Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Akbar Farhatani Miftah Aziz
NIM 16505241047
i
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan salah satu jenis zat cair yang keberadaannya sangat
melimpah di muka bumi ini, bahkan dapat dikatakan bahwa air tidak akan
pernah habis. Meskipun begitu, air menjadi salah satu sumber daya yang harus
dikelola dengan baik karena kebutuhan akan air juga tidak akan pernah
berhenti. Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan sebaik mungkin agar air
yang mengalir dan digunakan oleh manusia sesuai dengan kebutuhan.
Salah satu bidang yang sangat bergantung pada air adalah bidang
pertanian. Apabila air tidak mengalir dengan baik dan sesuai kebutuhan, maka
hasil yang diperoleh dari pertanian juga tidak akan baik.
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam
merancang bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran
air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan
bangunan air untuk pendistribusian air maupun pengaturan sungai.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah percobaan ambang tajam adalah:
a. Berapa debit air?
b. Berapa koefisien debit air?
B. Kajian Teori
Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis
aliran pada saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan
(flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini dianggap
mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan bawah tirai
luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya.
1
Gambar 1. Ilustrasi cara kerja ambang tajam (Lutjito, 2016:12)
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √9. ℎ13 ………………………………………………………........(1)
3
Keterangan:
Q = Debit aliran (m3/det)
h1 = Tinggi air di atas hulu ambang (m)
2
w = Tinggi ambang (m)
b. Ambang tajam
Model ambang tajam ini terbuat dari glass reinforced plastic berbentuk
huruf L dengan salah satu sisi lebih panjang.
3
c. Point gauge
Alat atau perangkat yang digunakan untuk mengukur ketinggian air. Dari
point gauge (alat tinggi muka air) didapat suatu besaran / nilai berupa h
yang kemudian dapat dimasukkan pada grafik untuk menentukan
besarnya nilai Q atau debit air. Alat ini tidak mempunyai aturan khusus,
namun berdasarkan SNI 03-8137-2015 alat ini sesuai untuk pengukuran
debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah
atas.
d. Mistar/Pita Ukur
Berdasarkan UU No.2 Tahun 1981 pasal 2 mengenai satuan-satuan
menjelaskan bahwa setiap satuan ukuran yang harus berdasarkan desimal
menggunakan satuan dari SI. Mistar adalah sebuah alat pengukur atau alat
bantu untuk menggambar garis lurus. Alat ukur ini sendiri memiliki skala
terkecil sekitar 1mm atau 0,1cm. Penggaris memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecil yang dimilikinya yakni 0.5mm
(Achmadi, 2019: 1).
4
Gambar 7. Pita ukur (Dokumentasi Pribadi)
2. Bahan
Bahan merupakan sesuatu yang dapat dipakai dan diperlukan untuk tujuan
tertentu. Bahan yang dipakai dan diperlukan oleh praktikan pada praktikum
ini adalah air.
D. Langkah Kerja
Langkah-langkah kerja sebagai berikut:
1. Ambang tajam di dalam multi purpose teaching flume pada model saluran
terbuka dipasang
2. Pompa kemudian mengalirkan air ke dalam model saluran terbuka
dihidupkan
3. Debit ari diukur
4. Harga h1, w, B, dst dicatat pada laporan sementara
5. Harga ho dihitung dengan menggunakan rumus ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤………...…(2)
6. Aliran diamati
7. Percobaan dilakukan 1-6 dengan debit yang lain
𝑄
8. U dihitung dengan rumus 𝑈 = 𝐴……………………………………….….(3)
5
𝑄2
9. H dihitung dengan 𝐻 = ℎ1 + 𝐵2 ℎ𝑜22𝑔………………………………...……(4)
2
10. Q dihitung dengan 𝑄 = 𝐶𝑑 𝐵 √𝑔. ℎ13 ……………………………….…(5)
3
E. Pembahasan
1. Percobaan 1
ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤
= 0,018 + 0,115
= 0,133
𝑄
𝑈=
𝐴
0.00105
= 0,0151
= 0,0695
0,001052
𝐻1 = 0,018 +
0,1022 0,1332 2.9,18
𝐻1 = 0,018
6
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √𝑔. ℎ13
3
2
𝑄= 2,043. 0,102 √9,81 . 0,033
3
𝑄 = 0,00105 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
2. Percobaan 2
ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤
= 0,022 + 0,115
= 0,137
𝑄
𝑈=
𝐴
0.0013
= 0,0151
= 0,0860
0,00132
𝐻2 = 0,022 +
0,1022 0,1382 2.9,18
𝐻2 = 0,022
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √9. ℎ13
3
2
𝑄 = 1,8724 . 0,102 √9,81 . 0,033
3
𝑄 = 0,0013 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
3. Percobaan 3
ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤
= 0,025 + 0,115
= 0,140
𝑄
𝑈=
𝐴
0.0015
= 0,0151
7
= 0,0993
0,00132
𝐻3 = 0,025 +
0,1022 0,1402 2.9,18
𝐻2 = 0,025
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √9. ℎ13
3
2
𝑄= 1,7835 . 0,102 √9,81 . 0,033
3
𝑄 = 0,0015 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
4. Percobaan 4
ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤
= 0,032 + 0,115
= 0,147
𝑄
𝑈=
𝐴
0.0019
= 0,0151
= 0,1258
0,00132
𝐻3 = 0,032 +
0,1022 0,1472 2.9,18
𝐻2 = 0,032
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √9. ℎ13
3
2
𝑄 = 1,5599 . 0,102 √9,81 . 0,033
3
𝑄 = 0,0019 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
5. Percobaan 5
ℎ𝑜 = ℎ1 + 𝑤
8
= 0,035 + 0,115
= 0,150
𝑄
𝑈=
𝐴
0.00192
= 0,0151
= 0,1258
0,00132
𝐻3 = 0,035 +
0,1022 0,1502 2.9,18
𝐻2 = 0,035
2
𝑄= 𝐶𝑑 𝐵 √9. ℎ13
3
2
𝑄= 1,3781 . 0,102 √9,81 . 0,033
3
𝑄 = 0,00192 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
0,35
0,304347826
0,3 0,27826087
0,156521739
0,15
0,1
0,05
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Cd
9
Pada grafik hubungan antara Cd dan h 1/w peluap ambang tajam berbanding
terbalik. Karena semakin kecil nilai h 1/w maka semakin besar nilai Cd. Nilai
R2 didapat 0,8984.
0,04
0,035
0,035 0,032
y = 18,342x - 0,0017
0,03 R² = 0,9777
0,025
0,025 0,022
0,018
h1
0,02
0,015
0,01
0,005
0
0,00000 0,00050 0,00100 0,00150 0,00200 0,00250
Q
F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sbb:
1. Grafik hubungan antara Cd dan h 1/w peluap ambang tajam berbanding
terbalik. Karena semakin kecil nilai h1/w maka semakin besar nilai Cd.
10
2. Grafik hubungan antara Q dan h 1 peluap ambang tajam berbanding lurus.
Karena semakin besar nilai h 1/w maka semakin besar nilai Cd.
G. Saran
Adapun hal-hal yang dapat disarankan dalam pelaksanaan praktikum
ambang tajam ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Memerhatikan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
dalam pelaksanaan praktikum.
b. Mempelajari dan memahami pengamatan yang akan dilakukan
c. Menjaga keseriusan dan ketelitian pada saat praktikum untuk
memperoleh hasil pengamatan yang baik dan benar.
d. Praktikum dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah kerja
yang telah ditetapkan.
e. Teliti dan hati- hati dalam perhitungan data hasil praktikum.
11
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2013). Standar Perencanaan Irigasi. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum.
SNI 03-8137-2015. Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka
menggunakan alat ukur arus dan pelampung. Badan Standarisasi Nasional.,
Bandung.
12
LAMPIRAN
13
Gambar 13. Melakukan pengukuran ho. (Dokumentasi Pribadi)
14
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner