Anda di halaman 1dari 12

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan sosiologi hukum diindonesia sudah tidak tentu arah seakan sudah tidak
memiliki hukum. Hukum yang sudah dibuat oleh pihak legislativepun seakan hanya
sebuah catatan yang dibukukan. Pelanggaran-pelnaggaran semakin marak terjadi
dimasyarakat namun hukum seperti takut untuk melaksanakan tugasnya, kesadaran
masyarakat akan hukumpun merosot, dan mengaggap hukum yang dibuat hanya
untuk dilanggar.

1.2.Rumusan Masalah

A. Apa arti peranan sosiologi hukum dalam membentuk kesadaran masyarakat


terhadap kepatuhan hukum?
B. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran hukum dalam membentuk
kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan hukum

1.3 Tujuan Penulis

A. Untuk mengetahui apa pengertian sosiologi hukum

B. Untuk mengetahui bagaimana karateristik sosiologi hukum dalam masyarakat

C. Untuk mengetahui bagaimana fungsi peranan hukum dalam membentuk

kesadaran masyarakat
2

BAB II

PEMBAHASAN

Kesadaran artinya keadaan ikhlas yang muncul dari hati nurani dalam
mengakui dan mengamalkan sesuai dengan tuntunan yang terdapatb didalamnya.
Kesadaran hukum artinya tindakan dan perasaan yang tumbuh dari hati nurani dan
jiwa yang terdalam dari manusia sebagai individu atau masyarakat untuk
melaksanakan pesan-pesan yang terdapat dalam hukum. Kesadaran hukum dapat
diartikan sebagai proses emanasi normative, maksudnya kesatuan trasendental
anatara kehidupan manusia yang isoterik dengan peraturan dan hukum yang
membawa kehidupan pribadi dan sosialnya.

A. Pengertian Peranan Sosiologi Hukum Dalam Membentuk Kesadaran


Masyarakat Terhadap Kepatuhan Hukum.

Menurut Paul scholten kesadaran hukum sebenarnya kesadaran akan nilai-


nilai yang terdapat didalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang
hukum yang diharapkan ada. Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai
tentang fungsi hukum dan bukan suatu penialain hukum terhadap kejadian-
kejadian yang kongkrit dalam masayarakat yang bersangkutan.

Sementara itu menurut Esmi warassi, anatara ilmu-ilmu sosial dan ilmu
hukum mempunyai hubungan yang saling melengkapi dan mempengaruhi.

a. Ruang lingkup sosiologi hukum


1. Proses pembentukan hukum dilembaga legislative
2. Proses penyeselsaian hukum di institusi hukum, yakni kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan.
3. Penetapan hukum oleh pengadilan
3
4. Tingkah laku masyarakat terhadap aparat hukum ( Randini Wahyu )
Ruang lingkup yang paling sederhana dari kajian sosiologi hukum adalah
memperbincangkan gejala sosial yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat
dalam hubunagannya dengan tindakan melawan hukum, tindakan mentaati hukum,
tindakan melakukan upaya hukum dikepolisian, kejaksaan dan pengadilan,
penafsiran masyarakat terhadap hukum, dan hukum sebagai produk penafsiran
masyarakat. Oleh karena itu, sosiologi hukum menjadi alat pengkaji hukum nyang
berlaku dimasyarakat dengan paradigma yang sangat luas. Keluasann nya
disebabkan sosiologi sebagai ilmu yang menguras kehidupan sosial, bukan oleh
hukum yang menjenuhkan dan selalu mempertahankan kebenaran hitam diatas putih.
Menurut soerdjono soekanto ruang lingkup sosiologi hukum meliputi.

1. Pola-pola perilaku warga masyarakat


2. Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari
kelompok-kelompok sosial
3. Hubungan timbal balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dan
perubahan-perubahan sosial dan budaya

b. Kegunaan sosiologi hukum di masyarakat menurut Soerdjono Soekanto

1. Memahami hukum dalam kontek sosialnya, contoh : Hukum waris


2. Menganalisa dan konstruksi terhadap efektivitas hukum dalam
masyarakat, baik sebagai saran pengendalian sosial maupun sebagai
sarana untuk merubah masyarakat, contoh : pungutan resmi menjadi
pungli
3. Mengandalkan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat
berkaitan dengan dibawah hukum.
B. Karakterisrik Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat

Untuk lebih memahami karakteristik kajian sosiologis dibidang


hukum, Bapak ilmu hukum sosiologi Amerika serikat, Roscoe pound
mengemukakan bahwa :
Masalah utama yang yuris sosiologis yang adresing sendiri saat ini adalah
untuk mengaktifkan dan untuk memaksa perbuatan undang-undang, dan juga
penafsiran dan penerapan aturan-aturan hukum, untuk membuat lebih banyak
akun, dan akun lebih cerdas, fakta sosial dimana hukum harus dilanjutkan
dan harus diterapkan.
Lebih khusus lagi, karakteristik hukum terbagi antara lain.

1. Studi tentang dampak sosial sebenarnya lembaga-lembaga hukum dan


doktrin hukum

2. Studi sosiologis sehubungan dengan studi hukum dalam persiapan untuk


undang-undang. Metode ilmiah yang diterima telah mempelajari
peraturan lainnya analitis. Perbandingan legislasi telah diambil untuk
menjadi landasan terbaik untuk bijaksana pembuatan hukum. Tapi itu
tidak cukup untuk membandingkan hukum itu sendiri. Hal ini lebih
penting untuk mempelajari operasi sosial mereka dan efek yang mereka
hasilkan, jika ada, kemudian dimasukkan kedalam tindakan.

3. Studi dari mereka berarti membuat aturan hukum yang efektif. Hal ini
telah neglectedalmost seluruhnya dimasa lalu. Kami telah mempelajari
perbuatan hukum sedulously. Hampir energi seluruh sistem peradilan kita
digunakan dalam mengerjakan konsisten, logis, teliti tepatb tubuh
preseden. Tapi kehidupan hukum dalam penegakannya. Studi ilmiah yang
serius tentang bagaimana untuk membuat output tahunan besar kami
legislasi dan interprestasi hukum yang efektif sangat penting.

4. Berarti menjelang akhir terakhir dipertimbangkan adalah sejaraqh hukum,


topik ini, studi tidak hanya tentang bagaimana doktrin telah berevolusi
dan berkembang, dianggap semata-mata sebagai bahan jural, tapi apan
dampak sosial doktrin hukum telah diproduksi dimasa lalu dan
-5-

bagaimana mereka telah menghasilkan mereka. (sebaliknya) itu adalah


untuk menunjukkan kepada kita bagaimana hukum masa lalu tumbuh dari
kondisi sosial, ekonomi dan psikologis, bagaimana diberikan dengan
menampung sendiri kepada mereka, dan seberapa jauh kami bisa
melanjutkan pada hukum yang sebagai dasar, atau mengabaikan hal itu,
dengan harapan cukup beralasan menghasilkan hasil yang diinginkan.

5. Item lain adalah pentingnya solusi yang masuk akal dan hanya penyebab
individual, terlalu sering dikorbankan dimasa lalu langsung keupaya
untuk membawa gelar imposible dari pasti. Dalam yurist sosiologis
umum berdiri untuk apa yang disebut aplikasi yang adil hukum yaitu
mereka memahami aturan hukum sebagai panduan umum untuk hakim,
membawanya kearah hanya hasil, tetapi bersikeras bahwa dalam batas-
batas yang luas ia harus bebas untuk menangan kasus individual,
sehingga dapat memenuhi tuntutan keadilan antara para pihak dan sesuai
dengan alasan umum orang biasa.

6. Akhirnya kearah mana titik tersebut diatas hanyalah beberapa cara,


adalah untuk membuat upaya yang lebih efektif dalam mencapai tujuan
hukum.

C. Sosiologi Hukum

Sosilogogi hukum adalah ilmu yang mempelajari penomena hukum dari


sisinya yang demikian itu. Berikut ini disampaikan beberapa karakteristik
studi hukum secara sosiologi :

1. Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap


praktek-prakter hukum. Apabila paraktek itu dibeda-bedakan kedalam
pembuatan undang-undang, penerapan dan pengadilan maka ia juga
mempelajari bagaimana praktek yang terjadi pada masing-masing bidang
-6-
kegiatan hukum tersdebut. Sosiologi hukum berusaha untuk
menjelaskan, mengapa praktek yang demikian itu terjadi, sebab-
sebabnya, faktor-faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya dan
sebagainya. Tujuan untuk memberikan penjelasan ini memang bagak
asing kedengarannya bagi studi hukum tradisional yaitu yang bersifat
prespektif, yang hanya berkisar pada apa hukumnya dan bagaimana
menerapakannya (Soetand wignjosoebroto)
Maxweaber menambahkan cara pendekatan yang demikian itu sebagai
suatu interpretativ undres standing, yaitu dengan cara menjelaskan sebab,
perkembangan serta efek dari tingkah laku orang dalam bidang hukum.
Oleh weber, tingkah laku ini mempunyai segi yaitu luar dan dalam.
Dengan demikian sosiologi hukum tidak hanya menerima tingkah laku
yang tampak dari luar saja, melainkan juga memperoleh penjelasan yang
bersifat internal, yaitu yang meliputi motif-motif hukum, maka sosiologi
hukum tidak membedakan antara tingkah laku yang sesuai dengan hukum
dan yang menyimpang. Kedua-duanya sama-sama merupakan objek
pengamatan dan penyelidikan ilmu ini.

2. Sosiologi hukum senantiasa menguji keabsahan empiris (empirical


validitii) dari suatu peraturan atau pernyataan hukum, pertanyaan yang
bersifat khas disini adalah “ bagaimanakah dalam kenyataannya peraturan
ini? Apakah kenyataan memang seperti tertera pada bunyi peraturan?
Perbedaan yang besar antara pendekatan tradisional yang normatif dan
pendekatan sosiologi adalah bahwa yang pertama menerima apa saja
yang tertera pada peraturan hukum, sedangkan yang kedua senantiasa
mengujinya dengan data (Empiris).
D. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat

Apabila membicarakan masalah efektif atau berfungsi tidaknya suatu


hukum dalam arti undang-undang atau produk hukum lainnya, maka pada
umumnya pikiran diarahkan pada kenyataan apakah hukum tersebut benar-
-7-
benar berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dalam teori-teori hukum
biasanya dibedakan antara 3 (tiga) macam hal berlakunya hukum sebagai
kaidah mengenai pemberlakuan kaidah hukum menurut Soerjono Soekanto
dan Mustafa Abdullah bahwa :

1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis, apabila penentuannys di dasarkan


pada kaidah yang lebih tinggi tingkatannya atau bila berbentuk menurut
cara yang telah di tetapkan atau apabila menunjukan hubungan keharusan
antara suatu kondisi dan akibatnya
2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis, apabila kaidah tersebut dapat
efektif artinya kaidah tersebut dapat di paksakan berlakunya oleh
penguasawalaupun tidak di terima oleh warga masyarakat atau kaidah
tadi berlaku karena di terima dan di akui oleh masyarakat.
3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis sebagai nilai positif yang tertinggi

E. Kesadaran Dan Kepatuhan Hukum

Pembentukan masyarakat sadar hukum dan taat hukum merupakan


cita cita dari adanya norma norma yang menginginkan masyarakat yang
berkeadilan sehingga sendi sendi dari budaya masyarakat akan berkembang
menuju terciptanya suatu sistem masyarakat yang menghargai satu sama
lainya, membuat masyarakat sadar hukum dan taat hukum bukanlah suatu
yang mudah dengan membalik telapak tangan, banyak yang di upayakan
oleh pendiri atau pemikir negri ini untuk memikirkan hal tersebut. Hukum
bukanlah satu satunya yang berfungsi untuk menjadikan masyarakat sadar
hukum dan taat hkum, indonesia yang notabene adalah negara yang sangat
heterogen tampaknya dalam membentuk formulasi hukum positif agak
berbeda dengan negara negara yang kulturnya homogen, sangatlah penting
kiranya sebelum membentuk suatu hukum.

F. Membentuk Kesadaran Dan Kepatuhan Hukum

1. Kesadaran hukum

Kesadaran hukum di artikan secara terpisah dalam bahasa yang kata


dasarnya ’’sadar” tahu dan mengerti, dan secra keseluruhan merupakan
mengetahui dan mengerti tentang hukum, menurut Ewick dan Silbey :
Kesadaran hukum mengacu ke cara-cara di mana orang memahami hukum
dan institusi- institusi hukum, yaitu pemahaman pemahaman yang
memberikn makna kepada pengalaman dan tindakan orang orang.

Kesadaran membangun masyarakat yang sadar akan hukum


inilah yang di harapkan akan menunjang dan menjadikan masyarakat
menjunjung tinggi institusu/aturan sebagai pemenuhan kebutuhan untuk
menambahkan ketaatan serta ketertiban hukum. Peran dan fungsi
membangun kesadaran hukum dalam masyarakat pada umumnya melekat
pada institusi sebagai pelengkap masyarakat dapat di lihat dengan :

 Stabilitas
 Memberikan kerangka sosial terhadap kebutuhan kebutuhan dalam
masyarakat
 Memberikan kerangka sosial institusi berwujud norma norma
 Jalinan antar institusi

a. Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak sadar akan


pentingnya hukum adalah:
 Adanya ketidak pastian hukum
 Peraturan peraturan bersifat statis
 Tidak efisiennya cara cara masyarakat untuk mempertahankan
peraturan yang berlaku
b. Menurut Soerjono Soekanto dalam Ahmad Ali mengemukakan bahwa
ada empat unsur kesadaran hukum yaitu :

 Pengetahuan tentang hukum


 Pengetahuan tentang isi hukum
 Sikap ukum
 Pola prilaku hukum

2. Ketaatan/Kepatuhan Hukum

Kepatuhan hukum adalah tidaklah lepas dari kesadaran hukum,


dan kesadaran hukum yang baik adalah ketaatan hukum, dan ketidak
sadaran hukm yang baik adalah ketidak taatan. Pernyataan ketidak
patuhan hukum harus di sandingkan sebagai sebab dan akibat dari
kesadaran dan ketaatan hukum. Sebagai hubungan yang tidak dapat di
pisahkan antara kesadaran hukum dan ketaatan hukum maka beberapa
literatur yang di ungkap oleh beberapa pakar mengenai ketaatan hukum
bersumber pada kesadaran hukum, hal tersebut tercermindua macam
kesadaran, yaitu :

a. Legal consiouness as within the law, kesadaran hukum sebagai


ketaatan hukum, berada dalam hukum, sesuai dengan aturan
hukum yang di sadari atau di pahami.

b. Legal consiouness as again the law, kesadaran hukum dalam wujud


menentang hukum atau melanggar hukum.

Menurut Prof. Dr. Achmad Ali, kesadaran hukum adalah kesadaran tentang
keberadaan dan berlakunya norma hukum tertentu. Kesdaran hukum ada dua
macam.
a. kesadaran hukum yang positif adalah hukum yang untuk maksud baik,
contohnya karena menyadari larangan untuk merampok maka si
pelaku tercegah untuk melakukan perampokan

b. kesadaran hukum yang negatif adalah hukum yang di gunakan untuk


maksud buruk, putusan hakim dan haknya untuk di bela advokat,
maka si pelaku melakukan korupsi.
BAB 111
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

Kesadaran hukum merupakan cara pandang masyarakat terhadap hukum,


dan tidak di lakukan terhadap hukum, serta penghormatan terhadap hak hak
orang lain. Kondisi kesadaran hukum masyarakat dapat di tinjau dari empat
parameter (dari segi pelanggaran, pelaksanaan hukum), jurnalistik dan dari segi
hukum, pandangan tersebut bukan hanya pertimbangan semata yang bersifat
objektif. Kesadaran hukum bukan hanya untuk di pahami dan di tingkatkan
melainkan juga harus kita bina agar terbentuk suatu warga negara yang taat pada
hukum. Maka dari itu di butuhkan suatu pendidikan dan penyuluhan hukum.
Kadaan hukum dalam arti peraturan perundang undangan tidak akan
mampu mengejar perubahan di dalam masyarakat yang begitu besar dan cepat
akibat pembangunan yang berencana, sehingga dapat di bayangkan bahwa tidak
mungkin lagi menyusun suatu peraturan perundang undangan yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dinamis dalam era globalisasi seperti sekarang
ini.
Jika kita sudah konsisten membangun negara ini menjadfi negara hukum,
siapa harus tunduk pada hukmum. Hukum tidak dapat diberlakukan secara
didkriminatif tidak memihak kepada siapapun, dan apapun kecuali kepada
kebenaran dan keadilan itu sendiri. Disitulah letak keadilan hukum. Namun jika
hukum diberlakukan diskriminantif, tidak dapat lagi dipercaya lagi sebagai
sarana memperjuangkan hak dan keadilan maka jangan disalahkan jika
masyarakat akan mempetjuangkan haknya melalui hukum rimbva atau
kekerasan fisik.
Negara hanya menyediakan fasilitas bagi terjadinya penegakan hukum,
sedangkan selebihnya diserahkan kepada rakyat untuk bertindak (atau tidak
bertindak) dengan menggunakan fasilitas tersebut. Tidak ada dsikriminasi dalam
menggunakan fasilitas atau hukum tersebut, tidak semua orang berada pada
posisi yang sam untuk menikmati fasilitas yang disediakan oleh hukum.
Kekuaaan tersebut berupa pengetahuan, status, hubungan-hubungan sosial, dan
jemampuan ekonominya. Dengan kekuasaan nya itu, mereka lebih mampu
mengendalikan dan memanfaatkan penegaklan hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Achmad, menguak teori Hukum ( Legal theory) dan teory peradilan (Judicial
frudence) termasuk interprestasi undang-undang (Legis frudence, kencana, 2009)

Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebagai Telaah Sosiologis, Semarang : Suryandaru


Utama, 2005

Mustafa Abdullah, 1982, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Jakarta : Raja
wali, halaman 14

Soedjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Edisi Pertama,


Jakarta : Raja Wali, 1982

Sunaryati Hartono, Peranan Kesadaran Hukum Rakyat Dalam Pembaharuan


Hukum, Kertas Kerja Pada Simposium Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Masa
Transis, Jakarta : BPHN-Bina Cipta, 1975

Anda mungkin juga menyukai