TETANUS
Oleh :
Preseptor :
dr. Rusdi, Sp.A(K)
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “Tetanus”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Rusdi, Sp. A(K) selaku pembimbing yang
telah memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Perkiraan dari WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2002, jumlah total
kematian yang disebabkan oleh tetanus di seluruh dunia adalah 213.000, di mana
tetanus neonatal diperkirakan mewakili sekitar 180.000 dan tetanus ibu mungkin
sebanyak 15.000-30.000. 1
Di Indonesia kasus Tetanus masih tinggi, data tahun 2007 sebesar 12,5 per
1000 kelahiran hidup; sedangkan target Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN)
yang ingin dicapai adalah 1 per 1000 kelahiran hidup.4 Tetanus neonatorum
menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi.
Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran
hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-
40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun,
18% kelompok > 10 tahun, dan sisanya pada bayi <12 bulan. Angka kematian
keseluruhan antara 6,7-30%.4
Tetanus memilki karakteristik peningkaan tonus otot dan spasme otot pada
individu yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap tetanus. Terkadang infeksi
juga menyerang individu yang sudah memiliki immunitas tetapi gagal
mempertahankan daya imun tubuh yang adekuat, sehingga meskipun penyakit ini
dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi insidensinya di masyarakat masih
cukup tinggi.5 Selain itu, penyakit ini masih belum dapat dimusnahkan meskipun
pencegahan dengan imunisasi sudah diterapkan secara luas di seluruh dunia. Oleh
karena itu, diperlukan dipahami kasus mengenai tetanus, serta penatalaksanaan
dan pencegahannya guna menurunkan angka kematian penderita tetanus, terutama
anak.6
TINJAUAN PUSTAKA
Tetanus memiliki gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot,
spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. Gejala awalnya meliputi kekakuan otot,
lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neuronal pendek, karena itu yang
tampak pada lebih dari 90% kasus saat masuk rumah sakit adalah trismus, kaku
leher, dan nyeri punggung. Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal
menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia.
Peningkatan tonus otot- otot trunkal mengakibatkan opistotonus. Kelompok otot
yang berdekatan dengan tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan
tidak simetris.9,11,18,19
Spasme otot muncul spontan, juga dapat diprovokasi oleh stimulus fisik,
visual, auditori, atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan dapat
menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring
dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan
respiratory arrest. Pernapasan juga dapat terpengaruh akibat spasme yang
melibatkan otot-otot dada; selama spasme yang memanjang, dapat terjadi
hipoventilasi berat dan apnea yang mengancam nyawa.9,18
Tanpa fasilitas ventilasi mekanik, gagal nafas akibat spasme otot adalah
penyebab kematian paling sering. Hipoksia biasanya terjadi pada tetanus akibat
spasme atau kesulitan membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan dan
aspirasi. Spasme otot paling berat terjadi selama minggu pertama dan kedua, dan
dapat berlangsung selama 3 sampai 4 minggu, setelah itu rigiditas masih terjadi
sampai beberapa minggu lagi.1 Tetanus berat berkaitan dengan hyperkinesia
sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak terkontrol baik. Gangguan otonom
biasanya mulai beberapa hari setelah spasme dan berlangsung 1-2 minggu.
Meningkatnya tonus simpatis biasanya dominan menyebabkan periode
vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi. Autonomic storm berkaitan dengan
peningkatan kadar katekolamin. Keadaan ini silih berganti dengan episode
hipotensi, bradikardia dan asistole yang tiba-tiba. Gambaran gangguan otonom
lain meliputi salivasi, berkeringat, meningkatnya sekresi bronkus, hiperpireksia,
stasis lambung dan ileus.9,16
Pada keadaan berat dapat timbul berbagai komplikasi. Intensitas spasme
paroksismal kadang cukup untuk mengakibatkan rupture otot spontan dan
hematoma intramuskular. Fraktur kompresi atau subluksasi vertebra dapat terjadi,
biasanya pada vertebrathorakalis.20 Gagal ginjal akut merupakan komplikasi
tetanus yang dapat dikenali akibat dehidrasi, rhabdomiolisis karena spasme, dan
gangguan otonom. Komplikasi lain meliputi atelektasis, penumonia aspirasi, ulkus
peptikum, retensi urine, infeksi traktus urinarius, ulkus dekubitus, thrombosis
vena, dan thromboemboli.16
Ada empat bentuk tetanus berdasarkan klinisnya, yaitu :21,22
1. Generalized tetanus (Tetanus umum)
Tetanus ini merupakan bentuk yang paling sering. Derajat luka bervariasi,
mulai dari luka yang tidak disadari hingga luka trauma yang terkontaminasi. Masa
inkubasi sekitar 7-21 hari, sebagian besar tergantung dari jarak luka dan SSP.
Penyakit ini umumnya mempunya pola yang desendens. Tanda pertama berupa
trismus/lock jaw diikuti dengan kekakuan pada leher, sulit menelan dan kaku pada
otot abdomen. Gejala utama berupa trismus yang terjadi sekitar 75% kasus, sering
kali ditemukan oleh dokter gigi dan dokter bedah mulut. Gambaran klinis lainnya
berupa iritabilitas, gelisah, hiperhidrosis, dan disfagia dengan hidrofobia,
hipersalivasi, dan spasme otot punggung. Spasme dapat terjadi berulang kali dan
berlangsung hingga beberapa menit. Spasme dapat berlangsung hingga 3-4
minggu. Pemulihan sempurna memerlukan waktu hingga beberapa bulan.
4. Tetanus neonatorum
Bentuk ini terjadi pada neonatus. Tetanus neonatorum banyak terjadi pada
negara-negara berkembang dan menyumbang kematian hingga setengah dari
neonatus. Penyebab yang sering adalah penggunaan alat-alat yang terkontaminasi
untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi
sekitar 3-10 hari. Neonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut
mencucu, dan spasme berat. Angka mortalitas dapat melebihi 70%.
Parameter Nilai
< 48 jam 5
2-5 hari 4
Masa inkubasi 6-10 hari 3
11-14 hari 2
> 14 hari 1
Tidak ada 10
Mungkin ada/ibu mendapatkan imunisasi (pada neonatus) 8
Status imunisasi > 10 tahun yang lalu 4
< 10 tahun yang lalu 2
Imunisasi lengkap 0
B. Obat- obatan
Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40
mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis
terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan
dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.9,20,26
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani,
bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi
pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan.9,20
Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazole diberikan terutama bila
penderita alergi penisilin.
- Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
- Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
Antitoksin lainnya
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin (TIG)
dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary
aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang
serius. 7,20
Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia, metronidazol telah
menjaditerapi pilihan yang digunakan di beberapa pelayanan kesehatan.
Metronidazol diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB
dilanjutkandosis 30 mg/kgBB/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari.
Metronidazol efektif untuk mengurangi jumlah kumanC. tetani bentuk vegetatif.
Sebagai lini kedua dapat diberikan penisilin prokain 50.000-100.000U/kgBB/hari
selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapat diberikan
tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun). Penisilin
membunuh bentuk vegetatif C.tetani. Sampai saat ini, pemberian penisilin G
secara parenteral dengan dosis 100.000 U/kgBB/hari secara iv, setiap 6 jam
selama 10 hari direkomendasikan pada semua kasus tetanus. Sebuah penelitian
menyatakan bahwa penisilin mungkin berperan sebagai agonis terhadap
tetanospasmin dengan menghambat pelepasan asam aminobutirat gama
(GABA).21
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama (inisial) : An MZS
Anak Ke : 4
Umur : 7 tahun 7 Bulan / 24- 05- 2016
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gates Nan XX Lubuk Begalung
No. Rekam Medik : 01.06.89.90
Pekerjaan : Pelajar
Nama Ayah/Ibu : M. Alif/ Yendra Yulita
Agama : Islam
Negara Asal : Indonesia
Suku Bangsa : Minang
Tanggal Pemeriksaan : 2 Desember 2019
Anamnesis
Diberikan oleh : Ibu Kandung
Keluhan Utama : Mulut kaku sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Persalinan
Lama Hamil : 37 minggu (Cukup Bulan)
Cara Lahir : Spontan Pervaginam
Berat Lahir : 3400 gr
Panjang lahir : 49cm
Saat lahir : Langsung menangis kuat
Ditolong oleh : Bidan
Kesan : Riwayat Persalinan Normal
Riwayat Imunisasi :
Anak hanya melakukan Imunisasi Polio saat usia 2 bulan
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu-
Nama M. Alif Yendra Yulita
Umur 50Tahun 45 tahun
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Buruh IRT
Penghasilan Rp 2.000.000,- -
Perkawinan 1 1
Penyakit yang pernah Tidak ada Tidak ada
diderita
Kimia Klinik
Kalsium 10,5 mg/dl GDS 129 mg/dl
Natrium 136 Mmol/L Chlorida 101Mmol/L
Kalium 4,8 Mmol/L
Kesan : Neutrofilia shift to the right dan Trombosis
Diagnosis Kerja
- Tetanus
- Otitis Media Supuratif Kronik AD
Diagnosis Banding
- Abses Peritonsil
Penatalaksanaan
Phillips Score :
Follow Up
PEMBAHASAN
3. Stanfield JP, Galazka A. 2002. A neonatal tetanus is the world today. Bull
World Health Organ. 62:647-9
6. Sumarno SPS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku ajar infeksi dan
penyakit tropis: Tetanus, Edisi 2. IDAI.2008
10. Feigen. R.D : Tetanus .In : Bchrmlan R.E, Vaughan V C , Nelson W.E ,
eds. Nelson Textbook of pediatrics, ed. 13th, Philadelphia, W.B Saunders
Company, 1987, 617-620
11. Thwaites CL, Farrar JJ. Preventing and treating tetanus : The challenge
continues in the face of neglect and lack of research. BMJ : British
Medical Journal. 2003;326(7381): 117-8
12. Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Game JW, Behrman RE. 2011.
Nelson textbook of pediatrics 19th edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders. pp. 991-4
13. Scheld, Michael W. Infection of the central nervous system, Raven Press
Ltd, New York, 2001, 603-620.
14. Srikiatkhachord Anaan, dkk; Tetanus , Arbor Publishing Coorp.
Neurobase,2003, 1-13
16. Thwaites CL, Yen LM. Tetanus. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL,
Kochanek PM, editors. Textbook of Critical Care. 5th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2005.p.1401-4.
17. Lipman J. Tetanus. In: Bersten AD, Soni N, eds. Oh’s Intensive Care
Manual. 6th ed. Philadelphia: Butterworth Heinemann Elsevier;
2009.p.593-7.
19. Cook TM, Protheroe RT, Handel JM. Tetanus: a review of the literature.
Br J Anaesth.2001;87 (3):477-87.
20. Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al.
Management and prevention of tetanus. Niger J Paed. 2003;13(3):139-54.
21. Tolan Jr RW. Tetanus. Available in: www.emedicine.com last update Feb
1, 2008 [Tingkat Pembuktian IV].
23. World Health Organization. 2011. Progress towards the global elimination
of neonatal tetanus. Wkly Epidemiol Rec. 74:73-80
24. Ogunrin AO, Unuigbe EI, Azubuike CO. Characteristics of tetanus cases
seen over a tenyear period in a tertiary health facility in Benin City,
Nigeria. Ann Biomed Sci. 2006; 5(1&2):44-51
25. Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, et al.
Neurological aspects of tropical disease: tetanus. J Neurol Neurosurg
Psychiatry.2000;69:292-301.
26. Dawn MT, Elisson RT. Tetanus. In: Irwin RS, Rippe JM, editors. Irwin
and Rippe’s intensive care medicine. 6th ed. Massachusetts: Lippincot
Williams & Wilkins. 2008.p.1140-1.