REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
3. Peraturan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis
dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
36941 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis
dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3760);
MEMUTUSI(AN:
Pasal 1
Pasal 2
a. Penilaian
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Pasal 3
Pasal 4 .. .
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
-4-
Pasal 4
Pasal 5
(4) Biaya...
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
-5-
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 1 1
Agar
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 September 2O18
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 September 2018
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
Silvanna Djaman
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Untuk mengoptimalkan Penerimaan Negara Bukan Pajak guna
menunjang pembangunan nasional, Penerimaan Negara Bukan Pajak pada
Badan Standardisasi Nasional sebagai salah satu sumber Penerimaan
Negara perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan pelayanan pada
masyarakat.
Badan Standardisasi Nasional telah memiliki jenis dan tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 62 Tahun 2OO7 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Standardisasi
Nasional. Namun, untuk melakukan penyesuaian jenis dan tarif atas jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Standardisasi
Nasional, perlu mengatur kembali jenis dan tarif atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Standardisasi Nasional
dengan Peraturan Pemerintah.
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan "Otoritas Sponsor" (Sponsoing
Authoitg) adalah badan, dalam hal ini Badan Standardisasi
Nasional, yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan
administrasi sistem penomoran berdasarkan standar
International Organization fo, Standardizationl International
Electrotechnical Commision untuk menerima, memproses, dan
menyetujui aplikasi permohonan penomoran identifikasi yang
selanjutnya disampaikan kepada Otoritas Registrasi
(Re g istr ation Autho ritg ).
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (21
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Pelatihan Publik" adalah pelatihan
standardisasi yang diselenggarakan pada waktu dan tempat
yang telah ditentukan oleh Badan Standardisasi Nasional.
Huruf b
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Huruf b
Yang dimaksud dengan "Pelatihan di Tempat Wajib Bayar" (In
House Training) adalah pelatihan standardisasi yang
pelaksanaannya berdasarkan permintaan oleh Wajib Bayar
dan diselenggarakan di tempat yang sudah ditentukan Wajib
Bayar.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Wajib Bayar" adalah peserta pelatihan
publik.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "Wajib Bayar" adalah penyelenggara
pelatihan.
Yang dimaksud dengan "sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan" antara lain standar biaya yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
Pasal 4
Ayat (1)
Yan gdimaksud de n gan "O toritas Re gi stras i" (Re gistration Authoritg )
adalah lembaga yang diberi kewenangan oleh standar International
Organization fo, Standardizationllnternational Electrotechnical
Commision untuk menerbitkan dan menyimpan data rekam
seluruh pemegang nomor identifikasi.
Ayat (21
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "biaya royalti" adalah tarif yang dikenakan
oleh badan standar asing untuk setiap reproduksi Standar
Nasional Indonesia hasil adopsi dari standar yang dipublikasikan
badan standar asing tersebut.
Ayat (21
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 1O
Cukup jelas.
Pasal I 1
Cukup jelas.
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2018
TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG
BERLAKU PADA BADAN STANDARDISASI
NASIONAL
I. JASA AKREDITASI
E. IURAN
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
III. JASA.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
1. Umum
o. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
e. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
dd. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
r. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
g. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
ff. SNI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF
2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah per standar 60%odari daftar harga
yang ditetapkan ISO
3. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan per standar dari daftar harga
600/o
l,embaga Negara yang ditetapkan ISO
2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah per standar 7O%odari daftar harga
yang ditetapkan IEC
3. Pemerintah
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
3. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan per standar TOoh dan daftar harga
Lembaga Negara yang ditetapkan IEC
2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah per standar 80% dari daftar harga
yang ditetapkan
ASTM
3. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan per standar 807o dari daftar harga
lembaga Negara yang ditetapkan
ASTM
4. Lembaga Pendidikan dan Lembaga per standar 80% dari daftar harga
Penelitian yang ditetapkan
ASTM
T. I,embaga
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
ttd
JOKO WIDODO
Silvanna Djaman