ABSTRAK
Latar Belakang : Keselamatan pada pasien sangat penting, apabila terjadi infeksi pada pasien di rumah sakit akan
memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf dan pada pasien khususnya sebagai penerima
pelayanan. Adapun dampak lainnya yang ditimbulkan adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan. Oleh karena itu penerapan keselamatan pasien harus menjadi sebuah budaya.
Tujuan penelitian: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan budaya keselamatan pasien pada perawat
di rawat inap RSU Kabupaten Tangerang. Metode Penelitian: Penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di rawat inap RSU Kabupaten Tangerang tahun
2018 sebanyak 205. Sampel sebanyak 68 perawat yang diambil dengan teknik systematic random sampling. Data
diperoleh dengan cara membagikan kuesioner yang telah valid dan reliabel. Analisa data secara univariat dan bivariat
menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian: Dari 68 perawat sebagian besar yaitu 35 perawat (51,5%) adalah memiliki
penerapan budaya keselamatan pasien yang baik, memiliki pengetahuan penerapan budaya keselamatan pasien yang baik
yaitu 41 perawat (60,3%), memiliki motivasi tinggi tentang penerapan budaya keselamatan pasien yaitu 39 perawat
(57,4%), menyatakan dukungan kepemimpinan yang efektif yaitu 37 perawat (54,4%). Ada pengaruh antara tingkat
pengetahuan perawat dengan penerapan budaya keselamatan pasien dengan pvalue = 0,007 dan nilai POR = 4,580 (95%
CI = 1,605-13,067). Ada pengaruh antara motivasi perawat dengan penerapan budaya keselamatan pasien dengan pvalue
0,002 dan nilai POR = 5,906 (95% CI = 2,044-17,063). Ada pengaruh dukungan kepemimpinan dengan penerapan budaya
keselamatan pasien pvalue 0,028 dan POR = 3,357 (95% CI = 1,237-9,110). Kesimpulan dan Saran: Ada pengaruh
pengetahuan, motivasi dan dukungan kepemimpinan dengan penerapan budaya keselamatan pasien pada perawat di rawat
inap. Rumah sakit disarankan untuk meningkatkan implementasi patient safety yang telah ada sehingga menjadi budaya.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Keselamatan Pasien, Motivasi, Pengetahuan
ABSTRACT
Background: Patient safety is important, if event of infection in hospital patients will have a detrimental impact on the
hospital, staff and on the patient especially as the recipient of the service. The other impact caused is the decreasing level
of public confidence in the health services provided. Therefore the application of patient safety should be a culture.
Objective: To identify factors influencing the implementation of patient safety culture by nurses at the ward of Tangerang
General Hospital. Research Method: Correlative descriptive research with cross sectional approach. Population in this
research is all nurse at ward of Tangerang General Hospital in 2018 as many as 205. Sample counted 68 nurses taken
with systematic random sampling technique. Data obtained by distributing questionnaires that have been valid and
reliable. Univariate and bivariate data analysis using chi-square test. Result of research: Of 68 nurses most of which
were 35 nurses (51,5%) were having good application of patient's culture of awareness, have knowledge of applying good
patient safety culture that were 41 nurses (60,3%), have high motivation about cultural application patient safety were
39 nurses (57,4%), expressed effective leadership support that were 37 nurses (54,4%). There was an influence between
nurse knowledge level and patient safety culture with pvalue = 0,007 and POR = 4,580 (95% CI = 1,605-13,067). There
was an influence between nurse motivation and patient safety culture with pvalue 0,002 and POR = 5,906 (95% CI =
2,044-17,063). There was an influence of leadership support with application of patient safety culture with pvalue 0,028
and POR = 3,357 (95% CI = 1,237-9,110). Conclusions and Suggestions: There is an influence of knowledge, motivation
and leadership support with the application of the patient's safety culture by nurses in the ward. Hospitals are advised to
improve the implementation of existing patient safety so that it becomes a culture.
21
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
22
jenis penelitian kuantitatif dengan berusia 32,63 dengan standar deviasi 7,883
pendekatan cross sectional. Penelitian media 31,50 umur termuda 22 dan tertua 55
dilaksanakan pada bulan April 2018. Tahun. Sebagian besar berjenis kelamin
Besaran sampel dihitung dengan rumus Keperawatan, dan sebagian besar yaitu 38
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
26
Hasil tabel silang antara tingkat pengetahuan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat
perawat dengan penerapan budaya disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
keselamatan pasien (patient safety culture) terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
diketahui dari 41 responden yang perawat dengan penerapan budaya keselamatan
berpengetahuan baik sebagian besar pasien (patient safety culture) dengan nilai POR
penerapan budaya keselamatan pasien baik = 4,580 (95 % CI = 1,605- 13,067) yang berarti
yaitu sebanyak 27 responden (21,1%), perawat dengan pengetahuan yang kurang baik
sedangkan dari 27 responden berpengetahuan berpeluang empat kali lebih besar untuk
kurang baik sebagian besar penerapan budaya penerapan budaya keselamatan pasien dalam
keselamatan pasien kurang baik sebanyak 19 kategori kurang baik dibandingkan dengan
responden (70,4%). perawat berpengetahuan baik.
n % n % n %
Rendah 21 72,4 8 27,6 29 100
Tinggi 12 30,8 27 69,2 39 100 5,906 0,002
(2,044-17,063)
Jumlah 33 48,5 35 51,5 68 100
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p baik 21 responden (72,4%). Dari hasil uji Chi
value 0,007 (< alpha= 0,05) dengan Hasil Square diperoleh nilai p value 0,002 (<
tabel silang antara motivasi dengan penerapan alpha= 0,05) dengan menggunakan alpha
budaya keselamatan pasien diketahui dari 39 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho
responden yang memiliki motivasi tinggi ditolak yang artinya ada hubungan antara
sebagian besar penerapan budaya motivasi perawat dengan penerapan budaya
keselamatan pasien dalam kategori baik yaitu keselamatan pasien (patient safety culture)
27 responden (69,2%), sedangkan dengan nilai POR = 5,906 (95 % CI = 2,044-
dari 29 responden yang memiliki motivasi 17,063) yang berarti motivasi perawat yang
rendah sebagian besar penerapan budaya rendah berpeluang lima kali lebih besar untuk
keselamatan pasien dalam kategori kurang penerapan budaya keselamatan pasien.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
27
n % n % n %
Tidak Efektif 20 64,5 11 35,5 31 100
Efektif 13 35,1 24 64,9 37 100 3,357 0,028
Jumlah 33 48,5 35 51,5 68 100 (1,237-9,110)
Hasil tabel silang antara dukungan perawat yang mempunyai persepsi dukungan
kepemimpinan dengan penerapan budaya kepemimpinan yang baik.
keselamatan pasien (patient safety culture)
diketahui dari 37 responden yang PEMBAHASAN
memilikiresponden yang memiliki persepsi
1. Karakteristik Responden
dukungan kepemimpinan tidak efektif
a. Umur
sebagian besar penerapan budaya
keselamatan pasien dalam kategori kurang Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
baik sebanyak 20 responden (64,5%).
68 perawat rata-rata berusia 32,63 dengan
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p
standar deviasi 7,883 media 31,50 umur
value 0,028 (< alpha= 0,05) dengan
termuda 22 dan tertua 55 Tahun. Hasil penelian
menggunakan alpha 5% (0,05) dapat
ini sejalan dengan penelitian Komariah (2012)
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
dimana sebagian besar kelompok umur 20-29
terdapat pengaruh antara dukungan
tahun (56,8%). Penelitian Nivalinda, dkk.
kepemimpinan dengan penerapan budaya
(2013) menyatakan bahwa sebagian besar
keselamatan pasien (patient safety culture)
sebagian besar responden dalam tahap usia
dengan nilai POR = 3,357 (95 % CI = 1,237-
dewasa muda yaitu 20 sampai dengan 40.
9,110) yang berarti dukungan kepemimpinan
Analisa peneliti bahwa kelompok usia ini
yang tidak efektif berpeluang tiga kali lebih
merupakan usia produktif sehingga
besar terhadap penerapan budaya keselamatan
pengembangan kemampuan akan potensi diri
pasien yang kurang baik dibandingkan dengan
lebih maksimal.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
28
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
29
Rolinson dan Kish (2013) menyatakan jenis responden dengan tingkat pendidikan tinggi,
Dari 68 perawat diketahui bahwa sebagian perawat sudah sesuai dengan ketentuan
Keperawatan. Hasil penelitian ini berbeda bahwa minimal pendidikan dalam bidang
dengan Retnoningsih, dkk. (2013) bahwa dari keperawatan adalah Diploma III sehingga RSU
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
30
melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata I seseorang dalam bekerja atau berkarya. Hal ini
keperawatan dilanjutkan profesi Ners. pun sesuai dengan konsep teori bahwa tingkat
Seorang perawat dengan kualifikasi tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh
pendidikan keperawatan Diploma III yang tingkat pengalaman dalam bekerja (lama masa
tinggi maka secara kompetensi baik dari Masa kerja yang bervariasi akan
Dari 68 perawat diketahui bahwa sebagian adalah dengan masa kerja yang tergolong lama
besar 38 perawat (55,9%) memiliki masa 8,5 sehingga pengalaman yang dimiliki oleh
semakin terampil dan berpengalaman dalam keselamatan pasien. Lama pengalaman kerja
Dari 68 perawat sebagian besar yaitu 35 perawat tindakan tepat kedisiplinan, ketaatan terhadap
(51,5%) adalah memiliki penerapan budaya standar, prosedur dan protokol, bekerja dalam
kesematan pasien yang baik. Berbeda dengan tim, kejujuran, keterbukaan, saling
penelitian Nivalinda, dkk. (2013) yang menghargai adalah nilai dasar yang harus
menyatakan bahwa sebagian besar perawat dijunjung tinggi. Dalam penelitian ini
memiliki penerapan budaya keselamatan pasien membuktikan bahwa perawat pelaksana di
yang kurang baik 54 responden (51,4%). Hasil
ruang rawat inap telah memiliki sikap yang
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
baik dalam mengimplementasikan budaya
Renoningsih, dkk. (2015) bahwa bahwa sikap
keselamatan pasien dalam memberikan
responden tentang penerapan patient safety
pelayanan.
berada dalam kategori baik. Begitu pula hasil
penelitian Sumarni (2017) bahwa sebagian besar
responden yakni 71,57% (224 responden), 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan
berada dalam kategori implementasi patient Perawat Dengan Penerapan Budaya
safety yang tergolong kuat. Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture)
Patient Safety merupakan masalah Dari 68 perawat sebagian besar perawat memiliki
kesehatan publik mempengaruhi tingkat pengetahuan penerapan budaya keselamatan pasien
perkembangan suatu negara. Patient Safety oleh yang baik yaitu 41 perawat (60,3%). Hasil ini
diberlakukan pada tahun 2004 untuk sejalan dengan penelitian Renoningsih, dkk. (2015)
yang menunjukkan bahwa dari 50 responden yang
memobilisasi upaya global untuk
memiliki pengetahuan yang kurang baik, 26,5%
meningkatkan keamanan kesehatan untuk
memiliki penerapan patient safety yang kurang baik
pasien di semua negara-negara anggota
sedangkan 17,7% memiliki penerapan patient
World Health Organization (WHO). World
safety baik. Dari hasil itu juga menunjukkan bahwa
Health Organization (WHO)
dari 63 responden yang memiliki pengetahuan yang
memperkirakan bahwa jutaan pasien di baik, 34,5% memiliki penerapan patient safety baik
seluruh dunia menderita cedera atau sedangkan penerapan patient safety yang kurang
kematian setiap tahun karena praktik dan baik sebanyak 21,3%.
pelayanan medis yang tidak aman sementara Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan
satu dari sepuluh pasien dirugikan saat ini terjadi setelah seseorang melakukan
menerima pelayanan kesehatan di rumah penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
sakit (Andermann, dkk., 2011). Pengetahuan ini merupakan hal yang dominan
Melaksanakan budaya keselamatan yang sangat penting untuk terbentuknya
pasien adalah bentuk dari perbaikan kinerja tindakan seseorang, dari pengalaman beberapa
oleh setiap anggota organisasi, seperti penelitian ternyata tindakan yang tidak
mengakui kesalahan dan mau belajar dari didasari pengetahuan yang baik, tidak akan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
32
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
33
Keselamatan pasien bagi perawat tidak yang memadai, tenaga kesehatan termasuk
hanya merupakan pedoman tentang apa yang perawat tidak bisa menerapkan dan
dalam kode etik perawat dalam memberikan Pengetahuan perawat tentang penerapan
dan berlandaskan kode etik bagi pasien. tinggi pula perawat dalam memahami
didahului dengan pemahaman materi yang diberikan kepada pasien dalam pelayanan
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
34
Faktor lainnya yaitu adanya umpan balik, dengan penerapan budaya keselamatan pasien
adanya kesempatan untuk mencoba (patient safety culture) dengan nilai POR =
pendekatan baru dalam melakukan pekerjaan, 5,906 (95 % CI = 2,044-17,063) yang berarti
adanya instrumen kinerja untuk promosi, motivasi perawat yang rendah berpeluang
kerja sama dan peningkatan penghasilan lima kali lebih besar untuk penerapan budaya
(Suarli, 2009).
Banyaknya responden yang mempunyai
motivasi rendah dapat dijelaskan dari keselamatan pasien dalam kategori kurang
sedikitnya perawat yang kebutuhan mencapai baik dibandingkan dengan perawat dengan
prestasinya tinggi. Hal ini ditunjukkan dari motivasi tinggi.
hasil distribusi pada pasien. Kebutuhan untuk ``Hasil penelitian ini sejalan dengan
mencapai prestasi merupakan kunci dalam Nivalinda, dkk. (2013) yang menyatakan
motivasi dan kepuasan kerja karena akan bahwa motivasi berhubungan dengan
mendorong untuk mengembangkan penerapan budaya keselamatan pasien (p value
kreativitas dan mengarahkan kemampuan = 0,001). Hasil penelitian ini sesuai dengan
demi mencapai prestasi kerja optimal. hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
Prestasi kerja tersebut juga termasuk dalam bahwa perawat dengan motivasi tinggi maka
mencapai penerapan budaya keselamatan sikap perawat dalam mendukung penerapan
pasien yang baik. program patient safety akan semakin tinggi
Hasil tabel silang antara motivasi perawat pula (Ariyani, 2009). Begitu pula penelitian
dengan penerapan budaya keselamatan Renoningsih, dkk. (2015) bahwa motivasi
pasien diketahui dari 39 responden yang berhubungan dengan penerapan budaya
memiliki motivasi tinggi sebagian besar keselamatan pasien ( p value = 0,034; OR
penerapan budaya keselamatan pasien dalam =2,44). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kategori baik yaitu sebanyak 27 responden Kaseger, dkk. (2012) mendapatkan bahwa ada
(69,2%), sedangkan dari 29 responden yang hubungan antara motivasi dengan upaya
memiliki motivasi rendah sebagian besar penerapan patient safety di Instalasi perawatan
penerapan budaya keselamatan pasien dalam Intensif RSUD Datoe Binangkang Kota
kategori kurang baik sebanyak 21 responden Kotamobagu.
(72,4%). Motivasi merupakan energi yang
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p mendorong seseorang untuk menjalankan
value 0,002 (< alpha= 0,05) dengan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah
menggunakan alpha 5% (0,05) dapat ditetapkan. Motivasi kerja perawat akan
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya berdampak terhadap kinerja perawat yang
terdapat pengaruh antara motivasi perawat ditampilkan (Suyanto, 2009). Perawat dalam
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
35
budaya keselamatan yang kuat perlu hambatan dalam proses pencapaian tujuan
didukung motivasi yang tinggi dalam kinerja kinerja bawahan. Pemimpin harus berusaha
penelitian ini bahwa sebagian besar pencapaian kinerja yang efektif. Pemimpin
responden memiliki motivasi yang tinggi yang dapat menerapkan hal-hal tersebut maka
dalam memberikan pelayanan di ruang rawat bawahan akan lebih mudah mencapai tujuan
keselamatan pasien.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
36
yang mempunyai persepsi dukungan pada kesalahan individu, dan terus melakukan
keselamatan pasien dilakukan oleh Nivalinda, juga membutuhkan dukungan organisasi dan
dkk. (2013) yang menyatakan ada pengaruh alat implementasi (Novalianti, dkk., 2013).
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
37
yang baik juga berlaku untuk inovasi klinis keselamatan dengan jelas, menghargai dan
karena perubahan dari budaya menyalahkan memberdayakan staf untuk mencapai visi.
menjadi budaya keselamatan pasien Komponen lainnya yaitu terlibat aktif dalam
keselamatan pasien. Hal ini didukung aspek menjadi panutan bagi bawahan, fokus pada
daya manusia (SDM) yang mendukung individu, dan terus melakukan perbaikan
dibangun sebagai sistem pertahanan/barier Hal ini berarti semakin efektif dukungan
(Cahyono, 2008). Hal ini menunjukkan untuk kepemimpinan kepala ruangnya maka semakin
perlu didukung kepemimpinan yang kuat pasiennya. Pemimpin yang efektif dalam
dalam kinerja keselamatan pasien serta sistem menerapkan dukungan kepemimpinan tertentu
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
38
101.
Cahyono, J. (2008). Membangun Budaya
Intensif RSUD Moewardi Surakarta Tahun perawat dengan upaya penerapan patient
2008. Tesis. Semarang: MIKM UNDIP safety di ruang rawat inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
Bachrun, E. (2017). Hubungan tingkat Aceh. Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
39
Volume 11 Nomor 1 Maret 2015. the USA. The surgeon, 12, 64-67.
2018. Company.
Martin, R. (2009). Path Goal Theory Of Nivalinda, dkk. (2013). Pengaruh Motivasi
Meginniss, dkk. (2012). Time out for patient 2, November 2013; 138-145.
safety culture - linking patient and worker Rolinson dan Kish (2013). Care Concept in
safety (online). Diakses dari advanced nursing.St. Louis.Mosby A
https://www.osha.gov/SLTC/healthcarefa Hancourt Health Science Company.
cilities/safetyculture_full.html tanggal 13
RSU Kabupaten Tangerang. (2017). Laporan
Januari 2018.
PMKP RSU Kabupaten Tangerang.
Tangerang.
Pratama. (2017). Hubungan tingkat
pengetahuan tentang penerapan patient
Setiowati, D. (2010). Hubungan
safety dengan persepsi penerapan patient
kepemimpinan efektif head nurse dengan
safety oleh perawat di RSUD dr.
penerapan budaya keselamatan pasien
Soedirman Mangoen Soemarso Wonogiri.
oleh perawat pelaksana di RSUPN
Skripsi. Departemen Keperawatan
Dr.Cipto Mangunkusumo. Tesis.
Fakultas Kedokteran. Semarang
Depok : FIK-UI.
: Universitas Diponegoro.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. VIII No. 1 Mei 2019. ISSN 2086-9266