Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AKHIR – RC 091380

ANALISA KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG LINGKARAN TANPA


PENGEKANGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0

ANALYSIS OF UNCONFINED BIAXIAL CIRCULAR COLUMN USING VISUAL


BASIC 6.0 PROGRAMMING

CHINTA ADVENT SISCA


NRP 3106 100 108

Dosen Pembimbing :
Tavio, ST, MT, Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, MS

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2009
STUDI KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG LINGKARAN TANPA
PENGEKANGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC
6.0
Nama Mahasiswa : Chinta Advent Sisca
NRP : 3106 100 108
Jurusan : Teknik Sipil FTSP ITS
Dosen Pembimbing : Tavio, S.T., M.T., Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, M.S.

ABSTRAK

Pada kondisi di lapangan beban aksial yang dipikul oleh kolom menyebabkan
terjadinya momen biaksial. Momen biaksial adalah momen yang diakibatkan oleh adanya
eksentrisitas beban aksial pada dua arah sumbu utama, yaitu arah sumbu x dan sumbu y.
Untuk menganalisis momen biaksial yang bekerja pada kolom dikembangkan program
komputer dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 berdasarkan konsep keseimbangan
dan kompatibilitas tegangan-regangan. Program komputer yang dikembangkan ini diberi
nama BiaxialCol v1.1. Dalam studi ini juga dihasilkan tampilan diagram interaksi kolom
beton bertulang biaksial penampang lingkaran secara tiga dimensi. Dipilih kolom lingkaran
karena saat ini telah banyak digunakan karena dari segi arsitektural sangat diminati apalagi
pada daerah rawan gempa banyak dipakai karena dapat mendistribusikan gaya yang diterima
secara merata pada penampang kolom.
Studi ini juga membahas konsep Unified Design Provision yang sudah masuk dalam
Pasal 9.3.2 ACI 318-2002. Sebelumnya konsep ini masih ada di dalam Appendix/usulan.
Maka dari itu, diperlukan sosialisasi mengingat nilai faktor reduksi (φ) tidak tergantung pada
harga Pu, tetapi tergantung pada harga regangan tarik tulangan (εt).
Pada studi ini akan dianalisa beberapa studi kasus dengan membandingkan
program hasil studi dengan program bantu yang telah ada, dalam hal ini adalah PCA Col
v4.0 . Dengan demikian dapat diketahui validitas dari program bantu ini. Kesimpulan yang
didapat setelah studi kasus dianalisa adalah terdapat selisih antara hasil analisa
menggunakan BiaxialCol v1.1 dengan PCA Col v4.0. Selisih yang ada berkisar antara 0%-
19,95%. Semakin kecil rasio tulangan yang dibandingkan semakin kecil pula selisihnya begitu
pula sebaliknya. Perbedaan selisih perhitungan antara BiaxialCol v1.1 dengan PCA Col v4.0
disebabkan oleh pengurangan luas blok tegangan karena jumlah luas tulangan tertekan yang
juga diperhitungkan pada metode penyelesaian yang digunakan PCA Col v4.0.
Selanjutnya studi ini masih perlu dikembangkan dalam hal keperluan desain,
pembahasan yang lebih detail dan tampilan yang lebih baik, serta dapat dilanjutkan dengan
menambahkan pengaruh lain, misalnya pengaruh kelangsingan kolom, pengekangan,
menggunakan kurva tegangan parabolik dengan memperhitungkan pengurangan akibat
jumlah luas tulangan tertekan, atau menggunakan bentuk penampang kolom yang lain.

Kata Kunci : Kolom, beban aksial, momen biaksial, Visual Basic 6.0, Unified Design
Provisions, ACI 318-2002, faktor reduksi, regangan tarik, SNI 03-2847-2002.
STUDY OF UNCONFINED BIAXIAL CIRCULAR COLUMN USING
VISUAL BASIC 6.0 PROGRAMMING
Name of Student : Chinta Advent Sisca
Registration Number : 3106 100 108
Department : Civil Engineering ITS
Supervisor : Tavio, S.T., M.T., Ph.D
Co-Supervisor : Ir. Iman Wimbadi, M.S.

ABSTRACT
In field conditions the axial load is carried by the column caused biaxial moment.
Biaxial moment is the moment caused by the eccentricities of axial load on the two major axis
directions, the x axis and y axis. To analyze biaxial bending acting about the column axis, a
computer-aided program was developed using Visual Basic 6.0 program based on equilibrium
and compatibility analysis of the stress-strain. This program named by BiaxialCol v1.1. In
this study, interaction diagram of reinforced concrete column displayed in three dimensional
surfaces. Selected column for the current is circle because of the great demand in
architectural aspect and also especially for earthquake zone because it can distribute the
force uniformly in cross-section columns.
This study also discusses the concept of Unified Design provision already included in
the ACI 318-2002 Chapter 9.3.2. Previously, this concept is still in the Appendix / proposal.
Therefore, socialization is necessary because of the value of reduction factor (φ) does not
depend on the value of Pu, but depends on the reinforcement tensile strain rates (εt).
This study will analyze several cases that compare the results of the BiaxialCol v1.1
program with existing computer-aid programs, in this case, PCA Col v4.0. Thus the validity
of this computer-aid program can be known. The conclusion after analyzing the cases is the
differences between the results of analysis using BiaxialCol v1.1 with PCA Col v4.0 ranging from 0%-
19.95%. Fewer ratio to compare, fewer the difference of range. Differences in the calculation between
PCA Col v4.0 with BiaxialCol v1.1 due to the reduction in block stress area of concrete caused by the
number of reinforcement compressed area that also calculated on the resolution methods used by the
PCA Col v4.0.
Furthermore, this study still needs to be developed in terms of design purposes, a more
detailed explanations and a better display of interface, and it can be continued by adding
other effects, such as the effect of slenderness, confinement, using a parabolic curve reduced
by the amount of reinforcement compressed area, or using other forms of cross section. .

Keywords : Column, Axial load, Biaxial bending momen, Visual Basic 6.0, Unified Design
Provision, ACI 318-2002, Reduction factor, tensile strain,SNI 03-2847-2002.
BAB 1 Visual Basic 6.0 adalah suatu bahasa
pemrograman yang dapat membantu dalam merancang
PENDAHULUAN program bantu (software) disamping banyaknya bahasa-
bahasa pemrograman. Visual Basic memiliki banyak
1.1 Latar Belakang keunggulan diantaranya banyak perintah, fungsi, dan
Kolom adalah batang tekan vertikal dari suatu fasilitas yang berhubungan langsung dengan Windows
rangka struktural yang memikul beban dari balok. Kolom GUI (Graphicals User Interface), yaitu tampilan
merupakan elemen utama karena berfungsi meneruskan Windows yang berbasis visual (grafik). Karena bahasa
beban-beban dari balok atau lantai (dari elevasi atas) ke pemrograman ini berbasis visual, maka sebagian besar
kolom di bawahnya hingga akhirnya sampai ke tanah kegiatan pemrograman dapat difokuskan pada
melalui pondasi. Meskipun balok atau pelat di atasnya penyelesaian problem utama dan bukan pada pembuatan
dibuat sangat kaku, bila kolom tidak kuat menahan beban tampilannya. Keunggulan lain menggunakan Visual
maka akan terjadi keruntuhan struktur secara Basic 6.0 adalah kemampuannya dalam
keseluruhan, yang tentunya akan sangat membahayakan mengintegrasikan aplikasi-aplikasi lain seperti Microsoft
dan merugikan. Oleh sebab itu, perencanaan kolom perlu Office dan aplikasi lain yang berbasis Windows ( Recky,
mendapat perhatian yang seksama (Nawy, 1985). 2008)
Pada kondisi lapangan ternyata beban aksial
yang dipikul oleh kolom menyebabkan terjadinya momen 1.2 Perumusan Masalah
biaksial. Momen biaksial adalah momen yang Perumusan masalah yang akan dibahas dalam
diakibatkan oleh adanya eksentrisitas beban aksial pada tugas akhir ini antara lain :
dua arah sumbu utama, yaitu arah sumbu x dan sumbu y . 1. Bagaimana cara mencari kapasitas dari kolom
Selama ini materi tentang kolom yang dikenai momen biaksial dengan penampang lingkaran tersebut ?
biaksial sering kali tidak dibahas dalam perkuliahan atau 2. Bagaimana membuat diagram interaksi dari
hanya dibahas secara singkat saja. Pada umunya suatu kolom lingkaran biaksial dengan Visual
peristiwa seperti ini terjadi pada kolom-kolom yang Basic 6.0?
terletak di tepi atau di ujung bangunan (Nawy, 1985),
atau apabila terjadi gempa bumi seluruh struktur kolom 1.3 Batasan Masalah
yang ada pada bangunan itu dapat mengalami momen
biaksial. Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas
Umumnya, pada daerah yang rawan gempa Akhir ini dibatasi pada:
dianjurkan menggunakan penampang kolom bundar, 1. Penampang kolom yang dianalisa berbentuk
karena gaya yang diterima oleh penampang lingkaran.
didistribusikan secara merata ke seluruh sudut 2. Menggunakan blok desak Whitney, a = β1.c
penampang kolom sehingga diperolah daktilitas yang 3. Mutu beton normal
lebih tinggi dibanding dengan penampang lain (Mac 4. Memakai desain penampang kolom pendek.
Gregor, 1992) . Disamping itu, dari segi arsitektural 5. Menggunakan bahasa pemrograman Visual
bentuk kolom lingkaran lebih indah untuk dipandang. Basic 6.0
Pada proses analisa tegangan kolom biaksial
diperlukan perhitungan yang semakin rumit dan teliti. 1.4 Tujuan
Hal ini disebabkan adanya proses coba-coba (trial and Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini
error) dalam menentukan letak garis netral dan sudut antara lain :
inklinasi terhadap bidang horizontal agar dapat 1. Mencari kapasitas dari kolom biaksial dengan
memenuhi persamaan keseimbangan yang ada. Tentu penampang lingkaran tersebut.
saja hal tersebut akan membutuhkan waktu yang banyak 2. Membuat diagram interaksi dari suatu kolom
apabila dilakukan secara manual dan pada akhirnya lingkaran biaksial dengan Visual Basic 6.0.
menjad tidak efektif dalam segi waktu (Mac Gregor,
1992).
Penggunaan software dalam membantu
1.5 Manfaat
mendesain maupun mengontrol suatu struktur bangunan
Manfaat yang didapat dari hasil Tugas Akhir ini
merupakan alternatif yang efektif dan efisien. Selain hasil
antara lain :
yang didapat akurat, waktu pengerjaannya juga relatif
1. Dengan adanya program bantu ini, proses
cepat. Selain itu, dalam penggunaan program bantu ini
analisa secara manual yang berulang-ulang
juga perlu diperhatikan masalah keasliannya. Pada
tersebut dapat dihindari sehingga menghemat
beberapa tahun yang akan datang, pemerintah akan
waktu dalam proses perencanaan
menertibkan masalah lisensi dari produk-produk yang
2. Mempunyai program bantu hasil karya sendiri
masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, sejak dini perlu
dan dapat digunakan untuk keperluan desain
dipersiapkan program bantu yang dihasilkan sendiri,
dan kontrol struktur bangunan , tanpa perlu rasa
terjamin keasliannya, dan bisa digunakan untuk
khawatir karena terjamin keasliannya.
keperluan mendesain maupun mengontrol suatu
3. Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi untuk
penampang kolom akibat adanya momen biaksial ini.
pengembangan secara terus-menerus program-
program bantu lain yang lebih kompleks demi a
terciptanya kemajuan di bidang structural Mn Pn e Cc y Cs y d' Ts d y
2
engineering Indonesia yang lebih maju.
(2.2)
4. Tugas Akhir ini juga dapat menambah wawasan
mengenai perilaku kolom lingkaran yang
karena
terkena momen biaksial, serta pengetahuan
tentang prosedur penguasaan untuk pembuatan Cc 0,85 f 'c ba
suatu program bantu.
Cs A' s f ' s
Ts As f s
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Persamaan 2.1 dan 2.2 dapat pula ditulis sebagai :

2.1 Kolom Beton Bertulang Pn 0,85 f 'c ba A's f 's As f s (2.3)


Berdasarkan posisi beban terhadap beban a (2.4).
M n Pn e 0,85 f 'c ba y A' s f ' s y d ' As f s d y
melintang, kolom dapat diklasifikasikan menjadi 2
kolom dengan beban sentris (terpusat) dan kolom
dengan beban eksentris. Kolom yang mengalami Dalam persamaan 2.5 dan 2.6, tinggi sumbu
beban sentries berarti tidak mengalami momen lentur. netral c dianggap kurang daripada tinggi efektif d
Akan tetapi dalam prakteknya di lapangan, semua penampang, juga baja pada sisi yang tertarik memang
kolom hendaknya direncanakan terhadap eksentrisitas mengalami tarik. Kondisi ini dapat berubah apabila
yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak terduga, eksentrisitas e beban Pn sangat kecil. Untuk
seperti tidak tepatnya pembuatan acuan beton dan eksentrisitas yang kecil ini (yang seluruh bagian
sebagainya (Nawy, 1985). penampangnya mengalami tekan) kontribusi tulangan
Akibat adanya gaya aksial tekan (yang biasanya tarik harus ditambahkan kepada kontribusi baja dan
cukup besar) maka perilaku keruntuhan kolom akan beton yang tertekan. Suku Asfs dalam persamaan 2.5
berbeda, dan dapat dikategorikan menjadi (Nawy, dan 2.6, dalam hal ini mempunyai tanda positif karena
1985) : semua tulangan baja mengalami tekan. Dalam
- Kolom pendek, yaitu jika keruntuhan persamaan ini juga diasumsikan bahwa (ba-A’s) ~ ba,
diakibatkan kegagalan material penampang yaitu volume beton yang hilang akibat adanya
seperti leleh (yielding) pada tulangan atau tulangan diabaikan.
pecah (crushing) pada beton Jika dalam analisis atau desain digunakan
- Kolom langsing, yaitu jika terjadi tekuk komputer, solusi yang lebih halus dapat diperoleh.
(buckling) pada penampang akibat gaya tekan Dengan demikian luas beton yang tergantikan oleh
yang bekerja, padahal tegangan pada baja dapat ditinjau dalam solusi dengan bantuan
penampang masih elastis. komputer.
Perlu ditekankan di sini bahwa gaya aksial Pn
2.2 Kekuatan Kolom dengan Beban Eksentris tidak dapat melebihi kekuatan dengan aksial
Prinsip-prinsip pada balok mengenai distribusi maksimum Pn(maks) yang dihitung dengan
tegangan dan blok tegangan segiempat ekuivalennya menggunakan persamaan 2.3 Tulangan tekan A’s atau
dapat diterapkan juga pada kolom. Gambar 2.1 tulangan tarik As akan mencapai kekuatan lelehnya fy,
memperlihatkan penampang melintang suatu kolom bergantung pada besarnya eksentrisitas e. Tegangan f’s
segiempat tipikal dengan diagram distribusi regangan, pada baja dapat mencapai fy apabila keruntuhan yang
tegangan dan gaya padanya. terjadi berupa hancurnya beton. Apabila
Persamaan keseimbangan gaya dan momen keruntuhannya berupa lelehnya tulangan baja, besaran
dari Gambar 2.1 untuk kolom pendek dapat fs harus disubstitusikan dengan fy. Apabila f’s atau fs
dinyatakan sebagai : lebih kecil daripada fy, maka yang disubtitusikan
adalah tegangan aktualnya, yang dapat dihitung
Gaya tahan nominal Pn dalam keadaan runtuh : dengan menggunakan persamaan yang dpeoleh dari
segitiga yang sebangun dengan distribusi regangan di
seluruh tinggi penampang (Gambar 2.1), yaitu
Cc Cs Ts (2.1)
persamaan :
Momen tahanan nominal Mn, yaitu sebesar Pne,
dapat diperoleh dengan menuliskan keseimbangan 0,003(c d ' )
momen terhadap pusat plastis penampang. Untuk f 's Es ' s Es fy (2.5)
kolom yang penulangannya simetris, pusat plastisnya c
sama dengan pusat geometrisnya
0,003(d c) (2.6) menggunakan persamaan 2.3. Hitung juga
fs Es s Es fy eksentrisitas untuk beban Pn ini dengan menggunakan
c
persamaan 2.4. Eksentrisitas ini harus sama atau
cukup dekat dengan eksentrisitas yang diberikan
d' semula. Apabila tidak memeuhi, maka ulangi semua
y
A's
h/2

d
langkah di atas sampai tercapai konvergensi. Apabila
h
As
eksentrisitas yang dihitung lebih besar daripada
eksentrisitas yang diberikan, ini berarti bahwa
besarnya c (dan juga a) lebih kecil daripada harga
Pusat plastis
b
Penampang melintang sesungguhnya. Dalam hal demikian, untuk langkah
εc = Pn berikutnya gunakan harga c yang lebih besar. Proses
0,00 0,8 coba – coba dan penyesuaian ini dapat konvergen
3 5ƒ’
Cs Cs

dengan cepat dan menjadi sangat mudah apabila


Cc
ε c Cc e
e'

' c Sumbu netral (d - d') Pusat plastis


digunakan suatu program komputer.
s Ts
ε Ts

s
2.3 Diagram Interaksi Kolom

Regangan : Tegangan : Gaya dalam : Kapasitas penampang kolom beton bertulang


ƒs = Esεs ≤ ƒy Cc = 0,85ƒ’c ba
d c ƒ’s = Esε’s ≤ ƒy Cs = A’s f’s
dapat dinyatakan dalam bentuk diagram interaksi
εs = 0,003
aksial-momen (P-M) yang menunjukkan hubungan
c Ts = As fs
beban aksial dan momen lentur pada kondisi batas.
c d' Setiap titik kurva menunjukkan kombinasi P dan M
ε’s = 0,003
c sebagai kapasitas penampang terhadap suatu garis
c = jarak sumbu netral netral tertentu.
y = jarak pusat plastis Suatu kombinasi beban yang diberikan pada
e = eksentrisitas beban ke pusat plastis
e’ = eksentrisitas beban ke tulangan tarik
kolom bila diplot ternyata berada di dalam diagram
d’ = selimut efektif tulangan tekan interaksi kolom, berarti kolom masih mampu memikul
dengan baik kombinasi pembebanan tersebut.
Gambar 2.3 Kalkulasi Pn dan Mn untuk kondisi Demikian pula sebaliknya, yaitu jika suatu kombinasi
regangan tertentu (Mac Gregor,1992) pembebanan yang diplot ternyata berada di luar
diagram itu berarti kombinasi beban itu telah
Persamaan 2.3 dan 2.4 dapat dipakai untuk melampaui kapasitas kolom dan dapat menyebabkan
menentukan beban aksial nominal Pn yang dapat keruntuhan.
bekerja dengan aman pada eksentrisitas e untuk suatu
kolom yang mengalami beban eksentris. Apabila 2.3.1 Konsep dan Asumsi Diagram Interaksi
dipelajari lebih lanjut, pada kedua persamaan tersebut Kolom
ada beberapa koefisien yang dapat diklasifikasikan
sebagai : Jarak e diartikan sebagai eksentrisitas terhadap
1. Tinggi blok tegangan ekuivalen, a beban. Kedua kasus ini pada dasarnya sama, Beban P
2. Tegangan pada baja yang tertekan, f’s eksentris pada Gambar 2.2(b) bisa diganti dengan
3. Tegangan pada baja yang tertarik, fs beban p yang bekerja pada centroidal, ditambah
4. Pn untuk suatu e yang diberikan, atau dengan momen, M = P.e terhadap sumbu centroid.
sebaliknya e untuk Pn yang diberikan Beban P dan momen M dapat dikalkulasi dengan
memperhatikan geometri daripada aksis centroid
karena momen dan gaya yang didapatkan dari analisa
Tegangan f’s dan fs dapat dinyatakan dalam
struktur dihitung terhadap aksis ini.
tinggi sumbu netral c seperti pada persamaan 2.3 dan
2.4 atau juga dalam a. Dua koefisien yang lain adalah
a dan Pn dapat dipecahkan dengan menggabungkan
persamaan 2.3dan 2.6 akan dihasilkan persamaan
pangkat tiga dengan peubah tinggi sumbu netral c.
Selain itu, perlu juga dicek apakah tegangan pada baja
memang benar lebih kecil daripada kekuatan lelehnya,
fy.
Untuk suatu geometri penampang dan eksentrisitas e
yang diberikan, asumsikan besarnya jarak sumbu
netral c. Dengan harga c ini dapat dihitung tinggi blok
tegangan ekuivalen a dengan menggunakan a = ß1c.
Dengan menggunakan c yang diasumsikan tadi, hitung
besarnya beban aksial nominal Pn dengan
gaya tersebut bekerja. Akhirnya, gaya aksial Pn
dihitung dengan menjumlahkan gaya-gaya individual
pada beton dan tulangan., dan momen Mn dihitung
dengan menjumlahkan gaya-gaya ini terhadap titik
pusat dari potongan penampang. Nilai Pn dan Mn ini
menggambarkan satu titik di diagram interaksi.
Gambar 2.4 di bawah menggambarkan beberapa seri
dari distribusi regangan dan menghasilkan titik-titik
pada diagram interaksi. Distribusi regangan 1 dan titik
1 menunjukkan keadaan murni aksial tekan. Titik 5
menunjukkan hancurnya satu muka kolom dan nol
gaya tarik pada muka lainnya. Bila kuat tarik daripada
beton diabaikan pada kalkulasi, hal ini menunjukkan
Gambar 2.2 Beban eksentris pada kolom (Mac terjadinya retak pada bagian bawah muka penampang.
Gregor,1992)

2.3.2 Penggambaran Diagram Interaksi Uniaxial

Diagram interaksi untuk kolom umumnya


dihitung dengan mengasumsikan regangan yang
didistribusikan, setiap regangan yang bersesuaian
dengan titik tertentu pada diagram interaksi, dan
mengitung nilai yang bersesuaian dengan P dan M.
Bila titik-titik tersebut telah dihitung barulah hasilnya
ditunjukkan dengan diagram interaksi

Gambar 2.4 Hubungan P-M pada keruntuhan kolom beton


bertulang (Nawy, 1985)

Dari semua titik-titik yang diperlukan untuk


menggambar diagram interaksi, minimal ada lima titik
yang harus ada pada kurva

interaksi ini. Adapun titik-titik tersebut adalah :

1. Beban aksial tekan maksimum


Kolom dalam keadaan beban konsentris
dapat dituliskan sebagai rumus dibawah
ini:

Gambar 2.3 Kalkulasi Pn dan Mn untuk kondisi


Pn o (0.85 f 'c )( Ag Ast ) f y ( Ast ) (2.7)
regangan tertentu (Mac Gregor,1992)

Dimana:
Proses kalkulasi ditunjukkan pada Gambar f’c = Kuat tekan maksimum beton
2.3 untuk satu regangan tertentu. Potongan Ag = Penampang bruto kolom
penampang digambarkan pada Gambar 2.3(a), dan Fy = Kuat leleh tulangan
satu regangan distribusi diasumsikan seperti pada Ast = Luas tulangan pada penampang
Gambar 2.3(b). Maksimum regangan tekan beton
0,003, bersesuaian dengan kegagalan kolom. Lokasi 2. Beban aksial tekan maksimum yang
garis netral dan regangan pada tiap level tulangan diijinkan
dihitung dari distribusi regangan. Hasilnya kemudian (2.8)
Pn maks 0.8 P no
digunakan untuk menghitung besarnya blok tekanan
dan besarnya gaya yang bekerja pada tiap tulangan, Mn Pn maks.emin (2.9)
seperti pada Gambar 2.3(c). Gaya yang bekerja pada
beton dan tulangan, ditunjukkan pada Gambar 2.3(d),
dihitung dengan mengalikan gaya dengan luas dimana
3. Beban lentur dan aksial pada kondisi untuk beton memperlihatkan hubungan yang nonlinear
balans, nilainya ditentukan dengan untuk tegangan diatas 0,5f’c.
mengetahui kondisi regangan ultimate Perhitungan kekuatan lentur Mn yang didasarkan
beton εcu = 0,003; dan regangan baja pada distribusi tegangan yang mendekati parabola dapat
fy dilakukan dengan menggunakan persamaan - persamaan
(2.10) (2.10)
yang ditetapkan (Wang dan Salmon, 1985). C.S.Whitney
s y Es
dan Edward Cohen (Guide for Ultimate Strength Design
of Reinforced Concrete, ACI Journal, November 1956)
4. Beban lentur pada kondisi beban aksial menyarankan penggunaan suatu distribusi tegangan tekan
nol, kondisi seperti pada balok. pengganti yang berbentuk persegi seperti gambar 2.8,
dipakai suatu tegangan persegi dengan besar rata - rata
5. Beban aksial tarik maksimum 0,85f’c dan tinggi a = β1c. Dengan menggunakan
tegangan persegi ekivalen, kekuatan momen nominal
n dapat diperoleh sebagai berikut :
Pn f y Asi (2.11)
T
i 1 T = Asfs = As (Es s) saat s < y

atau T = Asfy saat s y


2.4 Perkembangan Metode Perencanaan Elemen
Struktur Beton Bertulang Cs = As’fs’ = As’(Es s’) saat s’ < y

2.4.1 Strength Design Method (Utimate Strength atau Cs = As’fy saat s’ y


Design)
Cc = 0.85 fc’ba
Strength design method (metode perencanaan
kekuatan) ini dahulu dinamakan ultimate strength method
(metode kekuatan batas). Dimana dalam metode ini
beban kerja dinaikkan secukupnya dengan beberapa
faktor untuk mendapatkan beban pada waktu keruntuhan
dinyatakan sebagai "telah di ambang pintu (imminent)".
Beban ini dinamakan sebagai beban berfaktor (factored
service load). Struktur atau unsurnya lalu diproporsikan
sedemikian hingga mencapai kekuatannya pada saat
bekerjanya beban berfaktor. Perhitungan dari kekuatan
ini memperhitungkan sifat hubungan yang tidak linear
antara tegangan dan regangan dari beton. Metode rencana
kekuatan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Kekuatan yang tersedia kekuatan yang diperlukan Gambar 2.8 Regangan dan distribusi tegangan
untuk memikul beban berfaktor ekivalen untuk penampang yang
menerima lentur dan tekan
Dimana kekuatan yang tersedia (seperti kekuatan
momen) dihitung sesuai dengan peraturan dan permisalan
dari sifat yang ditetapkan oleh suatu peraturan bangunan, Dari keseimbangan gaya didapatkan :
dan kekuatan yang diperlukan adalah kekuatan yang Pn = Cc + Cs – T
dihitung dengan menggunakan suatu analisa struktur Dari keseimbangan momen di tengah penampang :
dengan menggunakan beban berfaktor.
h a h h
Dalam metode ini, beban berfaktor (momen, Mn Pn e Cc ( ) Cs ( d ' ) T (d )
geser, gaya aksial, dan lain - lain) didapat dengan jalan 2 2 2 2
mengalikan beban kerja dengan faktor U sedangkan
kekuatan rencana diperoleh dengan jalan mengalikan Kekuatan nominal dicapai pada saat regangan
kekuatan nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan pada serat tekan ekstrim sama dengan regangan runtuh
( ). Daktilitas dicapai pada saat regangan tulangan tarik beton (εcu). Pada waktu itu regangan pada tulangan tarik
mencapai titik leleh sebelum beton mencapai regangan As kemungkinan lebih besar atau lebih kecil atau sama
ultimate yaitu 0,003. Kondisi tersebut didefinisikan dengan y = fy/Es, tergantung pada perbandingan relatif
sebagai kondisi regangan seimbang. b adalah rasio dari tulangan terhadap beton. Jika jumlah tulangan cukup
penulangan yang menghasilkan kondisi regangan sedikit (underreinforced), maka tulangan akan meleleh
seimbang. sebelum beton hancur, ini akan menghasilkan suatu
Dasar dari kekuatan lentur nominal dari metode ragam keruntuhan yang daktail (ductile) dengan
ini didahului oleh pernyataan F. Stussi (1932) yang deformasi yang besar. Sedangkan jika jumlah tulangan
mengatakan bahwa sifat tegangan - regangan umum cukup banyak (overreinforced) sehingga tulangan tetap
dalam keadaan elastis pada saat kehancuran beton maka
ini akan menghasilkas suatu ragam keruntuhan yang tiba Beban berlebih dapat terjadi akibat kemingkinan
- tiba atau getas (brittle). perubahan dari penggunaan dari tujuan semula struktur
Pada metode ini (USD) tegangan tidak tersebut direncanakan, dapat juga akibat penaksiran yang
proporsional dengan regangannya dan prosedur beban kurang dari pengaruh beban akibat terlalu
desain merupakan beban layan yang dikalikan dengan disederhanakannya prosedur perhitungan, dan akibat
suatu faktor beban. Sedangkan pada metode WSM pengaruh dari urut - urutan dari metoda pelaksanaan.
tegangan yang terjadi proporsional dengan regangan Kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi
yang terjadi dan beban desain sama besarnya dengan yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan,
beban layan. dimensi, pengendalian, dan pengawasan, sekalipun masih
didalam toleransi yang disyaratkan.
2.4.2 Metode Perencanaan Batas (Limit State Method) Sedangkan metode batas kelayanan bertujuan
untuk melihat tingkat kelayanan elemen struktur sebagai
Perkenalan daripada teori beban ultimate untuk
akibat daripada adanya defleksi, ketahanan atau
beton bertulang pada awalnya adalah untuk
durabilitas, kerusakan lokal akibat retak, belah maupun
menggantikan teori yang lama yaitu teori elastis, namun
spalling yang semuanya dikontrol terhadap beban kerja
seiring perkembangan ilmu pengetahuan membawa
yang ada atau sesuai dengan teori elastis.
setiap teori tersebut ke persepektifnya masing – masing
Ketentuan mengenai faktor reduksi pada elemen
dan telah menunjukkan aplikasi teori – teori tersebut
struktur akibat tekan dan lentur yang ada pada SNI 03-
kepada konsep yang lebih luas yang kemudian disatukan
2847-2002 atau pada Limit State ini mengacu pada pasal
dalam teori limit state. Dimana Service Ability Limit
11.3.2.2 dimana :
State menggunakan teori elastis dan Ultimate Limits
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
State of Colapse menggunakan teori beban ultimate.
Komponen struktur tulangan spiral yang sesuai
SNI 03-2847-2002 saat ini menggunakan metode
dengan 12.9.3.........................................................0.7
perencanaan batas ini (Limit State Method). Limit state
adalah sebuah kondisi batas dimana sebuah stuktur Komponen struktur lainnya................................0.65
menjadi tidak layak digunakan sebagaimana mestinya.
Tujuan daripada desain ini adalah untuk mengurangi Namun bila beban aksial yang bekerja lebih kecil
kemungkinan terjadinya keadaan limit state selama umur dari 0.1ƒ’cAg maka faktor reduksi tersebut boleh
desain sampai pada tingkat yang bisa diterima. ditingkatkan hingga 0.8 (SNI 03-2847-2002) atau 0.9
Kondisi - kondisi batas ini dibagi menjadi dua kategori: (ACI 318-1999), hal ini untuk menunjukkan bahwa
1. Batas limit state ini berkaitan dengan kapasitas struktur mengalami beban aksial yang kecil dan
untuk menerima beban maksimum (kekuatan dari mengalami beban lentur yang besar, atau pada saat itu
struktur). kolom hampir berperilaku sama dengan balok.
2. Batas limit kelayanan (serviceability limit state);
ini berkaitan dengan kriteria (ketahanan) pada
kondisi dibawah beban normal/kerja.
Desain penampang dengan metode keadaan batas
memiliki asumsi bahwa panampang beton bertulang 0.8 Kolom Bertulangan Spiral
0.1Pu
0 .8 0 .7
didesain dalam kondisi regangan plastisnya. Dalam hal 0.1 f ' cAg

ini beton mencapai kekuatan tekan maksimumnya dan


0.7
baja mencapai leleh. Kekuatan nominal penampang
0.65
tersebut setelah dikalikan dengan faktor reduksi kekuatan Kolom Bersengkang

harus mampu menerima beban berfaktor. Untuk Aksial Tarik Aksial Tekan Kecil 0 .8
0.15 Pu
0.1 f ' cAg
0.65

menjamin keamanan struktur, metode ini menggunakan


filosofi keamanan LRFD (Load Resistance Factor 0 0.1f'cAg
P
Design), yaitu : Gambar 2.9 Faktor reduksi SNI 03-2847-2002 untuk beban
aksial dan lentur (Limit State)
kuat rencana > kuat perlu ( R Q)
dimana : 2.8.3 Unified Design Provisions
= faktor reduksi, Konsep perhitungan menggunakan ketetapan
R = resistance atau kekuatan nominal, unified design (Unified Design Provisions) ini pertama
= faktor beban, dan kali diperkenalkan oleh Robert F. Mast (Unified Design
Q = beban kerja Provisions for Reinforced and Prestressed Concrete
Flexural and Compression Members, ACI Journal,
Pada metode batas ultimate, faktor keamanan Maret - April 1992). Konsep utama yang berubah dalam
didasarkan pada suatu metode desain probabilistik unified design ini adalah tentang bagian lentur diganti
dimana parameter - parameter dasarnya (beban, kekuatan dengan konsep tension controlled sections. Selain itu,
dari material, dimensi, dsb) diperlakukan sebagai suatu juga dibuat satu konsep tentang compression controlled
nilai yang acak (random). Dimana ada beberapa faktor sections. Tension dan compression controlled sections
yang dapat digolongkan didalam dua kategori umum : didefinisikan dalam hubungannya dengan regangan tarik
faktor yang berhubungan dengan pelampauan beban dan tulangan pada kekuatan nominal. Rasio penulangan
faktor yang berhubungan dengan kekurangan kekuatan. dalam keadaan seimbang (ρb) tidak lagi diperlukan.
Keuntungan dari cara berpikir ini adalah memperjelas
perlakuan untuk bagian - bagian yang menerima beban
aksial yang kecil maupun yang menerima beban aksial
yang besar. Ketentuan tentang faktor reduksi kapasitas
( ) juga diganti.
Tujuan pemakaiaan faktor reduksi adalah:
Adanya kemungkinan variasi dari kekuatan material
dan dimensi.
Adanya kemungkinan ketidaktelitian dalam
perencanaan.
Mencerminkan arti pentingnya suatu bagian dalam Gambar 2.11 Berbagai macam kriteria regangan pada
struktur. penampang beton menurut Unified Design
Diharapkan struktur mampu menerima beban yang Provisions
direncanakan.
Jadi dengan adanya konsep unified design
provisions ini perhitungan - perhitungan untuk
mendesain penampang elemen beton dapat
disederhanakan dengan menggunakan kondisi regangan
untuk menjelaskan batas - batas antara kelakuan "tension
controlled sections" dan "compression controlled
sections", yaitu dengan satu perubahan dalam
menentukan jarak dari serat tekan terluar ke pusat
tulangan tarik (d) yang nantinya digunakan untuk
membuat batas - batas tersebut untuk menentukan
besarnya faktor reduksi ( ) dalam menghitung kapasitas
penampang. Dengan konsep dan definisi yang baru
tersebut berarti nantinya hanya akan ada satu batasan -
untuk menghitung kapasitas penampang untuk semua
Gambar 2.10 Variasi yang terjadi berdasarkan εt yang
elemen beton. Baik itu kolom, balok, beton bertulang
terjadi (fy = 400Mpa) biasa, maupun beton pratekan. Dan hal tersebut berlaku
sama untuk berbagai macam bentuk penampang. Dalam
Nilai menurut unified design provisions : menganalisa penampangnya metode unified design
Tension Controlled Members : 0.9 provisions ini menggunakan metode kekuatan batas
Compression Controlled Members : 0.65 atau 0.7 sama seperti halnya di SNI 03-2847-2002.
(untuk tulangan Spiral), dengan transisi
diinterpolasikan secara lurus berdasarkan regangan
yang ada.
Faktor reduksi yang lebih rendah diberikan untuk
kondisi compression daripada kondisi tension karena
kondisi compression memberikan daktilitas yang lebih
rendah. Kondisi compression juga lebih sensitif terhadap
variasi dari kekuatan beton. Bagian yang menggunakan
tulangan spiral diberikan faktar reduksi yang lebih tinggi
karena mereka memiliki daktilitas yang lebih tinggi.(ACI
318-2002).
Regangan tarik bersih di atas diukur pada d ekstrem
(jarak dari tulangan pratekan atau non pratekan yang
terjauh ke serat tekan terluar). Regangan pada d ekstrem ini
sebagai tanda yang baik untuk menunjukkan daktilitas,
potensial keretakan, maupun lebar keretakan dari elemen
struktur beton.
BAB III 3.2 Studi Literatur
METODOLOGI Pada tahap ini dilakukan studi literatur mengenai
konsep dasar kolom termasuk tipe – tipe kolom,
3.1 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir perilakunya ketika menerima beban aksial dan momen
lentur serta kapasitas kolom yang digambarkan dalam
Start
diagram interaksi P-M kolom. Literatur-literatur yang
digunakan antara lain :
1. MacGregor, J.G., Reinforced Concrete Mechanics
1. Mengumpulkan materi yang berhubungan
dengan topik tugas akhir
and Design, Edisi kedua, Prentice Hall Inc., 1992,
Studi Literatur 2. Mempelajari konsep tentang kolom 848 hal.
3. Mempelajari diagram interaksi P-M kolom
4. Mempelajari bahasa pemrograman Visual 2. Nawy, E.G., Reinforced Concrete : A Fundamental
Basic 6.0 Approach, Prentice Hall Inc., 1985, 763 hal.
1. Membahas latar belakang, perumusan masalah,
3. Purwono, R., Tavio, Imran ,I., dan Raka, I.G.P.,
Pendahuluan dan dan batasan masalah Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Tinjauan Pustaka 2. Membahas dasar teori yang berkaitan dengan
kolom termasuk tipe – tipe, perilaku, dan Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi
kapasitasnya ketika menerima beban aksial dan Penjelasan (S-2002), ITS Press, Surabaya, 2007,
momen
408 hal.
1. Membahas tentang konsep diagram
interaksi P-M kolom 4. Dewobroto, W., Aplikasi Sain dan Teknik dengan
Konsep Diagram
Interaksi P-M
2. Mendapatkan titik – titik yang diperlukan Visual Basic 6.0, PT. Elex Media Komputindo,
untuk menggambar diagram interaksi P-M
Kolom kolom Jakarta, 2003, 317 hal.
3. Merancang diagram interaksi P-M kolom 5. Dewobroto, W., Aplikasi Rekayasa Konstruksi
dengan Visual Basic 6.0 (Analisis dan Desain
1. Menganalisa pengaruh penampang kolom,
mutu beton dan tulanganterhadap bentuk Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-
Algoritma
dan
diagram interaksi P-M kolom 2002), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.
2. Menetapkan metode iterasi untuk
Metode Iterasi mendapatkan rasio tulangan yang paling
mendekati/sesuai dengan titik kombinasi
Pu dan Mu yang bekerja
3.3 Merancang Diagram Interaksi P-M Kolom
3. Membuat flowchart untuk listing program
Untuk mendapatkan kombinasi P dan M pada
Membuat 1. Membuat tampilan (interface) program diagram interaksi maka solusi yang dapat dilakukan
2. Membuat listing program untuk kurva
Program
tegangan-regangan beton terkekang
adalah dengan mengadopsi algoritma numerik, meskipun
algoritma manual juga dapat dibuat tetapi akan cukup
kompleks. Untuk menentukan P dan M tersebut perlu
mempelajari sifat diagram interaksi yang ada dengan
mendapatkan minimal lima titik yaitu :
Mengoperasikan program dan mengecek apakah
error Running terdapat kesalahan atau tidak dalam membuat 1. Beban aksial tekan maksimum (teori) sesuai dengan
Program listing program, sekaligus memperbaiki error perumusan 2.1 pada bab II sub bab 2.3
jika memang terjadi kesalahan
2. Beban aksial tekan maksimum yang diijinkan,
ok
Pn maks = 0.8 P0 → Mn = Pn maks . emin
3. Beban lentur dan aksial pada kondisi balanced,
nilainya ditentukan dengan mengetahui kondisi
Output fy
benar
Mengecek validasi output program
regangan beton εcu = 0,003 dan baja εs = εy =
Es
4. Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi
ya
seperti balok.
n
Penyusunan Laporan 5. Beban aksial tarik maksimum, Pn-T = Ast f y
Tugas Akhir i 1
Kelima titik di atas adalah titik – titik minimum
yang harus ada pada diagram interaksi. Jika perlu,
ketelitian yang lebih baik dapat ditambahkan titik lain :
Finish di daerah keruntuhan tekan yaitu titik – titik di
antara A dan C seperti pada gambar 2.7
Gambar 3.1 Metodologi pelaksanaan tugas akhir di daerah keruntuhan tarik yaitu titik – titik di antara
C dan E seperti pada gambar 2.7
Jadi, agar seimbang maka setiap penambahan titik pada
kurva diperlukan dua buah titik yaitu untuk
mengantisipasi dua kondisi keruntuhan yang terjadi.
3.4 Algoritma BAB IV
Susunan program secara umum dibuat menurut PENGOPERASIAN PROGRAM
diagram alir gambar 3.2 seperti di bawah ini.
4.1 Penjelasan Program
Start Program bantu untuk kolom biaksial ini, dibuat
untuk menginvestigasi kemampuan kolom beton
bertulang penampang lingkaran yang dibebani gaya
User Input
aksial dan momen dua sumbu (biaksial). Bahasa
pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic
Baca Data 6.0. Program ini dibuat dengan membagi menjadi
beberapa modul dengan harapan untuk mempermudah
proses debugging jika terjadi kesalahan pada saat
Analisa penyusunan program. Diagram interaksi yang
dihasilkan sesuai dengan input yang diberikan
berdasarkan metoda SNI 03-2847-2002. Penggunaan
Tampilkan Output program analisa kolom biaksial ini dapat
menggantikan pekerjaan perhitungan coba – coba
garis netral penampang manual yang rumit dan
memakan waktu lama.
Finish

Gambar 3.2 Flowchart program utama 4.2 Prosedur Pengoperasian Program


Berikut ini merupakan langkah – langkah untuk
3.5 MERANCANG PROGRAM MEMAKAI mengoperasikan program :
VISUAL BASIC 6.0 1. Langkah pertama untuk memulai program, klik
Biaxial Column.exe sebanyak dua kali sehingga
Langkah awal yang dilakukan pada tahap ini muncul tampilan pertama jendela utama program
adalah mempelajari dasar-dasar pemrograman Visual seperti pada gambar 4.1.
Basic 6.0. Setelah mempelajari bahasa pemrograman
ini, kemudian dilanjutkan dengan membuat program
sederhana mengenai kolom biaksial berpenampang
lingkaran. Langkah-langkah pembuatan program
adalah sebagai berikut:
1. Membuat listing program untuk diagram
tegangan-regangan kolom beton biaksial.
Sebelumnya dirangkum terlebih dahulu
metode analisa yang dipakai, sudah dibahas
bab sebelumnya.
2. Membuat listing program untuk diagram
interaksi aksial-momen.
3. Membuat rancangan tampilan program Gambar 4.1 Tampilan awal program
(interface)
4. Mengecek kelengkapan menu dan 2. Langkah kedua adalah memulai project baru
melengkapi tampilan dengan cara klik menu Input > General
5. Mengoperasikan program (running program) Information. Menu ini berisi tentang nama project
untuk mengecek apakah semua listing baru, nama kolom yang akan didesain, dan nama
program bisa terbaca dan dapat berjalan perencana. Ketiga parameter tersebut boleh
dengan baik. dikosongi karena tidak akan mempengaruhi
6. Melakukan verifikasi atau mengecek jalannya program. Selain itu, terdapat juga menu
kebenaran hasil output dari program pilihan untuk design code yang akan digunakan.
sederhana yang telah dibuat. Klik OK untuk keluar dari jendela input General
7. Bila output program sudah benar, langkah Information jika data yang diisikan oleh user
diyakini sudah benar atau cancel untuk
selanjutnya adalah mengevaluasi dengan cara membatalkan data yang telah diinputkan.oleh user
membuat variasi tulangan dan dimensi diyakini sudah benar atau cancel untuk
membatalkan data yang telah diinputkan.
penampang , lalu membandingkan output
program
Gambar 4.4 Input Circular Section

5. Langkah kelima adalah memasukkan data – data


Gambar 4.2 Input General Information penulangan dengan cara klik menu Input>
Reinforcement. Sub-Menu Reinforcement terdiri
3. Langkah ketiga adalah menginputkan data – data dari tiga buah text-box. Pertama adalah No. of
material/bahan yaitu kuat tekan beton, ƒ’c dan kuat Bars, merupakan text-input jumlah tulangan
leleh tulangan baja, ƒy dengan cara klik menu Input logitudinal yang terdapat dalam kolom. Karena
> Material Properties. Ketika data ƒ’c diinputkan, yang ditinjau adalah kolom bulat, maka banyak
parameter – parameter yang lain akan berubah tulangan logitudinal tersebut akan secara otomotis
dengan sendirinya seperti modulus elastisitas beton dibagi merata pada penampang kolom. Kedua
(Ec), tegangan maksimal beton (ƒc), dan beta dengan adalah Dia. of Bars, merupakan text-input
menganggap bahwa regangan batas beton sebesar
diameter tulangan longitudinal (mm). Ketiga
0,003. Selanjutnya, ketika data ƒy diinputkan,
adalah Decking, merupakann text-input tebal
parameter yang berubah adalah regangan baja
dengan menganggap nilai modulus elastisitas
selimut beton (mm).
sebesar 200000 MPa dan regangan batas baja
sebesar 0,002.

Gambar 4.5 Input Reinforcement

6. Langkah keenam adalah memasukkan input


beban aksial dan momen dengan cara klik menu
Gambar 4.3 Input Material Properties
Input > Load > Factored. Di dalam menu ini user
menginputkan beban aksial pada kolom Load dan
4. Langkah keempat adalah input property penampang.
Klik menu Input > Section > Circular untuk
momen masing-masing sumbu yaitu arah x serta
membuka jendela input penampang. Di dalam menu arah y pada kolom X-Moment dan Y- Moment .
ini, user diminta untuk memasukkan data diameter Setelah menginputkan beban – beban di atas, klik
kolom. insert agar tersimpan di dalam Listbox lalu klik
OK. Perlu diingat, user hanya dapat
menginputkan beban aksial dan momen sekali
saja.
3D Interaction Surface
Klik SSTab 3D Interaction Surface, maka akan
muncul grafik yang dimaksud.

Gambar 4.6 Input Factored Load

7. Langkah ketujuh adalah menganalisa kapasitas


kolom yang data-datanya telah diinputkan
sebelumnya. Diagram interaksi disajikan dalam tiga
pilihan tampilan, yaitu : P-M Curve, Mx-My Curve,
dan tampilan secara tiga dimensi (3D Interaction
Surface).
P-M Curve
Klik SSTab P-M Curve, ketik besarnya sudut
inklinasi pada textbox at N/A angle (degree)
lalu klik Run. Maka akan muncul grafik yang
dimaksud.

Gambar 4.9 Tampilan 3D Interaction Surface

BAB V
STUDI KASUS

Untuk mengetahui kebenaran dan ketelitian


program BiaxialCol v1.1 ini, maka diperlukan
Gambar 4.7 Tampilan P-M Curve verifikasi hasil output program tersebut dengan
program lain yaitu PCA Column ver 4.0. Ketelitian
Mx-My Curve program BiaxialCol v1.1 ini dilakukan dengan
Klik SSTab Mx-My Curve, ketik membandingkan lima titik kontrol pada kurva
besarnya Pn pada textbox at axial nominal, yaitu:
load (kN) lalu klik Run. Maka akan 1. Pada titik koordinat (Pmax, Mn).
2. Pada titik koordinat (Pn max ijin, Mn), dimana Pn
muncul grafik yang dimaksud. max ijin = 0.8 Pmax.
3. Pada titik koordinat (Pn, Mn max).
4. Pada titik koordinat (Pn = 0, Mn) kondisi balok.
5. Pada titik koodinat (Pnt, Mn) kondisi tarik penuh.
Nilai perbandingan lima titik kontrol yang
dihasilkan disajikan dalam bentuk tabel untuk
memudahkan verifikasi.

Contoh Kasus:
Pada studi kasus ini, akan dianalisa kapasitas
kolom dengan data – data seperti di bawah ini :
1. Dimensi kolom, d = 300 mm
Gambar 4.8 Tampilan Mx-My Curve 2. Mutu beton, ƒ’c = 40 MPa
3. Mutu tulangan, ƒy = 400 MPa
4. Diameter tulangan longitudinal,  = 12 mm
5. Jumlah tulangan = 12
6. Selimut beton (decking) = 40 mm
7. Sudut Inklinasi = 0°, 15°, 30° dan 45°

Gambar 5.3 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi


Gambar 5.1 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi kasus pada sudut 30º (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva
kasus pada sudut 0° (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva berwarna biru)
berwarna biru)

Gambar 5.2 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi Gambar 5.4 Output program BiaxialCol v1.1 untuk contoh studi
kasus pada sudut 15º (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva kasus pada sudut 45º (Grafik Nominal digambarkan oleh kurva
berwarna biru) berwarna biru)
Gambar 5.5 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 0º

Gambar 5.7 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 30º

Gambar 5.6 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
1pada sudut 15º

Gambar 5.8 Output program PCA Col untuk contoh studi kasus
pada sudut 45º
3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0

500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120 Tabel 5.1 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
-1000.00 0° untuk kasus

Grafik 5.1 Grafik perbandingan titik kurva BiaxialColv1.1. dengan


PCACOl v4.0 untuk contoh studi kasus pada sudut 0°.

3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0

500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120 Tabel 5.2 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
-1000.00 15° untuk kasus .

Grafik 5.2 Grafik perbandingan titik kurva BiaxialColv1.1. dengan


PCACOl v4.0 untuk contoh studi kasus pada sudut 15°.

3500.00
3000.00
2500.00
2000.00
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0

500.00 Tabel 5.3 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
30° untuk kasus.
0.00
-500.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
-1000.00

Grafik 5.3 Grafik perbandingan titik kurva BiaxialColv1.1. dengan


PCACOl v4.0 untuk contoh studi kasus pada sudut 30°.

3500.00
3000.00
2500.00 Tabel 5.4 Selisih nilai Mn pada titik kontrol pada sudut inklinasi
2000.00 45° untuk kasus.
1500.00 BiaxialCol v1.1
1000.00 PCA Col v4.0

500.00
0.00
-500.00 0 20 40 60 80 100 120

-1000.00

Grafik 5.4 Grafik perbandingan titik kurva BiaxialColv1.1. dengan


PCACOl v4.0 untuk contoh studi kasus pada sudut 45°.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Deitel, H., 1999, Visual Basic 6 How To Program,
6.1 Kesimpulan USA, Prentice Hall.

Setelah membandingkan hasil perhitungan dari Dewobroto, W., 2003, Aplikasi Sain dan Teknik
program BiaxialCol v1.1 dengan PCA Column v4.0 dengan Visual Basic 6.0, Jakarta, PT. Elex Media
dalam beberapa kasus, maka dapat diambil kesimpulan Komputindo.
sebagai berikut :
1. Dari beberapa contoh studi kasus yang telah Dewobroto, W., 2005, Aplikasi Rekayasa Konstruksi
dianalisa pada bab sebelumnya, maka analisa dengan Visual Basic 6.0 (Analisis dan Desain
pada kolom biaksial bujur sangkar dapat Penampang Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-
dilakukan dengan menggunakan aplikasi 2002), Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
program BiaxialCol v1.1 karena lebih cepat dan
mudah. Selain itu, hasil perhitungan telah MacGregor, James G., 1992, Reinforced Concrete
divalidasi dengan program PCA Column v4.0 . Mechanics and Design, Edisi kedua, Prentice Hall Inc.
2. Perbedaan selisih perhitungan antara program
BiaxialCol v1.1 dengan PCA COlumn v4.0 yang Nawy, Edward G., P.E, 1985, Reinforced Concrete : A
ada kemungkinan disebabkan oleh penggunaan Fundamental Approach, Prentice Hall Inc.
diagram tegangan atau blok tegangan yang
berbeda yang berbeda pada tiap program. Karena Park, R dan T. Paulay, 1976, Reinrorcement Concrete
itu dibutuhkan studi lebih lanjut tentang kolom Design, Edisi kedua, Willey.
biaksial berpenampang lingkaran
3. Nilai output program aplikasi BiaxialCol v1.1 Purwono, R., Tavio, I. Imran , dan I.G.P. Raka, 2007,
dapat dipertanggungjawabkan karena setelah “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
diverifikasi dengan aplikasi program lain yaitu Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi
PCA Column v4.0 .. Penjelasan (S-2002),” Surabaya, ITS Press.
6.2 Saran
Wangsadinata, W., 1993, Diagram Interaksi Lentur
Saran yang dapat diberikan penulis guna Biaksial (DINT), Wiratman & Associates
pengembangan program BiaxialCol v1.1 ini antara lain :
1. Perlu dilakukan lagi pengembangan studi kolom
biaksial diantaranya kolom biaksial dengan
penampang lain, kurva tegangan parabola,
pengaruh pengekangan pada kolom biaksial
karena pada program ini hanya untuk analisa
kolom biaksial berpenampang lingkaran dan
dengan asumsi blok desak tegangan.
2. Perlu digunakan bahasa pemrograman lebih baik
dan singkat agar penggunaan program tidak
membutuhkan waktu yang lama dan ukuran data
file program lebih minimal.

Anda mungkin juga menyukai