Anda di halaman 1dari 7

Untuk melepaskan kita dari The Domestification of Human.

Apa om? Apa itu?

Tanpa kita sadari, seumur hidup kita, kita telah menerima berbagai macam informasi dari ayah,
ibu, guru, teman, lingkungan yang akhirnya membentuk kepercayaan dan juga pola pikir kita.
Kita diajarkan bagaimana hidup yang ‘benar’ dan perilaku-perilaku apa yang ‘benar’ juga. Kita
memiliki konsep benar dan salah, dan akhirnya belajar untuk mulai menghakimi, baik ke diri
sendiri dan juga orang lain. Banyak sekali peraturan-peraturan yang diajarkan ke kita melalui
sistem reward dan punishment. Yang akhirnya kita belajar untuk melakukan sesuatu demi
mendapatkan reward (walaupun hanya untuk mendapatkan perhatian) dan takut terhadap
penolakan. Kita telah banyak menerima berbagai agreements, peraturan, kondisi yang
sebenarnya belum tentu sesuai ataupun kita setujui. Kita telah di domestifikasi (dijinakkan),
seperti binatang liar yang sudah lupa terhadap jati diri dan instingnya.

Nah, 4 Agreements inilah yang bisa melepaskan kita dari domestifikasi tersebut. Dimana kita
bisa kembali menemukan kekuatan diri kita yang sesungguhnya.

Quote:
#1: Be Impeccable With Your Word

Quote:

Speak with integrity. Say only what you mean. Avoid using the Word to speak against yourself or
to gossip about others. Use the power of your Word in the direction of truth and love.

Spoiler for BUKA!:


Gunakan kata-kata dengan integritas. Katakan hanya apa yang benar-benar kamu maksudkan.
Hindari penggunaan kata-kata yang merendahkan diri sendiri ataupun orang lain, termasuk gosip.
Gunakan kata-kata untuk mengekspresikan kejujuran dan kasih sayang.

Apa yang kamu katakan bisa mengubah hidupmu. Begitu kuatnya kata-kata, ia bisa mengubah
dunia menjadi lebih baik ataupun menghancurkannya.

Impeccable artinya “without sin” – tanpa dosa, dimana dosa disini maksudnya adalah hal-hal yang
kita lakukan yang bertolak belakang dengan diri kita sendiri, seperti menyalahkan atau menghakimi
diri sendiri ataupun orang lain. Menjadi impeccable artinya kita mengambil tanggung jawab atas apa
yang kita lakukan tanpa menyalahkan ataupun menghakimi diri kita ataupun orang lain. Ini sebabnya
gosip adalah racun.

Dosa dimulai dengan membuat penolakan terhadap diri sendiri. Jadi setiap kali kita bilang “Aduh
gue gendut banget ya. Gue bodoh banget deh. Gue gak mungkin bisa seperti itu. Gue jelek banget
sih.” Itu artinya kita tidak impeccable.
Quote:
When you are impeccable with your word, you feel good; you feel happy and at peace.

Kita bisa mengukur impeccability dari kata-kata kita dari ukuran self-love. Kalau kita benar-
benar mencintai diri kita sendiri, menyukai diri kita sendiri, ini terlihat dari kualitas dan integritas kata-
kata kita. Karena orang yang mengasihi dirinya sendiri tidak akan menyakiti diri sendiri ataupun orang
lain. Kalau kita sudah impeccable dengan kata-kata kita, kamu akan merasa lebih baik; merasa
bahagia, dan damai. Rasanya tentram.

Ehm. *ketampar*

Karena selama ini sudah terbiasa kalau ngomong ya ngomong aja. Gak perlu dipikirin banget-banget
gitu ya. Walaupun bercanda, tetapi selalu ada ‘truth’ dibalik becandaan itu. Setelah baca ini, saya jadi
lebih hati-hati menggunakan kata.

Quote:
#2: Don’t Take Anything Personally

Quote:

nothing others do is because of you. what ohter say and do is a projection of their own reality,
they own dream. when you are immune to opinions and action of other, you won't be the victim of
needless suffering.

Spoiler for BUKA!:

Quote:
You take it personally because you agree with whatever was said.
Gak penting untuk merasa tersinggung. Gitu aja kok dimasukin hati.

Apapun yang terjadi di sekitarmu, gak usah dimasukin ke hati. Contohnya, kalau kita ketemu di
jalan dan saya bilang, “Eh, elo goblok banget sih” tanpa mengenal dirimu terlebih dahulu… ini bukan
tentang kamu; ini tentang saya. Kalau kamu tersinggung atau dimasukin ke hati, mungkin sebenarnya
kamu percaya kalau kamu memang goblok. #eh Lalu mulai mikir “kok dia bisa tahu ya?”

Kalau kamu tersinggung atau sakit hati, artinya kamu setuju dengan apa yang orang lain
katakan.

Oh juaraaaaaaaaaaaa!!!!

Tunggu, ada satu lagi nih.

Quote:
Personal importance, or taking things personally, is the maximum expression of selfishness because
we make the assumption that everything is about “me”.

“Personal importance, atau sakit hati ini adalah bentuk tertinggi dari keegoisan manusia
karena kita berasumsi bahwa semuanya adalah tentang ‘SAYA’.”

Mau mati kan dengernya. Ini membuat saya berpikir, setiap kali saya tersinggung atau sakit hati,
sebenarnya saya lagi egois. Lalu, tanpa disadari malah setuju dengan hal yang sebenarnya saya gak
suka itu. Lalu, ngapain juga pake tersinggung. Apapun yang orang lain lakukan itu bukan tentang
kita, tetapi tentang diri mereka sendiri.

Their actions are reflections of them. Not of us. Just like our actions are reflections of us.

*ketampar lagi*
Quote:
Immunity to poison in the middle of hell is the gift of this agreement.

Kalau kita masukin ke hati, artinya kita memakan semua sampah emosi orang tersebut yang
sekarang jadi sampah kita juga. Tapi, kalau kita tidak take it personally, kita jadi kebal terhadap hawa
neraka.

Kalau ada orang marah, itu cara mereka menghadapi apa yang terjadi dengan mereka. Kita hanya
menjadi alasan untuk marah. Orang marah karena takut. Kalau kita tidak takut, tidak mungkin kita
marah atau sebel sama orang lain. Kalau kita tidak takut, tidak mungkin kita merasa sedih atau iri.

Aaaarrrgggghhhh. Jadi selama ini sedih atau iri itu karena takut?

Jadi, kata Om Ruiz, kalau kita bisa melakukan Agreement no 1 dan 2 dengan baik, maka kita sudah
menanggalkan 75% dari berbagai agreements sebelumnya yang telah membuat kita terjebak di
neraka. Jadi, kita bisa saja ada di tengah-tengah neraka tetapi tetap merasakan ketentraman.

Quote:
#3: Don’t Make Assumptions

Quote:
Find the courage to ask question and express what you really want.
communicate with other as clearly as you can to avoid misunderstanding, sadness, and drama.
with just one agreement, you can completely transform your life.

Spoiler for BUKA!:

Quote:

The problem with making assumptions is that we believe they are the truth.

Jangan pernah berasumsi!

Quote:
All the sadness and drama you have lived in your life was rooted in making assumptions and taking
things personally.

Karena dengan berasumsi, kita jadi PERCAYA bahwa hal itu adalah benar, padahal belum
tentu. Terus kita jadi sakit hati. Terus menghakimi dan menyalahkan orang lain. Jadilah kita bikin
masalah sendiri. Jadilah kita menciptakan drama di dunia kita sendiri, tanpa sadar.
Quote:
We make all sorts of assumptions because we don’t have the courage to ask questions.

Kita berasumsi karena kita takut untuk bertanya dan mengklarifikasi. Yang ada malah kita berpegang
teguh terhadap asumsi tersebut dan mencoba untuk membuat orang lain yang salah.

Kita hanya melihat apa yang kita ingin lihat, mendengar apa yang kita ingin dengar. Jarang kita
melihat sesuatu apa adanya.

Ini sebabnya banyak relationship yang berantakan, karena terlalu banyak asumsi. Dimana kita
berasumsi orang lain tahu apa yang kita pikirkan dan kita pun tidak menyampaikan apa yang kita
inginkan. Karena kita pikir, bertanya itu tidak sopan. Dan kalau orang cinta sama kita, mereka
mestinya tahu dong apa yang kita inginkan dan rasakan.

Kita berasumsi orang lain melihat dunia sama seperti kita. Ini yang menjegal kita.

Kata Om Ruiz, cinta itu menerima orang lain apa adanya tanpa mencoba untuk mengubahnya. Kalau
kita mencoba mengubah mereka, artinya kita tidak benar-benar suka dengan mereka. Hihihi. Bisa aja
si Om.
*nampar diri sendiri* (Eh, gak boleh, ini gak sesuai Agreement #1) *elus2 diri sendiri*

Quote:
#4: Always Do Your Best

Quote:

your best is going to change from moment to moment, it will be different when you are healthy as
opposed to sick.
Under any circumstance, simply do your best, and you will avoid self-judgement, self-abuse and
regret.

Spoiler for BUKA!:

Quote:
Your best will depend on whether or not you are feeling wonderful and happy, or upset, angry, or
jealous.

Selalu melakukan yang terbaik.

Walaupun apa yang terbaik di saat ini pun bisa berbeda di saat yang lain. Terkadang yang terbaik
adalah bangun pagi dan datang ke kantor.

Apapun kualitasnya, selalu lakukan yang terbaik – gak lebih gak kurang. Kalau kamu mencoba
terlalu keras maka kamu akan menghabiskan terlalu banyak energi dari yang dibutuhkan, membuat
kamu selalu merasa yang terbaik tidak akan pernah cukup. Yang akhirnya, kamu menghukum
badanmu sendiri dan bertolak belakang dengan diri sendiri.
Quote:

Doing your best is taking the action because you love it, not because you’re expecting a reward.
If we like what we do, if we always do our best, then we are really enjoying life.
When you do your best you learn to accept yourself.

Kalau kita melakukan yang terbaik, kita tidak mungkin bisa menghakimi diri kita sendiri. Dan
kalau kita tidak menghakimi diri sendiri, kita tidak akan merasa bersalah, menyalahkan diri, ataupun
menghukum diri sendiri.
Melakukan yang terbaik adalah melakukan sesuatu bukan karena kita mengharapkan reward tetapi
karena we love it. Karena kita memang menyukai dan menikmatinya.

Oh, itu toh artinya.

Selama ini saya percaya bahwa doing my best adalah mengerahkan seluruh tenaga, energi, waktu,
darah, daging, dan lain sebagainya. Ternyata kata kuncinya ada di ‘enjoy’.[/B] Dan trying too hard itu
bukan doing my best.[B]

Banyak dari kita yang bekerja mati-matian, bukan karena suka tetapi karena harus. Harus dapat
uang. Harus membuktikan diri. Dan ketika dapat uang pun tetap gak happy juga. Yang akhirnya kita
tidak menyukai kehidupan yang kita miliki. Yang akhirnya, kita jadi menyakiti diri sendiri ketika kita
tidak menyukai diri ataupun kehidupan kita.

Kita tahu kita sudah melakukan yang terbaik ketika kita bisa menikmati apa yang kita lakukan, dan
apa yang kita lakukan tidak berefek negatif ke diri kita sendiri. Kita menerima diri kita sendiri. Kita
berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Kalau kita terpaksa melakukan sesuatu, gak
mungkin kita bisa melakukan yang terbaik.

Kata Om Ruiz, cara terbaik untuk mengatakan “I love you, God” adalah dengan selalu melakukan
yang terbaik dalam hidup. Cara terbaik untuk mengatakan “Terima kasih, Tuhan” adalah dengan
melepaskan masa lalu dan hidup di masa sekarang, right here and now.

Quote:
When you honor these four agreements together, there is no way that you will live in hell. There
is no way
Kata Om Ruiz, kalau kita bisa melakukan 4 Agreement ini, maka kita akan mengubah neraka
menjadi surga.

…. Menjadi diri kita yang sebenarnya. Menemukan freedom. Kebebasan. Kebebasan untuk
menjadi diri kita sendiri, yang paling otentik.

I love this.

Thank you Om Ruiz untuk semua wisdomnya. Saya banyak tertampar (walau gak dimasukin hati
kok) tapi senang. Karena proses menuliskan pembelajaran dari buku ini pun menjadi praktek 4
Agreements.

Anda mungkin juga menyukai