UJI BENDING
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Nama : Farhan Nurrazaq Sembodo (
Fauzi Imam Fandhowi (
Ikhwan Muhammad Faris (
Heri Kurniawan ( 4.21.17.1.11 )
Ikrom Maulana ( 4.21.17.1.12 )
PROGRAM STUDI
S.Tr. TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat dan karunia-
Nya, penulis bisa menyusun laporan dengan judul “Laporang Praktikum Fenomena
Bahan II Uji Bending”.
Tujuan Membuat Laporan ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata
kuliah Praktek Fenomena Bahan II. Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Nanang Budi S.T.,M.Eng. sebagai dosen pengampu. Pembuatan laporan ini kami
sekaligus juga berterima kasih kepada segenap pihak yang memberikan bantuan.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada laporan ini. Kami mohon
maaf kesalahan dalam penulisan. Dengan demikian, kami mengharapkan kritik dan
saran.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
BAB 2 ........................................................................................................................................ 4
BAB 3 ...................................................................................................................................... 12
BAB 4 ...................................................................................................................................... 14
BAB 6 ...................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 17
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami cara dan prosedur pengujian bending dengan prosedur yang
benar.
2. Mengetahui kekuatan sambungan las dan nilai defleksi material uji
3. Mengetahui Parameter yang terukur setelah penujian
4. Menegtahui Faktor faktor yang mempenagruhi Pengujian
4.3 Manfaat
Manfaat dari pembuaatn laporan ini adalah :
1. Dapat mengetahui cara dan prosedur pengujian bending dengan prosedur yang benar.
2. Dapat mengetahui cacat material spesimen uji
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Las SMAW
Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah jenis las listrik dengan elektroda berselaput
sebagai bahan tambah. Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar
akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah Ias, busur Iistrik
dan daerah Ias di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda
yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
pengaruh luar. (Prasmayobi, 2014)
2. Kampuh terbuka
Pada sambungan ini terdapat celah antara plat yang aakan dilas. Lebah celah tergantung pada
ketebalan plat. Tebal plat yang biasa digunakan pada sambungan ini adalah 3-6 mm.
(Prasmayobi, 2014)
3. Sambungan ini dapat juga dibuat tertutup dan terbuka. Sambungan ini lebih kuat dari pada
sambungan persegi dan dapat dipakai untuk menerima gaya tekan yang besar, serta lebih tahan
terhadap kondisi beban statis. Pada tebal plat dengan tebal 5-20 mm. (Prasmayobi, 2014)
2. Crater
Crater yaitu cacat las yang disebabkan karena mengkerutnya metal las pada akhir perjalanan
proses pengelasan ( akibat panas las berkurang ).
3. Porosity
Porosity yaitu cacat las yang disebabkan oleh udara atau gas yang terkurung oleh las, sehingga
dalam las terjadi ronggarongga besar ataupun kecil.
4. Slag
Salag yaitu cacat las yang disebabkan karena tertinggalnya slag atau metal lain dalam las.
5. Incomplete penetration
cacat las yang disebabkan karena ketidaksempurnaan pengisian las pada kaki las.
6. Undercut
cacat las yang disebabkan karena termakannya metal induk pada waktu proses pengelasan
sehingga menjadi lekukan pada kaki pinggiran metal induk.
7. Worm hole
cacat las yang disebabkan karena tertangkapnya gas pada proses pengelasan, sehingga
berbentuk rongga memanjang seperti tabung.
(Sayed, 2016)
Terdapat dua tipe pengujian bending, yaitu U – Bem\nding dan V – bending, sebagai berikut
(ASTM International)
2. ASTM E 190 – 92
Metode pengujian ini mencakup uji tekuk terarah untuk menentukan tingkat kekuatan dan
keuletan las dalam produk ferro dan nonferro. Cacat yang tidak ditunjukkan oleh sinar X, dapat
muncul di permukaan spesimen saat mengalami tekanan berlebih yang terlokalisasi secara
progresif. Tes lengkung terpandu ini telah dikembangkan terutama untuk pelat dan tidak
dimaksudkan untuk diganti dengan metode pengujian lengkung lainnya.
Spesimen dibengkokkan dalam cetakan berbentuk U dengan menggunakan gaya yang terpusat
pada pengelasan pada spesimen rata yang didukung pada dua posisi yang berjarak sama dari
garis aplikasi gaya. Spesimen dipaksa masuk ke cetakan oleh pendorong yang memiliki bentuk
yang diperlukan untuk menghasilkan kontur yang diinginkan. Permukaan cembung spesimen
bengkok diperiksa untuk retakan atau cacat terbuka lainnya. (ASTM International)
(ASTM international)
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
a. 5 Pasang spesimen
3.2 Langkah Percobaan
1. Menyiapkan benda spesimen uji ( Sepasang sebanyak 4 buah dengan ukuran sesuai )
dengan ukuran seperti berikut :
3,81
mm
10,16 mm
Pengujian Bending material dengan sambungan las diperoleh data dari lima spesimen uji.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menekan spesimen ujji pada mesin uji hingga diperoleh
beberapa parameter. Parameter yang didapat yaitu Sudut Spesimen uji, Pembebanan, Defleksi,
dan kondisi Las. Spesimen uji pertama dihasilkan Sudut sebesar (**), nilai Defleksi 80 mm,
dan benda uji mengalami crack pada daerah ujung. Spesimen pertama diuji dua kali. Pengujian
pertama spesimen belum mengalami Crack sehingga perlu diuji kembali dengan lengkungan
mendekati 900.
Spesimen uji kedua dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 35 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji ketiga dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 27 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji keempat dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 30 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji sekali. Pengujian dilakukan sekali karena
spesimen uji telah mengalami Crack.
Spesimen uji kelima dihasilkan sudut sebesar (**), nilai Defleksi 85 mm, dan benda uji
mengalami crack pada bagian ujung. Spesimen diuji dua kali. Pengujian pertama spesimen
belum mengalami crack sehinga perlu diuji kembali dengan lengkungan mendekati 900.
Sudut pada spesimen material yang terbentuk sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan
keuletan sambungan las. Sudut terbesar diperoleh pada spesimen uji ke 5 yaitu sebesar (**)
diikuti Spesimen kedua (**). Semakin Besar Sudut yang terbentuk menunjukkan bahwa
kekuatan dan keuletan sambungan las jauh lebih tinggi dari pada yang lain. Sudut kecil
menujukkan bahwa kekuatan dan keuletan sambungan Las rendah.
Nilai Defleksi juga berpengaruh terhadap kekuatan sambungan las. Nilai Deflesi paling tinggi
diperoleh spesimen uji ke 5 yaitu 85 mm. Nilai Defleksi terkecil pada spesimen uji ke 3 dengan
nilai Defleksi 27 mm. Semakin tinngi nilai Defleksi maka semakin kuat dan ulet sambungan
lasnya. Semakin rendah nilai defleksi semakin rendah kekuatan dan keuletan sambungan
lasnya.
Semua Spesimen Uji memngalami Crack. Crack terjadi pada ujung Lasan. Crack terjadi pada
daerah ini karena pada daerah ini merupakan titik las / titik awal las. Titik awal las adalah yang
telemah keuletanya.
Perbedaan parameter dalam uji bending dipenagruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor
tersebut adalah kualitas pengelasan sambungan dan Pembebanan tidak tepat pada bagian las.
Pengelasan yang tidak tepat menyebabkan perbedaan parameter, jika terjadi cacat las maka
bisa dipastikan kekuatan dan keuletan sambungan las buruk. Pembebanan yang tidak tepat pada
bagian las saat pengujian juga berpengaruh terhadap parameter, jika pembebanan tidak tepat
maka lengkunagn akan terjadi diluar area sambungan las, sehingga parameter seperti defleksi,
sudut akan tidak valid atau menyimpang.
BAB VI
KESIMPULAN
2. Parameter penting yang didapatkan dari pengujian ini adalah sudut meterial yang
terbentuk setelah pengujian, nilai defleksi, dan Pembebanan.
ASTM, 1997. Standard Test Method for Guided Bend Test for Ductility of Welds. ASTM E190
- 92.
ASTM, 2015. Standard Test Methods for Bend Testing of Material for Ductility. ASTM E290
- 14.
N., Sam, A. & Nugraha, C., 2015. KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN
LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN
SAW. Jurnal Mekanikal, January, Volume Vol. 6 No. 1, pp. 550-555.
Prasmayobi, U., 2014. STUDI KEKUATAN BENDING DAN KEKERASAN PADA
PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN MENGGUNAKAN LAS SMAW (SHIELDED
METAL ARC WELING).
Pujo, I. & S., 2008. ANALISIS KEKUATAN SAMBUNGAN LAS SMAW ( SHIELDED
METAL ARC WELDING ) PADA MARINE PLATE ST 42 AKIBAT FAKTOR CACAT
POROSITAS DAN INCOMPLETE PENETRATION. Jurnal Perkapalan, Juni, Volume Voi.
5 No. 2, pp. 102-113.
Sayed, A. R., 2016. Experimental Analysis on variation of Bending Strength on Different Mild
Steel Weldments. International Journal for Scientific Research and Development, Vol. 5(01),
pp. 277-280.
LAMPIRAN FOTO PENGUJIAN