Tugas Mandiri
Tugas Mandiri
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Radikalisme
Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut
dari paham radikal tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.
Sebagai warga negara terikat secara hukum untuk patuh dan tunduk pada
undang-undang negara, yang merupakan blue print dan kesepakatan antara
pemerintah dan rakyatnya. Sehingga siapapun yang hidup di negara indonesia
harus mematuhi undang-undang dasar negaranya..1
1
Amtsal Bahtiar, filsafat agama, 1997, pamulang timur ciputat, LOGOS Wacana ilmu, h. 206
3
Kaum radikalis berupaya kuat menjadikan tatanan tersebut untuk mengganti dari
tatanan yang sudah ada. Munculnya kelompok-kelompok radikal(dalam Islam) akibat
perkembangan sosial politik yang membuat termarginalisasi, dan selanjutnya mengalami
kekecewaan, tetapi perkembangan sosial politik tersebut bukan satu-satunya faktor. Di
samping faktor tersebut, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan
kelompok-kelompok radikal, misalnya kesenjangan ekonomi dan ketidak mampuan
sebagian anggota masyarakat untuk memahami perubahan yang demikian cepat terjadi.
2
http://politikinternasionaradikanlismel.blogspot.co.id/diakses tanggal 04 Desember 2017
4
Kedua, factor emosi keagamaan. Harus diakui bahwa salah satu penyebab
gerakan radikalisme adalah factor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya
adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.
Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, danbukan
agama (wahyu suci yang absolut) walaupun gerakan radikalisme selalu
mengibarkan bendera dan symbol agama seperti dalih membela agama, jihad dan
mati syahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah
agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi
dan subjektif.
Ketiga, factor kultural ini juga memiliki adil yang cukup besar yang
melatarbelakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara
kultural, dalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari
jeratan jarring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan
yang dimaksud factor kultural disini adlah sebagai anti keras terhadap budaya
sekularisme. Budaya barat merupakan sumber sekularisme yang dianggap sebagai
musuh yang harus dihilangkan di bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan
adanya dominasi barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya
muslim.
3
http://www.kompasiana.com/ojidnatus/kebenaran-mutlak-kebenaran-relatif-dankebenaran-
virtual_54ff8a14a33311894c510704 diakses tanggal 04 Desember 2017
5
Radikalisme bisa terjadi pada semua agama, namun selama ini yang
dikenal sebagai radikal adalah umat islam. Kita harus selalu waspada terhadap
ajakan-ajakan jihad yang diartikan dengan perang, kehidupan yang lebih baik,
ajakan yang mengharuskan menggunakan cadar. Cara merekrut anggota
mendekati kelompok atau organisasi yang sealiran dan yang berekonomi lemah
atau yang pendidikan agamanya lemah, mencari orang dikampung yang militan
dan mengisahkan perjuangan dan mengiming imingi jihad. Disini kita semua
harus waspada. Kita harus jaga diri kita, anak-anak kita atau teman-teman kita
dari idiologi radikal.
44
http://wahid-hambali.blogspot.co.id/2013/04/radikalisme-makalah.html diakses
tanggal 04 Desember 2017
https://m.tempo.co/read/news/2015/02/06/058640488/ormas-ini-ditudingmenyimpang-
dari-ajaran-islam diakses 04 Desember 2017
6
Makna Sila Pertama, menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata
maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila
menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda
keyakinan.
Selanjutnya pada sila kedua yaitu kemanusian yang adil dan beradab. Menjadi
warga indonesia yang adil dan beradap merupakan keharusan. Beradap dapat
dimaknai memiliki karakter yang baik, tentunya dengan menjadi manusia yang
adil dan memiliki karakter yang baik, kesejahteraan dan kenyamanan hidup rakyat
indonesia akan tercapai. Adil dapat dimaknai dengan menempatkan segala sesuatu
pada tempatnya, tidak melanggar aturan, menjaga tingkah laku agar sesuai dengan
7
norma agama, adat istiadat, dan budaya. Maka faham terorisme dan radikalisme
sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, karena
tindakannya telah keluar dari norma agama, adat istiadat, dan budaya. Tidak ada
budaya membunuh orang yang tidak bersalah itu dihalalkan, tidak ada norma
agama yang menyuruh pengikutnya untuk membunuh. Begitu juga dengan islam,
dimana salah satu prinsip hukumnya adalah menjaga nyawa (hifdzun naf). Maka
tindakan terorisme sangat bertentangan dengan pancasila sebagai falsafah negara
dan dan agama islam. Faham inilah yang harus ditanam sejak dini agar supaya
generasi penerus bangsa memiliki basic yang kuat dalam menangkal terrorism dan
radikalisme.
Nliai sila ke empat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Dalam kontek keindonesiaan, menaati
pemerintah dan perangkatnya merupakan kewajiban, begitu juga dengan
mengikuti aturan yang berlaku. Jadi, anggapan bahwa pemerintah
adalah thoghut merupakan persepsi atau faham yang sangat bertentangan dengan
agama islam, norma, dan adat-istiadat indonesia, khususnya pancasila.
Selanjutnya, sila ke lima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
menujukkan bahwa rakyat indonesia harus menjadi rakyat yang adil. Keadilan ini
tidak memandang ras, agama, kepercayaan, budaya, dan lain-lain. Dengan satu
tujuan bahwa rakyat Indonesia harus menjadi rakyat yang adil, berjiwa sosial
dengan saling membantu satu sama lain, saling menerima dan menghargai, tidak
diskrimaninasi, toleransi, karena rakyat indonesai memilik hak yang sama, hak
untuk hidup, hak berkreasi dan berkarya, tanpa melihat dan membeda-bedakan
warna kulit dan asal usul sehingga menjadi rakyat yang sejahtera.5
5
http://wulanilmu.blogspot.co.id/2017/05/peran-pancasila-dalam-menangkal.html di akses tanggal
04 Desember 2017
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://politikinternasionaradikanlismel.blogspot.co.id/diakses tanggal 04
september 2016
http://wulanilmu.blogspot.co.id/2017/05/peran-pancasila-dalam-
menangkal.html di akses tanggal 20 Desember 2017