ITS Undergraduate 14771 Paperpdf PDF
ITS Undergraduate 14771 Paperpdf PDF
Dosen Pembimbing :
Tavio, ST, MT, Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, MS
ABSTRAK
Pada kondisi di lapangan beban aksial yang dipikul oleh kolom menyebabkan
terjadinya momen biaksial. Momen biaksial adalah momen yang diakibatkan oleh adanya
eksentrisitas beban aksial pada dua arah sumbu utama, yaitu arah sumbu x dan sumbu y.
Untuk menganalisis momen biaksial yang bekerja pada kolom dikembangkan program
komputer dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 berdasarkan konsep keseimbangan
dan kompatibilitas tegangan-regangan. Program komputer yang dikembangkan ini diberi
nama BiaxialCol v1.1. Dalam studi ini juga dihasilkan tampilan diagram interaksi kolom
beton bertulang biaksial penampang lingkaran secara tiga dimensi. Dipilih kolom lingkaran
karena saat ini telah banyak digunakan karena dari segi arsitektural sangat diminati apalagi
pada daerah rawan gempa banyak dipakai karena dapat mendistribusikan gaya yang diterima
secara merata pada penampang kolom.
Studi ini juga membahas konsep Unified Design Provision yang sudah masuk dalam
Pasal 9.3.2 ACI 318-2002. Sebelumnya konsep ini masih ada di dalam Appendix/usulan.
Maka dari itu, diperlukan sosialisasi mengingat nilai faktor reduksi (φ) tidak tergantung pada
harga Pu, tetapi tergantung pada harga regangan tarik tulangan (εt).
Pada studi ini akan dianalisa beberapa studi kasus dengan membandingkan
program hasil studi dengan program bantu yang telah ada, dalam hal ini adalah PCA Col
v4.0 . Dengan demikian dapat diketahui validitas dari program bantu ini. Kesimpulan yang
didapat setelah studi kasus dianalisa adalah terdapat selisih antara hasil analisa
menggunakan BiaxialCol v1.1 dengan PCA Col v4.0. Selisih yang ada berkisar antara 0%-
19,95%. Semakin kecil rasio tulangan yang dibandingkan semakin kecil pula selisihnya begitu
pula sebaliknya. Perbedaan selisih perhitungan antara BiaxialCol v1.1 dengan PCA Col v4.0
disebabkan oleh pengurangan luas blok tegangan karena jumlah luas tulangan tertekan yang
juga diperhitungkan pada metode penyelesaian yang digunakan PCA Col v4.0.
Selanjutnya studi ini masih perlu dikembangkan dalam hal keperluan desain,
pembahasan yang lebih detail dan tampilan yang lebih baik, serta dapat dilanjutkan dengan
menambahkan pengaruh lain, misalnya pengaruh kelangsingan kolom, pengekangan,
menggunakan kurva tegangan parabolik dengan memperhitungkan pengurangan akibat
jumlah luas tulangan tertekan, atau menggunakan bentuk penampang kolom yang lain.
Kata Kunci : Kolom, beban aksial, momen biaksial, Visual Basic 6.0, Unified Design
Provisions, ACI 318-2002, faktor reduksi, regangan tarik, SNI 03-2847-2002.
STUDY OF UNCONFINED BIAXIAL CIRCULAR COLUMN USING
VISUAL BASIC 6.0 PROGRAMMING
Name of Student : Chinta Advent Sisca
Registration Number : 3106 100 108
Department : Civil Engineering ITS
Supervisor : Tavio, S.T., M.T., Ph.D
Co-Supervisor : Ir. Iman Wimbadi, M.S.
ABSTRACT
In field conditions the axial load is carried by the column caused biaxial moment.
Biaxial moment is the moment caused by the eccentricities of axial load on the two major axis
directions, the x axis and y axis. To analyze biaxial bending acting about the column axis, a
computer-aided program was developed using Visual Basic 6.0 program based on equilibrium
and compatibility analysis of the stress-strain. This program named by BiaxialCol v1.1. In
this study, interaction diagram of reinforced concrete column displayed in three dimensional
surfaces. Selected column for the current is circle because of the great demand in
architectural aspect and also especially for earthquake zone because it can distribute the
force uniformly in cross-section columns.
This study also discusses the concept of Unified Design provision already included in
the ACI 318-2002 Chapter 9.3.2. Previously, this concept is still in the Appendix / proposal.
Therefore, socialization is necessary because of the value of reduction factor (φ) does not
depend on the value of Pu, but depends on the reinforcement tensile strain rates (εt).
This study will analyze several cases that compare the results of the BiaxialCol v1.1
program with existing computer-aid programs, in this case, PCA Col v4.0. Thus the validity
of this computer-aid program can be known. The conclusion after analyzing the cases is the
differences between the results of analysis using BiaxialCol v1.1 with PCA Col v4.0 ranging from 0%-
19.95%. Fewer ratio to compare, fewer the difference of range. Differences in the calculation between
PCA Col v4.0 with BiaxialCol v1.1 due to the reduction in block stress area of concrete caused by the
number of reinforcement compressed area that also calculated on the resolution methods used by the
PCA Col v4.0.
Furthermore, this study still needs to be developed in terms of design purposes, a more
detailed explanations and a better display of interface, and it can be continued by adding
other effects, such as the effect of slenderness, confinement, using a parabolic curve reduced
by the amount of reinforcement compressed area, or using other forms of cross section. .
Keywords : Column, Axial load, Biaxial bending momen, Visual Basic 6.0, Unified Design
Provision, ACI 318-2002, Reduction factor, tensile strain,SNI 03-2847-2002.
BAB 1 Visual Basic 6.0 adalah suatu bahasa
pemrograman yang dapat membantu dalam merancang
PENDAHULUAN program bantu (software) disamping banyaknya bahasa-
bahasa pemrograman. Visual Basic memiliki banyak
1.1 Latar Belakang keunggulan diantaranya banyak perintah, fungsi, dan
Kolom adalah batang tekan vertikal dari suatu fasilitas yang berhubungan langsung dengan Windows
rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom GUI (Graphicals User Interface), yaitu tampilan
merupakan elemen utama karena berfungsi meneruskan Windows yang berbasis visual (grafik). Karena bahasa
beban-beban dari balok atau lantai (dari elevasi atas) ke pemrograman ini berbasis visual, maka sebagian besar
kolom di bawahnya hingga akhirnya sampai ke tanah kegiatan pemrograman dapat difokuskan pada
melalui pondasi. Meskipun balok atau pelat di atasnya penyelesaian problem utama dan bukan pada pembuatan
dibuat sangat kaku, bila kolom tidak kuat menahan beban tampilannya. Keunggulan lain menggunakan Visual
maka akan terjadi keruntuhan struktur secara Basic 6.0 adalah kemampuannya dalam
keseluruhan, yang tentunya akan sangat membahayakan mengintegrasikan aplikasi-aplikasi lain seperti Microsoft
dan merugikan. Oleh sebab itu, perencanaan kolom perlu Office dan aplikasi lain yang berbasis Windows ( Recky,
mendapat perhatian yang seksama (Nawy, 1985). 2008)
Pada kondisi lapangan ternyata beban aksial
yang dipikul oleh kolom menyebabkan terjadinya momen 1.2 Perumusan Masalah
biaksial. Momen biaksial adalah momen yang Perumusan masalah yang akan dibahas dalam
diakibatkan oleh adanya eksentrisitas beban aksial pada tugas akhir ini antara lain :
dua arah sumbu utama, yaitu arah sumbu x dan sumbu y . 1. Bagaimana cara mencari kapasitas dari kolom
Selama ini materi tentang kolom yang dikenai momen biaksial dengan penampang lingkaran tersebut ?
biaksial sering kali tidak dibahas dalam perkuliahan atau 2. Bagaimana membuat diagram interaksi dari
hanya dibahas secara singkat saja. Pada umunya suatu kolom lingkaran biaksial dengan Visual
peristiwa seperti ini terjadi pada kolom-kolom yang Basic 6.0?
terletak di tepi atau di ujung bangunan (Nawy, 1985),
atau apabila terjadi gempa bumi seluruh struktur kolom 1.3 Batasan Masalah
yang ada pada bangunan itu dapat mengalami momen
biaksial. Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas
Umumnya, pada daerah yang rawan gempa Akhir ini dibatasi pada:
dianjurkan menggunakan penampang kolom bundar, 1. Penampang kolom yang dianalisa berbentuk
karena gaya yang diterima oleh penampang lingkaran.
didistribusikan secara merata ke seluruh sudut 2. Menggunakan blok desak Whitney, a = β1.c
penampang kolom sehingga diperolah daktilitas yang 3. Mutu beton normal
lebih tinggi dibanding dengan penampang lain (Mac 4. Memakai desain penampang kolom pendek.
Gregor, 1992) . Disamping itu, dari segi arsitektural 5. Menggunakan bahasa pemrograman Visual
bentuk kolom lingkaran lebih indah untuk dipandang. Basic 6.0
Pada proses analisa tegangan kolom biaksial
diperlukan perhitungan yang semakin rumit dan teliti. 1.4 Tujuan
Hal ini disebabkan adanya proses coba-coba (trial and Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini
error) dalam menentukan letak garis netral dan sudut antara lain :
inklinasi terhadap bidang horizontal agar dapat 1. Mencari kapasitas dari kolom biaksial dengan
memenuhi persamaan keseimbangan yang ada. Tentu penampang lingkaran tersebut.
saja hal tersebut akan membutuhkan waktu yang banyak 2. Membuat diagram interaksi dari suatu kolom
apabila dilakukan secara manual dan pada akhirnya lingkaran biaksial dengan Visual Basic 6.0.
menjad tidak efektif dalam segi waktu (Mac Gregor,
1992).
Penggunaan software dalam membantu
1.5 Manfaat
mendesain maupun mengontrol suatu struktur bangunan
Manfaat yang didapat dari hasil Tugas Akhir ini
merupakan alternatif yang efektif dan efisien. Selain hasil
antara lain :
yang didapat akurat, waktu pengerjaannya juga relatif
1. Dengan adanya program bantu ini, proses
cepat. Selain itu, dalam penggunaan program bantu ini
analisa secara manual yang berulang-ulang
juga perlu diperhatikan masalah keasliannya. Pada
tersebut dapat dihindari sehingga menghemat
beberapa tahun yang akan datang, pemerintah akan
waktu dalam proses perencanaan
menertibkan masalah lisensi dari produk-produk yang
2. Mempunyai program bantu hasil karya sendiri
masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, sejak dini perlu
dan dapat digunakan untuk keperluan desain
dipersiapkan program bantu yang dihasilkan sendiri,
dan kontrol struktur bangunan , tanpa perlu rasa
terjamin keasliannya, dan bisa digunakan untuk
khawatir karena terjamin keasliannya.
keperluan mendesain maupun mengontrol suatu
3. Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi untuk
penampang kolom akibat adanya momen biaksial ini.
pengembangan secara terus-menerus program-
program bantu lain yang lebih kompleks demi a
terciptanya kemajuan di bidang structural Mn Pn e Cc y Cs y d' Ts d y
2
engineering Indonesia yang lebih maju.
(2.2)
4. Tugas Akhir ini juga dapat menambah wawasan
mengenai perilaku kolom lingkaran yang
karena
terkena momen biaksial, serta pengetahuan
tentang prosedur penguasaan untuk pembuatan Cc 0,85 f 'c ba
suatu program bantu.
Cs A' s f ' s
Ts As f s
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Persamaan 2.1 dan 2.2 dapat pula ditulis sebagai :
d
langkah di atas sampai tercapai konvergensi. Apabila
h
As
eksentrisitas yang dihitung lebih besar daripada
eksentrisitas yang diberikan, ini berarti bahwa
besarnya c (dan juga a) lebih kecil daripada harga
Pusat plastis
b
Penampang melintang sesungguhnya. Dalam hal demikian, untuk langkah
εc = Pn berikutnya gunakan harga c yang lebih besar. Proses
0,00 0,8 coba – coba dan penyesuaian ini dapat konvergen
3 5ƒ’
Cs Cs
s
2.3 Diagram Interaksi Kolom
Dimana:
Proses kalkulasi ditunjukkan pada Gambar f’c = Kuat tekan maksimum beton
2.3 untuk satu regangan tertentu. Potongan Ag = Penampang bruto kolom
penampang digambarkan pada Gambar 2.3(a), dan Fy = Kuat leleh tulangan
satu regangan distribusi diasumsikan seperti pada Ast = Luas tulangan pada penampang
Gambar 2.3(b). Maksimum regangan tekan beton
0,003, bersesuaian dengan kegagalan kolom. Lokasi 2. Beban aksial tekan maksimum yang
garis netral dan regangan pada tiap level tulangan diijinkan
dihitung dari distribusi regangan. Hasilnya kemudian (2.8)
Pn maks 0.8 P no
digunakan untuk menghitung besarnya blok tekanan
dan besarnya gaya yang bekerja pada tiap tulangan, Mn Pn maks.emin (2.9)
seperti pada Gambar 2.3(c). Gaya yang bekerja pada
beton dan tulangan, ditunjukkan pada Gambar 2.3(d),
dihitung dengan mengalikan gaya dengan luas dimana
3. Beban lentur dan aksial pada kondisi untuk beton memperlihatkan hubungan yang nonlinear
balans, nilainya ditentukan dengan untuk tegangan diatas 0,5f’c.
mengetahui kondisi regangan ultimate Perhitungan kekuatan lentur Mn yang didasarkan
beton εcu = 0,003; dan regangan baja pada distribusi tegangan yang mendekati parabola dapat
fy dilakukan dengan menggunakan persamaan - persamaan
(2.10) (2.10)
yang ditetapkan (Wang dan Salmon, 1985). C.S.Whitney
s y Es
dan Edward Cohen (Guide for Ultimate Strength Design
of Reinforced Concrete, ACI Journal, November 1956)
4. Beban lentur pada kondisi beban aksial menyarankan penggunaan suatu distribusi tegangan tekan
nol, kondisi seperti pada balok. pengganti yang berbentuk persegi seperti gambar 2.8,
dipakai suatu tegangan persegi dengan besar rata - rata
5. Beban aksial tarik maksimum 0,85f’c dan tinggi a = β1c. Dengan menggunakan
tegangan persegi ekivalen, kekuatan momen nominal
n dapat diperoleh sebagai berikut :
Pn f y Asi (2.11)
T
i 1 T = Asfs = As (Es s) saat s < y
Kekuatan yang tersedia kekuatan yang diperlukan Gambar 2.8 Regangan dan distribusi tegangan
untuk memikul beban berfaktor ekivalen untuk penampang yang
menerima lentur dan tekan
Dimana kekuatan yang tersedia (seperti kekuatan
momen) dihitung sesuai dengan peraturan dan permisalan
dari sifat yang ditetapkan oleh suatu peraturan bangunan, Dari keseimbangan gaya didapatkan :
dan kekuatan yang diperlukan adalah kekuatan yang Pn = Cc + Cs – T
dihitung dengan menggunakan suatu analisa struktur Dari keseimbangan momen di tengah penampang :
dengan menggunakan beban berfaktor.
h a h h
Dalam metode ini, beban berfaktor (momen, Mn Pn e Cc ( ) Cs ( d ' ) T (d )
geser, gaya aksial, dan lain - lain) didapat dengan jalan 2 2 2 2
mengalikan beban kerja dengan faktor U sedangkan
kekuatan rencana diperoleh dengan jalan mengalikan Kekuatan nominal dicapai pada saat regangan
kekuatan nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan pada serat tekan ekstrim sama dengan regangan runtuh
( ). Daktilitas dicapai pada saat regangan tulangan tarik beton (εcu). Pada waktu itu regangan pada tulangan tarik
mencapai titik leleh sebelum beton mencapai regangan As kemungkinan lebih besar atau lebih kecil atau sama
ultimate yaitu 0,003. Kondisi tersebut didefinisikan dengan y = fy/Es, tergantung pada perbandingan relatif
sebagai kondisi regangan seimbang. b adalah rasio dari tulangan terhadap beton. Jika jumlah tulangan cukup
penulangan yang menghasilkan kondisi regangan sedikit (underreinforced), maka tulangan akan meleleh
seimbang. sebelum beton hancur, ini akan menghasilkan suatu
Dasar dari kekuatan lentur nominal dari metode ragam keruntuhan yang daktail (ductile) dengan
ini didahului oleh pernyataan F. Stussi (1932) yang deformasi yang besar. Sedangkan jika jumlah tulangan
mengatakan bahwa sifat tegangan - regangan umum cukup banyak (overreinforced) sehingga tulangan tetap
dalam keadaan elastis pada saat kehancuran beton maka
ini akan menghasilkas suatu ragam keruntuhan yang tiba Beban berlebih dapat terjadi akibat kemingkinan
- tiba atau getas (brittle). perubahan dari penggunaan dari tujuan semula struktur
Pada metode ini (USD) tegangan tidak tersebut direncanakan, dapat juga akibat penaksiran yang
proporsional dengan regangannya dan prosedur beban kurang dari pengaruh beban akibat terlalu
desain merupakan beban layan yang dikalikan dengan disederhanakannya prosedur perhitungan, dan akibat
suatu faktor beban. Sedangkan pada metode WSM pengaruh dari urut - urutan dari metoda pelaksanaan.
tegangan yang terjadi proporsional dengan regangan Kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi
yang terjadi dan beban desain sama besarnya dengan yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan,
beban layan. dimensi, pengendalian, dan pengawasan, sekalipun masih
didalam toleransi yang disyaratkan.
2.4.2 Metode Perencanaan Batas (Limit State Method) Sedangkan metode batas kelayanan bertujuan
untuk melihat tingkat kelayanan elemen struktur sebagai
Perkenalan daripada teori beban ultimate untuk
akibat daripada adanya defleksi, ketahanan atau
beton bertulang pada awalnya adalah untuk
durabilitas, kerusakan lokal akibat retak, belah maupun
menggantikan teori yang lama yaitu teori elastis, namun
spalling yang semuanya dikontrol terhadap beban kerja
seiring perkembangan ilmu pengetahuan membawa
yang ada atau sesuai dengan teori elastis.
setiap teori tersebut ke persepektifnya masing – masing
Ketentuan mengenai faktor reduksi pada elemen
dan telah menunjukkan aplikasi teori – teori tersebut
struktur akibat tekan dan lentur yang ada pada SNI 03-
kepada konsep yang lebih luas yang kemudian disatukan
2847-2002 atau pada Limit State ini mengacu pada pasal
dalam teori limit state. Dimana Service Ability Limit
11.3.2.2 dimana :
State menggunakan teori elastis dan Ultimate Limits
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
State of Colapse menggunakan teori beban ultimate.
Komponen struktur tulangan spiral yang sesuai
SNI 03-2847-2002 saat ini menggunakan metode
dengan 12.9.3.........................................................0.7
perencanaan batas ini (Limit State Method). Limit state
adalah sebuah kondisi batas dimana sebuah stuktur Komponen struktur lainnya................................0.65
menjadi tidak layak digunakan sebagaimana mestinya.
Tujuan daripada desain ini adalah untuk mengurangi Namun bila beban aksial yang bekerja lebih kecil
kemungkinan terjadinya keadaan limit state selama umur dari 0.1ƒ’cAg maka faktor reduksi tersebut boleh
desain sampai pada tingkat yang bisa diterima. ditingkatkan hingga 0.8 (SNI 03-2847-2002) atau 0.9
Kondisi - kondisi batas ini dibagi menjadi dua kategori: (ACI 318-1999), hal ini untuk menunjukkan bahwa
1. Batas limit state ini berkaitan dengan kapasitas struktur mengalami beban aksial yang kecil dan
untuk menerima beban maksimum (kekuatan dari mengalami beban lentur yang besar, atau pada saat itu
struktur). kolom hampir berperilaku sama dengan balok.
2. Batas limit kelayanan (serviceability limit state);
ini berkaitan dengan kriteria (ketahanan) pada
kondisi dibawah beban normal/kerja.
Desain penampang dengan metode keadaan batas
memiliki asumsi bahwa panampang beton bertulang 0.8 Kolom Bertulangan Spiral
0.1Pu
0 .8 0 .7
didesain dalam kondisi regangan plastisnya. Dalam hal 0.1 f ' cAg
harus mampu menerima beban berfaktor. Untuk Aksial Tarik Aksial Tekan Kecil 0 .8
0.15 Pu
0.1 f ' cAg
0.65
BAB V
STUDI KASUS
Contoh Kasus:
Pada studi kasus ini, akan dianalisa kapasitas
kolom dengan data – data seperti di bawah ini :
1. Dimensi kolom, d = 300 mm
Gambar 4.8 Tampilan Mx-My Curve 2. Mutu beton, ƒ’c = 40 MPa
3. Mutu tulangan, ƒy = 400 MPa
4. Diameter tulangan longitudinal, = 12 mm
5. Jumlah tulangan = 12
6. Selimut beton (decking) = 40 mm
7. Sudut Inklinasi = 0°, 15°, 30° dan 45°
Gambar 5.2 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi Gambar 5.4 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi
kasus pada sudut 15º (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva kasus pada sudut 45º (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva
berwarna biru) berwarna biru)
Gambar 5.5 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 0º
Gambar 5.7 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 30º
Gambar 5.6 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 15º
Gambar 5.8 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
pada sudut 45º
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0
500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120 Tabel 5.1 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
-1000.00 0° untuk kasus
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0
500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120 Tabel 5.2 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
-1000.00 15° untuk kasus .
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0
500.00 Tabel 5.3 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
30° untuk kasus.
0.00
-500.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
-1000.00
3500.00
3000.00
2500.00 Tabel 5.4 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
2000.00 45° untuk kasus.
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0
500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120
-1000.00
Setelah membandingkan hasil perhitungan dari Dewobroto, W., 2003, Aplikasi Sain dan Teknik
program BiaxialCol v1.1 dengan PCA Column v4.0 dengan Visual Basic 6.0, Jakarta, PT. Elex Media
dalam beberapa kasus, maka dapat diambil kesimpulan Komputindo.
sebagai berikut :
1. Dari beberapa contoh studi kasus yang telah Dewobroto, W., 2005, Aplikasi Rekayasa Konstruksi
dianalisa pada bab sebelumnya, maka analisa dengan Visual Basic 6.0 (Analisis dan Desain
pada kolom biaksial bujur sangkar dapat Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-
dilakukan dengan menggunakan aplikasi 2002), Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
program BiaxialCol v1.1 karena lebih cepat dan
mudah. Selain itu, hasil perhitungan telah MacGregor, James G., 1992, Reinforced Concrete
divalidasi dengan program PCA Column v4.0 . Mechanics and Design, Edisi kedua, Prentice Hall Inc.
2. Perbedaan selisih perhitungan antara program
BiaxialCol v1.1 dengan PCA COlumn v4.0 yang Nawy, Edward G., P.E, 1985, Reinforced Concrete : A
ada kemungkinan disebabkan oleh penggunaan Fundamental Approach, Prentice Hall Inc.
diagram tegangan atau blok tegangan yang
berbeda yang berbeda pada tiap program. Karena Park, R dan T. Paulay, 1976, Reinrorcement Concrete
itu dibutuhkan studi lebih lanjut tentang kolom Design, Edisi kedua, Willey.
biaksial berpenampang lingkaran
3. Nilai output program aplikasi BiaxialCol v1.1 Purwono, R., Tavio, I. Imran , dan I.G.P. Raka, 2007,
dapat dipertanggungjawabkan karena setelah “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
diverifikasi dengan aplikasi program lain yaitu Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi
PCA Column v4.0 .. Penjelasan (S-2002),” Surabaya, ITS Press.
6.2 Saran
Wangsadinata, W., 1993, Diagram Interaksi Lentur
Saran yang dapat diberikan penulis guna Biaksial (DINT), Wiratman & Associates
pengembangan program BiaxialCol v1.1 ini antara lain :
1. Perlu dilakukan lagi pengembangan studi kolom
biaksial diantaranya kolom biaksial dengan
penampang lain, kurva tegangan parabola,
pengaruh pengekangan pada kolom biaksial
karena pada program ini hanya untuk analisa
kolom biaksial berpenampang lingkaran dan
dengan asumsi blok desak tegangan.
2. Perlu digunakan bahasa pemrograman lebih baik
dan singkat agar penggunaan program tidak
membutuhkan waktu yang lama dan ukuran data
file program lebih minimal.