasannya yang diperoleh 2. Hasil Uji metallografi pada sampel spesimen
sama dengan nilai kekerasan sampel spesimen tanpa tanpa proses perlakuan stir casting dan Sic
penambahan SiC. menunjukkan porositas pada mikro. Sebaliknya
pada pada sampel spesimen dengan proses
D. Uji Keausan perlakuan stir casting dengan variasi suhu tuang
Pada Pengujian keausan ini, dilakukan pengambilan dan tambahan Sic, menunjukkan kristal silikon
data sebanyak 3 (tiga) kali pada 4 (empat sampel) yang eutektik berbentuk jarum.
berbeda, dengan kecepatan abrasi yang sama yakni 0,250 3. Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa
m/det dan dalam waktu 60 detik. Beban dan jarak yang spesimen tanpa proses perlakuan stir casting dan
digunakan divariasikan, sebagaimana ditunjukkan pada tambahan SiC nilai kekerasan rata-ratanya
Tabel 5.6 dibawah ini. sebesar 71,25. Pada sampel spesimen dengan
Tabel 5.6. Uji keausan dengan ogoshi high speed proses perlakuan stir casting dan tambahan SiC
universal wear testing machine sebesar 2%, pada suhu tuang 688°C nilai
kekerasan rata-ratanya sebesar 71, pada suhu
tuang 738°C nilai kekerasan rata-ratanya sebesar
69, dan pada suhu tuang 738°C nilai kekerasan
rata-ratanya sebesar 71,25.
4. Hasil uji keausan pada kecepatan abrasi 0,250
m/det dan waktu 60 detik, menunjukkan pada
sampel spesimen tanpa proses perlakuan stir
casting dan tambahan SiC beban 2,12 Kg nilai
rata-rata keausannya sebesar 20; beban 3,18 Kg
nilai rata-rata keausannya sebesar 21,33 dan
beban 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya
sebesar 39,33. Pada sampel spesimen dengan
proses perlakuan stir casting dengan suhu tuang
688°C dan tambahan SiC sebesar 2%, beban
2,12 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar 22;
V. KESIMPULAN beban 3,18 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
25 dan beban 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya
1. Hasil uji komposisi pada sampel spesimen tanpa sebesar 39,66. Pada sampel spesimen dengan
proses perlakuan stir casting dan tambahan Sic, proses perlakuan stir casting dengan suhu tuang
menunjukan unsur Al sebesar 79,49 dan unsur Si 738°C dan tambahan SiC sebesar 2%, beban
sebesar 18,9. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing- 2,12 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar 22,33;
masing pada harga 0,425; 0,101 ; 0,05 dan 0,08. beban 3,18 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen 24,66 dan beban 6,36 Kg nilai rata-rata
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu keausannya sebesar 32,33. Pada sampel
tuang 688°C dan tambahan Sic sebesar 2% spesimen dengan proses perlakuan stir casting
menunjukan unsur Al sebesar 79,75 dan unsur Si dengan suhu tuang 788°C dan tambahan SiC
sebesar 17,0. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing- sebesar 2%, beban 2,12 Kg nilai rata-rata
masing pada harga 1,97; 0,09; 0,06, dan 0,12. keausannya sebesar 21,66; beban 3,18 Kg nilai
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen rata-rata keausannya sebesar 25,33 dan beban
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
tuang 738°C dan tambahan Sic sebesar 2% 38,66.
menunjukan unsur Al sebesar 78,93 dan unsur Si
sebesar 17,9. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing-
masing pada harga 1,80; 0,09; 0,06, dan 0,12.
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu
tuang 788°C dan tambahan Sic sebesar 2%
menunjukan unsur Al sebesar 79,18 dan unsur Si
sebesar 17,8. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing-
masing pada harga 1,50; 0,09; 0,06, dan 0,13.
Data-data ini menunjukkan hasil uji komposisi
pada sampel spesimen dengan proses perlakuan
stir casting dengan variasi suhu tuang dan
33
DAFTAR PUSTAKA
34