Anda di halaman 1dari 71

1

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN HORISINALITAS
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
B. Keaslian Penelitian
C. Pertanyaan Penelitian
BAB.III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Dan Desain Penelitian
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
C. Alur Penentuan Sampel Dan Populasi Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Cara Analisis Data
F. Etika Penelitian
G. Rencana Penelitian
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Pelaksanaan
3) Tahap Terminasi
H. Keabsahan Data
I. Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
B. Karakteristik Partisipan
C. Proses Analisis
D. Hasil Analisis Tematik
E. Pembahasan
F. Keterbatasan Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KUNJUNGAN KEHAMILAN

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK STUNTING DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGA TAYAP DESA SUNGAI KELIK KABUPATEN

KETAPANG

Proposal Penelitian

Diajukan oleh

MEGAWATI

NIM: SNR 18213047

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KELAS KHUSUS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2020
3

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KUNJUNGAN KEHAMILAN

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK STUNTING DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGA TAYAP DESA SUNGAI KELIK KABUPATEN

KETAPANG

Proposal Penelitian

Diajukan oleh

MEGAWATI

NIM: SNR 18213047

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KELAS KHUSUS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2020
4

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KUNJUNGAN KEHAMILAN

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK STUNTING DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGA TAYAP DESA SUNGAI KELIK KABUPATEN

KETAPANG

Proposal Penelitian

Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S1 pada Program Studi S1

Keperawatan Non Reguler

Diajukan oleh

MEGAWATI

NIM: SNR 18213047

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER KELAS KHUSUS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

TAHUN 2020
5

PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KUNJUNGAN KEHAMILAN

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK STUNTING DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS NANGA TAYAP DESA SUNGAI KELIK KABUPATEN

KETAPANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


MEGAWATI
NIM: SNR 18213047

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal


Pada tanggal ....................
Susunan Dewan Penguji

Nama Penguji Tanda Tangan

( )
( ) ................................
Ns.Lilis Lestari,M.Kep
NIDN. 1185740 ................................
Ns.Annisa Rahmawati,M.Kep
NIDN. 1122088903 ..................................
Proposal penelitian ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
Memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Pontianak, 2020
Ketua STIK Ketua Program Studi

DR. Haryanto,MHS Ns.Gusti Jhoni Putra,S.Kep.M.PD.,M.Kep


NIDN.1131017701 NIDN.1116108503
6

PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

PENGALAMAN KUNJUNGAN KEHAMILAN PADA IBU YANG MEMILIKI

ANAK STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGA TAYAP

DESA SUNGAI KELIK KABUPATEN KETAPANG

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

MEGAWATI

NIM: SNR 18213047

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal Penelitian

Pada tanggal ....................

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Ns.Annisa Rahmawati,M.Kep Ns.Lilis Lestari,M.Kep


NIDN. 1122088903NIDN. 1185740
7

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Bismilahirrahmanirahim, Alhamdulillahirabbil’alamin Penulis Ucapkan

kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,shalawat dan salam

semoga selalu tercurah kepada kekasih umat,Nabi akhir zaman dan manusia

panutan,Rasullah Muhammad SAW,keluarga dan sahabat,sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Studi Fenomenologi

Pengalaman Kunjungan Kehamilan Pada Ibu yang Memilki Anak Stunting Di

Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Tayap Desa Sungai Kelik Kabupaten Ketapang”

tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam rangkaian kegiatan

penyusunan proposal penelitian ini banyak mengalami hambatan dan tidak dapat

melaksanakan sesuai rencanaapabila tidak didukung oleh berbagai pihak.Untuk itu

pada kesempatan ini tidak lupa mengucapkan banya terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Haryanto,MHS Selaku ketua STIK Muhammadiyah Pontianak

memberikan kesempatan kepada peneliti menyusun proposal penelitian

ini.

2. Bapak Ns.Gusti Jhoni Putra, S.Kep.,M.PD.,M.Kep,selaku ketua Prodi

S1Keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak.

3. Ibu Ns.Lilis Lestari, M.Kep selaku pembimbing I,yang banyak membantu

dan memberikan masukan hingga proposal penelitian ini dapat dilakukan

4. Ibu Ns.Annisa Rahmawati, M.Kep selaku pembimbing II


8

5. Dosen dan seluruh staf akademik STIK Muhammadiyah Pontianak yang

telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal

lainyang membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Kepala Puskesmas Nanga Tayap Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten

Ketapang,yang telah memberikan kesempatan dan memberikan izin

kepada peneliti dalam melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas

Nanga Tayap.

7. Suami,orang tua,keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan

materil dan selalu mendo’akan setiap saat sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini.

8. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi S1 Non Reguler STIK

Muhammadiyah Pontianak yang saling memberikan motifasi dan bantuan

dalam proses menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada proposal

penelitian ini,oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan sebagai dasar penelitian di waktu yang akan datang.

Pontianak, Desember 2019

Penulis
9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PENGESAHAN
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting (balita pendek) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan

sangat pendek hingga melampaui defisit -2SD dibawah median panjang atau

tinggi badan.Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometri tinggi

badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai

pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka

panjang,akibat dari gizi yang tidak memadai.Stunting merupakan

pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat

dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi ( ACC/SCN, 2000).

Stunting merupakan masalah yang serius yang terjadi diIndonesia saat

ini. Laporan UNICEF tahun 2010 satu dari tiga anak di Indonesia mengalami

Stunting. Prevalensi anak Stunting di seluruh dunia adalah 28,5 %,di

Indonesia menurut laporan yang di berikan oleh UNICEF diperkirakan

sebanyak 7,8 juta anak mengalami stunting,sehingga Indonesia masuk dalam

5 besar negara dengan jumlah anak stunting tinggi (UNICEF, 2010). Data

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi kejadian

stunting secara nasional adalah 35,6 %, kemudian pada tahun 2013 terdapat

37,2 % anak dengan stunting yang berarti telah terjadi peningkatan sebanyak

1,6 %.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 terdapat 10 daerah dengan angka

stunting tertinggi di Indonesia dan Kalimantan Barat berada di urutan pertama


11

dengan angka stunting di daerah ini sebanyak 34% atau dialami oleh 139.884

anak.Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 Kabupaten Ketapang memiliki

stunting sebanyak 24,2 % dengan kategori pendek 21,2 % dengan kategori

sangat pendek. Data ini lebih tinggi dibandingkan dengan data anak stutingdi

daerah Kabupaten Kubu Raya sebanyak 9,2% dengan kategori pendek, 6,9 %

dengan kategori sangat pendek. Padahal kedua kabupaten ini terletak didekat

ibukota provinsi Kalimantan Barat dengan akses yang mudah dicapai tetapi

fenomena yang ada Kabupaten Ketapang menempati posisi tinggi angka

stunting dibandingkan kabupaten lainnya khususnya Kabupaten Kubu Raya.

Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Ketapang memiliki jumlah anak

stuntingyang lebih tinggi dan membutuhkan perhatian yang serius. Desa

Sungai kelik Kecamatan Nanga Tayap merupakan desa yang terletak di

wilayah Kabupaten Ketapang, yang pada tahun 2019 terdapat 39,2% anak

stuntingdengan kategori pendek,13,7% dengan kategori sangat

pendek,sehingga total stunting di desa Sungai Kelik 52,9% dari total sampel

PSG sebanyak 51 anak. (Profil Puskesmas Nanga Tayap, 2019).

Stunting disebabkan oleh berbagai macam faktor,salah satunya yaitu

pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil. Berdasarkan hasil studi pendahuluan

masih banyak ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kandungan nya ke

fasilitas pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas) dengan berbagai faktor

dan alasan. Namun, fenomena lainnya yang terjadi adalah adanya sebagian

ibu hamil yang sudah memeriksakan kehamilan nya ke puskesmas, tapi masih

juga di dapatkan anak nya mengalami stunting. Hasil penelitian Aulia Amini
12

pada tahun 2017 menyatakan bahwa pemeriksaan pada masa kehamilan

berpengaruh besar terhadap kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan

dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif secara Case Control

dengan sampel penelitian nya anak balita usia 12-59 bulan.

Penelitian ini juga melaporkan adanya temuan kejadian anak stunting

pada ibu yang aktif berkunjung ke Puskesmas (K1-K4) saat hamil. Penelitian

ini memiliki keterbatasan, belum tergalinya alasan ibu yang rutin berkunjung

ke puskesmas tetapi masih memiliki anak stunting. Hasil penelitian berbeda

diungkapkan Nadiyah (2014) menyatakan tidak ditemukan hubungan yang

signifikan antara ANC (Ante Natal Care) dengan stunting di Provinsi

Bali,Jawa Barat & Nusa Tenggara Timur.Berbeda dengan penelitian

Shrimpton & Kachondham (2003) di Korea Utara yang menunjukan adanya

hubungan yang kuat antara frekuensi ANC dengan Stunting pada anak usia 0-

23 bulan.

Pada penelitian Khoirun Ni’mah, dkk (2015) menyatakan terdapat

hubungan antara panjang badan lahir balita, riwayat ASI eksklusif,

pendapatan keluarga, pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu, serta ANC

terhadap kejadian stunting pada balita. Penelitian Garrido (2009) menyatakan

bahwa impactdari kunjungan ANC (secara kualitas dan kuantitas) yang

direkomendasikan oleh WHO untuk negara berkembang terlihat baik di

daerah perkotaan,sementara di daerah pedesaan masih kurangnya jumlah

kunjungan ANC disebabkan oleh rendahnya kualitas ANC.Sementara kualitas

ANC itu sendiri menentukan status gizi anak selanjutnya dibandingkan


13

sekedar jumlah kunjungan ANC yang direkomendasikan minimal sebanyak

empat kali.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan eksplorasi

penelitian tentang “Studi Fenomenologi Pengalaman Kunjungan Kehamilan

Pada Ibu Yang Memiliki Anak Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanga

Tayap Desa Sungai Kelik Kabupaten Ketapang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka,perumusan masalah pada

penelitian ini adalah;“Bagaimana pengalaman ibu saat melakukan kunjungan

kehamilan (ANC) pada saat ibu hamil yang memiliki anak stunting”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui lebih dalam pengalaman ibu saat melakukan

kunjungan kehamilan (ANC) dengan ibu yang memiliki anak stunting di

wilayah kerja Puskesmas Nanga Tayap Desa Sungai Kelik Kabupaten

Ketapang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang Program ANC (K1-K4)

terkait kejadian anak stunting.

b. Mengetahui pengalaman ibu hamil selama berkunjung ANC (K1-K4).

c. Mengetahui masalah yang dihadapi selama kunjungan kehamilan

(ANC K1-K4).
14

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat terutama pada ibu hamil agar dapat melakukan kunjungan

kehamilan (ANC) baik secara kualitas maupun kuantitas minimal

sebanyak empat kali (K1-K4).

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengetahui

penyebab awal terjadinya stunting,sehingga dapat dicegah secara dini

dengan dilakukan berbagai upaya-upaya yang maksimal melalui program-

program yang sudah ada.

3. Bagi Peneliti

Dapat menjadi rujukan pada peneliti berikutnya untuk meneliti tentang

kejadian stuntingdi Kabupaten Ketapang.


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. PengertianStunting

Menurut WHO (2006) Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada

anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis

sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.Kekurangan gizi terjadi sejak

bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir,akan tetapi

kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek

(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan

panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umur nya

dibandingkan dengan standar baku.

Definisi stunting menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tahun

2010 adalah anak balita dengan nilai z-score nya kurang dari -2SD/standar

deviasi (stunted)dan kurang dari -3SD (severely stunted), (Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil

Presiden,2017).Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang

atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini

diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih -2SD (Standar

Deviasi) standar pertumbuhan anak dari WHO.

Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh

banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,gizi ibu saat hamil,kesakitan

pada bayi,dan kurangnya asupan gizi bayi.Balita stunting di masa yang


16

akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan

fisik dan kognitif yang optimal (Buletin Stunting, 2018).

2. Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu

yang lama sejak konsepsi sampai anak berusia 2 tahun,anak sering sakit

terutama diare,campak,TBC dan penyakit infeksi lainnya,keterbatasan air

bersih dan sanitasi,ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang

rendah.Kekurangan gizi dalam waktu yang lama itu jerjadisejak janin

dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama

kelahiran).Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan

bergizi,rendahnya asupan vitamin dan mineral serta buruknya keragaman

pangan dan sumber protein hewani (Buletin Stunting, 2018).

Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku

dan praktik pada pemberian makanan kepada anak juga menjadi penyebab

anak stunting.Apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan

baik,ibu yang masa remaja nya kurang nutrisi,bahkan di masa kehamilan

dan masa laktasi akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuh

dan otak anak (Kemenkes,2018).

3. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Stunting

Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang

dimakan dan keadaan kesehatan.Kualitas dan kuantitas makanan seseorang

tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut,ada tidaknya

pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan


17

karakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan.Keadaan kesehatan juga

berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan,

daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap

pelayanan kesehatan (Pramuditya SW,2010).

a. Asupan Zat Gizi

Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di

kalangan balita ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat

kekurangan konsumsi makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi.

Zat energi digunakan oleh tubuh sebagai sumber tenaga yang tersedia

pada makanan yang mengandung karbohidrat, protein yang digunakan

oleh tubuh sebagai pembangun yang berfungsi memperbaiki sel-sel

tubuh. Kekurangan zat gizi disebabkan karena mendapat makanan

tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan atau ketidakseimbangan

antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif

maupun kualitatif (Irianton,2015).

Asupan makan yang tidak adekuat merupakan penyebab langsung

terjadinya stunting pada balita.Kurangnya asupan energi dan protein

menjadi penyebab gagal tumbuh telah banyak diketahui.Kurangnya

beberapa mikronutrien juga berpengaruh terhadap terjadinya retardasi

pertumbuhan linear. Kekurangan mikronutrien terjadi karena

rendahnya asupan bahan makanan sumber mikronutrien tersebut dalam

konsumsi balita sehari-hari disebabkan karena bioavailabilitas yang

rendah (Mikhail,et al., 2013).


18

Faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi yaitu:

1). Daya beli keluarga

Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan

keluarga.Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang

menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah

yang dibutuhkan.Adapula keluarga yang mempunyai penghasilan

yang cukup namun sebagian anaknya berstatus kurang gizi

(Irianton,2015).

Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlahnya dan jenis

makanan cenderung untuk membaik tetapi mutu makanan tidak

selalu membaik (Aditianti,2010).Anak yang tumbuh dalam suatu

keluarga yang miskin paling rentan terhadap kurang gizi diantara

seluruh anggota keluarga dan yang paling kecil biasanya paling

terpengaruh oleh kekurangan pangan.Jumlah keluarga juga

mempengaruhi keadaan gizi (Welassih,2012).

2). Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang

ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makan

keluarga,serta pengasuhan dan perawatan anak.Bagi keluarga

dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah

menerima informasi kesehatan khusus nya dibidang gizi, sehingga

dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari (Depkes RI,2015).


19

Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita bukan hanya

bermanfaat bagi penambahan pengetahuan dan peningkatan

kesempatan kerja yang dimilikinya,tetapi merupakan bekal atau

sumbangan dalam upaya memenuhi kebutuhan dirinya serta

mereka yang tergantung padanya.Wanita dengan tingkat

pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih baik taraf

kesehatannya (Pramuditya,2010).

Jika pendidikan ibu dan pengetahuan ibu rendah akibatnya ia

tidak mampu untuk memilih hingga menyajikan makanan untuk

keluarga memenuhi syarat gizi seimbang (UNICEF,2010).Hal ini

senada dengan hasil penelitian di Meksiko bahwa pendidikan ibu

sangat penting dalam hubungan nya dengan pengetahuan gizi dan

pemenuhan gizi keluarga khusus nya anak,karena ibu dangan

pendidikan rendah akan sulit menyerap informasi gizi sehingga

dapat beresiko mengalami stunting (Hizni, et al.2010).

3). Pengetahuan gizi ibu

Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini

disebut golongan rawan.Masa peralihan antara saat disapih dan

mengikuti pola makan orang dewasa atau bukan anak,merupakan

masa rawan karena ibu atau pengasuh mengikuti kebiasaan yang

keliru.Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi akan

dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan

pertumbuhan anak (Rahayu,2014).


20

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor,antara

lain pendidikan yang perah dijalani,faktor lingkungan sosial dan

frekuensi kontak dengan media masa juga mempengaruhi

pengetahuan gizi.Salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi

adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk

menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari

(Suhardjo,2007).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi

perubahan sikap dan perilaku di dalam pemilihan bahan

makanan,yang selanjutnya akan berpengaruh pula pada keadaan

gizi individu yang bersangkutan.Keadaan gizi yang rendah di

suatu daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi secara

nasional (Mulyati,2009).Hasil penelitian Taufiqurrahman (2013)

dan Pores,dkk (2014) menyatakan bahwa pengetahuan orang tua

tentang pemenuhan gizi berpengaruh dengan kejadian stunting.

b. Riwayat kehamilan

1). Usia ibu hamil

Usia ibu mempunyai hubungan yang erat dengan berat bayi

lahir,pada usia ibu yang masih muda,perkembangan organ-organ

reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal.Selain itu emosi

dan kejiwaan nya belum cukup matang,sehingga pada saat

kehamilan ibu tersebut belum dapat menghadapi kehamilannya

secara sempurna,dan sering terjadi komplikasi-komplikasi.Telah


21

dibuktikan pula bahwa angka kejadian persalinan kurang bulan akan

tinggi pada usia dibawah 20 tahun dan kejadian paling rendah pada

usia 26-35 tahun,semakin muda usia ibu maka yang dilahirkan akan

semakin ringan (Asiyah, 2010) .

Resiko kehamilan akan terjadi pada ibu yang melahirkan dengan

usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun erat kaitan nya

dengan kejadian kankerrahim dan BBLR.Usia ibu yang beresiko

akan berpotensi untuk melahirkan bayi BBLR,bayi yang BBLR akan

berpotensi untuk menjadi stunting (Depkes RI,2013).

2). Hamil dengan KEK (Kurang Energi Kronis)

Kurang energi kronis merupakan keadan dimana ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu (Depkes

RI,2012).Kekurangan energi kronik (KEK) dapat terjadi pada wanita

usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).Kurang gizi akut

disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang

cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi)untuk satu

periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein

(untuk melawan),muntah dan mencret (diare) dan infeksi lainnya

(Syukur, 2017).

Lingkar lengan atas (LILA) sudah digunakan secara umum di

Indonesia untuk mengidentifikasi ibu hamil resiko Kurang Energi

Kronis (KEK). Batas ibu hamil yang disebut resiko KEK jika ukuran
22

LILA < 23,5 cm. Pada ibu hamil dengan resiko KEK mempunyai

kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(Departemen Kesehatan RI, 2010).

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan

komplikasi pada ibu antar lain anemia,perdarahan,mempersulit

persalinan sehingga terjadi persalinan lama,prematuritas,perdarahan

setelah persalinan,bahkan kematian ibu (Muliarini,2010).Ibu hamil

yang menderita KEK dan anemia beresiko mengalami Intrauterine

Growth Retardation (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat,dan

bayi yang dilahirkan mengalami BBLR jika tidak segera ditangani

dengan baik maka anak tersebut akan beresiko stunting (Pusat dan

Data Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2011).

3). Kadar Hb (Hemoglobin)

Pada masa kehamilan seringkali terjadi kekurangan zat besi

dalam tubuh karena selama kehamilan jumlah zat besi yang

dibutuhkan tubuh bertambah 2x lipat,jika tidak mendapatkan nya

dalam jumlah yang cukup, maka tubuh akan merasa lelah dan mudah

terserang penyakit infeksi.Zat besimerupakan mineral yang

dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin).Selain

itu komponen ini juga sangat berperan untuk membentuk mioglobin

(protein yang membawa oksigen ke otot),serta enzim zat besi juga

berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh (Dewi,2013).


23

Saat hamil kebutuhan akan zat besi meningkat hal ini karena

pada saat hamil volume darah meningkat sampai 50 %,volume darah

meningkat disebabkan karena terjadi pengenceran darah,kebutuhan

pembentukan plasenta,dan pertumbuhan janin.Hemoglobin (Hb)

adalah metaloprotein atau protein yang mengandung zat besi dalam

sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru

ke seluruh tubuh.Pada dasarnya berat bayi lahir tidak langsung

dipengaruhi oleh Hb,karena berat bayi dipengaruhi oleh dua faktor

pertumbuhan janin intrauterin faktor internal dan faktor ekternal ibu

hamil,kadar Hb termasuk faktor internal (Nurkhasanah,2008).

Kadar Hb wanita sehat adalah 12 mg/dl,kekurangan Hb biasa

disebut anemia.Kadar Hb menggunakan satuan gram/dl,yang artinya

banyak gram hemoglobin dalam 100 mililiter.Dikatakan anemia

ringan apabila Hb < 11 gr/dl yaitu sekitar 9-11 gr/dl dan anemia

berat yaitu Hb < 7 gr/dl.Anemia pada kehamilan dapat

mengakibatkan persalinan prematur, abortus, infeksi, mola

hidatidosa, hiperemesis gravidarum dan KPD (Setiawan, 2013)

Pemeriksaan Hb dilakukan minimal dua kali selama kehamilan

yaitu pada trimester pertama dan trimester ketiga.Tinggi rendah nya

kadar Hb selama kehamilan berpengaruh terhadap berat bayi lahir

karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin di dalam

kandungan. Pemeriksaan Hb dilakukan pada trimester ketiga

kehamilan karena merupakan massa dimana terjadinya pertumbuhan


24

janin yang lebih cepat dibandingkan trimester sebelumnya,jika kadar

Hb ibu hamil pada trimester ketiga rendah maka dapat

mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat atau BBLR yang

berpotensi menjadi stunting (Makhoul,2007 &Utami,2013).

4). Frekuensi Ante Natal Care (ANC)

Pemeriksaan selama kehamilan bertujuan untuk menelusuri hal-

hal yang sekecil-kecilnya mengenai segala sesuatu yang mungkin

dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya (Oswari E,2008).

Antenatal Care (ANC) adalah perawatan yang diberikan kepada ibu

hamil,secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap

kelainan yang ditemukan sesuai dengan pedoman pelayanan

antenatal.Pelayanan ANC yang diberikan kepada ibu hamil sesuai

dengan pedoman pelayanan KIA yaitu pemeriksaan ANC minimal 4

kali selama kehamilan,dengan ketentuan 1 kali pada tribulan I, 1 kali

pada tribulan II, dan 2 kali pada tribulan III (Depkes RI,2003).

Pemeriksaan selama hamil sangat penting, dalam hal ini tidak

hanya jumlah kunjungan tetapi juga kualitas dari pelayanan ANC itu

sendirisangat menentukan hasil yang akan dicapai. Pemeriksaan

kehamilan sangat bertujuan untuk mengenal atau mengidentifikasi

masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama

masa kehamilan dapat dipelihara dan yang terpenting ibu dan bayi

berada dalam keadaan sebaik mungkin pada saat persalinan. Jika

pemeriksaan kehamilan nya kurang maka semakin meningkat resiko


25

untuk terjadinya BBLR (Depkes RI, 2010) sehingga berpotensi

untuk terjadinya stunting.

c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR merupakan prediktor penting dengan usia kehamilan kurang

dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram.Semakin

awal bayi lahir,maka semakin belum sempurna perkembangan organ-

organ tubuh nya,dan semakin rendah berat badan nya saat lahir maka

semakin tinggi resiko mengalami komplikasi berbahaya.Dampak dari

BBLR sangat erat kaitannya dengan mortilitas janin.Keadaan ini dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif,kerentanan

terhadap penyakit kronis di masa yang akan datang (Depkes RI, 2009).

BBLR berperan penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi

baru lahir yang berhubungan dengan resiko tinggi pada kematian bayi

dan anak (WHO,2017).

Dampak lanjutan dari BBLR adalah gagal tumbuh. Selanjutnya

bayi BBLR memiliki potensi menjadi stuntingtiga kali lebih besar

dibandingkan yang non BBLR, pertumbuhan yang terganggu bisa

menyebabkan wasting dan resiko malnutrisi (Sirajudin, 2011).

1). Pencegahan BBLR

Upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam

menurunkan insiden dengan BBLR di masyarakat, upaya yang

dapat dilakukan adalah:


26

a). Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal

empat kali selama massa periode kehamilan yakni 1 kali pada

trimester I,1 kali pada trimester II, 2 kali pada trimester III

b). Dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah

lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400

mikrogram vitamin B asam folat setiap hari.Berat badan

dikontrol selama kehamilan dari pertambahan berat badan awal

dikisaran 12,5 – 15 kg.

c). Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman

beralkohol, aktifitas fisik yang berlebihan.

d). Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan

perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga

kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.

e). Pengontrolan oleh bidan secara berkesinambungan sehingga

ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat. (Suprayanto, 2013)

d. ASI eksklusif

Pemberian ASI secara dini dan eksklusif sekurang-kurangnya 4-6

bulanakan membantu mencegah berbagai penyakit anak,termasuk

gangguan lambungdan saluran nafas,terutama asma pada anak-anak.Hal

ini disebabkan adanya antibodypenting yang ada dalam kolostrum ASI

(dalam jumlah yang lebih sedikit),akan melindungi bayi baru lahir dan
27

mencegah terjadinya alergi.Oleh karena itu semua bayi baru lahir harus

mendapatkan kolostrum(Aprilia,2009).

Inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

dapat mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan

mereduksi risiko penyakit infeksi (WHO,2010),hal ini karena:

1).Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang

mengundangsejumlah besar faktor protektif yang memberikan

proteksi aktif dan pasif terhadap berbagai jenis pathogen.

2).ASI eksklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang

terkontaminasi melalui air, makanan, atau cairan lainnya.Juga dapat

mencegah kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat

penyebab alergi pada susu formula atau makanan.

3). Komposisi ASI Menurut Purwanti (2004):

a). Kolostrum

Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan

minggu pertama setelah bayi lahir,merupakan ASI yang keluar

dari hari pertama sampai hari ke 4 yang kaya zat anti infeksi dan

berprotein tinggi.Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari

ASI mature.Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna

kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang

menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman

penyakit.Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk

membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir.


28

Volume nya bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari

selama 3 hari pertama,tergantung dari paritas ibu.

b). ASI peralihan/transisi

Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI

mature (kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah

melahirkan).Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar

karbohidrat dan lemak makin tinggi.Volumenya juga akan

makin meningkat.

c). ASI mature

ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke 14

dan seterusnya, komposisi relative konstan.Pada ibu yang sehat

dengan produksi ASI cukup,ASI merupakan makanan satu-

satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6

bulan.

Tabel 1.Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)


No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1 Energi Kka 58.0 70
2 Protein lG 2.3 0.9
3 Kasein M 140.0 187.
4 Laktosa g mg 0
5 Lemak G 5.3 7.3
6 2.9 4.2
7 Vitamin A G 75.0
Vitamin B1 Ug 151.
8 0 14.0
9 Vitamin B2 Ug 40.0
Vitamin Ug 1.9
10 30.0 0.1
11 B12 Ug 0.05 35.0
12 Kalsium M 39.0 100.
Zat besi g 70.0 0
Fosfor M 14.0 15.0

Sumber: Food and Nutrition Board National research Council,dalamSiregar,2004


29

4). Kandungan nutrisi dalam ASI

Menurut Baskoro (2008) ASI mengandung komponen mikro dan

makro nutrisi yaitu ;

a). Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan

berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak.Kadar

laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali rasio jumlah

laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI

dirasakan lebih manis dibandingkan dengan PASI.Hal ini

menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik

cenderung tidak mau minum PASI (Baskoro, 2008).

Karnitin mempunyai peran membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan

metabolisme tubuh.Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat

ASI lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat

susu formula.Hidrat arang yang ada dalam ASI merupakan

nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel saraf otak dan

pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf (Arum, 2016).

Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium

mempertahankan faktor bifidus di dalam usus (faktor yang

menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan

menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang


30

menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum

sebagai antibody bayi (Dwi, 2009).

b). Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan

PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur

protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem

pencernaan bayi yaitu protein unsur Whey.Perbandingan

protein unsur Whey dan casein dalam ASI adalah 65:

35,sedangkan PASI 20:80.Artinya protein dalam PASI hanya

sepertiga protein ASI yang dapat diserap oleh sistem

pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak

protein (Haryono, 2014).

c). Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian

meningkat jumlahnya.Lemak dalam ASI berubah kadarnya

setiap kali diisap oleh bayi, hal ini terjadi secara

otomatis,karena komposisi lemak pada lima menit pertama

isapan akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah

menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

dibutuhkan (Nurhaeni, 2009).

Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak

rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan

sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.Lemak


31

dalam bentuk Omega 3,Omega 6 dan DHA yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.Sedangkan

susu formula tidak mengandung enzim,karena enzim akan

rusak jika dipanaskan,sehingga bayi akan sulit untuk menyerap

lemak PASI maka akan menyebabkan bayi lebih mudah

terkena diare (Haryono, 2014).

Jumlah asam linoleat dalam ASI juga sangat tinggi dengan

perbandingan dengan PASI yaitu 6:1.Asam linoleat ini adalah

jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang

berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi

(Nurhaeni, 2009).

d). Mineral

ASI memiliki kadar mineral yang lengkap walaupun

kadarnya relatif rendah,tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi

sampai umur 6 bulan.Zat besi dan kalsium dalam ASI

merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan

jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat

diserap,karena hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta

mengganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan

pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga

mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal (Lesmana,

2011).
32

Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan

metabolisme (Depkes RI,2013).

e). Vitamin

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat

memenuhi kebutuhan bayi sampai 6 bulan,kecuali vitamin K

karena bayi baru lahir usus nya belum mampu membentuk

vitamin K.Kandungan vitamin yang ada dalam ASI adalah

vitamin A,vitamin B dan vitamin C (Nurhaeni, 2009).

5). Volume ASI

Pada bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum

pada payudara ibu hamil.Setelah persalinan apabila bayi mulai

mengisap payudara,maka produksi ASI bertambah secara

cepat.Dalam kondisi normal,ASI diproduksi sebanyak 10-100 cc

pada hari pertama.Produksi ASI menjadi tetap setelah hari ke 10

sampai ke 14.Bayi yang sehat akan mengkonsumsi sebanyak 700-

800 cc ASI per hari.Namun kadang ada yang mengkonsumsi

kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap

menunjukan tingkat pertumbuhan yang sama (Haryono, 2014).

Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang berat,baik

pada waktu hamil maupun munyusui dapat mempengaruhi volume

ASI.Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu sekitar 500-700 cc

pada usia 6 bulan pertama,400-600 cc pada 6 bulan kedua dan 300-

500 cc pada tahun kedua (Depkes RI,2010).


33

6). Manfaat ASI

a). Manfaat ASI bagi bayi

Manfaat pemberian ASI eksklusif yaitu (1) sebagai nutrisi,

(2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh, (3) menurunkan resiko

mortalitas,resiko penyakit akut dan kronis, (4) meningkatkan

kecerdasan,(5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang,

(6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia selama 6 bulan, (7) Mengandung

asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak,(8)

Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis,kanker, dan

mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung, (9)

Menunjang perkembangan motorik (Notoatmodjo,2010).

b). Manfaat ASI bagi ibu

Manfaat ASI bagi ibu; (1) Pemberian ASI memberikan 98

% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama

sesudah kelahiran bila diberikan ASI eksklusif dan belum terjadi

menstruasi kembali, (2) Menurunkan resiko kanker payudara

dan ovarium, (3) Membantu menurunkan berat badan setelah

melahirkan (4) Menurunkan resiko DM Tipe 2, (5) Pemberian

ASI sangat ekonomis, (6) Mengurangi perdarahan bila langsung

menyusui setelah melahirkan, (7) Mengurangi beban kerja ibu

karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja, (8)


34

Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi

(Aprilia,2019).

c). Manfaat ASI bagi keluarga

Manfaat ASI bagi keluarga: (1) Tidak perlu uang untuk membeli

susu formula, (2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya

lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya

kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran karena efek

kontrasepsi dari ASI eksklusif, (4) Menghemat waktu keluarga bila

bayi lebih sehat, (5) Pemberian ASI pada bayi bearti hemat tenaga

bagi keluarga sebab ASI selalu siap sedia (Ratih, 2009).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi stunting lebih

banyak terjadi karena tidak diberi ASI eksklusif.Yang tidak diberi

ASI eksklusif,memiliki resiko menjadi stunting 6,54 kali

dibandingkan dengan diberi ASI eksklusif (Aprilia,2009).Penelitian

lain mengemukakan bahwa yang tidak mendapatkan ASI eksklusif

akan 3,2 kali menderita gizi buruk dan 6,9 kali resiko menjadi

stunting (Media Gizi Masyarakat Indonesia,2012).

e. MP ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau

usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI.MP-ASI

merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga.Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara


35

bertahap baik bentuk maupun jmlahnya,sesuai dengan kemampuan

bayi.Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting

untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan yang sangat

pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hyginietas dalam

pemberian MP-ASI tersebut (Soenardi, 2000).

Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinan

terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan resiko atau

infeksi pada bayi.Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih

mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI

menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI

saja.Peranan makanan tambahan menjadi sangat penting untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi tersebut.Makanan Pendamping ASI

dapat disiapkan secara khusus untuk bayi atau makanannya sama

dengan makanan keluarga, namun teksturnya disesuaikan dengan usia

bayi dan kemampuan bayi dalam menerima makanan (Mufida.dkk,

2015).

1). Tujuan pemberian MP-ASI

Umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan

yang terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai

membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut MP-

ASI,yang mana bertujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi

kebutuhan bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan


36

fisik dan psikomotorik yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi

supaya memiliki kebiasaan makanan yang baik (Husaini, 2001).

Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam

pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas dan kuantitas

makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam.MP-ASI

diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam

proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan

makan yang baik (Ariani, 2008).

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan

zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi

kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan

tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan

nutrisi total dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (Mufida,2015).

2). Persyaratan MP-ASI

MP-ASI diberikan sejak bayi berusia 6 bulan. Makanan ini

diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-nutrien untuk

pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi lagi hanya

dengan pemberian ASI.MP-ASI hendaknya bersifat padat

gizi,kandungan serat kasar dan bahan lain yang sukar dicerna

seminimal mungkin,sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya akan

mengganggu proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi (Ariani,

2008).
37

MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis bahan pangan, tetapi

merupakan suatu campuran dari beberapa bahan pangan dengan

perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi

yang tinggi.Pencampuran bahan pangan hendaknya didasarkan atas

konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan

saling menutupi kekurangan asam amino esensial,serta diperlukan

suplementasi vitamin,mineral serta energi dari minyak atau gula

untuk menambah kebutuhan gizi (Depkes RI, 2010).

3). Resiko pemberian MP.ASI terlalu dini

Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan

tekstur makanan yang sesuai perkembangan usia balita. Jika

pemberian dilakukan belum diatas usia 6 bulandimana kemampuan

pencernaan bayi belum siap menerima makanan

tambahan.Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare (Ariani,

2008).

Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di

Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang

sudah diberi MP-ASI sejak usia satu bulan,bahkan

sebelumnya.Pemberian MP-ASI secara dini juga akan mengurangi

konsumsi ASI, dan bila terlambat akan menyebabkan bayi kurang

gizi.Bayi yang mengkonsumsi ASI,makanan tambahan dapat

diberikan setelah usia enam bulan (Mufida, 2015).


38

Salah satu masalah dalam pemberian makanan pada bayi

adalah terhentinya pemberian ASI dan MP-ASI yang tidak cukup

(Depkes RI,2010). WHO merekomendasikan pemberian ASI

eksklusif 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan pemberian

MP-ASI dengan terus memberikan ASI sampai usia 2 tahun. Pada

bayi yang diberi MP-ASI terlalu dini (< 4 bulan) beresiko

menderita stunting(Teshome,2009).

f. Infeksi

Infeksi adalah invasi (masuk kedalam tubuh) dan multiplikasi

(pertumbuhan dan perkembangan) mikroorganisme pathogen dibagian

tubuh atau jaringan, yang dapat menghasilkan cedera jaringan

berikutnya dan kemajuan untuk terbuka penyakit melalui berbagai

mekanisme seluler atau beracun.Beberapa contoh infeksi yang sering

dialami yaitu diare, enteropati, dan cacing dapat juga disebabkan oleh

ISPA, Malaria,berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi dan

inflamasi (Notoadmojo, 2010).

Konsumsi diet yang cukup tidak menjamin pertumbuhan fisik yang

normal karena karena penyakit lain seperti infeksi akut atau kronis,

dapat mempengaruhi proses yang kompleks terhada terjadinya atau

pemeliharaan defisit pertumbuhan (Anisa,2012).Hubungan penyakit

infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik

dan sebab akibat (Suiraoka et al,2011).


39

Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi

yang kurang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi

yang akibatnya dapat dapat menurunkan nafsu makan, adanya

gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan

kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit sehingga kebutuhan zat gizi

tidak terpenuhi (Supariasa et al,2012).

Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)

dengan kejadian malnutrisi.Mereka menekankan interaksi yang sinergis

antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan

mempengaruhi zat gizi dan mempercepat malnutrisi. Status kesehatan

berupa frekuensi dan durasi sakit pada balita memberikan resiko

kemungkinan terjadinya stunting pada SD di Kecamatan Malayan Kota

Manado (Tando,2012).

Penyakit infeksi akut akibat infeksi sistemik seperti Pneumonia,

diare persisten, disentri serta penyakit kronis seperti kecacingan

mempengaruhi pertumbuhan linear.Infeksi akan menyebabkan asupan

makanan menurun,gangguan absorbsi nutrien,kehilangan mikronutrien

secara langsung,metabolisme meningkat,kehilangan nutrien akibat

katabolisme yang meningkat,gangguan transportasi nutrien ke jaringan

(WHO).Sebuah penelitian di Kelurahan Kalibaru Depok menunjukan

infeksi parasit merupakan faktor resiko sebagai penyebab perawakan

pendek atau stunting(Anisa,2012).


40

4. Dampak Stunting pada Balita

Laporan UNICEF tahun 2010, beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut:

a. Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam

bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua

tahun.Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka

panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu

untuk belajar secara optimal disekolah.Stunting akan sangat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang

menyebabkan stunting adalah dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan intelektual (Oktarina, 2013).

b. Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang

kurang.Stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang

hidup, kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada masa remaja dan

kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan

mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktifitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan BBLR (Azwar, 2004).

c. Stunting terutama berbahaya pada perempuan,karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan beresiko lebih besar

meninggal saat melahirkan.Akibat lainnya kekurangan gizi terhadap

perkembangan sangat merugikan penampilan anak.Jika kondisi buruk

terjadi pada golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak
41

dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali.Hal

ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa

dalam kandungan sampai usia dua tahun.Apabila gangguan terus

berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13

point (Widanti, 2017).

d. Penurunan perkembangan kognitif,gangguan pemusatan perhatian dan

menghambat prestasi belajar serta produktifitas menurun sebesar 20-

30%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak

tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang

pendidikan,ekonomi dan lainnya.Generasi demikian hanya akan

menjadi beban masyarakat dan pemerintah,karena terbukti keluarga dan

pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat

warganya mudah sakit (Supariasa,2011).

5. Ante Natal Care (ANC).

a. Definisi ANC

Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) merupakan

pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu

dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga

keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi

juga mental (Wiknjosastro, 2005). Kunjungan ANC adalah kunjungan

ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa

dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal

(Saifuddin dkk, 2006).


42

Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan.Pelayanan

antenatal merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

kehamilan, sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan angka

kematian ibu.Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium atas indikasi, serta

intervansi dasar dan khusus (Depkes RI, 2004).

b. Tujuan ANC

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), tujuan utama antenatal care

adalah menurunkan/mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan

perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah:

1). Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu

dan perkembangan bayi yangnormal.

2). Mengenali secara dini peyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan yangdiperlukan.

3). Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional,

serta logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan

adanyakomplikasi.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC,

kehamilan dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai

berikut:
43

1). Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas

tanpa trauma fisik maupun mental yangmerugikan.

2). Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupunmental.

3). Ibu sanggup merawat dan memberikan ASI kepadabayinya.

4). Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti

keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.

c. Fungsi ANC

Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal care (ANC) adalah

sebagai berikut :

1). Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas

pendidikan.

2). Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko

tinggi dan merujuk bila perlu.

3). Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan

menangani masalah yangterjadi.

Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak

kesehatan bayi dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak

ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah

dan kodrati, mereka merasa tidak perlu memeriksakan kehamilannya

secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga menyebabkan

tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh

mereka bahkan bisa menyebabkan anak yang akan dilahirkannya

beresiko mengalami stunting (Maas, 2004).


44

d. Standar ANC

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, berdasarkan ketentuan

Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes RI (2010) tenaga

kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

yang terdiri dari:

1). Timbang berat badan dan tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan

janin.Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari kilogram setiap bulannya menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan janin.Pemeriksaan tinggi badan juga

dilakukan saat pertama kali ibu melakuakn pemeriksaan.Tinggi

badan ibu hamil sangat penting diketahui untuk menaksir ukuran

panggul, sehingga dapat menentukan apakah persalinan dapat

dilakukan secara normal atau operasi (Wagiyo, 2016).

2). Ukur lingkar lengan atas (LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). Kurang

energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)

dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan

dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (Kemenkes RI, 2010).


45

3). Ukuran tekanandarah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah

140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi

disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan

atauprouteinuria) (Lutfiana, 2013).

4). Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai

atau tidak dengan umur kehamilan.Jika tinggi fundus tidak sesuai

dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan

janin.Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan 24 minggu (Aprilia, 2009).

5). Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir semester I dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal.DJJ lambat kurang dari 120/menit

atau DJJ cepat dari 160/menit menunjukkan adanya gawatjanin

(Suprayanto, 2013).

6). Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir semester II

dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada semester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
46

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau masalah

lain (Anisa, 2012).

7). Beri imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT.Pada saat kontak pertama, ibu hamil

harus diskrining terlebih dahulu untuk mengetahui status imunisasi

TT-nya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuaikan

dengan status imunisasi ibu saat ini (Bartini, 2012).

8). Beri tablet tambah darah (tabletbesi)

Untuk mencegah anemia zat gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapatkan tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama (Indriyani, 2013).

9). Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal

meliputi:

a). Pemeriksaan golongandarah;

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untuk diperlukan apabila terjadi situasi kegawat daruratan

(Kemenkes, 2010).

b). Pemeriksaan kadar hemoglobin darah(Hb);

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester


47

ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil

tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan (Kemenkes, 2010).

c). Pemeriksaan protein dalamurin;

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester keduan dan ketiga atas indikasi.Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeklampsia pada ibu hamil (Kemenkes, 2010)

d). Pemeriksaan kadar gula darah;

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir

trimester ketiga) (Anisa, 2010).

e). Pemeriksaan darah Malaria;

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama.Ibu hamil di daerah non endemis dilakuakn

pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi (Haryono,

2014).
48

f). Pemerikasaan tes Sifilis;

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis.Pemeriksaan Sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan (Haryono,

2014).

g). Pemeriksaan HIV;

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risikotinggi

kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.Ibu

hamil setelah menjalani konseling diberi kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV

(Kemenkes, 2010).

h). Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakuakn pada ibu hamil yang dicurigai

menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.

Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan

(Kemenkes, 2010).

10). Tatalaksana/penanganankasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelaianan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk


49

sesuai dengan sistemrujukan (Saifuddin dkk, 2005).

11). KIE efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi:

a). Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat

(Kemenkes, 2010).

b). Perilaku hidup bersih dansehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan

badan selam kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum

makan, mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun,

menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta

melakukan olahraga ringan (Suprayanto, 2013).

c). Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan prencanaan

persalinan.

Setiap ibu perlu mendapatkan dukungan dari keluarga

terutama suami dalam kehamilannya.Suami, keluarga atau

masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,

transportasi rujukan dan calon donor darah.Hal ini penting

apabila tejadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar


50

segera dibawa ke fasilitas kesehatan (Depkes RI, 2009).

d). Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi.

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda

bahaya baik selam akehamilan, persalinan, dan masa nifas

misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar

cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.Mengenai tanda-

tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari

pertolongan ke tenaga kesehatan masyarakat (Baskoro, 2008).

e). Asupan gizi seimbang.

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi seimbang karena hal ini

penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat

kesehatan ibu. misalnya, ibu hamil disarankan minum tablet

tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada

kehamilannya (Anisa, 2012).

f). Gejala penyakit menular dan tidakmenular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit

menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit

tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi

pada kesehatan ibu danjaninnya.

g). Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah

tertentu (resiko tinggi).


51

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari

pelayanan kesehatan ibu dan anak.Ibu hamil diberikan penjelasan

tentang resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan

kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV

positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke

janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif

maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama

kehamilannya, menyusui danseterusnya (Kemenkes, 2010).

h). Inisiasi Menyusi Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat

kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.Pemberian

ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan (Kemenkes, 2010).

i). KB paskapersalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB

setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya

waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga

(Kemenkes, 2010).

j). Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus

neonatorum (Mufida, dkk, 2015) .


52

k). Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster)

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan

dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi

auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)

secara bersamaan ada periode kehamilan (Kemenkes, 2010).

e. Kunjungan ANC

Dewi dan Sunarsih (2011) menjabarkan tentang 4 kali kunjungan dalam

pelayanan Antenatal sebagai berikut:

1). Kunjungan Pertama (K1)

Kunjungan pertama (K1) adalah kunjungan dilakukan sedini

mungkin pada kehamilan trimester pertama yaitu sebelum minggu

ke-14 dengan tujuan sebagai berikut:

a) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum

membahayakan jiwa;

b) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya;

c) Perencanaan persalinan;

d) Membangun saling percaya;

e) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi

komplikasi;

f) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya).


53

Standar pelayanan dalam kunjungan pertama meliputi pemeriksaan

keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, lingkar

lengan atas, skrining imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet Fe,

pemeriksaan Hb, pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan

laboratorium lainnya atas indikasi serta KIE Efektif (Kemenkes RI,

2014).

2). Kunjungan Kedua (K2)

Kunjungan kedua (K2) adalah kunjungan yang dilakukan pada

usia kehamilan antara minggu ke 14-28. Tujuan kunjungan ini sama

seperti kunjungan pertama, ditambah dengan kewaspadaan khusus

mengenaihipertensi kehamilan dengan mendeteksi gejala

preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, dan proteinuria

(Kemenkes, 2010).

Standar pelayanan meliputi pemeriksaan keadaan umum, suhu

tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, presentasi

janin, denyut jantung janin, imunisasi Tetanus Toxoid, peberian

tablet Fe serta pantauan tekanan darah untuk pengkajian adanya

edema dan periksa urine untuk protein (Kemenkes RI,2010).

3). Kunjungan Ketiga (K3)

Kunjungan ketiga (K3) adalah kunjungan minimal 3 kali pada

sekitar minggu ke 28-36 dengan tujuan sama seperti pada kunjungan

kedua yang ditambah dengan deteksi kejadian kehamilan ganda.

Standar pelayanan meliputi pemeriksaan keadaan umum, suhu


54

tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, presentasi

janin, denyut jantung janin, pemberian tablet Fe serta KIE Efektif

(Kemenkes RI, 2010).

4). Kunjungan Keempat (K4)

Kunjungan keempat adalah minimal dilakukan 4 kali kunjungan

pada usia kehamilan antara minggu ke 36-38. Tujuan dilakukannya

K4 sama seperti kunjungan ketiga ditambah deteksi dini resiko

kelainan letak atau kondisi yang memerlukan kelahiran di

RumahSakit (WHO, 2006).

Standar pelayanan yang yang dilakukan meliputi pemeriksaan

keadaan umum, berat badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri,

presentasi janin, hitung denyut jantung janin, pemberian tablet Fe,

pemeriksaanlaboratorium,berupa pemeriksaan kadar Hb kembali

serta pelaksanaan KIE Efektif (Kemenkes RI,2010).

B. Keasliaan Penelitian. Commented [i-[1]: Perbaiki tulisan

Peneliti Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Penelitian
Aulia Amini Hubungan kuantitatif Kunjungan Stunting, Tempat di
(2017) Kunjungan Secara case ANC yang ANC Kabupaten
ANC dengan control tidak Lombok
kejadian Pada 3 terstandar provinsi NTB,
stunting sampel memiliki dengan
pada balita Puskesmas peluang lebih jumlah
usia 12-59 di besar sampel 128
bulan di Kabupaten meningkatkan anak balita
Kabupaten Lombok kejadian pada usia 12-
Lombok Utara. stunting 59 bulan.
Utara
Provinsi
NTB
Nadiyah (2014) Faktor resiko Kuantitatif Tidak Stunting, Tempat di
stunting dengan ditemukan ANC provinsi Bali,
55

pada anak dengan hubungan Jabar & NTT,


usia 0-23 desain cross yang jumlah subjek
bulan di sectional signifikan yang
Provinsi Bali antara ANC digunakan
,Jawa Barat dan stunting sebanyak
dan NTT 1.554 anak
pada usia 0-23
bulan.
Khoirun Faktor yang Observasio Adanya Stunting, Tempat di
Ni’mah,dkk berhubungan nal analitik hubungan ANC Puskesmas
(2015) dengan dengan yang kuat Tanah Kali
kejadian desain studi antara Kedinding,
stunting kasus frekuensi Surabaya.
pada balita kontrol ANC dan Sampel yang
stunting digunakan 34
balita.

C. Pertanyaan Penelitian.

Bagaimana pengalaman kunjungan kehamilan pada ibu yang mengalami

anak Stunting di wilayah kerja Puskesmas Nanga Tayap Desa Sungai Kelik

Kabupaten Ketapang.
56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Desain Penelitian

Rancangan dan desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi

fenomenologi yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kunjungan

kehamilan pada ibu yang memiliki anak stunting. Metode penelitian kualitatif

adalah suatu riset yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami

oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lain secara holistc dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah (Moleong, 2005).

Fenomenologi adalah suatu bentuk penelitian dimana peneliti berusaha

untuk memahami bagaimana satu atau lebih individu mengalami suatu

fenomena. Metode penelitian ini dimulai dengan memperhatikan dan

menelaah fokus pada fenomena yang diteliti dan memperhatikan aspek

subjektif dan perilaku objek, kemudian peneliti menggali informasi dengan

pemaknaan atau memberikan arti terhadap fenomena yang diteliti (Johnson,

2005).

Fokus model pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang dialami

oleh individu. Bagaimana individu memaknai pengalamnya tersebut berkaitan

dengan fenomena tertentu yang sangat berarti bagi individu yang


57

bersangkutan. Pengalaman yang dibahas disini bukan sekedar pengalan biasa,

melainkan pengalaman yang berkaitan dengan struktur dan tingkat kesadaran

individu secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena model

pendekatan fenomenologi memokuskan pada pengalaman pribadi individu,

subjek penelitiannya adalah orang yang mengalami langsung kejadian atau

fenomena yang terjadi, bukan indvidu yang hanya mengetahui suatu

fenomena secara tidak langsung atau melalui media tertentu (Ghony &

Fauzan, 2012).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau jumlah

keseluruhan dari suatu sampel yang merupakan sumber data yang sangat

penting (Arikunto, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah ibu-ibu yang

memiliki anak stunting.

2. Sampel penelitian

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari

populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2011).

Dalam studi fenomenologi melibatkan pengujian yang melibatkan


58

yang teliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia, konsep

utama dalam fenomenologi adala makna yang merupakan isi penting yang

muncul dari pengalaman kesadaran manusia untuk mengidentifikasi

kualitas yang esensial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan

mendalam dan teliti (Smith,2009).

Sampel yang diperlukan dalam penelitian fenomenologi sebanyak 1-

10 responden, (Afiyati, 2014).

C. Alur Penentuan Sampel dan Populasi Penelitian

1. Alur penentuan sampel

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif didasarkan atas

informasi yang maksimum (bukan statistik), tehnik pengambilan sampel

bersifat purposive sampling jenis variasi maksimal. Snowball digunakan

untuk partisipan dengan latar belakang PSK, HIV, yang kasusnya

sangat rahasia.Grounded merupakan pendekatan dalam kualitatif

yang paling tinggi, tidak diperkenankan untuk S1.snowball dan

grounded theory, kegiatan eksplorasi melalui pengamatan, wawancara, Commented [i-[2]: Buang kalimat ini. Diganti purposive
sampling jenis variasi maksimal. Snowball digunakan untuk
partisipan dengan later belakang PSK, HIV yang kasusnya sangat
dan telaah dokumen. Dilakukan saat mulai memasuki lapangan dan rahasia. Grounded merupakan pendekatan dalam kualitatif yang
paling tinggi. Tidak diperkenankan untuk S1.

selama penelitian berlangsung (emergent sampling design) (Sugiyono,

2011).

Peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan

akan memberikan data yang lebih lengkap, apabila penentuan unit sampel

partisipan dianggap telah memadai, partisipan telah jenuh maka tidak

perlu lagi menambahkan sampel sebagai informasi yang baru, hasil


59

penelitian dapat diterapkan kesituasi sosial langsung (Sugiyono, 2011).

Dalam menentukan sampel penelitian agar sampel yang diambil

merupakan representasi dari seluruh populasi maka perlu dilakukan

tekhnik khusus dalam pengambilan sampel, perlu ditetapkan kriteria –

kriteria yang akan menyaring seluruh anggota populasi sehingga

didapatkan sampel yang tepat, yaitu dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dipenuhi setiap masing-masing

anggota populasi yang akan dijadikan sampel. Kriteria eksklusi adalah

kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai

sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi pada Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang

memilki anak stunting yang berusia 2-5 tahun di wilayah Desa Sungai

Kelik Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang. Sedangkan

yang menjadi kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah ibu-

ibu yang memiliki anak stunting dengan penyakit bawaan atau

penyerta.

2. Populasi Penelitian

Pada penelitian kualitatif Populasi disebut sebagai subjek penelian

atau unit analisis. Menurut Bisri M. Djaelani (2008) populasi sebagai

keseluruhan objek yang relevan dengan masalah yang diteliti. Populasi

adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik

tertarik (Kenneth D. Bailey, 1994). Dari beberapa pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada


60

pada suatu wilayah topik penelian dan memenuhi syarat-syarat tertentu

berkaitan dengan masalah (Sugiyono, 2012).

Populasi dari penelitian ini adalah ibu-ibu yang memilki anak stunting

di Desa Sungai Kelik Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang.

penelitian. Commented [i-[3]: Belum ditemukan kriteria inklusi dan ekslusi


partisipan dalam penelitian ini. Mohon di tambahkan. Jika sudah
diperbaiki segera buat pedoman wawancara dan informed consent.
D. Instrumen Penelitian Segera saya ACC untuk ujian proposal.

Instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data. Menurut Arikunto (2006) menyusun instrumen bagi

kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, tidak dapat dipisahkan dari pengamatan yang

menentukan seluruh skenarionya, sehingga peneliti merupakan instrumen

utamanya, dimana peneliti terjun secara langsung megamati permasalahan

yang diteliti. Tugas Peneliti dalam penelitian kualitatif sangat komplek,

karenaberperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsiran data, dan sebagai pelapor hasil penelitiannya (Sugiyono,2007).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan disusun berupa pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumntasi yang dijabarkan

dari kisi-kisi penelitian (Sugiyono,2007).

Pada instrumen penelitian tehnik penumpulan data dalam penelitian

kualitatif dikelompokan dalam empat tipe dasar informasi, yaitu ; observasi,

wawancara, catatan lapangan, dan audiovisual (foto, CD, kaset, video

maupun rekaman) (Creswell, 2013).

Wawancara sering digunakan dalam penelitian kualitatif, bahkan sebagai


61

tehnik pengumpulan data utama. Wawancara adalah tehnik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara lisan dalam pertemuan

tatap muka secara individual (Sukmadinata, 2011).

E. Cara Analisis Data

Dari data fenomena yang diteliti dapat dikumpulkan dengan berbagai

cara, antar lain observasi dan interview.Interview yang biasa digunakan

adalah interview mendalam (in-dept interview). Data yang diperoleh dengan

in-dept interviewdapat dianalisis dengan proses analisis data dengan

Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) (Smith,2009).

Tahap IPA yang dilaksankan adalah sebagai berikut :

1. Reading and re-reading;

Bentuk kegiatan tahap ini adalah menuliskan transkrip wawancara dari

rekaman audio ke dalam transkrip dalam bentuk tulisan. Dengfan

membaca dan membaca kembali kemudian peneliti mendalami data yang

diperoleh dari transkrip yang telah dibuat yang kemudian akan membantu

dalam analisis data secara menyeluruh.

2. Initial noting;

Pada tahap ini melakukan pengujian konten dari data, kalimat serta bahasa

yang disampikan subjek pada saat wawancara. Pada tahap ini peneliti

mencatat sesuatu yang menarik dari transkrip yang telah dibuat, kemudian

dilakukan analisis dengan tujuan untuk menghasilkan catatan dan

komentar yang komprehensif dan mendetail mengenai data.


62

3. Developing Emergent Themes;

Tahap ini merupakan tahap mengembangkan kemunculan tema-tema,

dimana transkrip dibaca berulang kali, margin sebelah kiri digunakan

untuk melampirkan keterangan terhadap apa yang menarik atau bermakna

mengenai apa yang dikatakan oleh subjek.

4. Searching for conection across emergent themes;

Tahap ini adalah mencari hubungan antara tema-tema yang muncul

dilakukan setelah peneliti menetapkan seperangkat subkategori tema pada

transkrip kemudian diurutkan secara kronologis. Hubungan antara tema-

tema dikembangkan dalam bentuk tabel pemetaan dan memikirkan tema-

tema yang berhubungan satu sama lain.

5. Moving the next cases;

Tahap analisis 1-4 dilakukan pada setiap satu kasus, jika satu kasus

selesai dan dituliskan hasil analisisnya maka tahap selanjutnya berpindah

pada kasus atau partisipan berikutnya hingga selesai semua kasus.

Langkah ini dilakukan pada semua transkrip partisipan, dengan cara

mengulang proses yang sama.

6. Looking for patterns across cases

Pada tahap terakhir adalah mencari pola – pola yang muncul antar kasus,

apakah ada hubungan yang terjadi antar kasus, dan bagimana tema-tema

yang ditemukan dalam kasus yang lain memandu peneliti melakukan

penggambaran dan pelebelan kembali pada tema-tema tersebut.

(Smith,2009).
63

Pada studi fenomenologi analisis data dalam peneltian kualitatif dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Saryono, 2015);

1. Peneliti memulai mengumpulkan semua data atau gambaran menyeluruh

tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai

data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.

3. Menemukan dan mengelompokan makna pernyataan yang di rasakan oleh

responden dengan melakukan horozinalitingyaitu setiap pernyataan pada

awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan

yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang

bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa

hanya arti yang terstruktur.

4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu

ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari

fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut.

6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi

dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman

responden mengenai fenomena tersebut.

7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan

dari gambaran tersebut ditulis.

F. Etika Penelitian

Dalam penelitian perlu memperhatikan masalah etika yag melibatkan


64

subjek manusia. Hal ini menyangkut masalah tata aturan dan nilai bagi

peneliti maupun yang diteliti agar tidak terjadi benturan antar nilai yang

dianut oleh kedua belah pihak atau untuk menghindari eksploitasi dan

manipulasi yang berdampak merugikan bagi salah satu pihak

(Herdiyansyah,2010).

Peneliti harus memegang prinsip konfidensialitas dan privasi. Prinsip

konfidensialitas dan privasi diartikan sebagai suatu usaha maksimal dari

peneliti untuk menjaga kerahasiaan atribut dari subjek yang diteliti untuk

tetap dalam domain pribadi subjek dan bukan berubah menjadi domain publik

atau umum. Atribut subjek yang dimaksud dapat berupa identitas subjek, dan

lain sebagainya (Herdiyansyah,2010).

Prinsip – prinsip dalam etika penelitian menurut Setiawan (2011) adalah:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian

serta memiliki keterbatasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy) (Sugiyono,

2007).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and cofidentialy)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.


65

Sedangkan tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut (Sugiyono, 2007).

Dalam aplikasinya peneliti tidak boleh menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamat asal responden dan alat

ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas

responden. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial) sebagai pengganti

responden (Arikunto, 2006).

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-

hati, profesional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor-faktor

ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan

religius subjek penelitian (Setiawan, 2011).

Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip

keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan

dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi

dan pilihan bebas masyarakat. Dalam prosedur penelitian penelitian,

peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak responden

untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun

sesudah berpartisipasi dalam penelitian (Afiyati, 2014).


66

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti melaksankan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence) (Arikunto, 2006).

Peneliti meminimalisasikan dampak yang merugikan bagi subjek

(nonmaleficence).Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan

cedera atau stres tambahan maka subjek dikeluarkan dari kegiatan

penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun

kematian subjek penelitian (Afiyati, 2014).

G. Rencana Penelitian

1). Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti dengan

pertimbangan etika penelitia lapangan melalui tahap pembuatan

rancangan usulan penelitian hingga menyiapkan perlengkapan penelitian.

Tahap ini peneliti diharapkan mampu memahami latar belakang

penelitian dengan persiapan-persiapan diri yang mantap untuk masuk

dalam lapangan penelitian (Saryono, 2015).

2). Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini peneliti berusaha mempersiapkan diri untuk

menggali dan mengumpulkan data-data untuk dibuat suatu analisa data

mengenai Pengalaman selama ANC pada ibu-ibu yang memilki anak

stunting di Desa Sungai Kelik Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten


67

Ketapang, secara intensif setelah mengumpulkan data, selanjutnya data

dikumpulkan dan disusun (Saryono, 2015).

3). Tahap Terminasi

Pada tahap terminasi setelah peneliti mendapatkan data-data yang

sesuai dengan kebutuhan, peneliti selanjutnya membuat kontrak ulang

dengan respondenuntuk melakukan wawancara ulang supaya dapat

melakukan klarifikasi data yang diperoleh dari narasumber maupun

dokumen, kemudian setelah itu akan disusun kedalam sebuah penelitian.

Hasil dari penelitian tersebut akan diruangkan dalam bentuk laporan

sementara sebelum menulis keputusan akhir (Saryono, 2015).

H. Keabsahan Data

Kebenaran atau validitas harus dirasakan merupakan tuntutan yang terdiri

dari tiga hal menurut Bachri (2010) yakni;

1. Deskriptif

2. Interpretasi

3. Teori dalam penelitian kualitatif, untuk menerapkan keabsahan data

diperlukan tehnik pemeriksaan data didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu, yaitu;

a. Derajat kepercayaan (credebility).

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran

dari data dan informasi yang dikumpulkan (Saryono,2011). Fungsinya

adalah untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan

penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukan derajat kepercayaan


68

hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada

kenyataan ganda yang sedang diteliti (Saryono, 2011).

b. Keteralihan (transerability)

Dalam penelitian ini, peneliti menguraikan secara rinci hasil

temuan yang didapat, kemudian dibuat penjelasan tentang hasil

wawancara dalam bentuk naratif yang menceritakan rekaman

wawancara dan catatan lapangan kemudian dilakukan pembahasan

terhadap hasil penelitian mengunakan jurnal dan literatur yang sesuai

dengan topik penelitian yang didapat oleh peneliti (Saryono, 2015).

c. Kebergantungan (dependability)

Dilakukan beberapa kali pengulangan dalam kondisi yang sama

dan hasilnya secara esensial sama. Sedangkan dalam penelitian

kualitatif sangat sulit mencari kondisi yang benar-benar sama, selain

itu karena faktor manusia sebagai instrumen, faktor kelelahan dan

kejenuhan akan sangat berpengaruh. Selain itu dalam hal ini, peneliti

juga melakukan pemeriksaan dengan melibatkan seseorang yang

berkompeten dibidangnya, yaitu pembimbing penelitian (Saryono,

2015).

d. Kepastian (confirmability)

Pada penelitian kualitatif kriteria kepastian atau objektifitas

hendaknya harus menekankan pada datanya bukan pada orang atau

banyaknya orang (Saryono, 2015).


69

I. Jadwal Penelitian

Pengumpulan data dan proses analisis data pada penelitin ini dilakukan

pada bulan Maret - Mei 2020.


14

Lampiran 01.

Pedoman Wawancara

Anda mungkin juga menyukai