Anda di halaman 1dari 16

CASE STUDY

“TN A DENGAN DIABETIC FOOT ULCER


DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK”

Identitas
Nama klien : Tn. A
Usia : 61 th
Jenis Kelamin : laki-laki
Diagnosa Medik : DFU (Diabetic Foot Ulcer)

1. Pengkajian Data Fokus


Riwayat Penyakit dan Luka :
Awal mulannya kaki nya terkena paku pada tanggal 15 oktober 2019, setelah itu
lukanya tidak sembuh-sembuh dan ditandai dengan bengkak dan timbulnya nanah di kaki nya
sebelah kiri, setelah 3 hari terkena paku dibawa anaknya ke RS Kharitas Bhakti dan tidak ada
perubahan dan di bawa ke Rs Soedarso 10 hari. Setelah di cek GDS ternyata pasien ada riwayat
diabetes. Klien mengatakan ibunya juga ada riwayat diabetes. Dan klien mengatakan luka nya
sudah sekitar 2 bulan lebih, Pada saat dilakukan pengkajian terdapat luka pada kaki kiri dengan
panjang luka 15cm dan lebar luka 9cm.

GDS: 190 mg/dl


TTV:
TD 126/81 mmHg
Nadi 92 x/menit
RR 20 x/menit
T 36,6 C

Pemeriksaan laboratorium: (tidak ada)


Pemberian terapi
1) Oral
- Cefixime 2x1
- Fargesik 3x1

2) Dressing
- cuticell
- alginet
- madu
2. Masalah Keperawatan/Diagnosis
Kerusakan integritas jaringan b.d gangguan sirkulasi
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Mengetahui


integritas asuhan : TD:120/80 keadaan umum
jaringan keperawatan mmHg, N:60- pasien
selama 2 x 24 jam 100 kali/menit, 2. Mencegah
diharapkan T:36-370 tekanan pada
integritas jaringan 2. Anjurkan kulit
dapat membaik pasien untuk 3. Kulit bersih
dengan kriteria menggunakan dapat
hasil: pakaian yang menghindari
1. Perfusi longgar pembentukan
jaringan 3. Jaga kulit tetap ataupun
normal bersih dan perkembangan
2. Tidak ada kering kuman dan
tanda-tanda 4. Monitor bakteri
infeksi aktivitas dan 4. Kerusakan
3. Ketebalan dan mobilisasi integritas
tekstur pasien jaringan dapat
jaringan 5. Lakukan mengganggu
normal perawatan luka aktivitas dan
4. Menunjukkan dengan prinsip pergerakan
pemahaman steril pasien
dalam proses 6. Monitor luka: 5. Agar luka tidak
perbaikan lokasi, dimensi, terkontaminasi
luka dan kedalaman dengan bakteri
mencegah luka, tanda- 6. Mengkaji luka
terjadinya tanda infeksi untuk
cedera lokal menentukan
berulang 7. Anjarkan intervensi
5. Menunjukkan keluarga selanjutny
terjadinya tentang luka 7. Meningkatkan
proses dan perawatan pengetahuan
penyembuhan luka keluarga
luka 8. Ganti balutan tentang luka
pada interval dan perawatan
waktu yang luka
sesuai 8. Mengetahui
perkembangan
penyembuhan
luka

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Mengetahui


pengetahu asuhan penilaian pemahaman
an b.d keperawatan tentang pasien
kurangnya selama 1 x 24 jam tingkat 2. Memberika
informasi diharapkan pengetahua n informasi
mendapatkan n pasien untuk
kriteria hasil: 2. Gambarkan pemahaman
pasien tanda dan pasien
memahami gejala 3. Agar
penyakitnya infeksi glukosa
3. Anjurkan darah stabil
dapat memilih pasien 4. Makanan
makanan yang untuk yang baik
tepat mengurangi untuk di
komsusmsi komsumsi
gula 5. Untuk
4. Mendiskusi hidup yang
kan lebih sehat
makanan
yang cocok
5. Diskusikan
perubahan
gaya hidup
yang lebih
sehat

4. Implementasi

Tang Diagnosa Implementasi Respon


gal
23 Des Kerusakan 1. Menjaga kulit 1. Dilakukan perawatan
2019 integritas tetap bersih dan luka
jaringan kering 2. Pasien tampak sedikit
2. Memonitor ksulitan dalam
aktivitas dan berjalan karena
mobilisasi terdapat luka pada
pasien kaki dan terasa nyeri
3. Memonitor luka 3. Terdapat luka
4. Mengajarkan  Lokasi luka kaki kiri
keluarga tentang  Ukuran luka
luka dan  Sekitar luka terdapat
perawatan luka nekrotik 60%, slough
5. Mengganti 40%
balutam pada 4. Klien dan keluarga
interval waktu menyimak saat
yang sesuai informasi diberikan
5. Luka diperban setelah
perawatan pada
malam hari
25Des Kerusakan 1. Menjaga kulit 1. Dilakukan perawatan
2019 integritas tetap bersih dan luka
jaringan kering 2. Pasien tampak sedikit
2. Memonitor ksulitan dalam
aktivitas dan berjalan karena
mobilisasi terdapat luka pada
pasien kaki dan terasa nyeri
3. Memonitor luka 3. Terdapat luka
4. Mengajarkan  Lokasi luka kaki kiri
keluarga tentang  Ukuran luka
luka dan  Sekitar luka terdapat
perawatan luka jaringan nekrotik
5. Mengganti 60%, slough 40%,
balutam pada slough
interval waktu 4. Klien dan keluarga
yang sesuai menyimak saat
informasi diberikan
5. Luka diperban setelah
perawatan pada
malam hari
27Des Kerusakan 1. Menjaga kulit 1. Dilakukan perawatan
2019 integritas tetap bersih dan luka
jaringan kering 2. Pasien tampak sedikit
2. Memonitor ksulitan dalam
aktivitas dan berjalan karena
mobilisasi terdapat luka pada
pasien kaki dan terasa nyeri
3. Memonitor luka 3. Terdapat luka
4. Mengajarkan  Lokasi luka kaki kiri
keluarga tentang  Ukuran luka
luka dan  Sekitar luka terdapat
perawatan luka Slough 100%, dan
5. Mengganti inflamasi
balutam pada 4. Klien dan keluarga
interval waktu menyimak saat
yang sesuai informasi diberikan
5. Luka diperban setelah
perawatan pada
malam hari

Tang Diagnosa Implementasi Respon


gal
23 Des Defisiensi 1. memberikan 1. pasien tampak
penilaian
2019 pengetahua tentang belum paham
n b.d tingkat akan penyakitnya
pengetahuan
kurangnya pasien 2. pasien
informasi 2. menggambar mendengarkan
kan tanda
dan gejala saat perawat
infeksi menjelaskan
3. menganjurka
n pasien 3. pasien
untuk mengatakan akan
mengurangi
komsusmsi melakukan
gula
4. Mendiskusik anjuran perawat
an makanan 4. pasien dapat
yang cocok
5. mendiskusik mendiskusikan
an perubahan makanan yang
gaya hidup
yang lebih cocok dengan
sehat sangat memahami
5. pasien
mengatakan
sudah berusaha
untuk merubah
pola hidup yang
sehat

6. Evaluasi
Tanggal Diagnosa Evaluasi
23 des Kerusakan S: Klien mengatakan terdapat luka dikaki kiri
integritas Pasien mengatakan lukanya terasa nyeri
2019 jaringan
O:Dilakukan perawatan luka: surgical debridement dan
dressing luka kaki diabetik menggunakan cuticell.
Terdapat luka
Lokasi luka di kaki sebelah kiri
Ukuran luka: 15 x 9cm
Klien dan keluarga menyimak saat diberikan informasi
Luka diperban

A:Kerusakan integritas jaringan

P:Intervensi dilanjutkan
Menjaga kulit tetap bersih dan kering
Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Memonitor luka
Mengajarkan kembali pada keluarga tentang luka dan
perawatan luka
Mengganti balutan pada interval waktu yang sesuai
25 Kerusakan S: Klien mengatakan terdapat luka dikaki kiri dan akan
integritas melakukan perawatan kembali,Pasien mengatakan luka
des jaringan masih terasa nyeri
2019
O:Dilakukan perawatan luka: surgical debridement dan
dressing luka kaki diabetik menggunakan alginate
Terdapat luka
Lokasi luka di tumit kaki kiri
Ukuran luka: 15 x 9 cm
Sekitar luka granulasi 10%, slough 90%, terdapat eritem
inflamasi
Klien dan keluarga menyimak saat diberikan informasi
Luka diperban

A:Kerusakan integritas jaringan

P:Intervensi dilanjutkan
Menjaga kulit tetap bersih dan kering
Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Memonitor luka
Mengganti balutan pada interval waktu yang sesuai
Menganjurkan untuk menjaga balutan agar tetap kering
27des Kerusakan S: klien mengatakan akan selalu merawat lukanya deng
integritas baik, mengatakan lukanya masih terasa nyeri
2019 jaringan
O:Dilakukan perawatan luka: surgical debridement dan
dressing luka kaki diabetik menggunakan
madu+mteronidazole
Terdapat luka
Lokasi luka di kaki kiri
Ukuran luka: 15 x 9 cm
Jenis luka : DFU
Sekitar luka Slough 100%, dan inflamasi
Klien dan keluarga menyimak saat diberikan informasi
Luka diperban

A:Kerusakan integritas jaringan

P:Intervensi dilanjutkan
Menjaga kulit tetap bersih dan kering
Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Memonitor luka
Mengganti balutan pada interval waktu yang sesuai

Tanggal Diagnosa Evaluasi


23 des Defisiensi S: pasien mengatakan akan memilih makanan yang
pengetahuan tepat
2019 b.d kurangnya O: pasien dapat mengulangi anjuran/ saran yang
informasi perawat katakana
A:defisiensi pengetahuan

P:Intervensi selesai

7. FOTO PERAWATAN LUKA


Tanggal : 23/12/2019
Waktu : 10.00 WIB
1) Jenis Luka : Diabetic foot ulcer
2) Wound Bed :
Ukuran luka: p:15 cm L: 9 cm
Granulasi 60% bagus merah segar dan ada terdapat maserasi 20 % , dan epitel 10%
slough 10%
3) Wound care :
a. Cleaning :
Klien dibersihkan dengan air Nacl, teknik pencucian luka dengan diguyur
menggunakan NaCl dan air ozon dan pertahankan tekhnik steril, baru disabun
menggunakan sabun antiseptik dengan menggunakan kassa steril dan dicuci
luka nya di daerah luka sampai ke sela-sela jari dengan digosok lembut dengan
irigasi.
b. Debridement : debridemen surgikal
Menggunakan tekhnik mekanik (gunting dan pinset). Mengangkat slough
c. Wound dressing :
Primary :Dressing yang digunakan adalah jenis dressing cuticell.
Secondary : Pad besar steril berfungsi untuk menyanggah.
Tersier : Dengan diberi balutan kassa gulung dan ultrafix
d. Penjelasan :
Buka balutan perban yang menutup luka, kemudian cuci menggunakan sabun
cair, lalu bersihkan luka dengan arah luar ke dalam dengan gerakan memutar.
Kemudian bilas menggunakan air lalu keringkan menggunakan kassa. Setelah
dikeringkan, jaringan mati, dan area sekitar yang ada maserasi di angkat
menggunakan pinset dan gunting jaringan steril, kemudian irigasi menggunakan
NaCl lalu keringkan. Pada luka yang terdapat slough (berwarna kuning) di
angkat dan terdapat granulasi (berwarna merah) tutup menggunakan cuticel,
tutup luka menggunakan ped kemudian balut menggunakan perban gulung lalu
tutup menggunakan plester ultrafix.
Tanggal : 25/12/2019
Waktu : 13.30 WIB

1) Jenis Luka : Diabetic foot ulcer


2) Wound Bed :
Ukuran luka: p: 12 L: 6
Granulasi 50% bagus merah segar, masih ada maserasi 30% dan ada epitel 20%.
3) Wound care :
a. Cleaning :
Klien dibersihkan dengan air Nacl, teknik pencucian luka dengan diguyur
menggunakan NaCl dan air ozon dan pertahankan tekhnik steril, baru disabun
menggunakan sabun antiseptik dengan menggunakan kassa steril dan dicuci
luka nya di daerah luka sampai ke sela-sela jari dengan digosok lembut dengan
irigasi.
b. Debridement : debridemen surgikal
Yang di debridement bio film menggunakan pinset anatomis dan gunting
jaringan steril
c. Wound dressing :
Primary :Dressing yang digunakan adalah jenis dressing alginate.
Secondary : Dengan diberi pad besar steril, dan
Tersier : Dengan diberi balutan kassa gulung dan ultrafix
d. Penjelasan :
Buka balutan perban yang menutup luka, kemudian cuci menggunakan sabun
cair, lalu bersihkan luka. Kemudian bilas menggunakan air lalu keringkan
menggunakan kassa. Setelah dikeringkan, jaringan mati dan area sekitar yang
ada maserasi di angkat menggunakan pinset dan gunting jaringan steril,
kemudian irigasi menggunakan NaCl lalu keringkan. Pada luka yang terdapat
slough (berwarna kuning) tutup menggunakan dressing alginate, tutup luka
menggunakan ped kemudian balut menggunakan perban gulung lalu tutup
menggunakan plester ultrafix.
Tangggal :27 desember 2019
Waktu :08.00

1. Jenis Luka : Diabetic foot ulcer


2. Wound Bed :
Granulasi 35% bagus merah segar, masih ada maserasi 40% dan ada epitel 20%.
Slough 5%
3. Wound care :
a. Cleaning :
Klien dibersihkan dengan air Nacl, teknik pencucian luka dengan
diguyur menggunakan NaCl dan air ozon dan pertahankan tekhnik steril,
baru disabun menggunakan sabun antiseptik dengan menggunakan
kassa steril dan dicuci luka nya di daerah luka sampai ke sela-sela jari
dengan digosok lembut dengan irigasi.
b. Debridement : debridemen surgikal
Yang di debridement slought menggunakan pinset anatomis dan
gunting jaringan steril
c. Wound dressing :
Primary :Dressing yang digunakan adalah menggunakan madu .
Secondary : Dengan diberi pad besar steril, dan
Tersier : Dengan diberi balutan kassa gulung dan ultrafix
d. Penjelasan :
Buka balutan perban yang menutup luka, kemudian cuci
menggunakan sabun cair, lalu bersihkan luka. Kemudian bilas
menggunakan air lalu keringkan menggunakan kassa. Setelah
dikeringkan, jaringan slough di angkat menggunakan pinset dan gunting
jaringan steril, kemudian irigasi menggunakan NaCl lalu keringkan.
Pada luka yang terdapat slough (berwarna kuning) tutup menggunakan
dressing madu , tutup luka menggunakan ped kemudian balut
menggunakan perban gulung lalu tutup menggunakan plester ultrafix.

8. PEMBAHASAN
Kesembuhan luka tergantung dari metode yang cocok dipakai salah satunya
menjaga keseimbangan kelembaban (Purnama, 2016). Keseimbangan kelembaban
pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan
jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan yang merupakan bagian
penting untuk permukaan luka. Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan luka
dengan cara mempertahankan isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan
menggunakan balutan penahan kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound
Healing. Metode ini secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi
dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi resiko
timbulnya jaringan parut dan lain-lain, disamping beberapa keunggulan metode ini
dibandingkan dengan kondisi luka yang kering adalah meningkatkan epitelisasi 30-
50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan
kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas
permukaan luka. Salah satu cara mempertahankan kelembaban adalah dengan
menggunakan madu (Tarigan Rosina, 2007)
Madu merupakan cairan kental, dengan kandungan gula jenuh, berasal dari
nektar bunga yang dikumpulkan dan dimodifikasi oleh lebah madu Apis mellifera.1
Secara umum, madu memiliki kandungan utama ± 30% glukosa, 40% fruktosa, 5%
sukrosa, dan 20% air; selain itu, terkandung pula sejumlah senyawa asam amino,
vitamin, mineral, dan enzim (Jull, 2013).
Madu memiliki beberapa karakteristik penting dalam proses penyembuhan luka
seperti aktivitas antiinflamasi, aktivitas antibakterial, aktivitas antioksidan,
kemampuan menstimulasi proses pengangkatan jaringan mati/ debridement,
mengurangi bau pada luka, serta mempertahankan kelembapan luka yang pada
akhirnya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka (Ayu, 2016)
Saat ini aktivitas antiinflamasi madu telah terbukti secara luas baik melalui
aspek klinis, biokimiawi, maupun histologis.8 Secara klinis, aplikasi madu pada luka
terbukti dapat mengurangi edema dan pembentukan eksudat, meminimalisasi
pembentukan jaringan parut, dan mengurangi sensasi nyeri pada luka bakar atau jenis
luka lainnya. Dalam uji coba klinis membandingkan penggunaan silver sulvadiazine
dan madu pada luka bakar, diperoleh temuan biokimiawi bahwa madu mampu
menurunkan kadar malondialdehid dan lipid peroxide serta secara histologis dijumpai
penurunan jumlah sel radang pada jaringan (Gunawan, 2017).
Aktivitas antibakterial dari aktivitas senyawa fitokimia yang terkandung dalam
madu manuka dinilai lebih superior dibandingkan aktivitas antibakterial umum yang
diperantarai oleh hidrogen peroksida.8 Hidrogen peroksida pada dasarnya merupakan
agen antibakterial yang dibentuk oleh glukosa oksidase –enzim yang ditambahkan oleh
lebah ke dalam nektar yang disimpan dalam sarang lebah. Glukosa oksidase tersebut
akan tetap inaktif bila madu hanya mengandung sedikit air; oleh sebab itu, untuk
mengaktifkannya diperlukan proses dilusi misalnya oleh eksudat luka. Melalui
pemeriksaan di laboratorium telah dibuktikan bahwa madu yang telah diencerkan
hingga konsentrasi 25% tetap memiliki potensi antibakterial yang setara dengan larutan
phenol 8% (Daunton, 2012).
Potensi antioksidan madu diduga berkaitan erat dengan potensi
antiinflamasinya. Radikal bebas yang dibentuk dari oksigen, atau dikenal dengan istilah
reactive oxygen species (ROS), diproduksi pada rantai respirasi mitokondria dan oleh
leukosit saat terjadi inflamasi. ROS berperan sebagai pembawa pesan (messenger) yang
menghantarkan umpan balik positif saat timbul inflamasi dan proses ini dapat dihambat
oleh antioksidan (Molan,2011).
Manfaat madu dalam pengangkatan jaringan mati atau debridemen tidak lepas
dari potensi antiinflamasinya. Pada luka kronis, sering dijumpai adanya slough (lapisan
pada permukaan dasar luka yang merupakan akumulasi jaringan nekrotik, sel darah
putih mati, bakteri mati, dan jaringan ikat) yang dapat menghambat proses
penyembuhan luka dan meningkatkan risiko kolonisasi bakteri. Perlekatan slough pada
permukaan dasar luka yang sehat tersebut diperantarai oleh fibrin yang akan terurai
apabila terdapat cukup plasmin pada area luka tersebut (Jones, 2016).
Secara umum, madu bersifat asam dan memiliki kisaran pH 3,2 – 4,5. Kondisi
luka yang asam akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin, sehingga dapat
mendukung proses penyembuhan luka.8 Selain itu, pada rentang pH tersebut, aktivitas
protease dalam menghancurkan matriks kolagen yang diperlukan bagi perbaikan
jaringan pun akan dihambat. Osmolaritas madu yang tinggi akibat tingginya kandungan
gula akan menimbulkan efek osmotik, sehingga akan menarik cairan dari permukaan
luka; jika sirkulasi darah jaringan di bawah luka baik, efek osmotik gula justru akan
memperlancar aliran keluar cairan limfe (Molan, 2011)

A. Kesimpulan
Penanganan luka tergantung dari pengkajian luka, bagaimana menentukan keadaan
luka, melakukan debridemen jika terdapat jaringan mati, memberikan dressing yang
sesuai dan pastikan kebersihan kondisi luka yaitu dengan cara tindakan prinsip steril.
Dan salah satu penanganan untuk luka akut adalah menggunakan madu karena madu
menggandung anti inflamasi, aktivitas antibakterial, aktivitas antioksidan, kemampuan
menstimulasi proses pengangkatan jaringan mati/ debridement, mengurangi bau pada
luka, serta mempertahankan kelembapan luka yang pada akhirnya dapat membantu
mempercepat penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Diah K, Sundoro A, Sudjatmiko G. 2016. Antibacterial activity of Indonesian local honey
against strains of P. Aeruginosa, S. Aureus and MRSA. J Plast Rekonstruksi
Daunton C, Kothari S, Smith L, Steele D. 2012. A history of materials and practices for wound
management. Wound Pract Res Aust J Wound Manag [Internet].
Gunawan N.A. 2017. Madu: Efektivitasnya untuk Perawatan Luka. CDK-249/ vol. 44 no. 2
Jones VE. 2016. Essential microbiology for wound care. United Kingdom: Oxford University
Press
Jull AB,Walker N, Deshpande S. 2013. Honey as a topical treatment for wounds. Cochrane
Database Syst Rev.
Molan PC. 2011. The evidence and the rationale for the use of honey as a wound dressing.
Wound Pract Res .
Purnama Handi, Sriwidodo, Ratnawulan Soraya. 2016. Review Sistematik: Proses
Penyembuhan Dan Perawatan Luka. Farmaka. Volume 15 Nomor 2
Tarigan Rosina, Pemila Uke, 2007. Perawatan Luka; Moist Wound Healing. Program Magister
Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai