Anda di halaman 1dari 8

KETAHANAN AUS DAN KEKERASAN KOMPOSIT MATRIK

ALUMINIUM (AMCS) PADUAN ALUMINIUM Al-Si


DITAMBAH PENGUAT SiC DENGAN METODE STIR CASTING

Nur Wahyuni1a, Moh. Adnan2b


1
Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea 90245, Indonesia
2
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea 90245, Indonesia
a
nur.wahyuni@pnsmail.go.id
b
mohammad.adnan@pnsmail.go.id

Abstract — Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


ketahanan aus dan kekerasan komposit matrik aluminium
(AMCs) dari paduan aluminium Al-Si ditambah penguat SiC Piston sebagai penggerak utama proses pembakaran
dengan perbandingan 98% Al-Si dan 2% SiC menggunakan
diruang bakar. Sehingga material piston perlu memiliki
metode stir casting.
Metode penelitian yang dilakukan yakni uji komposisi, spesifikasi karakteristik dan sifat mekanik khusus untuk
uji metalurgrafi, uji keausan dan uji kekerasan pada material mencapai (Society of Automotive Engineers) SAE untuk
komposit matrik aluminium (AMCs) dari paduan aluminium piston. Material piston sekarang ini untuk industri besar
Al-Si ditambah penguat SiC dengan perbandingan 98% Al-Si masih menggunakan bijih aluminium untuk membuat
dan 2% SiC menggunakan metode stir casting dengan suhu paduannya.
penuangan dibuat 3 (tiga) variasi yaitu 688 °C, 738 °C, dan Kekuatan dan keuletan alumunium masih dibawah
788°C. standar piston, sehingga perlu diciptakan material yang
Pada penelitian tahun II direncanakan menguji lebih unggul. Material unggul didapat dari penggabungan
ketahanan aus dan kekerasan komposit matrik aluminium
dua atau lebih material atau disebut komposit. Komposit
(AMCs) dari paduan aluminium Al-Si ditambah penguat SiC
dengan perbandingan 98% Al-Si dan 2% SiC menggunakan matrik aluminium (AMCs) banyak digunakan dalam
metode Squeeze casting. pembuatan piston. Komposit terdiri dari paduan
Target khusus yang ingin dicapai memaksimalkan piston aluminium dan silikon karbida (SiC). Aluminium sebagai
komposit yang dapat menambah performa kerja mesin, tahan matrik dan SiC sebagai penguat (reinforced) dalam
lama, koefesien muai rendah, ringan, durabiliti, menggurangi bentuk partikel dan serat. Untuk piston komposit dengan
limbah piston, dan memiliki nilai jual tinggi.. campuran matrik 80% dan penguat partikel 20 % dapat
meningkatkan kekuatan sifat mekanik 100 %
Kata kunci : Komposit matrik aluminium (AMCs), Keausan, (Mahadevan, 2008).
Kekerasan.
Hasan Z (2008), membuat piston aluminium matrix
composites (AMCs) atau komposit matrik aluminium dari
I. PENDAHULUAN paduan aluminium Al-Si ditambah penguat SiC dengan
Piston merupakan salah satu dari spare part untuk perbandingan 80% Al-Si dan 20% SiC menggunakan
kendaraan bermotor yang sangat vital dan sering metode squeeze casting. Hasil yang diperoleh
dilakukan pergantian setiap overhould. Kerusakan piston menggunakan metode squeeze casting dengan penguat
diakibatkan oleh keausan dikarenakan kondisi kerja partikel dan fiber dapat meningkatkan kekuatan tarik 225
piston menahan suhu tinggi, tekanan besar dan gaya gesek %, kekerasan 150% dan porositas 5%.
kontinyue dalam jangka waktu yang lama. Hal inilah yang Anastasia Sahari (2009), melakukan penambahan Mg
menyebabkan komponen piston perlu dilakukan terhadap kekerasan komposit matriks Al2O3 dan Al,
penggantian sesuai penggunaan. Piston terbuat dari hasilnya terjadi peningkatan kekerasan optimum sebesar
paduan aluminium dan silikon yang memiliki daya tahan 1221 VHN dicapai pada penambahan 8% wt Mg dan
terhadap korosi, abrasi, ulet dan kekuatan tinggi koefisien meningkatkan reaksi antarmuka matrik.
muai (Cole, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan
Beberapa inovasi telah dikembangkan dalam aus dan kekerasan komposit matrik aluminium (AMCs)
pembuatan piston melalui proses pengecoran, diantaranya dari paduan aluminium Al-Si ditambah penguat SiC
pengecoran gravitasi, cetak tekan (squeeze casting), dengan perbandingan 98% Al-Si dan 2% SiC
stircasting, metalurgi serbuk dan centrifugal casting. menggunakan metode stir casting.
Kelemahan hasil pengecoran gravitasi yaitu banyak
porositas dan kekuatan rendah. Proses metalurgi serbuk
dari segi impuriti dan energi sangat rendah tetapi proses II. TINJAUAN PUSTAKA
dan perlakuan terhadap serbuk rumit (Toto, 2009). A. Komposit Matriks Logam
Pengecoran cetak tekan dapat meminimalkan porositas, Komposit adalah perpaduan dari beberapa bahan yang
dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing
penyusutan, permukaan halus, kekuatan mekanik tinggi, material penyusunnya untuk menghasilkan material baru
hemat logam, biaya rendah dan bentuk akhir mendekati yang unik, dibandingkan dengan sifat material dasarnya
dimensi yang diinginkan. sebelum dikombinasikan, terjadi ikatan antara masing-

27
masing material penyusunnya. Berdasarkan bahan matriks mempengaruhi sifat akhir dari material. Tidak seperti
yang digunakan, maka komposit dapat diklasifikasikan ke paduan logam, material pada komposit mempengaruhi
dalam tiga kelompok, yaitu : material akhir dengan sifat yang jelas pada level
a. Komposit matriks logam (Metal Matrix makroskopis. Kebanyakan komposit terdiri dari dua
Composite) material, material penguat disebut filler dan material
b. Komposit matriks polimer (Polimer Matrix matriks. Material filler memberikan kekakuan dan
Composite) kekuatan, sedangkan material matriksnya menahan
c. Komposit matriks keramik (Ceramics Matrix material bersama dan membantu perpindahan beban pada
Composite) penguatan yang terputus.
Dalam pembuatan komposit, matriks
Sedangkan berdasarkan jenis penguatnya, maka material dan penguat dicampurkan bersama dan dapat dibedakan
komposit dapat dijelaskan sebagai berikut : secara fisik. Jika dibandingkan dengan logam monolithic,
1. Particulate composite, penguatnya berbentuk MMC menawarkan keuntungan lebih, diantaranya
partikel memiliki sifat temperatur yang lebih baik, modulus dan
2. Fibre composite, penguatnya berbentuk serat kekuatan spesifik yang tinggi, ekspansi termal yang
3. Structural composite, penguatnya berbentuk rendah dan konduktivitas termal yang baik. Akan tetapi
lapisan MMC memiliki ketangguhan yang rendah dan biaya
pembuatan yang tinggi. berdasarkan sifat ini, MMC bisa
Material yang ulet tahan korosi, seperti: Al dan material diaplikasikan pada komponen elektrik, industri otomotif
yang kuat dan tangguh, seperti: keramik .Merupakan dan industri penerbangan. Kebanyakan material penguat
pemikiran yang tepat untuk menggabungkan kedua merupakan serat yang sambung-menyambung, baik itu
material tersebut menjadi material baru, yaitu: komposit. serat yang berpola lurus maupun berpola anyaman. Selain
Material komposit yang diharapkan dengan proses itu penguat juga biasanya merupakan potongan serat
pembuatannya mempunyai kekuatan mekanik yang pendek dan partikulat. Sementara itu, sebagian besar
tinggi, daya tahan vibrasi dan konduktivitas panas baik matriks merupakan plastik resin, selain itu material lain
seperti: kekakuan, tahan aus dan stabil pada temperatur seperti logam juga banyak digunakan.
tinggi.

A.1. Metal Matrix Composites


MMC pada dasarnya terdiri dari penguat non-metallic
yang disatukan pada matriks metallic. Sifatnya yang
ringan, tahan korosi, dan sifat mekanik nya yang sangat
aplikatif, membuat paduan Aluminium begitu populer dan
menjadikannya baik dalam pembuatan Aluminium
MMCs. Titik leburnya yang cukup tinggi untuk berbagai A.2. Metode Pembentukan Komposit Matriks Logam
persyaratan aplikasi, namun juga cukup rendah sehingga Stir casting seperti adalah proses pengecoran dengan
sesuai untuk proses pembuatan komposit. Aluminium cara menambahkan suatu logam murni (biasanya Al)
juga dapat digabungkan dengan berbagai variasi material dengan sebuah komposit, dengan cara melebur logam
penguat. murni tersebut, kemudian logam murni yang sudah
mencair tersebut diaduk-aduk secara terus menerus
MMC merupakan material yang harus memenuhi kondisi hingga berbentuk sebuah pusaran, kemudian komposit
persyaratan berikut : (berupa serbuk) tersebut dicampurkan sedikit demi sedikit
1. MMC harus dibuat artifisial melalui tepi dari pusaran yang telah terbentuk itu.
2. Harus merupakan kombinasi dari paling tidak dua Keuntungan stir casting antara lain:
material yang berbeda secara kimiawi dimana 1. Proses ini mampu menggabungkan partikel
material utama dan material pengikatnya penguat kedalam logam cair dikarenakan adanya
berbeda. gaya pengadukan secara mekanik yang
3. Material terpisah yang memebentuk komposit menyebabkan partikel padatan terperangkap
haruslah kombinasi tiga dimensi. (laminasi dalam logam cair.
seperti pelapisan logam ataupun honeycomb 2. Dengan adanya proses pengadukan pada suhu
sandwhiches tidak bisa dianggap material diatas temperatur cair maka udara yang
komposit dasar jika logam sama digunakan terperangkap memungkinkan untuk naik ke atas
secara menyeluruh). permukaan logam cair sehingga cacat yang
4. Komposit tersebut haruslah dibuat dengan tujuan diakibatkan oleh terperangkapnya udara dalam
mempelajari sifat komposit tersebut, yang mana logam cair dapat dihindari.
sifat ini tidak dapat dicapai oleh masing- masing 3. Proses stir casting menghasilkan produk yang
material penyusunnya. hasilnya relatif lebih baik dibandingkan hasil
casting yang lainnya karena pencampuran logam
Material komposit dibentuk dari dua atau lebih material dapat lebih homogen.
yang berbeda, yang mana material penyusun ini

28
Keterangan :
Po : Beban h : Kedalaman bekas injakan
r : jari- jari revolving disk b : Lebar bekas injakan
B : Tebal revolving disk ω : Kecepatan putar

Uji keausan merupakan suatu uji karakteristik


fisik yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat keausan benda (permukaan benda) terhadap
gesekan atau goresan. Uji keausan dilakukan dengan cara
menghitung lebar keausan dari sampel. Untuk pengujian
keausan dilakukan dengan menggunakan alat uji Ogoshi
High Speed Universal Wear Testing Machine (Type OAT-
Gambar 1. Skema dapur pleburan stir casting U).
Keutamaan dari alat ini diantaranya :
B. Pengujian keausan abrasif
1. Lama waktu abrasi dapat ditentukan dan daya
Keausan merupakan hilangnya bahan dari suatu tahan aus permukaan benda uji dengan berbagai
permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya ke variasi bahan dapat dengan mudah terdeteksi.
bagian yang lain atau bergeraknya bahan pada suatu 2. Pengujian dilakukan dengan mudah dan cepat.
permukaan. Keausan yang terjadi pada suatu material 3. Benda uji tidak harus berukuran besar.
disebabkan oleh adanya beberapa mekanisme yang 4. Perubahan tekanan, kecepatan dan jarak
berbeda dan terbentuk oleh beberapa parameter yang penggosok dapat dibuat dengan mudah dengan
bervariasi meliputi, bahan, lingkungan, kondisi operasi, jarak yang lebih lebar.
dan geometri permukaan yang terjadi keausan. 5. Berbagai macam bahan-bahan industri (karbon,
Mekanisme keausan menurut Koji Kato, dikelompokan baja, harden steel, cast steel, super-hard alloys,
menjadi tiga macam, yaitu keausan yang disebabkan tembaga, kuningan, synthetic resins, nylon, dan
perilaku mekanis (mechanical), keausan yang disebabkan lain-lain) dapat diuji.
perilaku kimia (chemical), dan keausan yang disebabkan
perilaku panas (thermal wear)]. Keausan yang disebabkan Rumus nilai keausan spesifik:
perilaku mekanis digolongkan lagi menjadi abrasive,
adhesive, flow dan fatigue wear. ....(1)
Pengujian keausan pada penelitian ini, tipe keausan
Di mana :
yang terjadi adalah abrasive wear. Keausan abrasive
B = lebar piringan pengaus (mm)
terjadi jika partikel keras atau permukaan keras yang
Bo = lebar keausan pada benda uji (mm)
kasar menggerus dan memotong permukaan sehingga
r = jari-jari piringan pengaus (mm)
mengakibatkan hilangnya material yang ada di
Po = gaya tekan pada proses keausan berlangsung (kg)
permukaan tersebut (earth moving equipment).
lo = jarak tempuh pada proses pengausan (mm)
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai
Ws = harga keausan spesifik (mm2/kg)
macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan
untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah
satunya adalah dengan metode Ogoshi dimana benda uji
C. Uji Kekerasan Metode Brinell (BHN)
memperoleh beban gesek dari disk yang berputar
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik
(revolving disc). Pembebanan gesek ini akan
(Mechanical of properties) dari suatu material. Kekerasan
menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-
suatu material merupakan ketahanan material terhadap
ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian
gaya penekanan atau deformasi dari material lain yang
material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak
lebih keras, yang menjadi prinsip dalam suatu uji
permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan
kekerasan adalah terletak pada permukaan material pada
dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin
saat permukaan material tersebut diberi perlakuan
besar dan dalam jejak keausan maka semakin tinggi
penekanan sesuai dengan parameter (diameter, beban, dan
volume material yang terlepas dari benda uji. Ilustrasi
waktu).
skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan
Berdasarkan mekanisme penekanan yang dilakukan
benda uji diberikan oleh Gambar 2.
pada saat proses pengujian, uji kekerasan dapat dibedakan
menjadi tiga jenis metode pengujian dalam menentukan
kekerasan suatu material, yaitu : metode brinell
(HB/BHN), metode rockwell (HR/HRN), dan metode
vickers (HV/VHN).
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell berupa
pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai
bola baja yang dikeraskan dan ditekan dengan beban
tertentu. Beban diterapkan selama waktu tertentu,
Gambar 2. Prinsip pengujian keausan dengan metode
biasanya 30 detik, dan diameter lekukan diukur dengan
Ogoshi

29
mikroskop atau kaca pembesar berskala, setelah beban
dihilangkan. Permukaan yang akan dibuat lekukan harus
relatif halus, rata dan bersih dari debu atau kerak.
Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai
beban P dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya,
luas ini dihitung dari pengukuran mikroskopik panjang
diameter jejak. BHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut :
Gambar 4
P 2P ...(2)
BHN  
(D / 2)(D  D2  d2 ) (D)(D  D2  d2 )
B. Uji keausan
dengan: Ogoshi high speed universal wear testing machine type
P = beban yang digunakan (kg) OAT-U adalah untuk menentukan laju keausan suatu
D = diameter bola baja (mm) material dimana benda uji memperoleh beban gesek dari
D = diameter lekukan (mm) disk yang berputar (revolving disc). Pembebanan. ini akan
Dari gambar 3, Dapat dilihat bahwa d=DsinΦ. Dengan menghasilkan kontak yang pada akhirnya akan
memasukkan harga ini ke dalam persamaan (1) akan mengambil sebagian material pada benda uji. Besarnya
dihasilkan bentuk persamaan kekerasan brinell yang lain, jejak permukaan dari material yang tergesek itulah yang
yaitu : dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.
P ...(3) Pada Gambar 5, menunjukan ogoshi high speed universal
BHN  wear testing machine.
( / 2)D2 (1  cos )

Gambar 5. Ogoshi high speed universal wear


testing machine type OAT-U

Gambar 3. Parameter-parameter dasar pada pengujian Langkah-langkah yang dilakukan selama proses uji
Brinell (Dieter, 1987) keausan ini adalah sebagai berikut:
1. Persiapan pengujian
Jejak penekanan yang relatif besar pada uji a. Menyiapkan sampel uji .
kekerasan brinell memberikan keuntungan dalam b. Menghaluskan permukaan sampel benda uji
membagikan secara pukul rata ketidak seragaman dengan menggunakan amplas dan kain bludru
lokal. Selain itu, uji brinell tidak begitu dipengaruhi yang diberi autosol.
oleh goresan dan kekasaran permukaan dibandingkan 2. Pengoperasian
uji kekerasan yang lain. Sebaliknya, jejak penekanan a. Menempatkan spesimen pada mesin rotating disk
yang besar ukurannya, dapat menghalangi pemakaian on plate
uji ini untuk benda uji yang kecil atau tipis, atau pada b. Mengatur gear rasio yang diinginkan untuk
bagian yang kritis terhadap tegangan sehingga menentukan panjang langkah (mm) dan beban
lekukan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan (kg)
(failure). c. Hidupkan Mesin dan dengan waktu yang
bersamaan timer diaktifkan untuk menyesuaikan
III. METODE PENELITIAN waktu yang kita butuhkan.
d. Matikan mesin dan ganti spesimen dengan yang
A. Bahan
spesimen yang selanjutnya yang akan diuji.
Bahan yang digunakan adalah piston bekas yang e. Mengulangi langkah (a) sampai langkah (d)
terbuat dari material komposit matrik aluminium (AMCs) sampai dengan semua specimen yang akan diuji.
dari paduan Al-Si ditambah penguat SiC dengan
perbandingan 98% Al-Si dan 2% SiC, seperti terlihat pada
gambar dibawah ini.

30
C. Pengujian Kekerasan
Adapun langkah kerja pengujian kekerasan Brinell,
sebagai berikut : Tabel 1. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
a. Spesimen harus memenuhi persyaratan tanpa perlakuan cor
 Rata dan Halus No. Unsur Hasil
 Ketebalan Minimal 6 mm. 1. Al 79.49
 Dapat ditumpu dengan baik dan 2. Si 18.9
permukaan uji harus horizontal. 3. Fe 0.425
b. Indentor yang digunakan adalah bola baja yang
4 Cu 0.101
telah dikeraskan, namun untuk bahan yang
5. Mn 0.142
sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola
6. Mg <0.0500
dari karbida tungsten. Jarak antara titik
pengujian minimal dua kali diameter tapak 7. Cr <0.0150
identasi. 8. Ni <0.0200
9. Zn <0.0100
c. Pemakaian beban (P) dan diameter identor (D)
10. Sn 0.0545
harus memenuhi persyaratan perbandingan P/D
= 30 untuk baja, 10 untuk tembaga dan 11. Ti 0.0863
paduannya, serta 5 untuk aluminium dan 12. Pb <0.0300
13. Be 0.0001
paduannya.
14. Ca 0.0035
d. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini
dilakukan dengan menekan identor pada 15. Sr <0.0005
permukaaan spesimen selama 10-30 detik. 16. V <0.0100
e. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam 17. Zr 0.678
satuan BHN (Brinells Hardness Number) yang
dihitung berdasarkan diameter identasi dengan
persamaan sebagai berikut : Tabel 2. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
dengan proses Stir Casting dengan suhu tuang 688 °C

BHN = 2P

( D) D  D 2  d 2  No.
1.
Unsur
Al
Hasil
79.75
2. Si 17.0
3. Fe 1.97
Dimana : 4 Cu 0.0975
P = Gaya tekan (kgf) 5. Mn 0.0899
D = Diameter identor bola baja (mm) 6. Mg <0.0500
d = Diameter hasil identasi (mm) 7. Cr <0.0440
8. Ni <0.0200
IV. HASIL YANG DICAPAI 9. Zn <0.0100
10. Sn 0.0559
A. Uji Komposisi 11. Ti 0.120
Pengujian komposisi pada penelitian ini dilakukan 12. Pb <0.0300
sebanyak 4 (empat) kali. Data I diambil tanpa melalui 13. Be 0.0003
proses Stir Casting dan tiga data lainnya diambil dengan 14. Ca 0.0034
terlebih dahulu melalui proses Stir Casting dengan suhu 15. Sr <0.0005
tuang yang divariasikan, sebagaimana diperlihatkan pada 16. V <0.0100
tabel dibawah ini. 17. Zr 0.823

31
Tabel 3. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas
dengan proses Stir Casting dengan suhu tuang 738 °C

No. Unsur Hasil


1. Al 78.93
2. Si 17.9
3. Fe 1.80
4 Cu 0.0962
5. Mn 0.101
6. Mg <0.0500 (a) (b)
7. Cr <0.0751
8. Ni <0.0200
9. Zn <0.0100
10. Sn 0.0576
11. Ti 0.123
12. Pb <0.0300
13. Be 0.0002
14. Ca 0.0033 (c) (d)
15. Sr <0.0005 Gambar 5
16. V <0.0100 (a) Sampel spesimen tanpa melalui proses
17. Zr 0.844 stir casting dan SiC
(b) Sampel spesimen yang melalui proses
stir casting dengan tambahan SiC pad
Tabel 4. Hasil pengujian komposisi pada piston bekas suhu tuang (688 °C)
dengan proses Stir Casting dengan suhu tuang 788 °C (c) Sampel spesimen yang melalui proses
stir casting dengan tambahan SiC pad
suhu tuang (738 °C)
(d) Sampel spesimen yang melalui proses
No. Unsur Hasil stir casting dengan tambahan SiC pad
1. Al 79.18 suhu tuang (788 °C)
2. Si 17.8
3. Fe 1.50 Gambar 5-(a) diatas menunjukkan kondisi struktur mikro
4 Cu 0.0931 yang tidak mengalami perlakuan khusus. Sedangkan pada
5. Mn 0.0543 gambar 5-(b), gambar 5-(c), dan gambar 5-(d)
6. Mg <0.0500 menunjukkan kondisi struktur mikro hasil casting yang
7. Cr <0.0150 terdiri dari kristal silikon eutektik berbentuk jarum,
8. Ni <0.0200 Mg2Si berwarna keabu-abuan dan fasa alumunium pro-
eutektoid. Proses solution treatment menyebabkan Mg2Si
9. Zn <0.0100
terlarut ke dalam matriks alumunium, sementara kristal
10. Sn 0.0676
eutektik silikon yang tadinya berbentuk jarum berubah
11. Ti 0.135
menjadi nodular. Transisi ini memerlukan waktu yang
12. Pb <0.0300
cukup lama. Semakin lama waktu solution dan semakin
13. Be 0.0002 tinggi temperaturnya maka proses akan menghasilkan
14. Ca 0.0044 efek yang lebih baik. Tetapi bagaimanapun juga, kedua
15. Sr <0.0005 parameter tersebut memiliki batas tertentu.
16. V <0.0100
17. Zr 1.05
C. Uji Kekerasan
B. Uji Metalografi (Foto Mikro) Tabel 5. Data Uji Kekerasan dengan Brinell
Uji Metalografi (Foto Mikro) dilakukan dengan
menggunakan mikroskop optic serta didukung oleh Diameter Hasil Uji Kekerasan
N Jenis
software-nya, sebelum dilakukan pengambilan gambar Konversi Hasil Metode HB
o Variasi
spesimen terlebih dahulu di polishing sedemikian rupa 1 2 3 4
agar foto yang didapat menjadi maksimal. 1. Tanpa Campuran SiC 2,50 2,55 2,50 2,52
Pengujian metalografi dilakukan untuk mengetahui Konversi ke HB 73 < 70 73 70
keadaan struktur mikro pada sampel spesimen yang tanpa 2. Penambahan SiC T:688 2,50 2,50 2,60 2,53
melalui proses stir casting dan pada sampel spesimen Konversi ke HB 73 73 < 70 < 70
3. Penambahan SiC T:738 2,60 2,55 2,55 2,57
yang melalui proses stir casting dengan suhu tuang yang
Konversi ke HB < 70 < 70 < 70 < 70
divariasikan, yakni 688°C, 738°C, dan 788°C,
4. Penambahan SiC T:788 2,50 2,55 2,50 2,52
sebagaimana diperlihatkan pada gambar-gambar dibawah Konversi ke HB 73 < 70 73 70
ini.

32
Dari tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa spesimen dengan tambahan Sic, menunjukkan unsur Fe, Cu, Sn,
tambahan SiC pada variasi suhu tuang memiliki dan Ti cenderung meningkat dibandingkan
kecenderungan nilai kekerasannya mendekati nilai dengan tanpa proses perlakuan stir casting dan
kekerasan sampel spesimen tanpa penambahan SiC. Pada tambahan Sic .
suhu tuang 788 °C, nilai kekerasannya yang diperoleh 2. Hasil Uji metallografi pada sampel spesimen
sama dengan nilai kekerasan sampel spesimen tanpa tanpa proses perlakuan stir casting dan Sic
penambahan SiC. menunjukkan porositas pada mikro. Sebaliknya
pada pada sampel spesimen dengan proses
D. Uji Keausan perlakuan stir casting dengan variasi suhu tuang
Pada Pengujian keausan ini, dilakukan pengambilan dan tambahan Sic, menunjukkan kristal silikon
data sebanyak 3 (tiga) kali pada 4 (empat sampel) yang eutektik berbentuk jarum.
berbeda, dengan kecepatan abrasi yang sama yakni 0,250 3. Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa
m/det dan dalam waktu 60 detik. Beban dan jarak yang spesimen tanpa proses perlakuan stir casting dan
digunakan divariasikan, sebagaimana ditunjukkan pada tambahan SiC nilai kekerasan rata-ratanya
Tabel 5.6 dibawah ini. sebesar 71,25. Pada sampel spesimen dengan
Tabel 5.6. Uji keausan dengan ogoshi high speed proses perlakuan stir casting dan tambahan SiC
universal wear testing machine sebesar 2%, pada suhu tuang 688°C nilai
kekerasan rata-ratanya sebesar 71, pada suhu
tuang 738°C nilai kekerasan rata-ratanya sebesar
69, dan pada suhu tuang 738°C nilai kekerasan
rata-ratanya sebesar 71,25.
4. Hasil uji keausan pada kecepatan abrasi 0,250
m/det dan waktu 60 detik, menunjukkan pada
sampel spesimen tanpa proses perlakuan stir
casting dan tambahan SiC beban 2,12 Kg nilai
rata-rata keausannya sebesar 20; beban 3,18 Kg
nilai rata-rata keausannya sebesar 21,33 dan
beban 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya
sebesar 39,33. Pada sampel spesimen dengan
proses perlakuan stir casting dengan suhu tuang
688°C dan tambahan SiC sebesar 2%, beban
2,12 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar 22;
V. KESIMPULAN beban 3,18 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
25 dan beban 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya
1. Hasil uji komposisi pada sampel spesimen tanpa sebesar 39,66. Pada sampel spesimen dengan
proses perlakuan stir casting dan tambahan Sic, proses perlakuan stir casting dengan suhu tuang
menunjukan unsur Al sebesar 79,49 dan unsur Si 738°C dan tambahan SiC sebesar 2%, beban
sebesar 18,9. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing- 2,12 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar 22,33;
masing pada harga 0,425; 0,101 ; 0,05 dan 0,08. beban 3,18 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen 24,66 dan beban 6,36 Kg nilai rata-rata
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu keausannya sebesar 32,33. Pada sampel
tuang 688°C dan tambahan Sic sebesar 2% spesimen dengan proses perlakuan stir casting
menunjukan unsur Al sebesar 79,75 dan unsur Si dengan suhu tuang 788°C dan tambahan SiC
sebesar 17,0. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing- sebesar 2%, beban 2,12 Kg nilai rata-rata
masing pada harga 1,97; 0,09; 0,06, dan 0,12. keausannya sebesar 21,66; beban 3,18 Kg nilai
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen rata-rata keausannya sebesar 25,33 dan beban
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu 6,36 Kg nilai rata-rata keausannya sebesar
tuang 738°C dan tambahan Sic sebesar 2% 38,66.
menunjukan unsur Al sebesar 78,93 dan unsur Si
sebesar 17,9. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing-
masing pada harga 1,80; 0,09; 0,06, dan 0,12.
Hasil uji komposisi pada sampel spesimen
dengan proses perlakuan stir casting pada suhu
tuang 788°C dan tambahan Sic sebesar 2%
menunjukan unsur Al sebesar 79,18 dan unsur Si
sebesar 17,8. Unsur Fe, Cu, Sn, dan Ti masing-
masing pada harga 1,50; 0,09; 0,06, dan 0,13.
Data-data ini menunjukkan hasil uji komposisi
pada sampel spesimen dengan proses perlakuan
stir casting dengan variasi suhu tuang dan

33
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, S., Anne, Z., Eddy, S., S., 2009, Pengaruh Mg


Terhadap Kekerasan Komposit Matriks Keramik
Al2o3/Al, MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL
2009: 39-44
Cole., 1995, Komponen piston,
http://digilib.unimus.ac.id/download.php%3Fid%3D15
186.
Hasan, Z., 2008, Pembuatan piston aluminium matrix
composites (AMCs) atau komposit matrik aluminium
dengan metode squeeze casting,
http://digilib.unimus.ac.id/download.php%3Fid%3D1518
6.
Mahadevan, 2008, Pengaruh Komposisi Campuran
Komposit Dengan Tekanan Konstan,
http://digilib.unimus.ac.id/download.php%3Fid%3D1518
6.
Surdia, T., Chijiwa, K., 1976, Teknik Pengecoran
Logam, P.T. Pradnya Paramita, Jakarta.
Toto, 2009, Pembuatan piston dengan proses
pengecoran metalurgi serbuk,
http://digilib.unimus.ac.id/download.php%3Fid%3D1518
6.

34

Anda mungkin juga menyukai