Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HALAMAN 108

2. secara berdiskusi kelompok, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

a. Dimana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi ?

Jawab : Peristiwa tersebut terjadi di surau, neraka, dan rumah Ajo Sidi. Peristiwa
terjadi pada saat pagi hari.

b. Kata-kata "Robohnya Surau Kami" itu maksudnya apa ?

Jawab : Kata-kata robohnya surau kami bermaksud kiasan, yang berarti surau tersebut
tidak benar-benar roboh. Jadi kata-kata tersebut hanya untuk kiasan.

c. Pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu apa saja ?

Jawab : a) Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita
karena ada perbuatan kita yang kurang layak di hadapan orang lain. Amanat ini
dimunculkan melalui ucapan kakek

“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam.
Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya,
ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal
kepada Tuhan .…”

dari ucapan kakek Garin itu jelas tegambar pandangan hidup/cita-cita pengarangnya
mengenai karangan untuk cepat marah.

b) Jangan cepat bangga dengan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa
saja baik di hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan itu. Coba saja
lihat pengalaman tokoh yang bernama Haji Saleh ketika dia disidang di akhirat sana:

“Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu banyak teman-temannya


didunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan tambah tak mengerti lagi dengan
keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak kurang
ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke
Mekkah dan bergelar Syekh pula”

c) Kita jangan terpesona oleh gelar dan nama besar sebab hal itu akan mencelakakan
diri pemakainya.

d. Setujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang bertentangan dengan
keyakinanmu sendiri ?

Jawab : Saya setuju dengan isi cerita tersebut, dan tidak ada hal-hal yang bertentangan
dengan keyakinan saya sendiri.
e. Bagaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan ? Ceritakanlah!

Jawab : Hubungan saya selama ini dengan Tuhan masih sangat renggang, saya masih
sering melakukan kesalahan-kesalahan yang sebenarnya dilarang, dan terkadang saya
terlambat dalam melaksanakan perintah-Nya.

TUGAS HALAMAN 110

2. Laporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!

Laporan Diskusi

Judul cerpen : Robohnya Surau Kami

Pengarang : A.A. Navis

Sinopsis : Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya
karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari
masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang
merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin.

Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang
paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai
pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa
uang, makanan, kue-kue atau rokok.

Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima
imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya
untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil
kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah
terpikirkan.

Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga


surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi,
sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia
merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya.

Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak
memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah.
Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha
mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud,
bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang
dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh
yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia
dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan
segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih
jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan
pisau cukur.

Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha


mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli
atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah
penjaga surau dia tetap pergi bekerja.

Nilai-nilai :

Nilai Sosial : Seharusnya kita tidak acuh terhadap keluarga dan kerabat.
Nilai Agama : Kita harus selalu taat kepada Allah.
Nilai Moral : Kita harus seimbang dalam urusan di dunia dan di akhirat.

Penerapan dalam kehidupan:

Selalu menyayangi keluarga di rumah.


Selalu taat kepada Allah dengan beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
Membina kerukunan di masyarakat.

TUGAS HALAMAN 113

CUPLIKAN CERITA BIDANG KETERANGAN


KEHIDUPAN /ALASAN

1. “O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami Agama Dalam cuplikan


yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu tersebut melibatkan
yang paling taat beribadat, yang paling taat Tuhan sebagai
menyembah-Mu. Kamilah orang-orang pencipta kehidupan
yang selalu menyebut nama-Mu, memuji- dan kematian.
muji kebesaran-Mu, mempropagandakan
keadilan-Mu, dan lain-lainnya. KitabMu
kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat
sedikit pun membacanya. Akan tetapi,
Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami
Engkau panggil kemari, Engkau masukkan
kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-
hal yang
tidak diingini, maka di sini, atas nama
orang-orang yang cinta pada-Mu, kami
menuntut agar hukuman yang Kau
jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan
memasukkan kami ke sorga sebagimana
yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.
2.Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal Budaya Dalam cuplikan
pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak tersebut masih
banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan adanya tradisi di
juga penurut, pendiam. Setengah bulan, suatu masyarakat
hamper, dia mengurung diri karena kau dalam mempercayai
mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum seorang dukun.
disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh
melompat-lompat dan berkejaran setengah
malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku
mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang
yang tamak. Orang yang kikir, penghisap
lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai
percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun
yang mengilu luka sunatan anak-anak kita.
Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di
pisau dukun-dukun itu.

3.Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang Sosial Dalam cuplikan


mereka sakitkan hati? Aku telah lama tersebut
mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku permasalahan yang
sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak sering terjadi di
seorang dari mereka yang tidak kuundang sekitar kita yaitu
dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga pertentangan
teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin antarsesama baik
mereka telah menerimaku, memaafkanku. dalam hal tolong-
menolong, perayaan
pesta, ataupun
saling memaafkan.

4.Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik Sosial Dalam cuplikan
cahaya matahari, kita bertatap muka penuh tersebut tentang
gairah. Di penjuru ruang kosong itu sebuah pertemuan
bergantungan bola-bola rindu penuh warna dan antara dua orang
aroma. Bola-bola itu bergesekan satu dengan yang saling tumbuh
lain mengalirkan irama-irama lembut rasa suka, tetapi
Beethoven atau Papavarotti. Irama itu mereka menyadari
menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir bahwa pada
potongan sejarah baru. Bagaikan sepasang akhirnya di setiap
angsa putih yang menari-nari di bawah pertemuan akan ada
gemerlapan berkepanjangan. Lewat ratusan perpisahan.
kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan
pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran ada
pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang
niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan.

5.Merah di langit barat telah lenyap ketika kita Sosial Dalam cuplikan
sampai resto yang kaupilih sebagai tempat tersebut tentang
pertemuan. Cuma kita berdua dank arena itu pertemuan dua
kita pilih meja-kursi terpojok. Jauh dari orang di sebuah
panggung musik yang terlampau berisik. Jauh tempat yang sunyi
dari orang-orang yang makan sambil tertawa- tanpa adanya
tawa riang. Di mataku, terus terang, mereka gangguan apa pun.
adalah sekelompok manusia tanpa persoalan
tanpa beban. Tidak seperti aku. Tidak seperti
kita. Paling tidak, pada malam itu. Kaupesan
mi sea food yang entah bernama apa.

Anda mungkin juga menyukai