Anda di halaman 1dari 51

KONTRIBUSI SEKTOR MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

HASIL

OLEH

NAMA : MOH. SAHRIL. DJ. RUMAILILI


NIM : 201332086

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II

serta diketahui oleh Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, selanjutnya siap untuk

diseminarkan.

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M.A. Lasaiba, M.Sc F. Leuwol, S.Pd, M.Pd, M.Si


NIP. 197605162001121003 NIP. 1975042700121001

Mengetahui
Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi

Drs. W. S. Pinoa, M.Si


NIP. 196509211992031002
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya dengan sumberdaya alamnya

bahkan selama ini pembangunan ekonomi nasional telah banyak memanfaatkan

kontribusi pertambangan dalam pembangunan jangka panjang tahap pertama.

Sumberdaya alam yang dapat di perbaharui maupun tidak dapat di

perbaharui merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup

manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan

berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi

(Fauzi. A. 2004).

Pertambangan merupakan kegiatan yang khas karena kegiatannya

tergantung ada tidaknya sumberdaya migas atau mineral pada suatu lokasi

sumberdaya migas atau mineral tidak terdapat disemua tempat mengingat

keunikan itulah maka bagi daerah kegiatan pertambangan memberikan

keunggulan komparatif yang khas, dengan demikian akan mempunyai dampak

yang khusus pula, diantaranya adalah dampak terhadap pertumbuhan ekonomi

daerah setempat.

Wilayah pertambangan adalah suatu daerah yang diperuntukan sebagai

industri pertambangan dan kegiatan lain yang menyertainya tanpa menghilangkan

peruntukan lainnya, malahan saling memperkuat. Wilayah tersebut merupakan

suatu kawasan untuk ekspolitasi sumberdaya migas atau bahan mineral lainnya,

1
sehingga dengan adanya kegiatan pertambangan pada satu kawasan atau wilayah,

diharapkan akan meningkatkan derajat hidup atau mutu kehidupan serta fasilitas

untuk melaksanakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat disekitarnya,

pemerintah dan perusahaan itu sendiri.

Salah satu daerah yang memiliki sumberdaya alam terutama migas yang

cukup besar adalah di Kecamatan Bula pulau Seram Kabupaten Seram Bagian

Timur Provinsi Maluku. Perusahaan yang bertangung jawab dalam kegiatan

sehari-hari operasi Blok Seram Non Bula adalah CITIC Seram Energy Limited.

Dengan demikian ini memberikan harapan rakyat setempat terhadap

perbaikan kondisi kehidupan ekonomi mereka dari himpitan keterbelakangan dan

ketertinggalan pembangunan. Ada semacam harapan besar dalam masyarakat

Seram Timur dengan kehadiran industri pertambangan migas ini, terutama

terhadap kesempatan bekerja dalam lingkungan industri migas maupun aktivitas

lainnya yang terkait baik langsung atau tidak langsung dengan keberadaan industri

disini dan mendapat manfaat atau keuntungan yang lebih baik untuk mendongkrak

pendapatan dan kesejahteraannya.

Dari uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji sejauh mana

kontribusi dari sektor migas terhadap Pertumbuhan Ekonomi di daerah yang

tersebut. Oleh sebab itu penulis mengambil judul penelitian tentang “Kontribusi

Sektor Migas Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Seram

Bagian Timur”.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Adakah kontribusi dari sektor migas yang mencakup masalah pertumbuhan

ekonomi, oleh karena itu permasalahan dari penelitian ini adalah mencakup aspek-

aspek yang dikaitkan dengan kontribusi sektor migas dalam pertumbuhan

ekonomi daerah Kabupaten Seram Bagian Timur yaitu:

- Bagaimana pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan

(riil) maupun PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) selama 5 (lima) tahun

2012-2016 di Kabupaten Seram Bagian Timur.

- Kontribusi Sektor migas dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Seram Bagian Timur.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sejauh mana Kontribusi

sektor migas terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Seram Bagian

Timur.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a) Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi program studi

geografi lebih khusus dalam mata kuliah, Geografi ekonomi,

3
2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai bahan masukan atau

perbandingan bagi penelitian-penelitian lain yang serupa yang melakukan

penelitian dengan masalah terkait.

b) Dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan

kebijakan yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi pada daerah

yang di maksud.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan interpretasi pada judul penelitian ini maka

peneliti memberikan pemahaman sebagai berikut :

1. Kontribusi

Kontribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sumbangan atau

pemberian, jadi kontribusi adalah pemberian andil setiap kegiatan, peranan,

masukan, ide dan lainnya. Sedangkan menurut kamus Ekonomi, kontribusi adalah

sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau

kerugian tertentu dan bersama-sama (T. Guritno. 1992).

2. Sektor Migas

Lingkungan suatu usaha, dimana bagian dari suatu perekonomian yang

didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian khususnya mineral minyak

dan gas bumi. (KBBI 2017).

4
3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan suatu proses pemerintah daerah

dan masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan

lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan (Arsyad, 1999).

4. Kabupaten Seram Bagian Timur

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) ialah daerah yang dimekarkan

berdasarkan UU 40. 18 desember tahun 2003, tentang Pemekaran Kabupaten

Seram Bagian Timur, Kab. Seram Bagian Barat dan Kabupaten Kepulauan Aru.

dengan 4 kecamatan dan 56 desa, dalam perkembangannya saat ini telah menjadi

15 kecamatan dan 160 Negeri /desa administratif. Kabupaten Seram Bagian

Timur (SBT) merupakan salah satu kabupaten yang terletak dibagian Timur dan

selatan Pulau Seram Provinsi Maluku, dimana secara geografis berada pada

128˚20´-130˚10´ BT dan 02˚50´ – 04˚40´ LS. Luas wilayah Kabupaten Seram

Bagian Timur mencapai 15.887,92km2, yang mencakup luas wilayah daratan

3.952,08km2, dan wilayah lautan 11.935,84 km2. Juga merupakan salah satu

daerah yang menghasilkan migas di provinsi Maluku. (BPS Kab. SBT 2014).

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

A. Pengertian Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu, Contribute, Contribution

maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan diri maupun sumbangan. Berarti

dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi dan tindakan. Hal yang bersifat

materi misalnya seorang individu atau sebuah lembaga yang memberikan bantuan

terhadap pihak lain demi kebaikan bersama.

Kontribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sumbangan atau

pemberian, jadi kontribusi adalah pemberian andil setiap kegiatan, peranan,

masukan, ide dan lainnya. Sedangkan menurut kamus Ekonomi, kontribusi adalah

sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau

kerugian tertentu dan bersama-sama ( T. Guritno. 1992).

Pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat diartikan bahwa

kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh sebuah badan usaha yang

memberikan dampak terhadap suatu pertumbuhan ekonomi.

B. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Salah satu tujuan pembangunan secara makro adalah meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses

peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan

6
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang

berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan

pendapatan.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat

kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan

jasa- jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari

tahun-tahun sebelumnya.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik

pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk

mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya

perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor

industri dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah

perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan

adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional.

(Jhingan, 2000).

7
Dalam konsep konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan

dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB).

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir

yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw,

2006).

Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro

suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan

perekonomian daerah. Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik

atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa

kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang

memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi

di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999).

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional,

pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya

tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur

atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran

PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam

data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan

penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan

hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa

perusahaan dan jasa- jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto,

8
perubahan persediaan, ekspor dan impor. Sedangkan pertumbuhan ekonomi

daerah dirumuskan sebagai berikut :

Di mana: PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode Sebelumnya

Menurut Todaro (2000) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam

pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah: Akumulasi modal

yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah,

peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia, Pertumbuhan penduduk

beberapa tahun selanjutnya yang akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital,

kemajuan teknologi.

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang

dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode

tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.

Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga

berlaku dan PDRB harga konstan, yang dimana PDRB harga berlaku merupakan

nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada

tahun tersebut, dan PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang

9
dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai

tahun acuan atau tahun dasar.

Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu

disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan

sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di

bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga

sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan

oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto

seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu

negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode

tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau

non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan

yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar

harga berlaku dan harga konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun

berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk

melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur

pertumbuhan ekonomi (BPS. PDRB 2017).

10
 Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto

Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat

menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat

diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1) PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga

sebaliknya.

2) PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun

ke tahun.

3) Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan

struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu

wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peran besar

menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

4) PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan

PNB per satu orang penduduk.

5) PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui

pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

(BPS, PDRB 2017).

11
D. Pengertian Kesempatan Kerja

Semakin meningkatnya pembangunan, semakin besar pula kesempatan kerja

yang tersedia. Hal ini berarti semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja.

Sebaliknya semakin besar jumlah penduduk, semakin besar pula kebutuhan akan

kesempatan kerja. Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi

peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus

dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan

melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct

investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti pertambangan,

konstruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa,

misalnya melalui perdagangan maupun pariwisata.

Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang

mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut serta

aktif dalam kegiatan perekonomian. Kesempatan kerja adalah penduduk usia 15

tahun keatas yang bekerja atau disebut pekerja. Menurut Esmara (1986:134),

kesempatan kerja dapat diartikan sebagai jumlah penduduk yang bekerja atau

orang yang sudah memperoleh pekerjaan, semakin banyak orang yang bekerja

semakin luas kesempatan kerja.

Sedangkan Sagir (1994:52), memberi pengertian kesempatan kerja sebagai

lapangan usaha atau kesempatan kerja yang sudah tersedia untuk bekerja akibat

dari suatu kegiatan ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup

12
lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan

sebagai partisipasi dalam pembangunan.

Sukirno (2000:68), memberikan pengertian kesempatan kerja sebagai suatu

keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah

tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan.

Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

kesempatan kerja adalah penduduk yang berusia produktif yang sedang memiliki

pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.

E. Penerimaan Daerah dari Dana Bagi Hasil (DBH) SDA migas

Sejak awal tahun 2001, Indonesia memasuki fase penting dalam

pemerintahannya, yaitu dengan dilaksanakannya sistem otonomi daerah yang

baru. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No.35 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Kemudian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan

Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005. Tentang Pengelola Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri dalam Negeri No. 13 Tahun 2006. Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30

Tahun 2007. Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Tahun Anggaran 2008, yang telah diterapkan secara nasional tersebut

13
tentu saja menimbulkan konsekuensi dimana terdapat keharusan pemerintah

daerah untuk dapat mandiri dalam pembiayaan kebutuhan daerahnya, sebagai

salah satu kriteria utama untuk melihat kemampuan daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah.

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, maka sumber-sumber

pembiayaan daerah adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan

3. Pinjaman Daerah

4. Lain-lain penerimaan yang sah.

PAD merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah

yang bersangkutan yang terdiri atas hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah.

Sementara itu, dana perimbangan tersebut terdiri dari :

1. Dana Alokasi Umum (DAU)

2. Dana Alokasi Khusus (DAK)

3. Bagi Hasil Sumber Daya Alam (BHSDA)

4. Bagi Hasil Sumberdaya Migas (BHSDM)

14
Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya alam, fokus utama dalam hal

desentralisasi keuangan adalah bagi hasil sumberdaya alam (BHSDA) yang akan

diterima daerah dalam bentuk uang.

BHSDA penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dalam bentuk

persentase tertentu dari penerimaan pemerintah pusat yang sumbernya berasal dari

daerah yang bersangkutan. BHSDA disini termasuk didalamnya penerimaan dari

sektor minyak bumi dan gas alam, kehutanan, pertambangan umum dan

perikanan.

5. Dana Alokasi Khusus (DAK)

6. Bagi Hasil Sumber Daya Alam (BHSDA)

7. Bagi Hasil Sumberdaya Migas (BHSDM)

Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya alam, fokus utama dalam hal

desentralisasi keuangan adalah bagi hasil sumberdaya alam (BHSDA) yang akan

diterima daerah dalam bentuk uang.

BHSDA penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dalam bentuk

persentase tertentu dari penerimaan pemerintah pusat yang sumbernya berasal dari

daerah yang bersangkutan. BHSDA disini termasuk didalamnya penerimaan dari

sektor minyak bumi dan gas alam, kehutanan, pertambangan umum dan

perikanan.

 Pola Pembagian Dana Bagi Hasil Migas

15
Terkait dengan perhitungan DBH SDA Migas per provinsi/kabupaten/kota,

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selanjutnya menghitung perkiraan

alokasi maupun realisasi DBH SDA migas sebagai dasar penyaluran DBH SDA

migas per provinsi/kabupaten/kota. Porsi pembagian DBH SDA Migas menurut

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang ditindaklanjuti dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan adalah sebagai

berikut :

1. DBH SDA Minyak Bumi sebesar 15,5% berasal dari penerimaan negara SDA

pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan

setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH tersebut dibagi

dengan rincian sebagai berikut :

 3.1% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan

 6,2% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil; dan

 6,2% dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan.

2. DBH SDA Minyak Bumi sebesar 15,5% berasal dari penerimaan negara SDA

pertambangan minyak bumi dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah

dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH tersebut dibagi dengan

rincian sebagai berikut :

 5,17% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;

16
 10,33% dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan.

3. DBH SDA Gas Bumi sebesar 30,5% berasal dari penerimaan negara SDA

pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan

setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya . DBH tersebut dibagi

dengan rincian sebagai berikut :

 6,1% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;

 12,2% dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil;

 12,2 % dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan.

4. DBH SDA Gas Bumi sebesar 30,5% berasal dari penerimaan negara SDA

pertambangan minyak bumi dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah

dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya . DBH tersebut dibagi dengan

rincian sebagai berikut :

 10,17% dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan; dan

 20,33% dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi


yang bersangkutan.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif, yaitu metode penelitian yang

menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan

melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah di teliti.

Kasiram (2008)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian adalah berupa data kuantitatif yang berbentuk

angka-angka, data yang digunakan adalah data sekunder yang bersifat time series

yakni data pertahun dari setiap variabel yang digunakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan maka peneliti menggunakan data

sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari publikasi-publikasi resmi

pemerintah seperti dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data penerimaan dari

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur, yang berkaitan

dengan penelitian ini.

18
E. Teknik Analisa Data

Untuk data yang bersifat kualitatif akan dianalisis secara deskriptif

sedangkan data yang bersifat kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan

rumus kontribusi sebagai berikut:

1. Berdasarkan harga konstan (riil) :

Di mana: PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode Sebelumnya

2. Berdasarkan harga berlaku :

Keterangan :

Pn= Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB (%)

QYn = PDRB total (Jutaan rupiah)

QXn = Sektor-sektor PDRB (Jutaan rupiah)

n = Tahun (periode) tertentu.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak, Luas, Jarak dan Batas Lokasi Penelitian

Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) merupakan salah satu kabupaten yang

terletak dibagian Timur dan selatan Pulau Seram Provinsi Maluku, dimana secara

geografis terletak antara : 129°50’00’’–131°50’00’’ BT dan 02°50’00’’– 04°50’00’’ LS.

Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan kabupaten bahari dengan luas laut

mencapai 14.877,771 kilometer persegi. Wilayah daratan terdiri dari dataran Bula,

Bula Barat, Teluk Waru, Tutuk Tolu, Kian Darat, Lian Vitu, Kilmury,

Werinama dan Siwalalat yang berada di Pulau Seram dan pulau-pulau terpisah

sebanyak 60 pulau. Wilayah Seram Bagian Timur mempunyai 132 aliran sungai

yang tersebar di seluruh Kabupaten Seram Bagian Timur.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

 Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Arafura

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah


Sumber Data : Bappeda Kab. Seram Bagian Timur

Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki beberapa Kecamatan yaitu

Kecamatan Bula, Kecamatan Seram Timur, Kecamatan Bula Barat, Kecamatan

Werinama, Kecamatan Teluk Waru, Kecamatan Lianvitu, Kecamatan Pulau Gorom,

Kecamatan Siwalalat, Kecamatan Kiandarat, Kecamatan Tutuk Tolu, Kecamatan

Kilmury, Kecamatan Pulau Panjang, Kecamatan Gorom Timur, Kecamatan Wakate,

20
dan Kecamatan Teor, yang merupakan tempat penelitian dilakukan yaitu berada pada

Kecamatan Bula, dimana merupakan lokasi pengambilan sampel pada penelitian

yang dimaksud, lihat tabel 4.1.

Tabel. 4.1. Luas Wilayah, Jarak ke Ibukota Kabupaten dan Banyaknya


Pulau di Kabupaten Seram Bagian Timur

Luas Jarak Ke Banyaknya Pulau


Kecamatan Wilayah Ibukota Tidak
(km2) Kab. (km) Didiami Σ
Didiami
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Pulau Gorom 91,303 177,93 3 8 11
2 Wakate 37,58 244,58 3 2 5
3 Teor 23,41 230,40 1 1 2
4 Gorom Timur 29,29 145,20 1 1 2
5 Pulau Panjang 20,53 130,00 1 - 1
6 Seram Timur 73,35 118,68 8 20 28
7 Tutuk Tolu 330,09 94,43 1 1 2
8 Kelmury 837,62 58,80 1 - 1
9 Lian Vitu 172,37 80,00 1 - 1
10 Kian Darat 129,23 71,00 1 - 1
11 Werinama 993,84 102,00 1 - 1
12 Siwalalat 847,19 65,40 1 - 1
13 Bula 643,36 0,89 1 - 1
14 Bula Barat 880,29 40,00 1 - 1
15 Teluk Waru 669,67 36,00 2 - 2
Kab. Seram Bagian Timur 5779,123 1595,31 27 33 60
Sumber Data: Bappeda Kabupaten Seram Bagian Timur 2016

2. Iklim dan Curah hujan

Iklim yang terdapat di Kabupaten Seram Bagian Timur adalah Iklim laut tropis

dan iklim musim. Terjadi iklim tersebut oleh karena Kabupaten Seram Bagian Timur

dikelilingi oleh laut yang luas, maka iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh laut

yang berlangsung seirama dengan musim yang ada.

Oleh karena luasnya wilayah ini dimana pulau-pulau yang tersebar dalam jarak
yang berbeda-beda, Keadaan klimatologi pada Stasion Meteorologi Geser yang

21
menggambarkan iklim di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan iklim
musim dan laut tropis, yang dipengaruhi angin dari Samudera Pasifik menuju arah
barat, berinteraksi dengan dinamika laut, dan masa gugus pulau, membentuk 3 (tiga)
zona agroklimat,

1. zona agroklimat I.3 dengan curah hujan bulanan yang merata, ciri-ciri

tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,0 0C, dengan curah hujan sebesar 1800-

2200 mm), mempengaruhi bagian timur Kecamatan Seram Timur hingga

Kecamatan Pulau-Pulau Gorom;

2. zona agroklimat II.6 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Desember –

Mei, ciri-ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,4 0C, curah hujan sebesar

2500-4000 mm), mempengaruhi umumnya daratan Kecamatan Seram Timur

dan Pulau-pulau Watubela;

3. zona agroklimat III.1 dengan curah hujan tertinggi antara bulan Juni-Agustus, ciri-
0
ciri tahunan lainnya (suhu rata-rata 26,1 C, curah hujan 2000-2500 mm),

mempengaruihi sebagian kecil kawasan pantai Kecamatan Werinama.

Sumber Data: Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Seram
Bagian Timur 2016.

3. Topografi

Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki topografi dataran rendah, berbukit-


bukit, bergelombang dan bergunung-gunung. Di lain pihak, luas kemiringan lahan 0
s/d 3 % dengan luas 745,76 km2; 8 s/d 15 % dengan luas 1.110,93 km2, 30 s/d 50 %
dengan luas 1.184,04 km2; serta > 50 % dengan luas 121,33 km2. Antara 3 s/d 8 %
dan 15 s/d 30 % dengan luas 790,02 km2. Kemiringan lahan > 40 %, cukup luas
terdapat di Kecamatan Werinama, diikuti Kecamatan Bula, Kecamatan Seram Timur
dan Kecamatan Pulau-Pulau Gorom.

Sumber Data: Bappeda Kabupaten Seram Bagian Timur

22
4. Keadaan Penduduk

 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur terus bertambah dari tahun ke

tahun. Berdasarkan data proyeksi penduduk BPS Kabupaten Seram Bagian Timur,

jumlah penduduk pada tahun 2015 tercatat sebanyak 108.406 jiwa atau jumlah

penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur mengalami penambahan sebanyak 9.341

jiwa dibandingkan dengan tahun 2010 pada saat Sensus penduduk, bisa di lihat pada

tabel 4.3. berikut ini.

Tabel. 4.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut


Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur 2010, 2015, dan
2016

Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk Penduduk per Tahun
No Kecamatan (%)
2010 2015 2016 2010-2016 2015-2016
1 Pulau Gorom 18.565 20.612 20.919 2,01 1,49
2 Wakate 6.695 7.418 7.529 1,98 1,50
3 Teor 2.556 2.836 2.878 2,00 1,48
4 Gorom Timur 6.807 7.238 7.346 1,28 1,49
5 Pulau Panjang 1.913 2.069 2.100 1,57 1,50
6 Seram Timur 19.758 11.127 11.293 - 1,49
7 Tutuk Tolu 4.722 4.496 5.020 1,03 1,50
8 Kilmury 4.260 4.583 4.651 1,47 1,48
9 Lian Vitu - 5.130 5.207 - 1,50
10 Kian Darat - 5.114 5.190 - 1,49
11 Werinama 5.036 5.409 5.490 1,45 1,50
12 Siwalalat 4.716 5.066 5.142 1,45 1,50
13 Bula 18.167 16.065 16.305 - 1,49
14 Bula Barat 5.870 6.620 6.719 2,28 1,50
15 Teluk Waru - 4.173 4.235 - 1,49
Seram Bagian Timur 99.065 108.406 110.024 1,82 1,49
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Timur 2016,

23
Tabel 4.3. Menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Seram Bagian Timur

dari tahun 2010 ke tahun 2016. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2016 sebesar 1,82

persen. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2016 lebih banyak disebabkan faktor

alamiah berupa kelahiran, berbeda bila dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, Kabupaten Seram Bagian Timur masih

memiliki banyak daya tarik sebagai kabupaten baru bagi penduduk kabupaten lain di

Provinsi Maluku dan para transmigran dalam upaya memperbaiki taraf hidup

mereka.

Jumlah penduduk per kecamatan tidak banyak mengalami perubahan.

Persentase terbesarnya masih disumbangkan oleh 3 kecamatan induk yaitu

Kecamatan Seram Timur, Kecamatan Pulau Gorom dan Kecamatan Bula.

 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut klasifikasi jenis kelamin di Kabupaten Seram

Bagian Timur pada tahun 2016 yaitu sebanyak 110.024 Jiwa, dengan jumlah laki-laki

sebanyak 55.990 Jiwa, dan perempuan sebanyak 54.034 Jiwa, serta jumlah kepala

keluarga sebanyak 30.937 KK dari jumlah tersebut apabila dirincikan menurut jenis

kelamin dan kelompok umur maka diperoleh gambaran pada tabel 4.4 berikut ini.

24
Tabel. 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Seram Bagian Timur, 2016

Kelompok Umur/ Jenis Kelamin


Frekuensi Presentasi
Tahun Laki-laki Perempuan
0-4 Tahun 7.167 7.069 14.236 12,94
5-9 Tahun 7.086 6.699 13.785 12,53
10-14 Tahun 6.199 5.705 11.904 10,82
15-19 Tahun 5.700 5.178 10.878 9,89
20-24 Tahun 4.119 4.162 8.281 7,53
25-29 Tahun 4.665 4.690 9.355 8,50
30-34 Tahun 4.055 4.190 8.245 7,49
35-39 Tahun 3.822 4.054 7.876 7,16
40-44 Tahun 3.284 3.135 6.419 5,83
45-49 Tahun 2.758 2.597 5.355 4,87
50-54 Tahun 2.166 1.238 3.404 3,09
55-59 Tahun 1.777 1.998 3.775 3,43
60-64 Tahun 1.381 1.588 2.969 2,70
>65 Tahun 1.811 1.731 3.542 3,22
Jumlah 55.990 54.034 110.024 100,00
Sumber Data: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Seram Bagian Timur

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat dihitung sex ratio (SR) jumlah

penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan sebagai berikut:

Sesuai hasil perhitungan diatas Sex Ratio (SR) = 103. Artinya setiap 1000 Jiwa

penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Menunjukkan keseluruhan

dari 110.024 Jiwa penduduk yang diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dari jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 55.990 Jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 54.034

Jiwa.

25
Sedangkan untuk rasio ketergantungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan

(Jumlah penduduk belum produktif + jumlah penduduk tidak produktif) dengan

jumlah produktif. Berdasarkan tabel 4.4 jumlah penduduk Kabupaten Seram Bagian

Timur secara keseluruhan berdasarkan kelompok umur dapat di hitung

ketergantungan dengan rumus sebagai berikut:

Jadi berdasarkan data penduduk, Rasio Ketergantungan penduduk Kabupaten

Seram Bagian Timur adalah 65,30. Artinya setiap penambahan 100 orang penduduk

produktif di Kabupaten Seram Bagian Timur harus menanggung beban sebesar 65

Jiwa penduduk yang tidak produktif.

 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah merupakan salah satu indeks

dalam melihat kualitas sumberdaya manusia di daerah tersebut. Dalam konteks ini

kondisi ekonomi masyarakat sangat memegang peran yang sangat penting dalam

meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat.

26
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang terdapat di Kabupaten

Seram Bagian Timur dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan Sekolah Dasar

memiliki angka yang paling besar (23.700 Jiwa) selanjutnya Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (7.594 Jiwa) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (5.931 Jiwa), hal

ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten

Seram Bagian Timur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5. (pada

halaman 28 ).

27
Tabel. 4.5. Jumlah Penduduk per Kecamatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten seram Bagian Timur 2016

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Jiwa)


No Kecamatan
TK SD MI SMP MTs SMA MA SMK
1 Pulau Gorom - 3.764 505 1.239 251 852 241 114
2 Bula - 2.381 266 766 371 594 182 424
3 Seram Timur - 2.031 85 454 352 546 290 -
4 Wakate - 3.764 202 685 49 387 55 51
5 Gorom Timur - 1.338 152 384 131 395 - 170
6 Bula Barat - 1.128 - 282 41 244 - -
7 Warinama - 1.010 - 245 73 182 - -
8 Lian Vitu - 906 235 319 104 38 62 -
9 Kian Darat - 827 210 240 173 179 109 -
10 Siwalalat - 641 91 326 - 199 - -
11 Tutuk Tolu - 711 436 226 187 194 82 -
12 Kilmury - 953 85 214 15 64 - -
13 Teluk Waru - 919 - 219 - 131 - -
14 Teor - 550 - 138 - 59 - -
15 Pulau Panjang - 510 - 110 - 87 - -
Seram Bagian Timur - 21.433 2.267 5.847 1.747 4.151 1.021 759
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama Kabupaten Seram Bagian Timur 2016

28
 Agama dan Kepercayaan

Sebagai bangsa Indonesia agama memiliki peran yang sangat penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Tingkat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan masyarakat. Pada

Kabupaten Seram Bagian Timur, kepercayaan memeluk agama sangat bervariasi,

yaitu ada agama Islam yang mencapai (104.660 Jiwa), Kristen Protestan (3.045

Jiwa), Katolik (1.494 Jiwa), Hindu (783 Jiwa) dan Budha (42 Jiwa). Seperti

tergambar pada tabel 4.6. berikut.

Tabel. 4.6. Jumlah Penduduk Serta Agama yang Dianut Berdasarkan


Kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur, 2016

Agama
Kecamatan Total
Islam Protestan Katolik Hindu Budha
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pulau Gorom 20.837 45 37 - - 20.919
Wakate 6.699 587 243 - - 7.529
Teor 1.273 459 1.146 - - 2.878
Gorom Timur 7.346 - - - - 7.346
Pulau Panjang 2.100 - - - - 2.100
Seram Timur 11.293 - - - - 11.293
Tutuk Tolu 5.020 - - - - 5.020
Kelmury 4.651 - - - - 4.651
Lian Vitu 5.207 - - - - 5.207
Kian Darat 5.190 - - - - 5.190
Werinama 5.490 - - - - 5.490
Siwalalat 3.484 1.638 20 - - 5.142
Bula 16.104 90 48 63 - 16.305
Bula Barat 5.731 226 - 720 42 6.719
Teluk Waru 4.235 - - - - 4.235
Kab SBT 104.660 3.045 1494 783 42 110.024
Sumber Data: Kementrian Agama Kabupaten Seram Bagian Timur 2016.

29
B. Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Regional)

Gambaran mengenai perkembangan perekonomian suatu daerah dapat dilihat

dari beberapa indikator yang biasa digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan ekonomi daerah tersebut. Salah satu indikator yang umumnya

digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu daerah digunakan ukuran

pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan ekonomi, biasanya diikuti dengan

terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi di wilayah yang

bersangkutan.

Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan

mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju

pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor

lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999).

Tinjauan ekonomi Kabupaten Seram Bagian Timur disajikan dalam dua sudut

pandang, yaitu dengan migas dan tanpa migas. Hal ini dilakukan untuk analisis lebih

lanjut, karena sebagian besar nilai tambah pada dasarnya berasal dari sektor

pertambangan migas.

Sebagaimana terlihat pada tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010. (pada halaman 31)

30
Tabel. 4.7. PDRB Kabupaten Seram Bagian Timur Menurut Lapangan Usaha ADHK (2010) Tahun 2011-2016

PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)


No Lapangan Usaha
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 357.367,02 377.134,60 392.657,99 416.638,11 431.777,79 451.663,69
2 Pertambangan dan Penggalian 540.753,92 538.750,81 542.994,33 615.823,53 642.957,04 670.165,10
3 Industri Pengolahan 18.630,41 19.733,27 20.804,38 22.472,20 24.017,87 25.406,40
4 Pengadaan Listrik dan Gas 176,57 189,52 198,62 263,35 264,71 286,78
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1.153,46 1.194,98 1.228,15 1.280,96 1.334,23 1.389,32
6 Konstruksi 78.408,96 83.446,86 89.704,01 96.002,00 102.181,54 106.532,36
7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi 81.333,08 88.978,39 96.800,51 104.772,95 113.304,08 120.781,96
8 Transportasi dan Pergudangan 35.162,61 36.648,11 39.677,21 42.623,35 45.671,05 48.822,12
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.849,52 6.346,33 6.881,81 7.132,87 7.440,94 7.896,73
10 Informasi dan Komunikasi 9.535,21 10.126,34 11.020,19 11.730,99 12.555,69 13.261,23
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 18.578,95 19.886,33 22.411,46 24.053,24 25.804,14 27.913,55
12 Real Estate 5.513,85 5.860,50 6.053,62 6.431,72 6.764,44 6.942,26
13 Jasa Perusahaan 2.420,65 2.581,46 2.666,19 2.712,16 2.789,71 2.875,32
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan
14 185.089,39 201.483,01 205.283,11 209.335,82 236.417,60 252.912,96
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 33.428,03 34.836,54 37.329,51 39.708,56 42.011,80 44.981,93
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 35.563,44 37.936,12 37.996,81 38.323,59 39.912,16 41.113,87
17 Jasa Lainnya 2.923,81 23.213,78 23.333,82 24.187,73 24.929,50 25.782,82
Kabupaten Seram Bagian Timur 1411.888,88 1488.346,95 1537.041,72 1663.493,13 1760.134,29 1848.728,4

Sumber: Data diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur, Tahun 2012-2016.

31
Berdasarkan tabel 4.7 diatas pada tahun 2012 PDRB Kabupaten Seram Bagian

Timur sebesar 1.488.346,95 jutaan rupiah, mengalami peningkatan pada tahun 2013

mencapai 1.537.041,72 jutaan rupiah peningkatan ini terjadi karena sektor Pertanian,

kehutanan, perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 392.657,99

jutaan rupiah dan sektor Pertambangan dan penggalian sebesar 542.994,33 jutaan

rupiah, dan sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

sebesar 201.483,01 jutaan rupiah. Serta diikuti oleh sektor lainnya.

Pada tahun 2014 PDRB berdasarkan harga konstan (2010) Kabupaten Seram

Bagian Timur mengalami peningkatan sebesar 1.663.493,13 jutaan rupiah,

sedangkan pada tahun 2015 sebesar 1.760.134,29 jutaan rupiah, peningkatan ini

terjadi karena selain tiga sektor yang memberikan kontribusi besar yaitu sektor

Pertanian, kehutanan, perikanan, sektor pertambangan dan pengalian, sektor

Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor lain pun

mengalami kenaikan seperti sektor konstruksi yang memberikan kontribusi sebesar

102.181,54 jutaan rupiah dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

sebesar 113.304,08 jutaan rupiah sedangkan sektor lainnya mencatat pertumbuhan

yang positif.

Sedangkan pada tahun 2016 PDRB atas dasar harga konstan (2010) masih tetap

mengalami kenaikan dan sektor-sektor yang memberikan kontribusi juga masih tetap

sama kontribusi yang diberikan sebesar 1.848.728,4 dari keseluruhan sektor usaha

selama periode tahun 2012-2016 seperti yang diperlihatkan pada tabel diatas,

perekonomian Kabupaten Seram Bagian Timur terus mengalami peningkatan.

32
C. Analisis Hasil Penelitian

1. Kontribusi sektor pertambangan dan Penggalian Terhadap PDRB

Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari

sektor Pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga

konstan (2010) di Kabupaten Seram bagian Timur seperti yang diperlihatkan pada

tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap


pembentukan PDRB ADHK (2010) Kabupaten Seram Bagian Timur
2012 – 2016

PDRBt PDRBt-1 Kontribusi


Tahun PDRBt - PDRBt-1
(Rp) (Rp) (%)
1 2 3 4 = (2) - (3) 5 = (4) : (3) x 100%
2012 538.750,81 540.753,92 -2.003,11 -0,37
2013 542.994,33 538.750,81 4.243,52 0,79
2014 615.823,53 542.994,33 72.829,20 13,41
2015 642.957,04 615.823,53 27.133,51 4,41
2016 670.165,10 642.957,04 27.208,06 4,23
jumlah 22,47
Rata-rata 449,4
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Dari tabel 4.8 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor pertambangan dan

penggalian dalam kurun waktu 2012-2016 terhadap pembentukan PDRB atas

dasar harga berlaku (riil), laju pertumbuhan kategori pertambangan dan penggalian

mengalami perubahan yang sangat fluktuatif.

Pada tahun 2012 terjadi penurunan laju pertumbuhan kategori pertambangan

dan perminyakan hingga menyentuh nilai -0,37%, dan pada tahun 2013 laju

pertumbuhan kembali naik menjadi 0,79%.

33
Laju pertumbuhan kembali terjadi pada tahun 2014 naik sebesar 13,41% dan

merupakan nilai tertinggi untuk kategori sektor pertambangan dan penggalian, dan

kembali turun menjadi 4,41% pada tahu 2015 dan 4,23% pada tahun 2016. Untuk

rata-rata kontribusi dalam kurun waktu lima tahun adalah 449,4%.

Tabel. 4.9. PDRB ADHK (2010) Lapangan Usaha Kategori Pertambangan


dan Penggalian (Juta Rupiah), 2012-2016

Pertambangan Pertambangan
Kontribusi Kontribusi
Tahun Minyak, Gas dan dan Penggalian
(%) (%)
Panas Bumi Lainnya
528,287.31 13,49 12.466,61 9,32
2012 525.082,44 -0,61 13.668,37 9,64
2013 528.679,87 0,69 14.314,45 4.37
2014 600.331,87 13,55 15.491,66 8,22
2015 626.644,14 4,38 16.312,90 5,30
2016 653.083,20 4,22 17.081,90 4,71
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, menunjukkan bahwa sub sektor pertambangan

Minyak, Gas dan Panas Bumi. Mengalami penurunan nila tambah pada tahun 2012

sebesar 525.082,44 juta rupiah atau -0,61% dan laju pertumbuhan tertinggi terjadi

pada tahun 2014 yaitu sebesar 13,55% hanya saja angka rupiahnya kecil yaitu

600.331,87 juta rupiah bila dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016.

Namun secara presentasi produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2012-

2016 atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Seram Bagian Timur, sektor

Pertambangan dan penggalian masih unggul dibandingkan dengan sektor lainnya.

Seperti terlihat pada tabel 4.10. ( pada halaman 35)

34
Tabel. 4.10. PDRB Kabupaten Seram Bagian Timur Menurut Lapangan Usaha ADHB Tahun 2012-2016

PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)


No Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 446.002,97 507.231,97 570.750,85 622.129,68 665.840,20
2 Pertambangan dan Penggalian 829.852,15 866.578,40 1.004.754,22 599.582,45 505.419,78
3 Industri Pengolahan 23.094,40 26.820,58 30.584,51 35.205,66 39.512,05
4 Pengadaan Listrik dan Gas 164,08 153,04 214,13 269,80 336,77
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1.224,98 1.268,15 1.380,96 1.478,23 1.574,10
6 Konstruksi 103.446,86 120.704,01 1.400,02 159.983,96 172.015,90
7 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi 103.981,78 118.882,65 136.339,21 153.848,13 167.018,59
8 Transportasi dan Pergudangan 37.910,60 44.306,56 52.089,63 60.168,88 65.744,15
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.446,70 8.797,69 9.850,41 10.990,83 11.886,73
10 Informasi dan Komunikasi 10.030,12 11.220,08 12.423,05 13.853,44 14.833,02
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 23.370,26 27.151,51 30.866,76 35.043,35 38.896,99
12 Real Estate 6.691,06 7.292,59 8.081,02 8.848,97 9.217,46
13 Jasa Perusahaan 2.802,29 2.945,29 3.109,33 3.200,76 3.333,41
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
14 258.644,40 281.233,73 308.899,57 362.683,20 391.328,40
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 38.831,91 43.869,29 48.161,91 52.822,96 58.496,57
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 43.962,40 47.223,19 50.065,72 54.543,32 58.420,91
17 Jasa Lainnya 26.131,09 28.397,79 31.341,08 34.329,12 36.872,90
Kabupaten Seram Bagian Timur 1.963.588,05 2.144.076,52 2.438.998,51 2.208.982,74 2.201.275,442
Sumber: Data diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur, Tahun 2012-2016.

35
Berdasarkan tabel 4.10, dengan menggunakan rumus kontribusi atas dasar

harga berlaku (ADHB) maka akan diperoleh besarnya kontribusi dari sektor

Pertambangan dan penggalian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di

Kabupaten Seram bagian Timur seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.11 di bawah

ini.

Tabel 4.11 Distribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap


Pembentukan PDRB ADHB Kabupaten Seram Bagian Timur 2012 –
2016

Sektor
PDRB total
Pertambangan dan Kontribusi
Tahun (QYn) QXn : QYn
Penggalian (QXn) (%)
(jutaan rupiah)
(jutaan rupiah)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2012 829.852,15 1.963.588,05 0,4226 42,26
2013 866.578,40 2.144.076,52 0,4042 40,42
2014 1.004.754,22 2.438.998,51 0,4120 41,20
2015 599.582,45 2.208.982,74 0,2714 27,14
2016 505.419,78 2.201.275,442 0,2296 22,96
Jumlah 173,98
Rata-rata 34,79
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Dari tabel 4.8 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor pertambangan dan

penggalian pada tahun 2012-2016 terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sangat

besar, kontribusi terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 27,14% dan 2016 sebesar

22,96%. Hal ini terjadi karena adanya penurunan nilai tambah pada sub sektor

kategori Pertambangan dan penggalian.

Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan.

Pada tahun 2012, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian meningkat

menjadi 42,26%. Dan Tahun 2013 turun sebesar 40,42% , sektor pertambangan dan

36
penggalian pada tahun 2014 pun mengalami kenaikan sebesar 41,20% dengan rata-

rata selama hitungan lima tahun adalah 34,79%.

Sektor Pertambangan dan Penggalian masih lebih unggul dibandingkan dengan

sektor lainnya namun pada tahun 2016 sektor Pertambangan dan Penggalian

mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,56% bila

dibandingkan dengan kontribusi tahun 2015 yang mencapai 27,14%. Hal ini

dikarenakan terjadinya penurunan nilai tambah secara drastis pada sub kategori

pertambangan minyak, gas, dan panas bumi yaitu sebesar 12,93%. seperti terlihat

pada tabel 4.12 berikut ini.

Tabel. 4.12. PDRB ADHB Lapangan Usaha Kategori Pertambangan dan


Penggalian (Juta Rupiah), 2012-2016

Pertambang Pertamban
an Minyak, gan dan
Tahun (%) (%) Rata-rata (%)
Gas dan Penggalian
Panas Bumi Lainnya
2012 814.360,78 22,00 15.491,37 14,72 829.852,15 42,26
2013 849.227,78 22,95 17.350,61 16,48 866.578,39 40,42
2014 983.653,89 26,58 21.100,33 20,04 1.004.754,22 41,20
2015 575.173,81 15,54 24.408,64 23,19 599.582,45 27,14
2016 478.505,61 12,93 26.914,17 25,57 505.419,78 22,96
Total 3.700.921,87 100 105.265,12 100 3.806.186,99 35,06
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel 4.12, di atas, menunjukkan bahwa sub sektor pertambangan

Minyak, Gas dan Panas Bumi. Mengalami penurunan nila tambah pada tahun 2016

sebesar 478.505,61 juta rupiah atau 12,93% dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada

tahun 2014 yaitu sebesar 983.653,89 juta rupiah atau 26,5%.

37
Namun secara presentasi produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2012-

2016 atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Seram Bagian Timur, sektor

Pertambangan dan penggalian masih unggul dibandingkan dengan sektor lainnya.

2. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan (2010)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Seram Bagian Timur

atas dasar harga konstan (2010) tanpa memasukan migas dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.13 Distribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Tanpa Migas


terhadap pembentukan PDRB ADHK 2010 Kabupaten Seram Bagian
Timur 2012 – 2016

PDRBt PDRBt-1 Kontribusi


Tahun PDRBt - PDRBt-1
(Rp) (Rp) (%)
1 2 3 4 = (2) - (3) 5 = (4) : (3) x 100%
2012 13.668,37 12.466,61 1.201,76 9,64
2013 14.314,45 13.668,37 646,08 4,37
2014 15.491,66 14.314,45 1.177,21 8,22
2015 16.312,90 15.491,66 821,24 5,30
2016 17.081,90 16.312,90 769,00 4,71
jumlah 32,24
Rata-rata 6,44
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan tanpa

memasukan migas nilainya mengalami perubahan yang sangat fluktuatif, yaitu pada

tahun 2012 laju pertumbuhannya sebesar 9,64% dan mengalami penurunan pada

tahun 2013 sebesar 4,37%.

Pada tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 8,22% dan mengalami penurunan

kembali pada tahun 2014 sebesar 5,30% dan 4,71% pada tahun 2016.

38
Rata-rata laju pertumbuhan tanpa migas dalam kurun waktu 2012-2016 yaitu

sebesar 6,44%. Penurunan ini terjadi karena besarnya nilai tambah pada sub sektor

pertambangan dan penggalian, berada pada kategori Pertambangan Minyak, Gas dan

Panas Bumi dan apabila migas tidak diikut sertakan maka nila tambah pun untuk

sektor ini akan mengalami penurunan.

3. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku 2012-2016

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Seram Bagian Timur tanpa memasukan

migas atas dasar harga berlaku (ADHB) selama periode tahun 2012-2016

pertumbuhannya mengalami fluktuatif sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14 Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap


pembentukan PDRB Tanpa Migas ADHB Kabupaten Seram Bagian
Timur 2012 – 2016

Pertambangan dan
PDRB total
Penggalian lainya Kontribusi
Tahun (QYn) QXn : QYn
(QXn) (jutaan (%)
(jutaan rupiah)
rupiah)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2012 15.491,37 1149.227,27 0,135 1,35
2013 17.350,61 1.294.848,73 0,134 1,34
2014 21.100,33 1.316.658,49 0,160 1,60
2015 24.408,64 1.633.808,93 0,149 1,49
2016 26.914,17 1.762.242,32 0,153 1,53
Jumlah 7,31
Rata-rata 1,46
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB Kab. Seram Bagian Timur,
Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel 4.14 pada tahun 2012 pertumbuhan PDRB atas dasar harga

berlaku (ADHB) tanpa migas sebesar 1,35%, kemudian pada tahun 2013

pertumbuhan PDRB tanpa migas mengalami penurunan sebesar 1,34%. Dan pada

tahun 2014 mengalami kenaikan pertumbuhan PDRB tanpa migas sebesar 1,60%,

39
kembali turun pada tahun 2015 sebesar 1,49%, dan kembali naik pada tahun 2016

sebesar 1,53% dengan jumlah keseluruhan sebesar 7,31%, rata-rata pertumbuhan

PDRB tanpa migas dengan harga berlaku sebesar 1,46%.

Penurunan ini terjadi karena besarnya nilai tambah pada sub sektor

pertambangan dan penggalian, berada pada kategori Pertambangan Minyak, Gas dan

Panas Bumi dan apabila migas tidak diikut sertakan maka nila tambah pun untuk

sektor ini akan mengalami penurunan fluktuatif.

4. PDRB Perkapita

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah adalah

PDRB perkapita, baik atas dasar harga berlaku (nominal) maupun harga konstan

(riil). PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB

per satu orang penduduk. Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk

yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB Per kapita, seperti

terlihat pada tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berkapita sektor Migas
ADHB Kabupaten Seram Bagian Timur 2012 – 2016

PDRB sektor
Jumlah
Pertambangan Prosentasi
Tahun Penduduk
dan pengalian (%)
(jiwa)
(Rp)
1 2 3 4 = (2) : (3) x100
2012 829.852,15 103.174 8.04 (juta rupiah) 22,43
2013 866.578,40 104.902 8.26 (juta rupiah) 23,05
2014 1.004.754,22 106.682 9.42 (juta rupiah) 26,28
2015 599.582,45 108.406 5.53 (juta rupiah) 15,43
2016 505.419,78 110.024 4.59 (juta rupiah) 12,81
Total 35.84 (juta rupiah) 100
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan PDRB dan jumlah penduduk Kab. Seram
Bagian Timur, Tahun 2012-2016

40
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat di ketahui bahwa PDRB perkapita

berdasarkan harga berlaku (nominal) di bagi jumlah penduduk di Kabupaten Seram

Bagian Timur yaitu, Pada tahun 2012 sebesar PDRB perkapita 4.08 (juta rupiah) atau

sebesar 22,43% dan pada tahun 2013 sebesar 8.26 (juta rupiah) atau 23,05%, pada

tahun 2014 naik menjadi 9.42 (juta rupiah) atau sebesar 26,28%, kenaikan ini

disebabkan karena pada tahun 2012-2014 terjadi kenaikan pada nilai tambah

distribusi PDRB atas dasar harga berlaku pada sub sektor pertambangan migas.

Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 5.53 (juta rupiah) atau

15,43% dan pada tahun 2016 sebesar 4.59 (juta rupiah) atau sebesar 12,81%, dengan

rata-rata PDRB berkapita selama kurun waktu 2012-2016 yaitu sebesar 35.84 (juta

rupiah).

5. Kesempatan Kerja

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi

penduduk adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), ukuran ini biasanya

digunakan untuk mengetahui persediaan tenaga kerja.

Sagir (1994:52), memberi pengertian kesempatan kerja sebagai lapangan usaha

atau kesempatan kerja yang sudah tersedia untuk bekerja akibat dari suatu kegiatan

ekonomi, dengan demikian kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang

sudah diisi dan kesempatan kerja juga dapat diartikan sebagai partisipasi dalam

pembangunan.

Rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dikenal

dengan istilah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), yang notabene merupakan

41
besarnya jumlah penduduk masuk dalam pasar kerja. Sebagaimana terlihat pada tabel

4.16, jumlah tenaga kerja pada sektor Pertambangan dan pengalian di kabupaten

seram bagian timur tahun 2016.

Tabel 4.16 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertambangan dan Pengalian


di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2016

Tenaga Kerja Presentasi


No Sub Sektor
(orang) (%)
1 Pertambangan Migas 325 48,44
2 Pertambangan Bahan Galian Golongan C 346 51,56

Pertambangan dan Pengalian 671 100


Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan Data dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi Kab. Seram Bagian Timur, Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sektor pertambangan dan

pengalian menyerap tenaga kerja, pada sub sektor pertambangan migas sebanyak 325

(orang) atau sebesar 48,44% dan pada sub sektor pertambangan bahan galian

golongan C sebanyak 346 (orang) atau sebesar 51,56%.

Maka penyerapan tenaga kerja lebih banyak yaitu pada sub sektor

pertambangan bahan galian golongan C sebanyak 346 (orang) atau sebesar 51,56%

dari total jumlah 671 (orang) atau 100%, yang bekerja pada sektor pertambangan dan

pengalian.

6. Penerimaan Daerah dari Dana Bagi Hasil SDA Migas

Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya alam, fokus utama dalam hal

desentralisasi keuangan adalah bagi hasil sumberdaya alam (BHSDA) yang akan

diterima daerah dalam bentuk uang.

42
BHSDA penerimaan yang diterima oleh pemerintah daerah dalam bentuk

persentase tertentu dari penerimaan pemerintah pusat yang sumbernya berasal dari

daerah yang bersangkutan. BHSDA disini termasuk didalamnya penerimaan dari

sektor minyak bumi dan gas alam, kehutanan, pertambangan umum dan perikanan.

Sebagaimana terlihat pada tabel 4.17 penerimaan daerah dari dana bagi hasil

sumberdaya alam migas berikut.

Tabel 4.17 Distribusi Penerimaan Daerah dari Bagi Hasil SDA Migas Tahun
2012-2016

Tahun BHSDA Migas (Rp) Presentasi (%)


2012 201.134.000,00 11,80
2013 315.169.000,00 18,47
2014 780.201.101,00 45,76
2015 205.939.000,00 12,08
2016 202.651.000,00 11,89
Total Penerimaan 1.705.094.101,00 100
Sumber : Data sekunder diolah berdasarkan Data Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kab. Seram Bagian Timur, Tahun 2012-2016

Berdasarkan tabel penerimaan diatas dapat diketahui besarnya penerimaan

daerah dari bagi hasil sumberdaya migas yang diperoleh yaitu

Pada tahun 2012 penerimaan daerah sebesar 201.134.000,00 (juta rupiah) atau

11,80% dan pada tahun 2013 sebesar 315.169.000,00 (juta rupiah) atau 18,47%.

Sedangkan pada tahun 2014 menjadi 780.201.101,00 (juta rupiah) atau 45,76%.

Untuk tahun 2015 sebesar 205.939.000,00 (juta rupiah) atau 12,08% dan tahun

2016 sebesar 202.651.000,00 atau 11,89%. Rata-rata penerimaan terbesar berada

pada tahun 2014 yaitu sebesar 780.201.101,00 (juta rupiah) atau 45,76% dari total

penerimaan selama kurun waktu 2012-2016 yaitu sebesar 1.705.094.101,00 (juta

rupiah) atau 100%.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya menyangkut

Kontribusi Sektor Migas Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Seram

Bagian Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peran sektor pertambangan dan pengalian berdasarkan harga konstan (riil),

laju kenaikan PDRB ADHK 2010 Kabupaten Seram Bagian Timur, selama

kurun waktu 2012-2016 mencatat kenaikan tertinggi berada pada tahun

2014 sebesar 615.823,53 (jutaan rupiah) dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 13,41% dari total rata-rata kontribusi sebesar 449,4%.

PDRB ADHK 2010 kategori lapangan usaha pertambangan dan pengalian

Minyak dan Panas Bumi, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

2014 yaitu sebesar 13,55% hanya saja angka rupiahnya kecil yaitu

600.331,87 (jutaan rupiah) bila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu

sebesar 626.644,14 (jutaan rupiah) dengan pertumbuhan 4,38% dan 2016

sebesar 653.083,20 (jutaan rupiah) dengan pertumbuhan 4,22%.

Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2012-2016 mencatat

kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 1.004.754,22 (jutaan

rupiah) atau pertumbuhannya 43,79% dan pertumbuhan terendah terjadi

pada tahun 2016 sebesar 505.419,78 (jutaan rupiah) dengan pertumbuhan

22,94%.

44
PDRB Berdasarkan harga berlaku tahun 2012-2016 sektor pertambangan

dan pengalian masih lebih unggul dibandingkan dengan sektor lainnya,

hanya saja mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2016

sebesar 478.505,61 dengan tingkat pertumbuhan 12,93% dan pada tahun

lainnya mencatat pertumbuhan yang positif.

2. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas atas dasar harga konstan (2010) tahun

2012-2016 nilainya mengalami perubahan yang sangat fluktuatif, dan

kenaikan tertinggi terjadi pada tahu 2012 sebesar 9,64% dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 6,44% selama kurun waktu perhitungan.

3. Pertumbuhan ekonomi tanpa migas berdasarkan harga berlaku tahun 2012-

2016 tanpa memasukan migas nilainya juga mengalami fluktuatif dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 1,46% selama kurun waktu perhitungan.

4. PDRB berkapita berdasarkan harga berlaku 2012-2016 mencatat

pertumbuhan rata-rata sebesar 35,84%, dan kenaikan tertinggi terjadi pada

tahun 2014 sebesar 9.42 (RP) dari total jumlah penduduk pada tahun yang

sama pula yaitu 106.682 (jiwa).

5. Banyaknya tenaga kerja pada sektor migas yaitu sebanyak 325 (orang) atau

48,44% dan sisanya bekerja pada pertambangan bahan galian golongan C

yaitu sebanyak 346 (orang) atau 51,56% dari total pekerja pada sektor

pertambangan dan pengalian sebanyak 671 (orang) atau 100%.

45
6. Penerimaan pemerintah daerah Kabupaten Seram Bagian Timur, selama

kurun waktu 2012-2016 mencatat penerimaan dari bagi hasil sumberdaya

alam migas tertinggi pada tahun 2014 sebanyak 780.201.101,00 (jutaan

rupiah) dengan tingkat presentasi 45.76% dari total penerimaan sebesar

1.705.094.101,00 (jutaan rupiah).

B. Saran

Sehubungan dengan hal-hal yang penulis kemukakan sebagai kesimpulan,

maka diakhir penulisan ini dapat disampaikan beberapa saran sebagai usaha dalam

menunjang perekonomian terutama Kontribusi Sektor Migas untuk daerah

Kabupaten Seram Bagian Timur.

1. Untuk mengantisipasi berkurangnya produksi migas, maka Pemerintah

Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur diharapkan lebih pro aktif

mengundang investor untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di

wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur yang belum di eksploitasi untuk

dimanfaatkan.

2. Kepada masyarakat perlu disadari bahwa keberhasilan sektor migas adalah

untuk kebaikan bersama, terutama masyarakat di sekitar perusahaan dan

lebih umumnya masyarakat Kabupaten Seram Bagian Timur, untuk itu

perbuatan yang merugikan seperti menghambat operasi, merusak peralatan

migas perlu dihindari.

46
3. Dengan berkurangnya produksi migas yang ada di Kabupaten Seram

Bagian Timur tepatnya di Kecamatan Bula, dan untuk mengantisipasi

berakhirnya kegiatan pertambangan migas tersebut, sebaiknya Pemerintah

Kabupaten Seram Bagian Timur dari sekarang sudah mempersiapkan

langkah-langkah pembangunan ke depan dengan mengurangi

ketergantungan dari sektor migas. Salah satu caranya adalah dengan

memaksimalkan potensi sektor lainya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Pencemaran Laut Oleh Minyak. Online, Diakses pada tanggal 01
Oktober 2017. (http://fikymamyongs.blogspot.com)

Arsyad, L. (1999) Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah,


Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Esmara. 1986. Sumber Daya Manusia, Kesempatan Kerja Dan Perkembangan


Ekonomi. UI Press. Jakarta

H. Salim HS., SH, MS. (2005). Hukum Pertambangan Di Indonesia (edisi revisi),
Divisi buku perguruan tinggi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Imam.Vaillah. Geografi Ekonomi, Online (www.migas.esdm.go.id) diakses


tanggal 01 Oktober 2017.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali.


Lembaga Ketahanan Nasional. 1995. Pembangunan Nasional. Balai
Pustaka. Jakarta.

Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Pers.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Online, (https://www.kbbi.web.id)


Diakses pada tanggal 16 November 2017.

Kotler, Philip, (1998), Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan


Pengendalian, Jilid 2 Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mudrajad Kuncoro, “ Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,


Perencanaan, Strategi, dan Peluang “, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2004.

Mankiw, Gregory.2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.

Muhammad Fauzan, 2006. Hukum Pemerintahan Daerah, Kajian Tentang


Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, UII
Press,Yogyakarta.
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu
Pengantar, Lembaga Penerbit FE UI, 2008.

Produk Domestik Bruto (PDRB), Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur (Dalam
Angka 2012-2016).

Saggaf Said, 1999. “Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap


Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi. Program Pascasarjana USU
Medan.

Sandono Sukrino. (2000). Pengantar teori makro ekonomi. Jakarta Raja Grafindo
Persada.

Sagir. Suharsono 1994. Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Statistik. Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur (Dalam Angka 2014).

Statistik. PDRB, Daerah Kabupaten Seram Bagian Timur (Dalam Angka 2017).

T. Guritno. 1992. Kamus Ekonomi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.35


Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai