Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma ekstremitas jarang menimbulkan kematian pada penderita
trauma, sehingga tidak mengherankan bila pembentukan dan
pemeliharaan jalan pernapasan yang memuaskan, Ventilasi yang tepat
serta Pengendalian Pendarahan, Pemulihan pendarahan bisa mendahului
Penatalaksanaannya. Perlu diingat bahwa akibat trauma ekstremitas
dapat memperberat masalah yang mengancam nyawa.
Nyeri yang menyertai trauma Ekstremitas bisa menyokong Pasien,
Ekstremitas dapat merupakan tempat kehilangan cairan. Membahas
masalah trauma Ekstremitas tidak terlepas hubungannya dengan kulit,
dimana kulit berfungsi melindungi Tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap bakteri, Virus dan jamur. Kehilangan panas
dan penyimpangan panas diatur melalui Vasodilatasi Pembuluh Darah
kulit atau sekresi kelenjar keringat
Setelah kehilangan seluruh Kulit,maka cairan tubuh yang penting
akan menguap dan Elektrolit - elektrolit akan hilang dalam beberapa jam
saja. Contoh dari keadaan ini adalah Penderita luka bakar.Kulit yang
menutupi ke empat ekstremitas meliputi lebih dari 50 persen permukaan
tubuh dan bila terbakar, terpotong atau terabrasi, maka ia berpotensi
sebagai tempat masuk infeksi. Pengenalan dini dan perhatian yang tepat
terhadap luka ini termasuk pemakaian pembalut steril, penggunaan
antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi.
Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas
yang cedera yang tidak hanya penting bagian tersebut nantinya tetapi bisa
memainkan peranan besar dalam melangsungkan hidup pasien.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi trauma ekstremitas ?
2. Apa etiologi trauma ekstremitas ?
3. Apa manifestasi trauma ekstremitas ?
4. Bagaimana klasifikasi trauma ekstremitas ?
5. Apa patofisiologi trauma ekstremitas ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic trauma ekstremitas?
7. Bagaimana penatalaksanaan trauma ekstremitas ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi trauma ekstremitas
2. Untuk mengetahui etiologi trauma ekstremitas
3. Untuk mengetahui manifestasi trauma ekstremitas
4. Untuk mengetahui klasifikasi trauma ekstremitas
5. Untuk mengetahui patofisiologi trauma ekstremitas
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik trauma ekstremitas
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan trauma ekstremitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Trauma Ekstremitas


Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau
trauma ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya
dan struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot,
pembuluh darah dan saraf.
Trauma otot dan tulang dapat terjadi tanpa atau disertai trauma
system lain. Bila hanya ekstremitas yang mengalami trauma biasanya
tidak dianggap sebagai prioritas pertama. Mekanisme cedera/trauma
antara lain tabrakan/kecelakaan kendaraan bermotor, penyerangan, jatuh
dari ketinggian, cedera waktu olah raga, cedera waktu bersenang-senang
atau waktu melakukan pekerjaan rumah tangga.

B. Etiologi
1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya.
2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.

3
C. Manifestasi Klinis
1. Fraktur
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah
sebagai berikut:
a. Nyeri. Nyari dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini
dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang
atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edema. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan
serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan
extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat
dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spame otot merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi
disekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya
syaraf karena edema.
f. Gangguan fungsi terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,
nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan
syaraf.
g. Mobilitas abnormal adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-
bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini
terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-
bagaian tulang digerakkan.
i. Deformitas, abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari
kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong
fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang
kehilangan bentuk normalnya.
j. Gambaran X-ray menentukan fraktur, gambaran ini akan
menentukan lokasi dan tipe fraktur

4
2. Dislokasi
a. Nyeri
b. Perubahan kontur sendi
c. Perubahan panjang ekstremitas
d. Kekakuan
e. Kehilangan mobilitas abnormal
f. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

D. Klasifikasi
1. Fraktur
Cedera skelet yang paling signifikan dapat terjadi disebut fraktur.
Selain berakibat ke jaringan tulang, cedera dapat terjadi disekitar
jaringan lunak, pembuluh darah, dan saraf. Resiko komplikasi yang
signifikan, seperti infeksi yang sering dikaitkan dengan fraktur yang
meliputi cedera jaringan lunak mayor.
a. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa cedera jaringan
lunak terbuka. Prognosis umumnya lebih baik untuk fraktur
tertutup karena resiko infeksi terbatas. Fraktur tertutup juga
diklasifikasikan berdasarkan tipenya : compression impacted,
green stick, oblique, spiral, transversal, komunitif

b. Fraktur terbuka
Adalah fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka.
Fraktur ini kadang sulit ditentukan bila luka pada bagian

5
proksiml fraktur benar-benar terkain dengan fraktur tersebut.
Pedoman atau prinsip yang berdasarkan praktik menganggap
luka sebagai fraktur terbuka sampai dapat dibuktikan
sebaliknya.

Klasifikasi fraktur terbuka


Derajat I Luka kecil, panjang < 1 cm yang tertusuk dari
bawah
Derajat II Luka melingkar penuh sampai panjang 5 cm
dengan sedikit atau tanpa kontaminasi dan tidak
ada kerusakan jaringan lunak berlebihan atau
kepingan periosteal
Derajat III Luka > 5 cm dan dikaitkan dengan kontaminasi
atau cedera jaringan lunak signifikan (kehilangan
jaringan, avulse, cedera remuk) dan sering
mencakup fraktur segmental; dapat ditemukan
kepingan jaringan lunak tulang, cedera vaskuler
mayor atau kepingan periosteal.

c. Fraktur ekstremitas bawah


1) Fraktur pelvic
Fraktur ini dapat mengakibatkan hipovolemi akibat
kemungkinan kehilangan darah sampai 4 L yang dapat
terjadi karena robekan arteri, kerusakan pembuluh vena
pleksus, dan permukaan kanselosa tulang yang fraktur.
Gejala :
a) Deformitas eksternal ringan mungkin terjadi, sebagai
akibat jaringan lunak yang bertumpuk banyak
b) Darah dapat terlihat di meatus dan pada pemeriksaan
rectal (cedera rectal, uretra dan kandung kemih adalah
komplikasi fraktur pelvis)

6
c) Ekimosis perineal atau hematoma skrotum mungkin
terlihat
d) Rotasi abnormal pada panggul atau kaki mungkin ada
e) Perdarahan eksternal mungkin teramati pada fraktur
terbuka
f) Sirkulasi distal mungkin berpotensi terganggu
g) Pasien merasa nyeri ketika tekanan diberikan pada
Krista iliaka anteriorsuperior dan simpisis pubis
2) Fraktur femoral
Fraktur femur bilateral dapat menunjukkan cedera
mengancam jiwa sekumder akibat hipovolemi (kehilangan
darah pada setiap femur mungkin sebanyak 2 L)
a) Fraktur lutut
Fraktur patella umumnya disertai dislokasi akibat
transmisi energy tinggi, dan fraktur ini dapat dikaitkan
dengan cedera pembuluh popliteal
b) Fraktur tibia dan fibula
Fraktur tibia dan fibula dapat terjadi bersamaan atau
sendiri-sendiri dan umunya akibat benturan langsung.
Tibia umumya fraktur saat jatuh karena sifatnya yang
menyokong beban berat tubuh.
Gejala :
 Fraktur tibia dapat dikaitkan dengan memburuknya
sindrom kompartemen. Evaluasi nyeri progresif yang
tampak hebat pada cedera ringan menetap, nyeri
peregangan pasif pada otot yang terkena, tegangan
pada area yang terkena, penurunan sensasi, dan
kelemahan tungkai bawah.
 Pasien dengan fraktur tibia dan fibula yang stabil
mungkin dapat menyokong berat tubuh pada
ekstremitas. Pemeriksaan posterior tungkai bawah

7
dapat menunjukkan gejala yang konsisten dengan
fraktur.
d. Fraktur ekstremitas atas
1) Fraktur scapula
Curigai adanya fraktur scapula dengan cedera
jaringan lunak yang signifikan pada bahu dan saat
mekanisme cedera menunjukkan tingkat transmisi energy
kinetic tinggi. Fraktur scapula menuntut evaluasi yang
cermat untuk kerusakan pada struktur disekitarnya karena
sering dikaitkan dengan dislokasi bahu, kontusio paru,
fraktur iga dengan potensi pneumotoraks, fraktur kompresi
vertebra dan fraktur ekstremitas atas.
Gejala : Pasien sering menunjukkan keterbatasan
rentang gerak ekstremitas ipsilateral.
2) Fraktur klavikula
Fraktur klavikula sering menyebabkan kerusakan
pada struktur dibawahnya, seperti paru (pneumotoraks,
hemotoraks), dan vena subklavia.
Gejala :
a) Pasien sering menunjukkan bahu yang tidak stabil
karena kehilangan penyokong pada gelang bahu
b) Evaluasi status neuro vascular ekstremitas karena fraktur
ini sering dikaitkan dengan gangguan neurovascular
c) Fraktur ini dapat dikaitkan dengan pneumotoraks,
hematotoraks, atau kompresi pleksus brakialis
3) Fraktur humerus
fraktur humerus dapat dikaitkan dengan kerusakan
arteri brakialis dan kerusakan saraf radialis, ulnaris dan
saraf medialis. Oleh karena lokasi anatomic berkas
neurovascular, fraktur humerus distal yang dicurigai harus
menjalani pemeriksaan neurovascular dengan seksama

8
dan terdokumentasi. Benturan langsung pada prosesus
olekranon dapat mengakibatkan fraktur indirek pdaa
humerus distal.
4) Fraktur radius dan ulna
Gejala :
a) Perhatikan fraktur dekat siku dan pergelangan yang
berkaitan dengan gangguan neurovascular; fraktur pada
daerah ini memerlukan evaluasi neurovascular dan
dokumentasi yang cermat.
b) Fraktur Colle adalah salah satu dari fraktur yang paling
umum pada radius dan ulna. Fraktur ini umumnya
ditandai dengan tipe penampilan “garpu perak”, dengan
pergelangan tangan memutar keatas yang berhubungan
dengan radius dan ulna.
2. Dislokasi
Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang
terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi lepas dan terpisah, dengan ujung-
ujung tulang tidak lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya berubah
posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari,
panggul, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi-sendi yang
paling sering mengalami dislokasi

Gejala :
1. Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit
2. Deformitas sendi

9
3. Pembengkakan sendi
4. Kehilangan rentang sendi
5. Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada
bagian distal cedera (dislokasi dapat mengganggu fungsi arteri
dan saraf dibagian proksimal)
3. Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering
terjadi. Pada keadaan tersebut, ligament dan jaringan lain rusak
karena peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk
menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan rasa
nyeri. Lokasi yang sering mengalami sprain (keseleo) meliputi
pergelangan kaki, pergelangan tangan, atau lutut.

Gejala:
Derajat I  Peregangan atau robekan kecil pada
ligament
 Pembengkakan dan hemoragi minimal,
nyeri tekan lokal
 Tidak ada gerakan sendi abnormal
Derajat II  Robekan parsial ligament
 Nyeri
 Gerakan sendi abnormal
Derajat  Ligament terputus komplet
 I
Sendi secara nyata mengalami

10
deformasi
I
 I
Nyeri tekan dan bengkak
 Sendi tidak dapat menopang beban
 Gerakan sendi sangat abnormal

4. Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot
terlalu meregang atau robek. Otot punggung sering mengalami
strain bila seseorang mengangkat benda berat.

Gejala :
Derajat I 1. Peregangan ringan-robekan minor
2. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak,
spasme otot ringan
Derajat II 1. Peregangan sedang-peningkatan
jumlah serat yang robek
2. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak,
dislokasi dan ketidakmampuan
untuk menggunakan tungkai untuk
periode lama

11
Derajat III 1. Peregangan hebat-pemisahan
komplet otot dari otot, otot dari
tendo, atau tendon dari tulang
2. Nyeri local, nyeri tekan, bengkak,
pucat

5. Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka :
a. Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan
darah. Nama lain untuk abrasi adalah goresan (scrape), road
rush, dan rug burn.
b. Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis
luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit
secara paksa
c. Insisi : potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau
atau teriris kertas
d. Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es
atau peluru). Benda yang menembus dapat merusak organ-
organ internal. Resiko infeksi tinggi. Benda yang menyebabkan
cedera tersebut dapat tetap tertanam dalam luka.
e. Avulse : potongan kulit yang robek lepas dan menggantung
pada tubuh.
f. Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
6. Amputasi
Traumatik amputasi adalah terbuangnya suatu bagian tubuh,
anggota tubuh akibat trauma.

12
E. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpenito, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi
yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Black et al, 1995).

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin dan hematocrit
Untuk pasien fraktur pelvis, femur, atau multiple, ukur
hemoglobin dan hematokrit karena berpotensi kehilangan darah.
2. Mioglobin urine
Mioglobin urine adalah protein otot yang dilepaskan dari sel ketika
sel rusak berat, seperti pada cedera remuk atau sindrom
kompartemen. Mioglobin di ekskresikan kedalam urine dan akan
mengubah urine menjadi coklat kemerahan.
3. Radiografi
Radiografi adalah alat pemeriksaan paling bermanfaat dalam
mendiagnosis fraktur. Foto anteroposterior dan lateral harus dilakukan
untuk melihat keseluruhan tulang, baik sendi proksimal maupun distal.
4. Arteriogram
Lakukan arteriogram untuk memastikan atau menyingkirkan
dugaan sedera vaskuler pada kasus penurunan atau tidak
terabanya nadi.
5. CT Scan

13
CT scan sering kali digunakan untuk mengidentifikasi fraktur
asetabulum dan untuk mengevaluasi integritas permukaan artikulasi
seperti lutut, tangan, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.

6. MRI
MRI mengidentifikasi kerusakan tulang, ligament, kartilago dan
meniscus.

G. Penatalaksanaan
Tujuan tindakan penanggulangan cedera muskuloskeletal menurut
definisi orthopaedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien secara
maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medik, bedah dan modalitas
lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal, biasa disingkat 4R, yang
harus diperhatikan :
a. Recognition
Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan apa yang
terjadi sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau
tulanhnya. Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan
fungsi jaringan yang terkena cedera.
Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan yang menimbulkan
kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.
Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan
tidak langsung. Pada umurya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk gangguan
neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal dari
bagian yang cedera.
b. Reduction atau Reposisi
Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau
fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin, agar
fungsidapat kemmbali semaksimal mungkin.
c. Retaining

14
Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk
mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme
otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan
baik. Imobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada
penyembuhan dan rehabilitasi.
d. Rehabilitation
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak
yang cedera untuk dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai
rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif dalam mengatasi
kendala sequele atau kecacatan,agar seseorang dapat berfungsi
kembali. Rehabilitasi menekan upaya pada fungsi dan akan lebih
berhasil bila dilaksanakan sedini mungkin.

Penatalaksanaan Trauma Ekstremitas


1. Non Operatif (konservatif)
a. Reposisi tertutup
b. Pemasangan gips
c. Penanganan traksi
2. Operatif
a. Open reduction internal fixation
b. Open reduction external fixation
c. Debridement
d. Repair jaringan lunak

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian system musculoskeletal atau
trauma ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya
dan struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada otot,
pembuluh darah dan saraf. Penyebab dari trauma ekstremitas dapat
berupa trauma langsung maupun tidak langsung.
Trauma ekstremitas meliputi :
1. Fraktur
2. Dislokasi
3. Strain
4. Sprain
5. Vulnus
6. Amputasi
Tujuan tindakan penanggulangan cedera muskuloskeletal
menurut definisi orthopaedic adalah untuk mencapai rehabilitasi pasien
secara maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medik, bedah dan
modalitas lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal, biasa disingkat 4R
yaitu Recognition, Reduction atau Reposisi, Retaining dan Rehabilitation.
Serta penatalaksanaan operatif dan non-operatif

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami apaitu trauma
ekstremitas, penyebabnya serta penatalaksanaannya dan dapat di
aplikasikan di tempat kerja maupun di ingkungan masyarakat jika ada
kecelakaan ataupun sebagai bahan pembelajaran dan penambahan
wawasan.

16

Anda mungkin juga menyukai