Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pengertian penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia
,baik secara permanen maupun secara siklus terhadap suatu kelompok
sumber daya alam dan sumber daya buatan yang secara keseluruhan disebut
lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik
secara kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya
(Malingreau,1977 ). Dalam rangka pembangunan nasional dan sektoral
pengelolaan sumber daya lahan dan aspek pendukungnya menempati posisi
yang semakin penting. Kenyataan ini ditunjukkan dengan makin tingginya
kegiatan pemerintah dan masyarakat yang langsung berhubungan dengan
fungsi lahan.
Perencanaan pembangunan adalah suatu proses yang
berkesinambungan sejak dari tahap survei sampai dengan tahap
pengamatan, karena memerlukan peninjauan ulang atau pengkajian agar
mencapai hasil yang diharapkan untuk masa yang akan datang. Hal ini
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memajukan tingkat
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pelaksanaan program pembangunan
nasional itu sendiri dilakukan dalam tahap lima tahun (repelita), yang oleh
pemerintah dijadikan sebagai bahan acuan perencanaan dari berbagai sektor
unggulan dalam kehidupan masyarakat yang intinya meliputi sektor
ekonomi, sosial dan budaya. Sedangkan tingkat perkembangan dan
pertumbuhan tergantung pada potensi yang ada baik itu potensi penduduk,
alam, sosial dan ekonomi yang didukung oleh aspirasi dan partisipasi
masyarakat.
Dengan adanya keterkaitan antara potensi dan keadaan alam yang
dimiliki suatu daerah tersebut maka akan tumbuh interaksi yang saling
mendukung antara komponen itu sendiri dan untuk mencapai perubahan dan
hasil yang maksimal, di setiap daerah harus memanfaatkan potensi sumber
daya alamnya ,maupun potensi sumber daya manusia yang ada.
2

Perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah


akan selalu dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengolah sumber daya
alam tersebut, apabila didaerah tersebut memiliki kondisi alam dengan
potensi yang tinggi dan pengolahan yang baik maka otomatis daerah
tersebut akan mampu menciptakan interaksi yang bersifat mutualisme
sehingga akan cenderung memiliki angka pertumbuhan yang tinggi pula,
dan apabila daerah tersebut memiliki suatu potensi yang khusus yang tidak
dimiliki oleh daerah yang lain maka daerah tersebut akan semakin tinggi
dalam hal tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Oleh karena itu sangat diperlukan identifikasi suatu wilayah untuk
mengetahui tingkat perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah dimasa
yang akan datang, yang pada akhirnya pembangunan yang ditujukan untuk
memenuhi segala macam bentuk kebutuhan baik itu sarana dan prasarana
serta fasilitas penunjang yang dapat dipenuhi sehingga pembangunan
mempunyai arah yang sangat besar bagi peningkatan kehidupan masyarakat
di suatu daerah.
Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui betapa pentingnya
pelaksanaan perencanaan pengembangan pembangunan baik dimasa
sekarang dan masa yang akan datang, sehingga dari sini kami mencoba
menguraikan tentang “Dampak Pengembangan Di Wilayah Pedesaan”
secara singkat dan sistematik, dalam bentuk sebuah makalah agar dapat
menjadi gambaran, acuan dan pelajaran bagi penulis dan para pembaca
nantinya.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi penggunaan lahan pada Desa Pleret ?
2. Dimanakah daerah yang mengalami perubahan fisik lahan yang cukup
banyak di Desa Pleret ?
3. Faktor apa saja yang sangat berpengaruh terhadap perubahan
penggunaan lahan ?
3

I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah
untuk dapat mengambil kebijakan dalam penyusunan Rencana Detil
Tata Ruang (RDTR).
2. Memudahkan seseorang atau instansi untuk mengetahui dan
membuat peta tata guna lahan yang baru.

I.4. Tinjauan Pustaka


Program Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic
Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi yang dirancang
untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data
dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi
keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan
Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001; dalam As-syakur
2007) Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat
memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek
yang dihubungkan secara geogrfis di bumi (georeference). Disamping itu,
SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis
data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan
geografi. Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama
data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri
dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta
memiliki lokasi keruangan (Indrawati, 2002 dalam Husein).
Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah
untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan
tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek.Ciri utama data yang bisa
dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah
terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi
4

(Dulbahri, 1993; dalam As-Syakur 2007). Data-data yang diolah dalam SIG
pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital,
dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan
analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi
keruangan yang umumnya berbentuk peta.Sedangkan data atribut
merupakan data table yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai
objek sebagai data spasial.
Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam
bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan
kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi
suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan
lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu
kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain.
Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis
yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas
penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya.
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model
data vektor.Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi
empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur.Data vector
adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis
atau area (polygon) (Barus dan Wiradisastra, 2000). Lukman (1993)
menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi
keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama
yaitu:
1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari
peta, data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil
pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data
spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digitaltersebut
dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak
sehingga terbentuk basisdata (database). Menurut Anon (2003; dalam
5

As-syakur, 2007) basisdata adalah pengorganisasian data yangtidak


berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan,
pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh
pengguna.
2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval)
ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan
cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada
kertas).
3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai
macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta,membuat buffer
zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003;
dalam As-syakur, 2007) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data
merupakan ciri utama dari SIG.
Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data
spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk
berbagai aplikasi.
4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan
data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan
wiradisastra (2000). Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam
hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat
dalam bentuk peta, tabel angka: teks di atas kertas atau media lain (hard
copy), atau dalam cetak lunak (seperti file elektronik).
1.5.3 Citra Digital
Interaksi antara tenaga dan objek hasil perekaman menghasilkan dua
jenis data, yaitu: data visual dan data numerik. Menurut Hornby (1974;
dalam Sutanto, 1992) bahwa citra adalah gambaran yang tampak pada
cermin atau melalui lensa kamera. Sedangkan Simonett dkk (1983; dalam
Sutanto, 1986:6) mengemukakan bahwa citra adalah gambaran suatu
objek biasanya berupa gamabaran objek pada foto yang dihasilkan dengan
cara optic, elektro-optik, optic mekanik atau elektronik.
6

Selain data visual (citra) juga diperoleh data citra (numeric), karena
tiap objek mempunyai karakteristik yang berbeda, maka tiap objek akan
memantulkan atau memancarkan tenaga elektromagnetik membentuk
karakteristik berbeda, juga dalam interaksinya antara tenaga dan objek
dipengaruhi oleh kondisi atmosferik.
Citra digital adalah citra yang diperoleh, disimpan, dimanipulasi,
dan ditampilkan dengan basis logika biner. Citra digital biasanya dihasilkan
melalui bantuan pemindai atau skaner (scanner), meskipun dewasa ini citra
digital juga bisa diperoleh melalui berbagai macam kamera digital dengan
harga murah, bahkan yang telah terintegrasi dengan telpon seluler
sekalipun. Citra digital penginderaan jauh diperoleh dari sistem perekaman
melalui sensor yang dipasang pada pesawat terbang ataupun satelit. Citra
dalam format digital biasanya disimpan pada media magnetik,
optik,ataupun media lainya (disket, hard disk, compact disk, CCT atau
computer compatible tape, optical disk dan flash disk), serta dapat
ditampilkan menjadi gambar pada layar monitor komputer. Dalam tulisan
ini, citra digital penginderaan jauh adalah citra yang menggambarkan
kenampakan permukaan (atau dekat permukaan) bumi, dan yang diperoleh
melalui proses perekaman pantulan (reflectance), pancaran (emittance),
ataupun hamburan balik (backscatter) gelombang elektromagnetik dengan
sensor optik-elektronik yang terpasang pada suatu wahana (platform), baik
itu wahana di menara (crane), pesawat udara maupun wahana ruang
angkasa.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

II.1. Bidang Kegiatan


Pada pelaksanaan Program Kerja Individu adalah bidang Geologi,
khususnya manajemen sumber daya alam. Dimana output dari Program
kerja individu ini berupa Peta Tata Guna Lahan.

II.2. Objek Kegiatan


Obyek yang merupakan tujuan dari program individu ini adalah
memberikan informasi tentang penggunaan lahan atau pemanfaatan lahan
di daerah desa Pleret. Yang nantinya dapat menjadi referensi dan bahan
pertimbangan bagi pemerintah desa maupun kabupaten dalam pengelolaan
lahan di daerah tersebut.

II.3. Lokasi Kegiatan


Kegiatan ini dilakukan di Dusun Trayeman, Desa Pleret, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

II.4. Jenis dan Waktu Kegiatan


Program Peta Tataguna Lahan sebagai informasi tentang penggunaan
lahan atau pemanfaatan lahan di daerah desa Pleret ini dilakukan secara
individu selama 3 minggu. Minggu pertama di mulai tanggal 27 Februari
melalukan survey lapangan yang dilanjutkan pengamatan penggunaan lahan
di tiap dusun di Desa Pleret menggunakan software Google Earth.
Sebagai peta dasar pembuatan Peta Tataguna Lahan menggunakan
Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Bantul 1408 - 221 Edisi 1 – 1999
Skala 1 : 25.000 dan sebagai alat pengolahan data peta menggunakan
software Arcgis yang dilanjutkan pembuatan layout peta dengan software
Corel Draw Suite X8 selesai sampai minggu ketiga.

7
II.5. Pendanaan
Pendanaan untuk Program Peta Tataguna Lahan ini diambil dari
iuran setiap anggota KKN IST AKPRIND 2017 yang dipergunakan untuk :

JENIS JUMLAH HARGA

Print Peta 2 Rp. 100.000

Rp. 20.000
Akomodasi -

Rp.120.000
Total :

8
BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Program Individu


Penggunaan lahan menurut Malingreau (1978) (dalam Ritohardoyo,
2009) adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen ataupun
secara skil terhadap suatu sekumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan,
yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhan manusia baik secara spiritual ataupun secara kebendaan ataupun
keduanya.

Data penggunaan lahan saat ini dirasakan semakin penting karena laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi membuat penggunaan lahan oleh manusia pada
daerah yang luas dan tersebar benar-benar sangat kompleks. Penggunaan
lahan pada saat sekarang (present land use) merupakan pertanda adanya dinamika
dari eksploitasi oleh manusia (baik secara perorangan maupun masyarakat) terhadap
sekumpulan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya (Ritohardoyo,
2009).

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik


dalam keperluan produksi pertanian, perkebunan, industri, jasa serta permukiman
mendorong lahirnya pemikiran tentang bagaimana mengambil keputusan
pemanfaatan lahan yang paling menguntungkan dari sumber daya yang terbatas.
Dengan keadaan seperti ini perlu suatu perencanaan penggunaan lahan dan
penataan kembali penggunaan lahan agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk
itu perlu dilakukan kesesuaian penggunaan lahan agar bentuk penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu dapat berjalan dengan
baik
Kesesuaian penggunaan lahan tersebut tentunya memerlukan data yang
mampu menyajikan informasi penggunaan lahan yang tepat. Dengan menggunakan

9
teknik penginderaan jauh mampu menyajikan informasi tentang penggunaan
lahan karena dapat menyajikan informasi detail penggunaan lahan pada
suatu daerah. Melalui penginderaan jauh dapat diketahui informasi tentang suatu
wilayah tanpa kontak langsung dengan daerah yang dikaji. Untuk itu teknik
penginderaan jauh lebih praktis dan efisien dalam mengumpulkan informasi
mengenai suatu daerah.
Peta penggunaan lahan berisikan hasil delineasi jenis guna lahan yang ada
diseluruh daerah kajian yang mana memuat fungsi dominan untuk suatu kawasan,
blok peruntukan, atau persil lahan (Permen PU No. 20 Tahun 2011). Pemetaan
penggunaan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang
penggunaan lahan pada suatu lokasi. Pemetaan penggunaan lahan dilakukan sesuai
kebutuhan. Pemetaan penggunaan lahan dapat dilakukan dengan skala detail
maupun skala menengah. Penginderaan jauh dan sistem informasi geografi
digunakan sebagai sarana pengolahan peta penggunaan lahan, karena penginderaan
jauh dan sistem informasi geografi telah berkembang pesat dan mampu
memaksimalkan pekerjaan. Banyaknya jenis citra penginderaan jauh dengan berbagai
macam resolusi, baik spektral, spasial maupun temporal telah mendorong teknologi
ini sebagai salah satu alat untuk memperoleh data sumberdaya bumi yang cukup
handal dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya.
Pemanfaatan citra satelit untuk pemetaan penutup lahan ataupun penggunaan
lahan di Indonesia pada saat ini sudah banyak dilakukan, terutama untuk
pemetaan pada skala tinjau, detail dan semi detil. Namun, pemetaan penggunaan
lahan skala detail masih sangat minim di Indonesia karena resolusi spasial citra
penginderaan jauh yang banyak beredar di Indonesia masih berkisar 10 meter ke atas.
Selain minim, kebanyakan pemetaan detail hanya berpusat di pulau jawa.
sedangkan kebutuhan akan data penggunaan lahan terutama data yang detail sangat
diperlukan untuk pembuatan peta-peta tematik bertema kekotaan oleh instansi
pemerintah. Menggunakan citra satelit dapat menghemat waktu dan tenaga serta lebih

10
murah dibandingkan dengan survey langsung di lapangan. Namun demikian untuk
menjaga akurasi data yang dihasilkan, pekerjaan lapangan harus tetap dilakukan.
Peta penggunaan lahan dapat digunakan sebagai dasar dari
perencanaan detail kota. Sebagian besar kota-kota di Indonesia ialah kota- kota
yang tengah berkembang, sehingga perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan perlu dilakukan sejak dini guna memaksimalkan fungsi kota yang
berkembang. Hal ini tentu saja membutuhkan data penggunaan lahan yang akurat
dan cukup detail untuk wilayah perkotaannya.

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Laporan Akhir Individual ini merupakan hasil pelaksanaan program
kerja selama di lokasi KKN yaitu RT 01,02,03 Dusun Trayeman, Kelurahan
Pleret, Desa Pleret.
Dalam pelaksanaan kegiatan KKN khususnya program individu Peta
Tataguna Lahan yang telah diuraikan di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain:
1. Kegiatan dilaksanakan dalam kerja 3 minggu.
2. Peta penggunaan lahan dapat digunakan sebagai dasar dari
perencanaan detail kota. Sebagian besar kota-kota di Indonesia ialah kota-
kota yang tengah berkembang, sehingga perencanaan, pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan perlu dilakukan sejak dini guna memaksimalkan
fungsi kota yang berkembang. Hal ini tentu saja membutuhkan data
penggunaan lahan yang akurat dan cukup detail untuk wilayah perkotaannya.
IV.2 Saran
Berdasarkan dari pengalaman yang telah penulis peroleh selama pelaksanaan
KKN dalam upaya pengembangan masyarakat Dusun Trayeman, maka ada
beberapa saran yang perlu disampaikan yaitu:
1. Kepada panitia penyelenggara KKN, sebagai perencana, penyusun strategi dan
kurikulum KKN, hendaknya mempertimbangkan kembali pola kegiatan KKN
terkait efektivitas dan efisiensi dalam semua perencanaan kegiatan KKN di
masa mendatang. Dan yang tak kalah pentingnya adalah dapat tepat waktu
dengan semua yang telah direncakan sejak awal.
2. Pihak LPPM IST AKPRIND Yogyakarta untuk menempatkan mahasiswa
KKN sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan progam kerja yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh warga dengan melakukan survei
sebelumnya.

12
3. Sebaiknya ditanamkan sikap disiplin pada anak sejak awal sehingga dapat
bersikap lebih baik saat kegiatan belajar mengajar dilakukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar Bantul 1408 - 221 Edisi 1 - 1999
Skala 1 : 25.000

14
LAMPIRAN

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai