Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN POSTPARTUM

A. Pengertian
Postpartum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang dimulai setelah partus
selesai atau sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan pulih kembali seperti
semula. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2008).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan
waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani,
2009).
Post partum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan diri baik fisik maupun psikologis
terhadap proses melahirkan. Dimulai satu jam pertama setelah bersalin sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum hamil kurang lebih
selama 6 minggu.

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui namun beberapa teori menghubungkan
dengan factor hormonal, struktur rahin, siklus rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi
(hafifah, 2011):
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum parus mulau, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai pemenang otot-otot polos Rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turun kadar hormone esterogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi Rahim
3. Teori disntensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot Rahim
sehingga mengganggu siklus utero-plasenta
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi uterus
5. Induksi partus
Dapat pula tibul dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan dalam kanalis
servils dengan tujuan merangsang plekuus frankenhauser amniotomi (pemecahan ketuban),
oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan infus.

1
C. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis
1. Periode post partum (Saleha, 2009):
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
2. Adaptasi Fisiologis
a. Perubahan Fisik pada Nifas
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: Involusi uterus,
lochea dan laktasi.
1) Tanda-tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat
menjadi 380C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun
karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama dua hari dalam
sepuluh dari pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih,
endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3
setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
Parameter Penemuan Normal Penemuan Abnormal
Tekanan < 140/90 mmHg, mungkin bisa naik > 140/90 mmHg
darah saat persalinan 1-3 hari post
partum
Suhu Tubuh < 38 oC > 38 oC
Nadi 60 – 100 kali/ menit > 100 kali/ menit
Pernafasan Kembali pada keadaan sebelum Sesak, sianosis.
hamil Hypo/hyperventilasi

2) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot
yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,
dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum.

2
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas besarnya
seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein
yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi
pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat
dikeluarkan. Adapun proses involusi uteri adalah sebagai berikut (Manuaba, 2007).
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram

3) Involusi tempat plasenta dan pembuluh darah rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) After pains
Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan.
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap
kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
analgesik.
5) Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta (Manuaba, 2007). Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan
jumlah dan warna sebagai berikut:
Lochea Karakteristik
Lochea rubra 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel
(kruenta) desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa
darah
Lochea 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
sanguinolenta
Lochea serosa 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
Lochea alba Setelah hari ke-14, berwarna putih
Lochea purulenta Jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
Lochiastasis Lochia tidak lancer keluarnya
Perbedaan Lochea dan pendarahan non lochea antara lain
Lochea Non Lochea
Keluar menetes dari vagina, aliran terjadi secara Keluar menyembur dari vagina,
terus menerus seperti kontrasi uterus mungkin sobekan vagina
Pancaran lochea dapat dihasilkan dari uterus Jumlah berlebihan da berwarna
yang di pijat, Berawarna gelap, terkumpul pada merah terang
vagina yang relaks

3
6) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu post natal,
serviks menutup Luka sembuh setelah sekitar 6 - 7 hari, dan terbentuk rugae pada
minggu ke tiga.. Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti
jarum, serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang
sudah sembuh, tertutup tapi bentuk celah. Dengan demikian os servisis wanita yang
sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat
kelahiran bayi lewat vagina.
7) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peradangan yang sangat besar
selama proses melahirkan tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur, setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol. Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi
pervagina dan yang tersisa hanya sissa-sisa kulit yang disebut karunkulae mirtiformis.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut memiliki
anak.
8) Perineum
Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregnggang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari
kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (nulipara). Relaksasi dasar
panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan. Yang perlu diawasi pada
perineum:
a. Redness yaitu warna merah pada daerah vulva dan perineum.
b. Edema yaitu ada atau tidaknya penimbunan cairan secara berlebihan pada derah
vulva atau perineum.
c. Enchymosis atau lebam yaitu ada atau tidaknya perubahan warna kulit menjadi
biru gelap karena ada penimbunan darah.
d. Drainase yaitu aliran dari pengeluaran lokhea dilihat dari warna, bau, jenis, dan
banyaknya.
e. Aproximate yaitu perlekatan jahitan pada daerah perineum.
Laserasi atau robekan perineum
a. Derajat 1, melalui mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum
b. Derajat 2, melalui mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum

4
c. Derajat 3, melalui mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum dan sfingter ani
d. Derajat 4, melalui mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, sfingter ani dan dinding depan rectum.
b. Traktus Urinarius
Buang air kecil seringa sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasme sfinter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
c. Sistem Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
keadaan progesteron menurun setelah melahirkan. Namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberi enema. Rasa sakit didaerah
perineum dapat menghalangi keinginan kebelakang antara 2 – 3 hari.
d. Sistem Kardiovaskuler
Saat hamil terjadi peningkatan 1.000 sampai 1.500 ml, kemudian saat partus
kehilangan darah pervaginam sekitar 300 – 400 ml dan cesare sekitar 600-800ml.
frekuensi nadi meningkat selama kehamilan, dan tetap meningkat selama 48 jam post
parum, kemudian menurun dengan cepat dalam 2 minggu, dan kembali ke level sebelum
hamil dalam 24 minggu.
Nadi umumnya 60-80 denyut permenit dan segera setelah partus dapat terjadi
takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibanding suhu. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali
ke frekuensi sebelum hamil.
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar
haemoglobin kembali normal pada hari keliama. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Hematokrit dan hemoglobin 72 jam setelah melahirkan terjadi kehilangan volume
plasma yang lebih besar dari sel darah yang kemudian akan kembali meningkat pada 7
hari setelah melahirkan.
5
e. Sistem Muskoloskeletal
Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada
minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
f. Sistem Integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
g. Sistem Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke
14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar
hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran
estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi.
3) Payudara dan proses Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari
kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak
bertambah keluaran cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna
kuning putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana
vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan
saluran kelenjar, kedua hormon ini mengerem Lactogenic Hormone (LTH). Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior
6
hypofise mengeluarkan oxytoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan
puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin
yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %,
lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air
susu adalah diit, gerak badan. Banyaknya ASI sangat tergantung pada cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu (Obsetri Fisiologi UNPAD, 1983).
Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir
disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya akan protein
immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan anak
terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa transisi dihasilkan mulai hari keempat
sampai hari kesepuluh, dan ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh
Pada ibu yang menyusui payudara terasa hangat dan keras, selama hari ke 1-
3 telah diproduksi kolostum. Pada ibu tidak menyusui prolaktin akan menurun dan
pada 3 -4 hari postpartum terjadi engorgement, ketidaknyamanan akan berkurang
dalam 24- 36 jam, kemudian ASI berhenti dalam beberapa hari hingga minggu.
3. Adaptasi Psikologis
a. Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan tubuh,
ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan mungkin
diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah
melahirkan.
b. Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya,
ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir, dan berusaha untuk
mengatasi ketidaknyamanan fisik serta perubahan emosional. Periode ini berlangsung 2-
4 hari setelah melahirkan. Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status
hormonal menyebabkan Ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan
hormonal, cadangan fisiknya sering sesudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta
persalinan, keadaan kurang tidur, dan lingkungan yang asing.
Depresi ringan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah 4th day bluess
(kemurungan hari keempat). Sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali
mempunyai anak mendapati dirinya menangis, paling tidak satu kali, hanya karena
7
masalah yang sering sepele. Sebagian Ibu merasa tidak berdaya dalam waktu singkat,
namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan
bayinya tumbuh. Apabila depresi dan insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasen
harus dirujuk sebagian psikiatri untuk menyingkirkan kemungkinan psikosis nifas.
c. Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,
kemandirian dan interaksi sosial.

D. Kebutuhan Ibu
Kebutuhan ibu menurut Sarwono (2008):
1. Ambulasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlenteng selama 8 jam post
partum. Kemudian boleh miring kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya trombosis. Pada
hari kedua padat dilakukan latihan senam, hari ketiga duduk-duduk, hari keempat jalan-jalan,
dan hari kelima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin perawat
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan. Tidak perlu lagi menahan ibupost partum telentang ditempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dirumah
sakit tempat tidur dalam 24-48 jam berjalan. Early ambulation tertentu tidak dibenarkan pada
ibu post partum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru paru,
demam dan sebagainya. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih dirumah
sakit. Misalnya memendikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan di Indonesia (sosisl ekonomis). Menurut penelitian-
penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka
episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri.
2. Pemberian cairan
Pemberian cairan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
hipertermi, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya, dan minum sedikitnya
± 2,5 liter air setiap hari. Tetapi untuk perdarahan aktif pada waktu persalinan, pemberian
cairan per infuse harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan oleh tubuh.

8
3. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari. Makanan harus
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Pil besi harus
diminum minimal 40 hari pasca melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum
kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
4. Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Anjurkan ibu untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan
mempengaruhi:
a. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari puting susu yang tidak
lecet.
d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum
dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5
menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau menggunakan sisir untuk
mengurut arah Z pada menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak.
4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI sisanya
dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Latihan dan Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi
ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut
menjadi lembek da lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh
akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan

9
melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang beberapa hal
berikut ini
a. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal, karena hal ini
akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan otot perutnya menjadi
kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu.
1) Dengan tidur terlentang dan lengan dismping, tarik otot perut selagi menarik nafas,
tahan nafas dalam, angkat dagu kedada, tahan mulai hitungan 1 sampai 5, rileks dan
ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukan latihan kegel
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul, tahan sampai 5
hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikan jumlah
latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
setiap gerakan sebanyak 30 kali.
7. Aktivitas Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti,
namun sebaiknya menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu (40 hari, atau 6
minggu setelah persalinan). Selain itu ibu juga harus siap secara psikologis untuk melakukan
hubungan suami istri.
8. Miksi
Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan sendiri, apabila kesulitan kencing
sebaiknya lakukan kateterisasi. Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum.
Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi
100cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak
perlu menunggu 8 jam untuk katetyerisasi. Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan
berkemih (retensio urine) pada ibu post partum:
a. Berkurangnya tekanan intraabdominal
b. Otot- otot perut masih lemah
c. Edema dari uretra
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif
9. Defekasi
BAB harus bisa 3-4 hari post partum, bila belum bisa akan terjadi obstipasi apabila
berak keras berikan obat laksanperoral/per rectal.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah lengkap : Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).

10
Haemoglobin/haematokrit (penentuan haemoglobin/hematokrit diperoleh pada hari pertama
post partum untuk pemeriksaan darah yang hilang selama melahirkan).
2. Urinalisis : Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus
3. Pemeriksaan Pap Smear: Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.

F. Penatalaksanaan Klinis
Penatalaksanaan klinis menurut
1. Tablet vitamin (kapsul Vit.A 200-600 unit agar bisa mendapatkan vitamin A kepada bayinya
melakuli ASI
2. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca bersalin
oksitosin sesuai indikasi
3. Cairan IV (bila diperlukan)
4. Obat nyeri, pelunak feses sesuai indikasi
5. Memberikan antibiotic bila ada indikasi
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi
perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan siap untuk diminum.
a. Tanda ASI cukup:
4) Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
5) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
6) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
7) Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
8) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
9) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
10) Bayi bertambah berat badannya.
d. ASI tidak cukup:
1) Jarang disusui.
2) Bayi diberi makan lain.
3) Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui.

G. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klienNama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaaan, penanggung
jawab.
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Menstruasi
11
Haid pertama, asiklus, banyaknya, teratur/tidak, lamanya, sifat darah, keputihan.
d. Imunisasi TT
e. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Jenis, lama pemakaian.
f. Riwayat Penyakit Sistemik Yang Pernah Diderita
Jantung, ginjal, asma, tbc, hepatitis, hipertensi, epilepsi, DM dll.
g. Riwayat penyakit Keluarga
h. Riwayat Sosial
Kehamilan ini direncanakan/tidak, perasaan tentang kehamilan ini, status
perkawinan.
i. Riwayat Kehamilan
HPHT, kehamilan ke berapa, HPL, keluhan keluhan saat hamil, pergerakan anak.
j. Riwayat Persalinan
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi
3) Keadaan bayi
4) Keadaan ibu
k. Riwayat Nifas Yang Lalu
1) Pengeluaran ASI lancar / tidak
2) BB bayi
3) Riwayat ber KB / tidak
l. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Abdomen
3) Saluran cerna
4) Alat kemih
5) Lochea
6) Vagina
7) Perinium dan rectum
8) Ekstremitas
9) Kemampuan perawatan diri
m. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Pemeriksaan fisik
a. Jelaskan Prosedur tindakan kepada Ibu
Key point: Menerangkan apa kegunaan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
b. Periksa Tanda Tanda Vital ibu
12
Key Point:
1) Pemeriksaan tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah
sebelum hamil selama beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko
preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan
tekanan darah signifikan. Tekanan darah normal 120/80 mmHg
2) Pemeriksaan suhu
Suhu badan pasca persalinan (periode intrapartum) dapat naik lebih dari
0,5°C dari keadaan normal dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Tetapi
tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu
badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C kemungkinan ada infeksi. Suhu Normal
36-37’C.
3) Pemeriksaan nadi
Denyut nadi meningkat selama persalinan akhir, kemabali normal setelah
beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri
akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Nadi umumnya 60-80 x/menit
dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Apabila denyut
nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin
menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat. Pada nifas
umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan. Nadi normal 60-90 kali per
menit.
4) Pemeriksaan pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya
kondisi – kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
Nafas normal 16-24 kali permenit.
c. Payudara
Key Point:
1) Adanya pembesaran atau tidak
2) Putting susu menonjol atau tidak
3) Simetris atau tidak
4) Aerola hiperpigmentasi atau tidak, bersih atau tidak
5) Pengeluaran kolostrum ada atau tidak
d. Punggung dan pinggang
Key Point:
1) Simetris atau tidak
2) Apakah terjadi skoliosis, lordosis dan kifosis atau tidak
13
e. Posisi tulang belakang
Key point:
1) Simetris atau tidak
2) Ada kelainan atau tidak
f. Ekstermitas atas dan bawah
Key point:
1) Oedema atau tidak
2) Ada kemerahan atau tidak
3) Varises atau tidak
g. Abdomen
Key point:
1) Ada bekas luka operasi atau tidak
2) Kandung kemih kosong atau tidak
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kemih dapat
dilakukan kateterisasi. Untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing sehingga
kelancaran kedua sistem tersebut berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan
setelah 2 hari PP.
h. Vulva
Key point:
1) Apakah vulva bersih atau tidak
2) Apakan ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak

14
H. Analisa Data
Persalinan normal

Bayi dan plasenta keluar

Masa Nifas

Taking in Diaforesis Penekanan Laserasi jalan Kurang pengetahuan


meningkat sfingter uretra lahir

Kelelahan
Intake cairan
kurang Kerusakan perawatan tehnik
sfingter Terpajan Stimulasi payudara menyusui
Focus pada diri lingkungan luar saraf nyeri
sendiri
Resti Haluaran urin
Pajanan Mencapai
kekurangan tidak lancar
Koping inefektif mikroorganisme SSP Proses menyusui
volume
cairan inefektif

Perubahan pola Resti infeksi Muncul


Resti perubahan
eliminasi urine sensasi nyeri
peran

Nyeri

I. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran jaringan atau distensi,
efek-efek hormonal.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan kulit
3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan atau penggantian
yang tidak adekuat dari kehilangan cairan yang berlebih
4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal, trauma mekanis, edema
jaringan
5. Resti perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya dukungan dari
orang terdekat dan adanya stressor
6. Proses meyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakpuasan bayi dan pengalaman
menyusui sebelumnya
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi dan tidak mengenal
sumber-sumber

15
J. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No. Keperawa Tujuan Intervensi Rasional
tan
1. Nyeri Setelah Mandiri 1. Mengidentifikasi kebutuhan-
dilakukan 1. Tentukan adanya lokasi kebutuhan khusus dan
berhubung
asuhan dan sifat intervensi yang tepat
an dengan keperawatan ketidaknyamanan. Tinjau 2. Dapat menunjukan trauma
diharapkan ulang persalinan dan berlebihan pada jaringan
trauma
klien mampu catatan kelahiran perineal atau terjadinya
mekanis, mengontrol 2. Inspeksi perbaikan komplikasi yang memerlukan
nyeri yang perineum dan episiotomi. evaluasi atau intervensi
edema
dibuktikan Perhatikan edema, lanjut
atau dengan ekimosis, nyeri tekan 3. Memberi anastesia local,
1. Mengide local, eksudat purulen meningkatkan vasokonstriksi
pembesar
ntifikasi atau kehilangan dan mengurangi edema dan
an jaringan dan perlekatan jahitan vasodilatasi
menggu 3. Berikan kompres es pada 4. Meningkatkan sirkulasi pada
atau
nakan perineum khusus selama perineum, meningkatkan
distensi, intervens 24 jam pertama setelah oksigenasi dan nutrisi pada
i untuk kelahiran jaringan, menurunkan
efek-efek
mengata 4. Berikan kompres panas edema dan meningkatkan
hormonal si lembab diantara 380- penyembuhan
ketidakn 43,20C selama 20 menit, 5. Penggunaan pengencangan
yamanan 3-4 x/hari setelah 24 jam gluteal saat duduk
dengan pertama menurunkan stress dan
tepat 5. Anjurkan duduk dengan tekanan langsung pada
2. Mengun otot gluteal terkontraksi perineum
gkapkan diatas perbaikan 6. Selama 12 jam pertama
berkuran episiotomi pascapartum, kontraksi
gnya 6. Kaji nyeri tekan uterus, uterus kuat dan regular, ini
nyeri tentukan adnya dan berlanjut selama 2-3 hari
frekuensi atau intensitas selanjutnya meskipun
after pain. Perhatikan frekuensi dan intensitasnya
faktor-faktor pemberat berkurang. Factor-faktor
7. Anjurkan klien berbaring yang memperberat after pain
tengkurap bantal di meliputi multipara,
bawah abdomen, dan ia overdistensi uterus,
melakukan tehnik menyusui, dan pemberian
visualisasi atau tehnik preparat ergot dan oksitosin
pengalihan 7. Meningkatkan kenyamanan,
meningkatkan rasa control,
Kolaborasi dan kembali memfokuskan
8. Berikan analgesic 30-60 perhatian.
menit sebelum menyusui. 8. Memberikan kenyamanan
Untuk klien yang tidak khususnya selama laktasi
menyusui berikan bila afterpain paling hebat
analgesic 3-4 jam selama karena pelepasan oksitoksin.
pembesaran payudara Bila klien bebas dari
dan after pain ketidaknyamanan dia dapat
9. Berikan sprei anastesi, memfokuskan pada
salep topical, dan perawatannya sendiri dan
kompres witc hazel untuk bayinya, dan pada
perineum bila dibutuhkan pelaksanaan tugas menjadi
ibu.
9. Meningkatkan kenyaman
16
lokal
2. Resiko Setelah Mandiri 1. Peningkatan suhu sampai
tinggi dilakukan 1. Pantau suhu dan nadi 38,30C dalam 24 jam
infeksi asuhan dengan rutin sesuai pertama sangat
berhubung keperawatan indikasi; catat tanda- menandakan infeksi,
an dengan diharapkan tanda menggigil, peningkatan sampai 380C
trauma klien mampu anoreksia, atau malaise pada dua dari 10 hari
jaringan melakukan 2. Kaji lokasi dan pertama pascapartum
atau teknik-teknik kontraktilitas uterus, adalah bermakna infeksi
kerusakan kontrol perhatikan perubahan 2. Fundus yang pada awalnya
kulit infeksi yang involusional atau adanya 2 cm di bawah umbilicus
dibuktikan nyeri tekan uterus meningkat sampai 2
dengan eksterm cm/hari. Kegagalan
1. Mendem 3. Catat jumlah dan bau miometrium untuk involusi
ontrasika rabas lokhea atau pada kecepatan ini atau
n teknik- perubahan pada terjadi nyeri tekan eksterm
teknik kemajuan normal dari menandakan kemungkinan
untuk rubra menjadi serosa tertahannya jaringan
menurun 4. Inspeksi sisi perbaikan plasenta atau infeksi
kan episiotomi setiap 8 jam. 3. Lokhea secara normal
resiko / Perhatikan nyeri tekan mempunyai bau amis
meningk berlebih, kemerahan, daging namun pada
atkan eksudat purulen, edema. endometritis rabas mungkin
penyemb 5. Anjurkan perawatan purulen dan bau busuk,
uhan perineal dengan mungkin gagal untuk
2. Menunju menggunakan botol atau menunjukan kemajuan
kkan rendam duduk 3-4 x/hari normal dari rubra menjadi
luka atau setelah berkemih serosa sampai alba
yang dan defekasi. Anjurkan 4. Diagnosis dini dari infeksi
bebas klien mandi setiap hari local dapat mencegah
dari dang anti pembalut penyebaran pada jaringan
drainase perineal sedikitnya setiap uterus
purulen 4 jam dari depan ke 5. Pembersihan sering dari
3. Bebas belakang depan ke belakang
dari 6. Anjurkan dan gunakan membantu mencegah
infeksi, tehnik mencuci tangan kontaminasi rectal
tidak cermat dan pembuangan memasuki vagina atau
febris, pembalut yang kotor, uretra. Mandi rendam
dan pembalut perineal dan duduk ataupun rendam
mempun linen terkontaminasi merangsang sirkulasi
yai aliran dengan tepat. Diskusikan perineal dan meningkatkan
lokhia dengan klien pentingnya pemulihan
dan kontinuitas 6. Membantu mencegah atau
karakter menghalangi penyebaran
normal Kolaborasi infeksi
7. Kaji jumlah sel darah 7. Peningkatan jumlah SDP
putih (SDP) pada 10-12 hari pertama
8. Catat Hb dan Ht, berikan pasca partum adalah
preparat zat besi dan normal sebagai mekanisme
vitamin bila perlu perlindungan dan
9. Berikan metilergonovin dihubungkan dengan
maleat atau ergonofin peningkatan neutrofil dan
maleat setiap 3-4 jam pergeseran ke kiri, yang
sesuai kebutuhan mana mungkin pada
10. awalnya
B mengganggu
erikan antibiotic spectrum pengidentifikasian infeksi
luas sampai laporan 8. Menentukan apakah ada
kultur atau sensitifitas ststus anemia. Membantu
17
dikembalikan kemudian memperbaiki defisiensi
ubah terapi sesuai 9. Membantu
indikasi mengembangkan kontraksi
miometrium dan involusi
uterus, menurunkan resiko
infeksi
10. Mencegah infeksi dari
penyebaran ke jaringan
sekitar atau aliran darah.
Pilihan antibiotic tergantung
pada sensitivitas organisme
penginfeksi.
3. Resti Setelah Mandiri 1. Potensial hemoragi atau
kekuranga dilakukan 1. Catat kehilangan cairan kehilangan darah berlebihan
n volume asuhan pada waktu kelahiran, pada waktu kelahiran yang
cairan keperawatan tinjau ulang riwayat berlanjut pada periode pasca
berhubung diharapkan intrapartal partum dapat diakibatkan
an dengan klien mampu 2. Evaluasi lokasi dan dari persalinan yang lama,
penurunan memenuhi kontraktilitas fudus stimulasi oksitosin,
masukan kebutuhan uterus, jumlah lokhea tertahannya jaringan, uterus
atau cairannya, vagina, dan kondisi over distensi, atau anastesia
penggantia dengan perineum setelah 2 jam umum
n yang criteria hasil: pada 8 jam pertama bila 2. Diagnosa yang berbeda
tidak 1. Tetap tepat, kemudian setiap 8 mungkin diperlukan untuk
adekuat normote jam selama sisa waktu di menentukan penyebab
dari ntif rumah sakit. Catat kekurangan cairan dan
kehilangan dengan pemberian obat-obatan protocol asuhan. Uterus
cairan masuka Mg SO4 yang akan yang relaks atau menonjol
yang n cairan menyebabkan relaksasi dengan peningkatan aliran
berlebih dan uterus lokhea dapat diakibatkan
haluara 3. Dengan perlahan masase dari kelebihan miometrium
n urine fundus bila uterus atau tertahannya jaringan
seimba menonjol plasenta. Segera setelah
ng 4. Perhatikan adanya rasa kelahiran, fundus harus
2. Kadar haus, berikan cairan keras dan terlokalisasi pada
Hb dan sesuai toleransi umbilicus, dan kemudian
Ht 5. Pantau suhu involusi kira-kira satu biku
dalam 6. Pantau nadi jari per hari
batas 7. Kaji tekanan darah 3. Merangsang kontraski uterus
normal sesuai indikasi dapat mengontrol
8. Evaluasi masukan cairan perdarahan
dan haluaran urin selama 4. Rasa haus mungkin
diberikan infuse IV atau merupakan cara homeostatis
sampai pola berkemih dari penggantian cairan
normal terjadi melalui peningkatan ras
9. Pantau pengisian haus
payudara dan suplai ASI 5. Peningkatan suhu dapat
bila menyusui memperberat dehidrasi, bila
suhu 380C pada 24 jam
Kolaborasi pertama setelah kelahiran
10. dan terulang
G selama 2 hari
antikan cairan yang ini mungkin menandakan
hilang dengan infuse IV infeksi
yang mengandung 6. Tachikardi dapat terjadi,
elektrolit memaksimalkan sirkulasi
11. cairan,
L pada kejadian
akukan atau tingkatkan dehidrasi atau hemoragic
kecepatan cairan IV 7. Peningkatan TD mungkin
18
seperti larutan ringer karena efek-efek obat
laktat dengan oksitosin vasopresor oksitosin.
10-20 unit Penurunan TD mungkin
tanda lanjut dari kehilangan
cairan berlebihan,
khususnya bila disertai
dengan tanda-tanda lain
atau gejala syok
8. Membantu dalam analisa
keseimbangan cairan dan
derajat kekurangan
9. Klien dehidrasi tidak mampu
menghasilkan ASI adekuat
10. M
embantu menciptakan
volume darah sirkulasi dan
menggantikan kehilangan
karena kelahiran dan
diaphoresis
11. O
ksitosin mungkin diperlukan
untuk menstimulasi
miometrium bila perdarahan
berlebihan menetap dan
uterus gagal untuk kontraksi.
Perdarahan menetap pada
adanya fundus kuat dapat
menandakan laserasi dan
kebutuhan terhadap
penyelidikan lanjut
4. Perubahan Setelah Mandiri 1. Pada periode pascapartal
dilakukan 1. Kaji msukan cairan dan awal, kira-kira 4 kg cairan
eliminasi
asuhan haluaran urine terakhir. hilang melalui haluaran urin
urine keperawatan Catat masukan cairan dan kehilangan tidak kasat
diharapkan intrapartal dan haluaran mata, termasuk deaforesis.
berhubung
klien mampu urine dalam lamanya 2. Aliran plasma ginjal yang
an dengan BAK dengan persalinan meningkatkan 25%-50%
normal dan 2. Palpasi kandung kemih. selama periode prenatal
efek-efek
seperti pola Pantau tinggi fundus dan tetap tinggi pada minggu
hormonal, biasanya lokasi serta jumlah aliran perrtama pascapartum,
dengan lokhea mengakibatkan
trauma
criteria hasil; 3. Perhatikan adanya peningkatan pengisian
mekanis, 1. Berkemi edema atau laserasi dan kandung kemih.
h tidak jenis anastesi yang 3. Trauma kandung kemih
edema
dibantu digunakan dan uretra dan adanya
jaringan dalam 4. Anjurkan berkemih dalam edema dapat mengganggu
6-8 jam 6-8 jam pascapartum, berkemih, anastesi dapat
setelah dan setiap 4 jam mengganggu sesnsai
kelahira setelahnya. Bila kondisi penuh pada kandung kemih
n memungkinkan biarkan 4. Variasi intervensi
2. Mengos klien berjalan ke kamar keperawatan mungkin perlu
omgkan mandi. Alirkan air hangat untuk merangsang atau
kandun di atas perineum, alirkan memudahkan berkemih.
g kemih air kran, dan tambahkan Kandung kemih penuh
setiap cairan yang mengandung mengganggu motilitas dan
berkemi peppermint ke dalam involusi uterus, dan
h bedpan, atau biarkan meningkatkan aliran
3. Tidak klien duduk pada waktu lokhea. Distensi berlebihan
19
ada rendam duduk atau kandung kemih dalam
keluhan gunakan shower air waktu lama dapat merusak
saat hangat sesuai indikasi dinding kandung kemih dan
berkemi 5. Anjurkan minum 6-8 mengakibatkan atoni
h gelas cairan /hari 5. Membantu mencegah statis
Pola 6. Kaji tanda-tanda ISK dan dehidrasi dan
mengganti cairan yang
berkemih
Kolaborasi hilang pada waktu
seperti 7. Kateterisasi dengan melahirkan
menggunakan kateter 6. Statis, hygiene buruk, dan
biasanya
lurus atau indwelling masuknya bakteri dapat
sesuai indikasi memberi kecendrungan
8. Dapatkan specimen urin klien terkena ISK
dengan menggunakan 7. Mungkin perlu untuk
tehnik penampungan mengurangi distensi
yang bersih atau kandung kemih, untuk
katetrisasi bila klien memungkinkan involusi
mempunyai gejala-gejala uterus, dan mencegah atoni
ISK kandung kemih karena
distensi berlebihan
8. Adanya bakteri atau kultur
dan sensitifitas positif
adalah diagnosis untuk ISK
5. Resti setelah Mandiri
perubahan dilakukan 1. Kaji kekuatan, 1. Mengidentifikasi factor-faktor
peran asuhan kelemahan, usia, status resiko potensial dan sumber-
menjadi keperawatan perkawinan, ketersediaan sumber pendukung yang
orang tua diharapkan sumber pendukung dan mempengaruhi kemampuan
berhubung klien latar belakang budaya klien atau pasangan untuk
an dengan memiliki 2. Perhatikan respon klien menerima tantangan peran
kurangnya ikatan atau pasangan terhadap menjadi orang tua.
dukungan keluarga kelahiran dan peran 2. Kemampuan klien untuk
dari orang yang menjadi orang tua beradaptasi secara positif
terdekat harmonis 3. Mulai asuhan untuk menjadi orang tua
dan yang keperawatan primer mungkin dipengaruhi oleh
adanya ditandai untuk ibu dan bayi saat di reaksi ayah dengan kuat
stressor dengan; unit 3. Meningkatkan perawatan
1. Mengun 4. Evaluasi sifat dari berpusat pada keluarga,
gkapka menjadi orang tua secara kontinuitas dan asuhan yang
n emosi dan fisik uang diberikan secara individu
masala pernah dialami klien atau serta mungkin memudahkan
h dan pasangan selama masa terjadinya ikatan keluarga
pertany kanak-kanak positif
aan 5. Kaji keterampilan 4. Peran menjadi orang tua
tentang komunikasi personal dipelajari dan individu
menjadi pasangan dan hubungan memakai peran orang tua
orang mereka satu sama lain mereka sendiri menjadi
tua model peran. Yang
2. Mendisk Kolaborasi mengalami pengaruh
usikan 6. Rujuk pada kelompok negative atau menjadi orang
peran pendukung komunitas, tua yang buruk beresiko
menjadi seperti pelayanan besar terhadap kegagalan
orang perawat yang memenuhi tantangan dari
tua berkunjung, pelayanan pada yang merasakan
secara social, kleompok menjadi menjadi orang tua positif
realistis orang tua atau klinik 5. Hubungan yang kuat
3. Secara keluarga dicirikan dengan komunikasi
aktif 7. Rujuk untuk konseling yang jujur dan ketrampilan
20
mulai bila keluarga beresiko mendengan dan
melakuk tinggi terhadap masalah interpersonal yang baik
an menjadi orang tua atau membatu mengembangkan
tugas bila ikatan positif diantara pertumbuhan
perawat klien atau pasangan dan 6. Membantu meningkatkan
an bayi bayi tidak terjadi peran menjadi orang tua
baru yang positif melalui
lahir kelompok pendukung dan
dengan pengalaman pemecahan
tepat masalah bersama. Remaja
4. Mengid terutama mendapatkan
entifikas keutungan dari dukungan ini
i 7. Perilaku menjadi orang tua
keterse yang negative dan
diaan ketidakefektifan koping
sumber- memerlukan perbaikan
sumber melalui konseling,
pemeliharaan, atau bahkan
psikoterapi dan perilaku
baru, untuk menghindari
pengulangan kesalahan
menjadi orang tua dan
penyiksaan anak
6. Meyusui Setelah Mandiri
berhubung dilakukan 1. Kaji pengetahuan dan 1. Membantu dalam
an dengan asuhan pengalaman klien tentang mengidentifikasi kebutuhan
ketidak keperawatan menyusui sebelumnya saat ini dan
puasan diharapkan 2. Tentukan system mengembangkan rencana
bayi dan klien mampu pendukung yang tersedia perawatan
pengalama mengkomsu pada klien, dan sikap 2. Mempunyai dukungan yang
n msi ASI pasangan atau keluarga cukup meningkatkan
menyusui secara 3. Berikan informasi verbal kesempatan untuk
sebelumny adekuat dan tertulis mengenai pengalaman menyusui
a yang fisiologi dan keuntungan dengan berhasil. Sikap dan
dibuktikan menyusui, perawatan komentar negative
dengan putting dan payudara, mempengaruhi upaya dan
1. Bebas kebutuhan diet khusus, dapat menyebabkan klien
dari factor-faktor yang menolak mencoba untuk
tanda- memudahkan menyusui menyusui
tanda 4. Demonstrasikan dan 3. Membantu menjamin suplai
hipoglike tinjau ulang tehnik-tehnik susu adekuat, mencegah
mik menyusui. Perhatikan putting pecah dan luka,
dengan posisi bayi selama memberikan kenyamanan
kadar menyusu dan lama dan emmbuat peran ibu
glukosa menyusu menyusui. Pamfleat dan
dalam 5. Kaji putting klien, buku-buku menyediakan
batas anjurkan klien melihat sumber yang dapat dirujuk
normal putting setiap habis klien sesuai kebutuhan
2. Menunju menyusui 4. Posisi yang tepat biasanya
kkan 6. Anjurkan klien untuk mencegah luka putting,
penurun mengeringkan putting tanpa memperhatikan
an berat dengan udara selama 20- lamanya menyusui
badan 30 menit setelah 5. Identifikasi dan intervensi
sama menyusui atau dini dapat mencegah atau
dengan menggunakan lampu membatasi terjadinya luka
atau pemanas dengan lampu atau pecah putting yang
kurang 40 watt ditempatkan 18 dapat merusak proses
dari 5% - inchi dari payudara menyusui
21
10% selama 20 menit. 6. Pemajanan pada udara atau
berat Instruksikan klien panas membantu
badan menghindari mengencangkan putting,
lahir penggunaaan sabun atau sedangkan sabun dapat
pada penggunaaan bantalan menyebabkan kering.
waktu BH berlapis plastic dan Mempertahankan putting
pulang mengganti pembalut bila dalam media lembab
basah atau lembab meningkatkan pertumbuhan
bakteri dan kerusakan kulit
Kolaborasi 7. Memberikan bantuan terus-
7. Rujuk klien pada menerus untuk
kelompok pendukung meningkatkan kesuksesan
misalnya posyandu hasil
8. Identifikasi sumber- 8. Pelayanan ini mendukung
sumber yang tersedia pemberian ASI melalui
dimasyarakat sesuai pendidikan klien dan
indikasi nutisional
7. Kurang Setelah 1. Pastikan persepsi klien 1. Terdapat hubungan antara
pengetahu dilakukan tentang peersalinan persalinan dan
an asuhan dan kelahiran, lama kemampuan untuk
berhubung keperawatan persalinan, dan tingkat melakukan tanggung
an dengan selama 2 x kelelahan klien. jawab tugas dan aktifitas-
kesalahan 24 jam 2. Kaji kesiapan klien dan aktifitas perawatn diri atau
interpretasi diharapkan motivasi untuk belajar perawatan bayi. Makin
dan tidak klien mampu bantu klien/pasangan lama persalinan makin
mengenal melakukan dalam mengidentifikasi negatif persepsi klien
sumber- perawatan kebutuhan-kebutuhan. tentang kinerja persalinan.
sumber payudara, 3. Mulai rencana 2. Periode pasca natal dapat
menyusui penyuluhan tertulis merupakan pengalaman
anaknya dengan menggunakan positif bila penyuluhan
dengan format yang yang tepat diberikan untuk
benar yang distandarisasi atau membantu
dibuktikan ceklis. dokumentasikan mengembangkan
dengan informasi yang pertumbuhan ibu ,maturasi
1. Mengun diberikan dan respon dan kompetensi.
gkapkan klien. 3. Membantu
pemaha 4. Berikan informasi menstandarisasi informasi
man tentang program latihan yang diterima orang tua
perubah pasca partum progresif. dari anggota staff, dan
an 5. Berikan informasi menurunkan kebingungan
fisiologis, tentang perawatan diri, klien
kebutuh termasuk perawatan 4. Latihan membantu tonus
a perineal dan higiene, otot, meningkatkan
iondividu perubahan fisiologis, sirkulasi, keseimbangan
, hasil termasuk kemajuan tubuh, dan meningkatkan
yang normal dari rabas perasaan sejahtera secara
diharapk lokhia. umum.
an 6. Diskusikan kebutuhan 5. Membantu mencegah
2. Melakuk sexualitas dan rencana infeksi, mempercepat
an untuk kontrasepi. pemulihan dan
aktifitas / berikan informasi penyembuhan, dan
prosedur tentang kesediaan berperan pada adaptasi
yang metoda.termasuk yang positif dari
perlu keuntungan dan perubahan fisik dan
dan kerugian. emosional.
menjelas 7. Beri penguatan 6. Pasangan mungkin
kan pentingnya memerlukan kejelasan
alasan – pemeriksaan pasca mengenai ketersediaan
22
alasan partum minggu ke-6 metoda kontrasepsi dan
untuk dengan memberi kenyataan bahwa
tindakan perawatan kesehatan kehamilan dapat terjadi
8. Idenifikasi masalah- bahkan sebelum
masalah potensial yang kunjungan minggu ke-6.
memerlukan evalusi 7. Kunjungan tindak lanjut
dokter sebelum jadwal perlu untuk mengevaluasi
kunjungan minggu ke-6 pemulihan organ
( misal : terjadi reproduktif, penyembuhan
perdarahan vagina insisi atau
yang kembali berwarna perbaikan/perbaikan
merah terang, lokhia episiotomi, kesejahteraan
bau busuk, peningkatan umum dan adaptsi
suhu, malaise dan terhadap perubahan hidup.
perasaan 8. Intervensi lanjut atau
ansietas/depresi lama.) tindakan mungkin
9. Diskusikan perubahan diperlukan sebelum
fisik dan psikologis kunjungan minggu ke-6
yang normal dan untuk meminimalkan atau
kebutuhan-kebutuhan mencegah potensial
yang yang berkenan komplikasi.
dengan periode pasca 9. Status emosional kien
partum. kadang-kadang labil pada
10. Idenifikasi sumber- saat ini dan sering
sumber yang tersedia; dipengaruhi oleh
misal pelayanan kesejahteraan fisik.
perawat berkunjung, Antisipasi perubahan ini
pelayanan kesehatan dapat menurunkan stress
masyarakat, dll. berkenaan dengan periode
transisi yang memerlukan
peran baru yang dipelajari
dan melaksakan tanggung
jawab baru.
10. Meningkatkan kemandirian
dan memberikan
dukungan untuk adaptasi
pada perubahan multiple.

23
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E. (2001). Rencana asuhan keperawatan maternal/bayi. (Edisi) 2. Jakarta :EGC.


Manuaba. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan keluarga Berencana untuk Pendidikan

Bidan.Jakarta:EGC

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, P. 2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat
dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-
pasien-dengan.html
Surasno. 2015. Laporan Pendahuluan Postpartum. Diakses pada tanggal 9 Desember 2018 dimuat
dalam https://www.academia.edu/17483404/LP_POST_PARTUM_Spontan

24

Anda mungkin juga menyukai