Anda di halaman 1dari 8

I.

SUPERVISOR DAN MANAJEMEN


1. Kedudukan Supervisor dalam Organisasi.
Supervisor adalah seorang manajer yang bertanggungjawab kepada manajer yang lebih
tinggi dan tugas utamanya memimpin pekerja pada taraf operasional. Para supervisor
adalah barisan terdepan dari manajemen yang langsung berhadapan dengan para pekerja.
Jadi supervisor termasuk dalam jajaran manajemen, namun memiliki fungsi yang berbeda
dari para manajer yang lain. Para manajer yang lain bertanggungjawab dan membawahi
sesama manajer, jadi membawahi orang-orang yang termasuk satu kelompok. Supervisor
tidak demikian, ia mempunyai hubungan kerja dengan dua kelompok yang berbeda. Ke atas
bertanggungjawab kepada kelompok manajer, ke bawah memimpin kelompok kerja.
Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, supervisor harus dapat diterima dan
dihormati oleh kedua kelompok tersebut. Ini berarti bahwa supervisor harus menjadi
anggota rangkap dari dua kelompok. Ia berdiri dengan satu kaki dalam kelompok manajer
dan kaki lain dalam kelompok pekerja. Jika demikian bagaimanakah peranan supervisor
dalam organisasi/perusahaan.
2. Beberapa Pandangan Tentang Peranan Supervisor
Ada bermacam-macam pandangan tentang peranan supervisor dalam organisasi /
perusahaan.
2.1. Supervisor adalah poros manajemen
Mereka dipandang sebagai orang yang mengintepretasikan kebijaksanaan atasan:
mengambil keputusan, melaksanakan pekerjaan dan mengontrol pekerjaan. Ia mewakili
manajemen menghadapi pekerja, dan mewakili buruh menghadapi manajemen. Ia adalah
mata ratai utama dalam lalulintas kekuasaan dan komunikasi dalam organisasi /
perusahaan.
2.2. Supervisor adalah “Pelanduk ditengah-tengah”
Menurut pandangan ini supervisor terjepit diantara dua kekuatan sosial yang saling
bertentangan, yakni manajemen dan pekerja. Manajemen mengharapkan agar ia mencegah
pemborosan, memelihara disiplin pekerja, mengontrol produksi juga melaksanakan
rencana-rencana yang sudah ditentukan. Manajemen menuntut loyalitas dan usaha
maksimal, tuntutan dari pihak manajemen ini sebagian besar bersifat teknis dan
mementingkan produksi. Sebaliknya tuntutan dari pihak pekerja biasanya berupa tuntutan
perasaan, tidak menyulitkan para pekerja, menyampaikan tuntutan dan kepentingan
mereka kepada manajemen serta diharapkan loyal terhadap para pekerja.
2.3. Supervisor adalah Orang yang Tersingkir
Oleh manajemen tidak diakui, oelh staff tidak dihiraukan dan oleh para pekerja tidak
diterima. Supervisor itu orang yang harus berjuang sendiri. Supervisor semacam ini biasanya
terdapat dalam perusahaan kecil milik perorangan. Tetapi tidak menutup kemungkinan
terdapat dalam perusahaan-perusahaan besar, terutama perusahaan-perusahaan besar
yang banyak mempunyai staf ahli.
2.4. Supervisor termasuk Pekerja biasa
Menurut pandangfan ini supervisor sebenarnya sama saja dengan pekerja yang lain, hanya
berbeda dalam istilah. Pandangan ini didasarkan pada pendapat bahwa sebenarnya tak ada
kekuasaan pada seorang supervisor. Keputusan diambil oleh orang lain dan ia sekedar
melaksanakan. Alasan lain adalah bahwa ia tidak memenuhi status manajemen dan cara
berfikir lebih dekat kepada para pekerja daripada manajemen.
2.5. Supervisor adalah Ahli Mengatur Manusia
Menurut pandangan ini supervisor adalah ahli mengatur manusia untuk bekerja. Ia
mengatur faktor manusia dalam operasional, sedang ahli-ahli lain mengatur segi-segi
teknisnya.
3. Perbedaan Supervisor dengan manajer lain
Manajer menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan intern yang disusun
sedemikian rupa supaya orang lain dapat bekerja secara efisien untuk mencapai tujuan
kelompok. Para manajer mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalkan lingkungan
intern ( orgasisasi ). Lingkungan ini mempunyai empat unsure dasar yang harus
dimanajemen yaitu : orang, pekerjaan / jabatan, teknologi dan barang modal ( uang dan
mesin ).
Supervisor adalah manajer yang fungsinya memimpin, mengkoordinasi dan mengarahkan
pekerjaan orang lain agar dapat tercapai tujuan kelompok. Pengawasan dasar yang
dilakukan adalah yang berhubungan dengan organisasi pada tingkat pertama dan kedua.
Istilah supervisor dapat digunakan pada setiap tingkat manajemen, yaitu mereka yang
mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain. Akan tetapi didalam kehidupan sehari-hari
istilah supervisor diterapkan pada hirarki manajemen ditingkat bawah. Misalnya dalam
suatu organisasi produksi atau kontruksi istilah atau titel supervisor mungkin menyangkut
foreman, general foreman, dan superintendant.
4. Supervisor Sebagai Manajer
Istilah manajemen pada dasarnya dapat diartikan sebagai : mencapai tujuan / sasaran
perusahaan bersama dan melalui orang lain. Istilah ini mengandung arti bahwa seorang
manajer harus melakukan berbagai kegiatan untuk menjamin bahwa tujuan kelompok
kerjanya dapat dicapai, kegiatan-kegiatan tersebut sebagai fungsi –fungsi manajemen. Ada 4
kegiatan pokok / fungsi manajemen, yaitu :
a. Planning ( perencanaan )
b. Organizing ( pengorganisasian )
c. Actuating ( pelaksanaan )
d. Controlling ( pengendalian )
4. a. Planning ( perencanaan )
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan adalah :
a. Menentukan tujuan / sasaran yang hendak dicapai ( kuantitas, kualitas dan waktu )
b. Mengembangkan beberapa alternatif / pilihan kegiatan serta menentukan sumberdaya
yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran.
c. Memilih alternatif kegiatan yang terbaik ditinjau dari sasaran yang ingin dicapai dan
kebutuhan sumberdayanya.
d. Menentukan / mempersiapkan langkah-langkah pencegahan dan pemecahan bila terjadi
gangguan pada pelaksanaan rencana.
4. b. Organizing ( pengorganisasian )
Adalah menentukan / mengatur penggunaan sumberdaya yang dimiliki. Dalam
pengorganisasian mencakup kegiatan-kegiatan seperti :
a. Mengatur penggunaan alat, mesin serta fasilitas dan sumberdaya yang lain.
b. Mengatur pelaksanaan tugas diantara anggota-anggota kelompok kerja ( pembagian
tugas )
c. Menentukan uraian tugas untuk para pelaksana.
4. c. Actuating ( pelaksanaan )
Istilah pelaksanaan dalam pengertian manajemen mencakup beberapa hal antara lain ;
a. Memberi intruksi / perintah dan pengarahan.
b. Memberikan motivasi / semangat / dorongan kerja.
c. Memberikan bimbingan dan pembinaan.
4. d. Controlling ( pengendalian )
Pengendalian mempunyai arti lebih luas daripada pengawasan, karena pengendalian
meliputu kegiatan pencegahan.
a. Mengumpulkan informasi / data tentang kemajuan / hasil.
b. Membandingkan pelaksanaan / hasil dengan sasaran yang telah ditentukan dalam
rencana serta melihat apakah terjadi penyimpangan.
c. Menganalisa penyimpangan yang terjadi serta mencari sebab-sebabnya.
d. Mengambil tindakan yang perlu untuk memperbaiki kesalahan, mencegah semakin
meluasnya penyimpangan ataupun meningkatkan hasil palaksanaan tugas.
5. Ketrampilan Supervisor
Supervisor dituntut untuk memiliki 3 ketrampilan, yaitu :
1. Ketrampilan teknis
Kemampuan untuk memahami dan mengerjakan aktifitas-aktiftas tertentu dengan baik,
terutama memerlukan penguasaan mengenai cara, metode, proses, prosedur dan teknik
tertentu.
2. Ketrampilan manusiawi
Kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif sebagai anggota kelompok dan
dapat membia kerjasama yang baik dalam kelompok yang dipimpinnya.
3. Ketrampilan konseptual
Kemampuan untuk melihat perusahaan secara keseluruhan, meliputi kemampuan melihat
keterkaitan antar bagian, dan kemampuan membayangkan hubungan antar perusahaan
dengan industri dimana perusahaan terletak, serta hubungan perusahaan dengan
masyarakat, keadaan politik, social dan ekonomi secara keseluruhan.
Berapa banyak ketrampilan yang harus dimiliki tergantung dari tingkatan manajer yang
bersangkutan. Semakin keatas biasanya semakin sedikit ketrampilan teknis yang diperlukan
dan semaki banyak ketrampilan konseptual. Sebaliknya semakin kebawah semakin banyak
ketramplan teknis dan semakin sedikit ketrampilan konseptual yang harus dimiliki. Hal
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Manajer Tingkat Atas
Manajer Tingkat Menengah
Manajer Tingkat Bawah
II. TEHNIK MEMBERI PERINTAH YANG EFEKTIF
1. Prinsip dasar memberi perintah
Kemampuan dalam memberi perintah / intruksi dan mendapatkan hasil yang baik
merupakan salah satu indikasi kemampuan manajerial. Kesalahan dalam memberi perintah
dapat menimbulkan kerugian besar.
1.1. Syarat perintah yang efektif
a. Karyawan yang terlibat harus terlatih, terampil dan mampu secara fisik untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan.
b. Hasil yang baik baru dapat dicapai bila si pelaksana “ mau “ mengerjakan apa yang
diperintahkan.
c. Perintah harus diusahakan sedemikian rupa sehingga si pelaksana menerimanya sebagai
sesuatu yang penting untuk dilaksanakan.
d. Perintah harus dirumuskan secara jelas mengenai apa dan bagaimana tugas tersebut
harus dilaksanakan.
1.2. Fakta-fakta dibelakang suatu perintah
Dalam memberikan suatu perintah, sebaiknya memperlihatkan fakta-fakta atau kondisi-
kondisi yang menyebabkan perintah tersebut harus dilaksanakan. Untuk menumbuhkan
perasaan diperlukan dan tanggungjawab yang berhubugan dengan pekerjaan secara
keseluruhan.
1.3. Nyatakan hasil yang diharapkan
Sebaiknya besaran tentang hasil yang diharapkan ditentukan secara kualitatif / kuantitatif
baik dalam terminologi waktu, jumlah dan lain-lainnya.
1.4. Pantau pelaksanaanya
Memberikan perintah, pada hakekatnya baru menyelesaikan separuh pekerjaan, yang lebih
penting adalah separuh pekerjaan yang lain, yaitu mengikuti / memantau perkembangan
pelaksanaan perintah agar dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Keuntungan
yang lain adalah jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan akan diketahui sejak dini,
sehingga dapat segera dilakukan tindakan koreksi yang tepat.
2. Beberapa petunjuk dalam memberi perintah
2.1. Hal yang harus diingat :
a. Ketahui dan fahami bagaimana pekerjaan tersebut harus dilaksanakan.
b. Berikan perintah pada karyawan yang tepat.
c. Berikan perintah dengan jelas, singkat dan tegas.
d. Harus diyakini apakah perintah tersebut sudah dimengerti dengan baik atau belum, bila
perlu diulang kembali perintahnya.
e. Susun perintah tersebut dengan baik.
f. Bila diperlukan berikan contoh.
g. Jangan terlalu banyak memberikan perintah pada waktu yang bersamaan.
i. Berikan perintah melalui saluran yang tepat.
j. Untuk perintah-perintah yang istimewa bila perlu berikan detail-detail yang dapat
mempermudah pelaksanaan tugasnya.
k. Pelaksanaan perintah tersebut sebaiknya diikuti perkembangannya dengan seksama.
2.2. Penggunaan perintah secara tertulis
Salah satu cara memberikan perintah yang baik adalah dengan jalan membuat perintah
secara tertulis. Syaratnya harus ditulis secara jelas dengan kata-kata yang sederhana
sehingga mudah untuk dipahami, selain itu catatan tersebut bisa dijadikan sebagai
pegangan.
2.3. Perhatikan adanya perbedaan individual
Setiap individu ataupun kelompok biasanya memiliki cirri-ciri khas yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Dengan kenyataan tersebut hal yang harus diperhatikan adalah
bagaimana cara memerintah yang sesuai dengan karakter individu atau kelompok tersebut.
Untuk beberapa individu mungkin diperlukan perintah langsung, sedangkan untuk yang lain
mungkin diperlukan perintah yang bersifat permohonan.
2.4. Harus menarik antusiasme pelaksana
Sebagaimana telah disebutkan dimuka, memberi perintah berarti membuat agar para
pelaksanan mau, tahu, dan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Mau artinya pelaksana mengerjakan tugasnya dengan bersemangat, berminat
dan tidak merasa dipaksa.
3. Kesalahan-kesalahan yang umum terjadi dalam memberi perintah
a. Bicara tidak tegas atau menggunakan kata-kata yang tidak sepenuhnya menyokong arti
perintah tersebut.
b. Susunan perintah / intruksi tidak teratur dan sembarangan. Usahakan agar perintah-
perintahtersebut disusun dalam urutan-urutan yang logis dan tidak membingungkan.
c. Terlalu cepat menganggap sipelaksana sudah mengerti apa yang diharapkan dari dirinya,
padahal pada kenyataannya mungkin pelaksana belum memahami sepenuhnya tentng tugas
tersebut.
4. Macam-macam cara memberi perintah
4.1. Permintaan tenaga sukarela
Suatu bentuk perintah yang sangat halus karena pada prinsipnya tetap berlaku sama yaitu
kita menginginkan seseorang untuk mengerjakan suatu tugas sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
4.2. Perintah tersamar
Suatu bentuk yang lebih tegas dibandingkan dengan butir yang diatas, isinya menganjurkan
bahwa sesuatu harus dikerjakan dan membiarkan pelaksana mengerjakan atas inisiatifnya
sendiri.
4.3. Permintaan
Perintah halus dan bijaksana, biasanya selalu didahului dengan bentuk permintaan seperti :
“ Bagaimana kalau…….”, “ Maukah anda…………. “ , “tolong………….”.
4.4. Perintah langsung
Perintah yang bersifat komando langsung, misalnya : “ Kerjakan ini…” atau “ Kerjakan
itu…..”. dan lain-lain.
Karena dari latarbelakang yang berbeda, macam tugas dan situasi yang mempengaruhinya,
maka untuk mencapai hasil yang efekif dan efisien melalui orang lain, maka harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan atau mengkombinasikan cara memerintah yang tepat
sesuai dengan yang dibutuhkan.
III. ANALISIS MASALAH MANUSIA
Seorang supervisor yang baik diharapkan dapat membina dan mengembangkan
bawahannya. Dalam menjalankan tugas ini ia tidak pernah lepas dari adanya masalah-
masalah pada bawahannya. Masalah-masalah tersebut harus diatasi sebaik mungkin agar
tidak terjadi gangguan-gangguan pada kelancaran pekerjaan dikelompok kerja masing-
masing.
1. Hambatan-hambatan dalam menganalisis masalah
a. Masalah yang dijumpai tidak spesifik, komplek dan tidak jelas. Hal ini akan menyulitkan
langkah-langkah analisis masalah selanjutnya, yaitu dari pengumpulan informasi sampai
pengambilan keputusan.
b. Tidak dapat menentukan masalah mana yang penting dan perlu segera diatasi dan mana
yang tidak terlalu penting dan dapat ditunda. Akibatnya usaha yang dikeluarkan sering tidak
seimbang dengan hasil yang diperoleh.
c. Kurang mempunyai informasi yang relevan / sesuai. Hal ini dapat mengakibatkan
kesalahan dalam menarik kesimpulan dan mengambil keputusan.
d. Banyak menggunakan opini ( pendapat ) dan atau asumsi ( perkiraan ). Opini atau asumsi
yang tidak tepat dapat menjerumuskan karena kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
menarik kesimpulan.
e. Berprasangka ataupun terlalu cepat menarik kesimpulan. Bila hal ini terjadi seringkali
orang mengumpulkan informasi semata-mata untuk mendukung prasangka atau
kesimpulannya itu, dan menutup mata terhadap kemungkinan-kemungkinan yang lain.
f. Kesalahan dalam menentukan sebab-sebab masalah. Keputusan yang diambil tidak efektif
atau justru menimbulkan masalah-masalah baru.
g. Keputusan yang diambil tidak dapat dijalankan atau tidak banyak manfaatnya.
2. Meningkatkan efektifitas penanganan masalah
Disebabkan adanya hambatan-hambatan seperti telah disebutkan diatas, maka diperlukan
langkah-langkah yang lebih teratur dan terarah agar masalah-masalah yang ada dapat
diatasi dengan baik. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
2.1. Identifikasi masalah
a. Pisahkan masalah-maslah yang komplek menjadi masalah-masalah yang berdiri sendiri.
b. Bandingkan situasi yang terjadi dengan yang seharusnya ( standarnya ).
c. Periksalah apakah masalah-masalah yang ada saling berkaitan atau mempunyai hubungan
sebab akibat.
d. Rumuskan masalah dengan spesifik, yaitu mencakup apa, dimana, kapan, siapa dan
bagaimana.
2.2. Analisis nilai
a. Pelajari apakah masalah ini besar atau kecil apabila dilihat dari akibatnya (resiko) bila
masalah tersebut didiamkan saja.
b. Pelajari apakah masalah ini perlu atau tidak perlu diatasi dengan segera, dilihat dari segi
mendesaknya (waktu) dan perkembangannya.
2.3. Pengumpulan informasi
a. Kumpulkan informasi yang berkaitan / berhubungan dengan rumusan masalah diatas (
butir 2.1.d )
b. Selalu membuka diri dan pelajari semua kemungkinan yang ada. Dalam pengumpulan
informasi , hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Ingatlah selalu bahwa opini dan asumsi belum tentu benar, sehingga perlu diuji terhadap
faktanya.
2. Usahakan agar tidak berprasangka atau terlalu cepat menarik kesimpulan.
3. Jangan terpaku pada pengalaman-pengalaman diwaktu yang lampau. Ingatlah bahwa
masalah yang dihadapi sekarang belum tentu sama dengan yang pernah dialami
sebelumnya meskipun gejalanya sama.
2.4. Analisis sebab
a. Kembangkan sebab-sebab yang dapat menimbulkan masalah, yaitu :
>Kekurangan pengetahuan pada masalah.
>Kekurangan pada pelaksanaan.
b. Ujilah sebab-sebab yang diduga terhadap fakta dari masalah yang dihadapai.
2.5. Analisis keputusan
a. Tentukan berbagai alternatif keputusan / tindakan yang realistis.
b. Pelajari usaha ( waktu, tenaga, biaya ) yang diperlukan dan bandingkan dengan hasil yang
akan diperoleh.
2.6. Implementasi / pelaksanaan
a. Siapkan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang diperlukan.
b. Siapkan tindakan-tindakan pengamanan pelaksanaan keputusan.
Langkah-langkah analisis masalah dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut :
3. Sebab-sebab masalah manusia
3.1. Kekurangan pengetahuan
Gejala kekurangan pada pengetahuan adalah bila yang bersangkutan :
a. Tidak mengetahui bahwa ia diharapkan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan cara-cara
yang tepat.
b. Tidak pernah dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan benar.
c. Meskipun dipaksa / diancam tetap tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan benar.
Masalah-masalah kekurangan pada bidang pengetahuan dapat diatasi melalui:
a. Memberi pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.
b. Memberi bimbingan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3.2. Kekurangan pada pelaksanaan
Gejala kekurangan pada pelaksanaan adalah bila yang bersangkutan :
a. Mengetahui bahwa ia diharapkan melaksakan pekerjaan sesuai dengan cara-cara yang
tepat
b. Pernah dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan benar.
c. Dengan adanya paksaan / ancaman dapat mengerjakan tugasnya dengan benar.
d. Dapat melaksanakan tugasnya tetapi tidak mau.
e. Mendapat akibat yang tidak menyenangkan / negatif dalam mengerjakan tugasnya.
f. Tahu bahwa ia tidak bekerja sesuai dengan harapan.
Masalah-masalah kekurangan pada pelaksanaan dapat diatasi dengan :
a. Mengubah desain pekerjaan ( prosedur, system, peralatan, dsb )
b. Memberikan umpan balik yaitu informasi mengenai hasil kerja serta cara-cara perbaikan.
c. Mengadakan penyesuian akibat-akibat yang diterima oleh orang tersebut.
IV. ANALISIS KESEIMBANGAN AKIBAT
1. Prinsip dasar melakukan analisis keseimbangan akibat
a. Suatu akibat dapat positif , netral, atau negatif tergantung orangnya, waktu dan
lingkungan.
b. Jika suatu tingkahlaku tetap bertahan, maka keseimbangan akibatnya adalah positif
artinya orang tersebut lebih banyak mendapat akibat yang positif daripada negative.
c. Jika dua tingkahlaku yang tidak berkaitan sama-sama memberi akibat yang positif maka
yang akan dilakukan adalah tingkahlaku yang memberikan akibat positif yang lebih besar.
d. Semakin jauh jarak waktu akibat dari tingkahlaku, semakin kecil pengaruh akibat tersebut
terhadap tingkahlaku. Artinya akibat yang tidak segera dirasakan kurang mempengaruhi
tingkahlaku.
e. Akibat yang mengendalikan tingkahlaku adalah akibat yang bernilai / penting bagi
seseorang.
2. Yang perlu diperhatikan dalam analisis keseimbangan akibat.
a. Adanya dua tingkahlaku, yaitu : tingkahlaku yang diharapkan dan tingkahlaku yang tidak
diharapkan.
b. Tidak mencampurkan antara kepentingan / akibat bagi perusahaan dengan akibat yang
sebenarnya bagi seseorang.
c. Pilih dan pisahkan akibat pasti dengan akibat samara-samar.
d. Pilih dan pisahkan akibat segera dengan akibat jangka panjang.
e. Perkirakan kepastian dari akibatnya ( seseorang akan lebih terpengaruh oleh akibat yang
pasti daripada samar-samar.
3. Bobot konsekuensi-konsekuensi.
a. Segera – pasti
b. Segera – samar samar.
c. Jangka panjang – pasti
d. Jangka panjang – samar samar
4. Cara merubah tingkahlaku yang menjadi persoalan, menjadi tingkah laku yang
diharapkan.
a. Hilangkan / kurangi akibat-akibat positif pada tingkah laku persoalan yang ada dalam
kendali saudara.
b. Tambahkan akibat-akibat negative pada tingkahlaku persoalan yang ada dalam kendali
saudara.
c. Tambahkan akibat-akibat positif pada tingkahlaku yang diharapkan yang ada dalam
kendali saudara.
d. Hilangkan / kurangi akibat negatif pada tingkahlaku yang diharapkan yang ada dalam
kendali saudara.
e. Jembatani jarak waktu antara sebab dan akibat.
5. Langkah-langkah mengubah tingkahlaku dengan keseimbangan akibat
V. UMPAN BALIK DAN PENILAIAN KARYA
1. Peranan supervisor dalam pengendalian
Dengan melakukan pengendalian / pengontrolan kemungkinan terjadinya penyimpangan
dapat diperkecil, ataupun jika penyimpangan tidak dapat dihindarkan maka resiko yang
akan ditanggung dapat diperkecil. Salah satu alat pengendalian terhadap tingkahlaku
bawahan adalah dengan melakukan umpan balik serta melakukan penilaian hasil karya.
Dalam mengambil tindakan, supervisor harus memeriksa terlebih dahulu apakah
penyimpangan terjadi karena “ kekurangan “ pada pelaksanaan ( misalnya kurang mampu
dan atau kurang kemauan ) ataukah hal-hal lain diluar kendali pelaksana. Kekurangan pada
prestasi dapat saja terjadi karena sasaran / standar yang tidak sesuai atau karena system
dan bahwa supervisor harus berdiam diri. Harus terus mendorong bawahan agar dapat
mempertahankan prestasi atau bahkan meningkatkannya.
Supervisor sebagai bagian dari manajemen harus mempelajari penggunaan standar /
sasaran, umpan balik dan penilaian karya untuk memenuhi kebutuhan Organisasi. Umpan
balik dan penilaian karya selain sebagai alat pengendalian juga berfungsi untuk memacu
peningkatan prestasi. Hubungan antara standar, umpan balik, dan penilaian karya adalah
sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai