Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


OSTEOARTHRITIS DI RUANG 20
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

oleh
Dhanang Budi Raharjo, S.Kep
NIM 192311101056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:

Nama : Dhanang Budi Raharjo

NIM : 192311101056

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan TKR (Total Knee

Replacement) di Ruang 20 Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

telah diperiksan dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari, Tanggal :

Tempat :

Malang, Desember 2019


TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Stase Keperawatan Bedah Ruang 20
FKEP Universitas Jember Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

NIP. NIP.

Kepala Ruangan
Ruang 20
Rumah Sakit dr Saiful Anwar Malang

NIP.

ii
1

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Teori Tentang Penyakit


Review Anatomi dan Fisiologis

Gambar 2.1 Anatomi Lutut


Lutut merupakan salah satu bagian tubuh dimana ia merupakan sendi
terbesar dan paling kompleks dalam tubuh. Area lutut adalah area paling
rentan karena menanggung beban berat dan beban tekanan sekaligus
memberikan gerakan yang fleksibel. Lutut menopang 1,5 kali berat badan kita
saat berjalan, naik tangga sekitar 3-4 kali berat badan kita dan jongkok sekitar
8 kali (Sembiring, 2018).
Lutut bergabung dengan tulang femur di atasnya dengan tulang tibia di
bawahnya. Tulang yang lebih kecil yang berada disisi lateral tibia (fibula) dan
tempurung lutut. Ada dua sendi di lutut. Yaitu tibiofemoral, yang bergabung
tibia ke femur dan sendi patellofemoral yang bergabung patella dengan tulang
femur. Kedua sendi bekerja sama agar lutut dapat fleksi dan ekstensi, serta
rotasi kea rah eksternal dan internal (Sembiring, 2018).
Bagian utama dari sendi lutut adalah tulang, ligament, tendon, tulang
rawan dan kapsul sendi, yang semuanya terbuat dari kolagen. Kolagen adalah
jaringan fibrosa yang ada di seluruh tubuh. Tulang yang membentuk sendi
lutut adalah sebagai berikut:
2

1. Tulang femur
Merupakan tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan
kebawah dengan tulang tibia biasanya disebut dengan tulang paha. Pada
tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis
distalis (Sembiring, 2018).
2. Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk
segitiga gepeng biasanya disebut dengan tulang lutut. Pada permukaan
depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau
dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang
lebih kecil (Sembiring, 2018).
3. Tulang tibia
Merupakan tulang yang menghubungkan femur dan tumit kaki biasanya
disebut dengan tulang kering. Tulang tibia dibagi menjadi 3 bagian yaitu
ujung proksimal, corpus dan ujung distal. Bagian dari tulang tibia yang
membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian
ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tuberculum inter condillus
lateral. Di depan dan belakang eminentia terdapat fossa intercondilodea
anterior dan posterior (Sembiring, 2018).
4. Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral
biasanya disebut dengan tulang betis (Sembiring, 2018).
Adapun jaringan lunak disekitar lutut yaitu:
1. Meniscus
Struktur fibrokartilago yang berbentuk baji dan terletak diantara femoral
condyle dan tibial plateau. Jaringan meniscus terutama mengandung air
dan serat kolagen tipe 1. Adapun fungsinya meliputi penyebaran
pembebanan, peredam kejut, mempermudah gerak rotasi, dan sebagai
stabilisator dengan menyerap setiap penekanan dan meneruskannya ke
sendi (Sembiring, 2018).
3

2. Bursa
Merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya
gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane
synovial (Sembiring, 2018). Jaringan lunak yang berada di sekitar sendi
lutut adalah meniscus dan bursa. Untuk ligament-ligamen yang berada di
sendi lutut adalah ligamentum cruciatum anterior, ligamentum cruciatum
posterior, ligamentum collateral lateral, ligamentum collateral mediale,
ligamentum patella, ligamentumretinacullum patella lateral dan medial,
Ligamentum popliteum articuatum, Ligamentum popliteum oblicum
(Sembiring, 2018).

1. Definisi Osteoarthritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc,2012).

Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat


inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang
penyusun sendi ( Soenarwo, 2011). Osteoartritis adalah kondisi dimana
sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan
ujung- ujung tulang penyusun sendi. Jadi osteoartritis merupakan kelainan
yang bersifat progresif lambat yang mengenai rawan sendi.

Total Knee Replacement (TKR) adalah operasi pergantian sendi


lutut yang mengalami gangguan dan diganti dengan material buatan. Pada
TKR ujung dari tulang femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell
dan ujung dari tibia juga akan diganti dengan metal stem dan diantara
keduanya akan dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan
(AAOS, 2015)
Sedangkan menurut McDonald & Molony, 2004 TKR adalah
tindakan pembedahan umum yang bertujuan untuk mengobati pasien
dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis (McDonald & Molony, 2004).
4

Jadi pada kesimpulannya TKR adalah tindakan pembedahan pada


lutut dimana sendi yang mengalami gangguan akan diganti dengan
material buatan, ini dikarenakan oleh penyakit osteoarthritis dan
rheumatoid arthritis.

2. Klasifikasi Osteoarthritis
Klasifikasi osteoarthritis dibagi menjadi 2 :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.

Osteoarthritis, memiliki empat tingkatan dengan gejala dan penanganan


yang berbeda-beda. Karena itu sebelum dilakukan tindakan, dokter akan
melakukan pemeriksaan radiologi untuk menentukan level dari osteoarthriris yang
diderita.

Grade pertama atau disebut osteoarthritis ringan memiliki gejala berupa


nyeri sendi ketika banyak melakukan kegiatan. Namun rasa nyeri itu biasanya
akan hilang setelah berhenti melakukan kegiatan tersebut.

Sementara pada grade dua, gejalanya juga sama namun dengan durasi
nyeri sendi yang lebih lama. Pada grade satu dan dua, penanganannya berupa
obat-obatan untuk mengatasi rasa nyeri dan juga latihan untuk memperkuat otot.
Bila produksi pelumas di sendinya sudah berkurang, terkadang juga dibutuhkan
suntikan pelumas pada sendi.

Sementara itu pada grade tiga, nyeri pada sendi juga disertai kekakuan
sendi. Tandanya bisa dikenali saat terdengar bunyi "krek" ketika menaiki tangga.

Untuk grade empat atau osteoarthritis berat, bentuk lutut sudah


menyerupai huruf "o" atau "x". Pada kondisi terebut, lutut sudah tidak bisa lagi
ditekuk.
5

Klasifikasi Total Knee Replacement terbagi menjadi dua macam yaitu:


1. Total Knee Replacement

Gambar 2.2 Total Knee Replacement


Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur bedah umum yang
dilakukan atau dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan
meningkatkan aktivitas fungsional individu dengan osteoarthritis lutut.
Total knee replacement dilakukan dengan mengganti bagian sendi yang
rusak menggunakan sepasang implant sendi buatan yang disebut
prosthesis. Material implant standard (titanium) dengan material implant
oxiniumtotal knee replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk
fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X. Berdasarkan hasil dari
analisis kesintasan TKR secara luas dianggap sebagai yang efektif dan
sukses stadium akhir prosedur pembedahan untuk menghilangkan rasa
sakit lutut kronis dan cacat fungsional, Total Knee Replacement (TKR)
adalah prosedur pilihan dalam pengelolaan osteoarthritis yang parah pada
orang tua meskipun tanpa cacat jelas. TKR juga dipilih pada pasien yang
lebih muda dengan memburuk lutut karena dalam peradangan arthritis.
Dalam kasus tersebut, konservatif pengobatan tidak memberikan hasil
yang diinginkan dibandingkan dengan TKR, dan juga biaya yang efektif.
Total Knee Replacement (Operasi pergantian sendi lutut) adalah operasi
ortopedik yang tidak mudah, jika semakin banyak dilakukan operasi
penderita yang mengalami kerusakan pada sendi lutut kini dapat diatasi
dengan tindakan total knee replacement atau sering disebut pergantian
sendi lutut (Wijayanto, 2013).
6

2. Partial Knee Replacement

Gambar 2.3 Partial Knee Replacement

Partial Knee Replacement (PKR) merupakan prosedur bedah


sebagian struktur sendi yang akan diganti dengan bahan buatan. Tindakan
ini dilakukan atas pertimbangan terdapat sebagian kecil dari struktur sendi
yang rusak. Pada tahap awal osteoarthritis, sering terjadi pada satu sisi dari
lutut rusak. Hal ini biasanya bagian dalam lutut meskipun kurang umum,
arthritis juga dapat mempengaruhi sisi luar dari lutut. Penggantian Lutut
secara parsial merupakan cara efektif sebelum penyakit berkembang, serta
mencegah osteoarthritis menyebarkan, dan menghindari tindakan TKR.
PKR juga dikenal sebagai penggantian lutut uni-kompartemen, dengan
menggantikan hanya sisi yang rusak lutut dan melestarikan tulang rawan
rusak. Hal ini dapat mengakibatkan dalam sayatan kecil, menjaga empat
ligamen alami dan sendi buatan yang berfungsi lebih seperti gerakan alami
lutut (Wijayanto, 2013).
Partial Knee Repalcement Ini tidak cocok untuk semua orang,
prosedurnya tidak serumit Total Knee Replacement sehingga biasanya
lebih cepat dalam pemulihan dan fungsi yang lebih baik. PKR
memberikan tingkat yang sama nyeri seperti TKR tetapi dengan kurang
memar dan jaringan parut. Rentang pergerakannya sebagus sebelum
operasi dan biasanya lebih baik dari pada TKR. PKR tidak cocok untuk
semua orang karena harus memiliki kuat, ligamen sehat pada lututnya.
Kadang-kadang ini tidak akan diketahui sampai saat operasi (Wijayanto,
2013).
7

3. Penyebab Osteoarthritis
Berikut ini merupakan penyebab Osteoarthritis
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan
dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah
trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang
biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
8

7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka
rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon,
synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan
sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa
ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk
mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.

Sedangkan berikut ini merupakan penyakit-penyakit yang dapat


menyebabkan tindakan TKR :

1. Rhematoid Arthritis
Rhemathoid Arthritis adalah penyakit peradangan inflamatorik progresif,
sistematik, dan kronis. Penyakit ini menyerang banyak sendi terutama
sendi jari tangan dan kaki yang sifatnya simetrik. Struktur artikuler dan
periartikuler secara progresif akan mengalami kerusakan karena proliferasi
9

kronis pada synovium dan granulasi jaringan kartilago menjadi nekrotik.


Tingkat erosi pada kartilago artikuler dapat menimbulkan kecacatan pada
artikuler. Kerusakan pada kartilago dan tendon serta kelemahan tendon
dan ligament dapat mengakibatkan subluksasi atau dislokasi sendi
(Risnanto, 2014).
2. Osteoarthritis
Osteoarthritis atau kelainan tulang degenaratif merupakan tipe artritis yang
sering ditemukan. Osteoarthritis sekarang sering dikatakan dengan proses
yang kronis dan progresif dimana jaringan baru diproduksi sebagai respon
kerusakan sendi dan kartilago. Keterlibatan sistemis dan inflamasi tidak
khas pada osteoarthritis, walaupun perubahan pada ruang sendi dapat
mengakibatkan respons inflamasi lokal yang menyebabkan efusi sendi
transien. Penyakit ini ditandai dengan adanya abrasi rawan sendi dan
adanya pembentukan tulang baru yang irregular pada permukaan
persendian (Black & Hawks, 2009).
3. Osteochondritis Dissecans
Merupakan penyebab utama dari nyeri pada lutut dan disfungsi lutut.
Penyakit ini merupakan perubahan focal, idiopatik tulang subchondral
dengan resiko ketidakstabilan dan gangguan tulang rawan articular yang
berdekatan dan dapat menyebabkan osteoarthritis dini (Nepple, 2016).

4. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR atau Total Knee
Replacement antara lain :
a. Pasien yang menderita osteoarthritis berat
b. Pasien yang sakit sampai membatasi pergerakan aktivitas sehari-hari
c. Kekakuan sendi yang signifikan
d. Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
e. Kelainan deformitas yang menonjol, seperti kaki O atau kaki X
f. Fraktur kolum femoralis
10

g. Kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya, kerusakan prostesis,


osteotomi, penggantian kaput femoris
Sedangkan kontraindikasi pasien TKR atau Total Knee Replacement adalah:
1. Infeksi Lutut
2. Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg) Quadriceps
sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan lutut
karena kelemahan.
3. Kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut.
4. Aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah
perifer.

5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling
kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
11

perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang


rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.

1. Osteoartritis
Kartilago artikular yang sehat akan tampak rata dan berkilau dan
berwarna putih. Hal ini menunjukkan vikoelastisitas dan kemampuan
kompresif yang berkaitan dengan kemampuan menahan goncangan.
Kondrosit yaitu sel yang memproduksi kartilago, secara konstan
meremajakan dan memelihara integritas kartilago artikular yang akan
melindungi tulang didalam persendian. Kondrosit memproduksi matriks
kartilago dengan cara menghasilkan dua tipe kolagen dan proteoglikan.
Proteoglikan tersebut bersifat hidrofilik (menarik air) secara signifikan
sehingga kartilago dapat menahan beban berat pada sendi (Black &
Hawks, 2009).
Sehingga secara sederhana osteoartritis merupakan proses terjadinya
degradasi matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan usaha
tubuh untuk memperbaiki degradasi tersebut. Perubahan patologis dini
adalah pengurangan proteoglikan dalam matriks diikuti dengan pelunakan
dan hilangnya elastisitas pada kartilago. Ketika tubuh berusaha
mengompensasi, pertama kali kondrosit akan berproliferasi dan
memperbanyak produksi proteoglikan dan kolagen. Destruksi yang
progresif oleh enzim lisosom akan meningkatkan produksi hingga
melampaui batas, hal ini menyebabkan kartilago menjadi rentan pada
pergerakan sendi maupun rentan dalam menahan air pada penggunaan
beban yang berat untuk memulihkan pergerakan sendi mala dapat
dilakukan Total Knee Replacement (Black & Hawks, 2009).
Fibrilasi, erosi, dan keretakan terjadi pada lapisan superfisial dari
kartilago ketika serat kolagen pecah. Kartilago mengalami perubahan
warna menjadi kuning, dan rusak pada permukaan artikular, pertumbuhan
tulang meningkat pada batas sendi. Bagian tengah kartilago yang diikuti
12

dengan pertumbuhan kartilago dan tulang di perifer menghasilkan


ketidakseimbangan pada permukaan tulang. Distribusi normal akibat
tekanan normal akan berubah, mengakibatkan nyeri dan membatasi
pergerakan. Cairan sinovium juga akan merespons sekresi berlebihan dari
cairan sinovial menjadi inflamasi dan pembengkakan kapsul sendi (Black
& Hawks, 2009).
2. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid artritis atau yang biasa di singkat dengan AR disebabkan
oleh reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melibatkan proses
fagositosis. Dalam proses ini dihasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial, hingga terbentuknya pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan atau kartilago sehingga menyebabkan erosi
dan destruksi pada tulang. Sehingga mengakibatkan hilangnya permukaan
sendi dan menimbulkan nyeri akibat serabut otot yang mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas otot.
Dalam jangka waktu lama apabila dibiarkan, sendi lutut akan mengalami
kecacatan (Sembiring, 2018).
3. Osteochondritis Dissecans
Merupakan peristiwa tersumbatnya aliran darah sehingga
menyebabkan tulang subchondral mati disebut dengan avascular nekrosis.
Tulang tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh, meninggalkan
tulang rawan artikular sehingga menjadi rentan. Hasil nya berupa
fragmentasi (diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan
bebas dari fragmen osteokondral ini dalam ruang sendi, menimbulkan rasa
sakit, kaku, dan kerusakan lebih lanjut (Mestriner, 2012).

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya adalah:
1. Rasa nyeri pada sendi
13

Merupakan gambaran primer pada osteoarthritis maupun kerusakan sendi


lutut dengan penyebab yang lain, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam
ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
5. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
6. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya terjadi pada


penderita yang mengalami nyeri lutut kronis atau kecacatan :
a. Osteoarthtritis :
1) kerusakan yang terjadi pada tulang sendi
2) terjadi pada orang yang berusia diatas 50 tahun namun bukan tidak
mungkin terjadi pada usia yang lebih muda.
3) Tulang rawan yang bantal tulangnya melembutkan lutut dan
minipis, kemudian terjadi gesekan antara tulang sehingga
menyebabkan nyeri lutut dan kekakuan.
b. Radang sendi
1) membran sinovial yang mengelilingi sendi mengalami peradangan
dan menebal.
2) dapat merusak tulang rawan sehingga menyebabkan hilangnya
tulang rawan, nyeri dan kekakuan.
14

c. Osteochondritis Dissecans
1) dapat menyebabkan cidera lutut serius.
2) Fraktur tulang sekitar lutut atau air mata ligamen lutut yang lama-
kelamaan dapat merusak tulang rawan artikular.
3) dapat menyebabkan nyeri lutut dan membatasi fungsi lutut

TKR direkomendasikan ketika nyeri lutut parah atau kekakuan yang


membatasi kegiatan sehari-hari, nyeri lutut sedang atau berat saat beristirahat
baik siang atau malam, peradangan lutut kronis dan pembengkakan yang tidak
membaik dengan istirahat. Kerusakan sendi ini dapat diatasi dengan TKR
namun terdapat beberapa kemungkinan yang harus diwaspadai seperti,
nabloding, thrombosis dan prothese lepas.

Setelah dilakukan TKR terdapat beberapa resiko, sehingga setelah operasi


harus menghindari masalah sebagai berikut:

a. Pembekuan darah.
1) meningkatnya rasa sakit di betis nyeri atau kemerahan di atas atau
bawah lutut
2) meningkatnya pembengkakan pada betis, pergelangan kaki, dan
kaki.
b. Penggumpalan darah telah sampai ke paru-paru
1) akan terjadi sesak nafas secara tiba-tiba dan nyeri dada
2) nyeri dada lokal dengan batuk.
c. Infeksi.
1) disebabkan oleh bakteri yang memasuki aliran darah.
2) Tandanya adalah demam persisten, menggigil, meningkatnya
kemerahan, nyeri, atau bengkak dari luka lutut, drainase dari luka
lutut
d. Hindari terjatuh karena akan merusak lutut baru sehingga memerlukan
oprasi lebih lanjut

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
15

Pemeriksaan muskoloskeletal, pemeriksaan yang tepat mengenai lutut ini


meliputi observasi, palpasi, dan penilaian dengan menggunakan test manual
tertentu.
a. Observasi
Observasi gaya berjalan pasien dan bagaimana kulit pasien merupakan
bagian yang penting dari pemeriksaan fisik.
1) Gaya berjalan (Antalgic gait)
Pasien menjadi pincang karena menghindari nyeri karena menahan
beban. Ditandai dengan fase berdiri yang sangat singkat.
2) Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika berjalan
dapat mengindikasikan ketidakstabilan dari ligamentum.
3) Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang menderita
sehingga mengurangi beban pada pinggul dan mengurangi nyeri. Hal
ini dapat menunjukkan adanya kelainan pada sendi pinggul dan
kelemahan pada Gluteus medius.
4) Kulit
Perhatikan kulit pada kedua ekstremitas bawah apakah terdapat abrasi,
ulserasi, bengkak, merah, perubahan vaskular atau infeksi yang aktif
merupakan kontraindikasi dilakukan bedah implant. Adanya luka lama
atau sikatrik pada lutut perlu diperhatikan. Adanya deformitas yang
kelihatan (contohnya : varus, valgus, rekuvartum, kontrkatur fleksi)
perlu diperhatikan. Adanya deformitas ini perlu dilakukan penilaian
secara radiografi.
b. Palpasi
Jika terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi. Krepitus
patellofemoral dapat dideteksi dengan menaruh tanagan pada lutut dan
secara pasif menggerakkan kaki. Adanya nyeri pada sendi bagian medial
dan lateral sering didapati ada artritis tetapi juga dapat mengindikasi
adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal, termasuk dorsalis pedis dan
posterior tibialis harus dinilai. Penilaian harus dilakukan dengan
16

mengggunkan test manual tertentu, ada berbagai manuver yang digunakan


untuk penilaian preoperatif yaitu :
1) ROM
Menilai refleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif maupun
pasif.
2) Pemeriksaan otot
Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas bawah secara
menyeluruh dengan perhatian khusus pada mekanisme
ekstensor/quadriceps.
3) Periksaan saraf
Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan refleks deep tendon
(patella dan ankle).
4) Pemeriksaan ligamen
Lateral collateral ligament (LCL) dan medial collateral ligament
(MCL) merupakan struktur yang penting pada total knne replacement.
5) Pemeriksaaan panggul dan tulang belakang
Perangsangan nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai yang
diluruskan atau dengan menggerakkan panggul (terutama rotasi
internal), dapat meningkatkan kecurigaan adanya keterlibatan tulang
belakang lumbar, panggul atau keduanya, sehingga memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
4. Pemeriksaan Radiologi
Berbagai model imaging dapat digunakan untuk membantu
penatalaksanaan lutut yang sakit yaitu:
a. Rontgen polos
Merupakan kunci diagnosa, perencanaan preoperatif dan penilaian
postoperatif dari artritis dan total knee arthropalsty. Pemeriksaan
minimum 3 posisi (foto anteroposterior, foto lateral dan patella sudut
tangensial) lebih baik dilakukan.
1) Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi.
17

Gambar 2.4 hasil foto rontgen pada pengkapuran sendi lutut

Gambar 2.5 hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan
TKR
2) Foto posisi anteroposterior
Pasien berdir dengan posisi yang paling nyaman agar tidak terbebani
sendi. Dilakukan penilaian pada ruang sendi medial dan lateral, apakan
ada penyempitan atau tidak.
3) Posisi lateral
Posisi ini dilakukan untuk menilai sendi paletofemoral dan posisi dari
patella.
4) MRI
Pada pemeriksaan MRI kurang begitu peka. Walau lebih sensitif
dibandingkan dengan rontgen polos dalam menilai cartilago, seringkali
hal itu disalahartikan dengan adanya kerusakan. MRI ini membantu
dalam mengevaluasi meniskus dan kelainan ligamen yang dikarenakan
proses degeneratif lanjut yang tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
5. Pemeriksaan Laboratorium
18

Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung dari


keadaan pasien dan keperluannya, tetapi biasanya meliputi pemeriksaan
darah rutin, kimia dasar dan koagulasi tes (protombine time, INR dan
partial thromboplastine time). EKG dan rontgen dilakuan tergantung pada
umur pasien dan kebijakan anastesi. Urinalisis dan kultur urin juga
dilakukan.

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pre operasi
Tujuan dilakukannya manajemen pre operasi total knee replacement
adalah untuk mengakaji status fungsional klien sebelum dilakukan operasi.
Pengkajian fungsional adalah untuk mengetahui latihan seperti ROM yang
diperlukan sebelum dilakkukannya operasi. Jika pengkajian fungsional klien
telah di lakukan maka selanjutnya dilakukan latihan pre operasi diantaranya
adalah pelatihan pada kontrol postural, latihan tungkai bawah mulai dari
fungsional dan kekuatan serta ketahanan pada kedua ekstremitas bawah.
Penatalaksanaan manajemen pre operasi TKR membantu klien memahami
prosedur operasi yang akan dijalani, memahami prosedur perawatan pasca
operasi, serta mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi operasi agar
siap secara fisik maupun psikologis (Huber et all, 2013).
2. Penatalaksanaan post operasi
Penatalaksanaan manajemen post operasi pada kasus total knee
replacement sangat penting dilakukan. Tanpa dilakukannya penatalaksanaan
manajemen post operasi TKR sangat dimungkinkan klien akan mengalami
keterlambatan dalam melakukan mobilisasi dini pasca operasi karena rasa
nyeri yang muncul. Selain itu pelaksanaan manajemen post operasi menekan
waktu lamanya di rumah sakit, menurunkan resiko komplikasi pasca operasi
yang mungkin dialami klien, menekan resiko kekakuan lutut, mengurangi
resiko terjadinya trombolisis, dan memepercepat pemulihan klien pasca
operasi. Selain itu penatalaksanaan pasca operasi TKR bertujuan untuk
membantu klien dalam mengatasi nyeri yang muncul akibat prosedur
pembedahan (Canata et all, 2016).
19

Berikut ini adalah prosedur penatalaksanaan pasca operasi TKR (Canata dan
Casale, 2016):
a. Penatalaksanaan nyeri pasca pembedahan prosedur TKR :
1) Pendidikan kesehatan bagi klien dalam manajemen nyeri
2) Pemberian anlagesik neuraksial dan epidural
3) Manajemen analgesik secara berlanjut
4) Pemberian suntikan periarticular
5) Pemberian analgesik per oral
6) Pengkajian kepuasan klien terhadap prosedur yang dilakukan
7) Manajemen pencegahan komplikasi
b. Penatalaksanaan mobilisasi dan ROM 0-7 hari pasca operasi :
1) Latihan menggerakkan lutut fleksi dan ekstensi ekstensi dari sudut 0°
sampai 100° dengan memperhatikan terjadinya pembengkakan.
Lakukan gerakan fleksi ekstensi dengan frekuensi gerakan mulai dari
10 gerakan sampai 40 kali per hari yang meningkat pada hari ke 2
hingga ke 7.
2) Latihan membungkuk dengan posisi duduk di kursi kemudian
membungkukkan badan ke depan.
3) Jalan kaki ringan dengan bantuan kruk sekitar 5 menit secara teratur.
4) Pengompresan dengan kompres dingin atau es secara teratur dengan
frekuensi 6x/ hari selama 20 menit.
5) Jika rasa sakit dan bengkak mengalami peningkatan anjurkan pasien
untuk mengakhiri latihan dan beristirahat.
c. 8-24 hari pasca operasi :
1) Kontrol pembengkakan pada area pembedahan.
2) Lakukan ROM lutut mulai sudut 0°-120° .
3) Latihan berjalan santai tanpa menggunakan kruk.
4) Jangan memaksakan untuk berjalan lebih lama dan lebih cepat jika
nyeri muncul.
5) Ayunkan kaki ke tiga arah yakni depan, belakang, dan ke samping.
6) Latihan berdiri tanpa berpegangan dengan intensitas waktu lamanya
berdiri meningkat pada hari berikutnya.
20

7) Lakukan pengompresan 6x/hari selama 20 menit.


8) Jika nyeri dan pembengkakan meningkat anjurkan klien beristirahat dan
memulai latihan pada esok hari.
d. 1-6 bulan pasca operasi :
1) Latihan ROM dengan intensitast dan frekuensi yang meningkat
bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
2) Berjalan biasa dan dipercepat tanpa alat bantu untuk membiasakan
fungsi dari pemasangan prototype tulang yang baru tanpa terpincang.
3) Lanjutkan tatihan ROM pada 3 arah yaitu kedepan belakan dan
menyamping dengan rentang pergerakan mulai dari sudut 0°-130°
dengan frekuensi baik waktu dan jumlah set latihan yang meningkat.
4) Lakukan latihan gerakan jongkok, gerakan duduk berdiri, berjalan pada
area menanjak, dan penumpuan pada satu kaki yang dibedah pasca
operasi TKR.
5) Lakukan aktivitas olahraga bersepeda dengan memperhatikan nyeri.
Jika nyeri muncul segera beristirahat.
6) Lakukan latihan berjalan dengan jarak tempuh lebih dari 1km setiap
satu minggu sekali.
e. 7-9 bulan pasca operasi :
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas produktif tanpa dibatasi
dengan memperhatikan adanya nyeri. Jika timbul nyeri anjurkan untuk
beristirahat. Apabila nyeri tidak mereda atau malah meninngkat anjurkan
untuk mengunjungi dokter.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai
adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini:
a. Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan.
b. Tangan: meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan
c. Lengan: Siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran
kelenjar limfe aksila.
21

d. Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis,


skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda
hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar
e. Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) catatan: artritis rematoid tidak
menyeababkan iritasi.
f. Leher: adanya tanda- tanda terkenanya tulang servikal.
g. Toraks: Jantung (adanya perikarditis, defek konduksi,
inkompetensi katup aorta dan mitral).Paru- paru (aadanya efusi
pleura, fibrosis, nodul infark, sindroma caplan)
h. Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik
i. Panggu dan lutut: tungkai bawah danya ulkus, pembengkakan betis
(kista baker yang ruptur) neuropati, mononeuritis multipleks dan
tanda- tanda kompresi medula spinalis.
j. Kaki: efusi lutut, maka cairan akan mengisi cekungan medial dan
kantong suprapatelar mengakibatkan pembengkakan diatas dan
sekitar patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior.
k. Urinalisis: untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum
untuk menentukan adanya darah.

Total Knee Replacement adalah tindakan operasi ortopedi dengan berbagai


banyak penyebab antara lain trauma langsung, tumor osteoarthritis berat dan lain
lain. Berikut tindakan terapi dengan modalitas terapi latihan berupa:

- Streaching

Posisi pasien tidur terlentang, terapis disampingnya, kemudian terapis


memegang telapak kakinya dan menggerakan keatas dan kebawah.
Tindakan ini berfungsi untuk mengulurkan otot-otot yang kaku,
pengurangan nyeri dan memperlancar sirkulasi darah.

- Hold Relax

Hold Relax merupakan metode untuk memajukan atau mempercepat


respon dari mekanisme neuromuscular melalui rangsangan pada
22

propioseptor. Dalam pelaksanaan teknik hold relax sebelum otot


antagonis dilakukan penguluran, otot antagonis dikontraksikan secara
isometris melawan tahanan dari terapis ke arah agonis kemudian
disusul dengan rileksasi dari otot tersebut. Hold relax bermanfaat
untuk rileksasi otot-otot dan menambah LGS serta dapat untuk
mengurangi nyeri. (Kisner dan Colby, 2007).

- Active Resisted

Active Resisted yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar terhadap
gerakan yang dilakukan oleh pasien. Tahanan dapat berasal dari
terapis, pegas maupun dari pasien itu sendiri. Salah satu cara untuk
meningkatkan kekuatan otot adalah dengan meningkatkan tahanan
secara bertahap. (Kisner dan Colby, 2007).

- Quadricep Bench

Posisi pasien duduk ongkang-ongkang, kemudian terapis menyiapkan


alat tersebut dan memberi beban sesuai kemampuan pasien dengan
menggunakan diagram holten. Pengulangan sesuai apa yang tercatat
menggunakan diagram tersebut. Tindakan ini berfungsi untuk
menambah kekuatan otot.

Hal yang harus diperhatikan setelah pemulihan operasi lutut :

1. Lakukan terapi rutin

2. Konsumsi makanan sehat

3. Persiapan kamar yang kondusif

4. Latihan bergerak dengan tidak memaksakan diri

5. Lakukan olahraga ringan


23

Clinical Pathway
Usia

Proses Penuaan

Penurunan jumlah cairan sinovial pada sendi

Penurunan absorbsi kalsium

Osteoarthritis

Inflamasi sendi

Pelepasan mediator nyeri

Menyentuh ujung syaraf nyeri

Nyeri pada area lutut

Nyeri akut
Gangguan
Kekhawatiran terhadap Muskoloskeletal
kondisinya

Hambatan berjalan

Ansietas
Risiko jatuh
24

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Suatu proses keperawatan dengan menggunakan metode sistematis


dan holistik dengan pengetahuan keterampilan seorang perawat professional
yang digunakan dalam membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatan
melalui serangkaian proses dokumentasi keperawata, meliputi :

1. Pengkajian
Tahap awal dari poses dokumentasi keperawatan dengan
mengumpulkan data sistematis klien bertujuan untuk menentukan status
kesehatan klien dan mengidentifikasi masalah klien. Dalam pengkajian ini
meliputi Data Subyektif, Data Obyektif, Keluhan Utama, Riwayat
Kesehatan (sekarang, dulu, dan keluarga) (Potter & Perry, 2005)
2. Diagnosa
Tahap kedua dari proses dokumentasi keperawatan bertujuan menilai
secara klinis tentang respon actual individu atau potensional klien,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatannya. Diagnosa ini
akan berubah menurut respon klien yang diberikan oleh perawat (Potter &
Perry, 2005).
3. Intervensi
Dilakukan setelah perumusan diagnosa, intervensi ini adalah proses
perencanaan dalam mengembangkan strategi untuk mencegah, mengurangi
dan mengkoreksi masalah yang muncul pada diagnose bertujuan
membantu pencapaian tujuan yang diharapkan. Didalam intervensi ini
dalam penulisan criteria hasil harus berdasarkan S (Spesifik), M
(Measurreable), A (Achievable), R (Reasonable), T (Time) menurut
Nursing Intervention Classification (Potter & Perry, 2005).
4. Implementasi
Tahapan keempat setelah dilakukan intervensi atau perencanaan
keperawatan, dalam tahap ini dilakukan pengaplikasian dari rencana
asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dan membuat
kemajuan ke arah yang spesifik (Potter & Perry, 2005)
25

5. Evaluasi
Tahapan akhir dari proses keperawatan untuk menilai dan mengukur
respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005)

Pengkajian

1. Identitas pasien
Identias pasien terdiri dari nama pasien, usia, alamat, suku, agama

2. Keluhan utama (nyeri, kaki sulit tidak bisa digerakkan) apa yang dirasakan
pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di ruangan.Pasien
biasanya mempunyai penyakit kronis seperti gagal nafas, perdarahan dan kaki
tidak bisa digerakkan disertai nyeri pada extremitas bawah.

4. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit ini belum pernah dialami pasien.

5. Riwayat penyakit keluarga


Apakah ada riwayat penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi,
dan DM.

6. Riwayat psikososial
Keluarga mengatakan selama ini pasien tinggal bersama istrinya. Pasien aktif
dalam kegiatan di masyarakat.

7. Pemeriksaan fisik
1) B-1 (Breathing)
1) Terpasang masker biasa.
2) Gerakan nafas sesuai dengan irama, ekspansi dada kanan kiri simetris,.
3) Hidung : ada pernafasan cuping hidung,
4) Mulut : mukosa bibir kering, sianosis, dan terpasang alat bantu nafas
atau tidak.
26

5) Leher
Ada pembesaran kelenjar atau tidak.

6) Dada
Bentuk dada simetris/tidak, ada nyeri tekan, resonansi di seluruh
lapang paru, ada suara nafas tambahan atau tidak seperti ronkhi,
wheezing, snoring.

2) B-2 (Blood)
1. Ada keluhan pusing, lemah, atau dada berdebar-debar
2. Wajah : pucat, konjungtiva pucat, ada sianosis/tidak
3. Leher : bendungan vena jugularis ada/tidak, teraba arteri carotis
4. Dada : bentuk dada simetris/tidak, ada benjolan di dada, nyeri tekan,
batas jantung, dan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.
5. Ekstremitas atas
Ada sianosis/tidak, clubbing finger, CRT >2 detik.

6. Ekstremitas bawah
Ada varises/tidak, pitting edema, sianosis. CRT > 2 detik dan tanda
homan positif, kulit pucat, nadi lemah atau tidak ada, derajat edema,

7. Perubahan tekanan darah dan ada tidak nadi (Judith, 2006)

3) B-3 (Brain)
1. Adanya compos mentis, gelisah, GCS 13
2. Keluhan nyeri kepala dan tungkai bawah
4) B-4 (Blader)
1. Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
2. Pemakain kateter urine, ada distensi kandung kemih/tidak, nyeri tekan
(Judith, 2006)
5) B-5 (Bowel)
1. Mukosa bibir kering/tidak
2. Abdomen (dibagi 4 kuadran)
27

Inspeksi : ada pembesaran abnormal/tidak, distensi abdomen.

Auskultasi : peristaltic usus 10-20x/mnt

Perkusi : timpani

3. Palpasi
Kuadran I : hepar (hepatomegali, nyei tekan)

Kuadran II : gaster (nyeri tekan epigastrium, distensi abdomen)

Kuadran III : ada massa atau skibala/tidak

Kuadran IV : ada nyeri tekan /tidak (Judith, 2006)

6) B-6 (Bone)
1. Ada dekubitus /tidak
2. Elastisitas kulit normal/tidak, akral hangat/dingin
3. Ada penurunan kekuatan otot/tidak
4. Ada hiperpigmentasi kulit/tidak
5. Ektermitas bawah mengalami gangguan (Judith, 2006)
6. Kulit pucat
7. Saat dinaikkan tidak bisa dengan merendahkan tungkai
8. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang masker, spalk, dibalut dengan
tensokrep dengan ukuran 15 in, sering mengalami depresi mental yang
dimanifestasikan berupa kebingungan, merasa terisolasi, kecemasan dan
ketakutan akan kematian.
28

DAFTAR PUSTAKA

Alpha joints & Orthopaedics http://www.alphajoints.com/services.html [di akses


pada 23 Desember 2019]

American Academy of Orthopaedic Surgeons. (2015). Total Knee Replacement.


Diakses 23 Desember 2019 dari
http://www.orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00389

Anagnostakos, K., N. V. Schmid, J. Kelm, U. Grün, J. Jung. 2009. Classification


of hip joint infections. Germany: International Journal of Medical Sciences
2009; 6(5):227-233.

Barnes RY., K. Bodenstein., N. Human., J. Raubenheimer., J. Dawkins., C.


Seesink., J. Jacobs., R. Venter. 2018. Preoperative education in hip and
knee arthroplasty patients in Bloemfontein. South African: Journal of
Physiotherapy.

Black, J. M. dan J. H. Hawks. 2009. Medical-Surgical Nursing. Eight Edition.


Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh R. A. Nampira, Yudhistira, dan S. C.
Eka. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Canata, G. dan V. Casale. 2016. Of a multimodal opiate-free protocol j oints j


oints. 4(10): 222–227.

Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., Anthony M, Digioia
III., Timothy J, Levison., G. Kelley, Fitzgerald. A Balance Exercise
Program Appears To

Helmi, Z. N. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Huber EO, de Bie RA, Roos EM, Bischoff-Ferrari HA. 2013. Effect of pre-
operative neuromuscular training on functional outcome after total knee
replacement: a randomized-controlled trial. BMC Musculoskelet Disord

Kuntono Heru, 2011. Nyeri Secara Umum dan Osteo Arthritis Lutut dari Aspek
Fisioterapi; Surakarta. Perpustakaan Nasional RI
29

Intervensi Keperawatan

NO TANDA
TUJUAN DAN TANGAN DAN
DIAGNOSIS INTERVENSI
KRITERIA HASIL NAMA
TERANG

Nyeri akut b.d agen cidera Tujuan : 1. Manajemen nyeri : pengurangan atau reduksi nyeri sampai
fisik d.d pasien mengatakan pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan
pasien mengatakan
tindakan keperawatan 1) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
merasakan nyeri dibagian
selama 5 x 24 jam, nyeri kualitas hidup pasien (performa kerja dan tanggung
lutut dan semakin hari
berkurang menjadi jawab peran)
nyerinya bertambah, adanya
normal 2) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi untuk
oedema pada lutut, adanya
mengendalikan nyeri relaksasi nafas dalam, guided
nyeri tekan pada area lutut, Kriteria Hasil (KH) :
imagery, dan distraksi
pasien sesekali menunjukkan 1. Ketidaknyamanan
3) Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab
ekspresi meringis, skala nyeri ditingkatkan dari skala 3
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan
7. (sedang) menjadi skala 5 antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
(tidak ada) 2. Pemberian analgesik : penggunaan agen farmakologi
30

2. Gangguan imobilitas untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri


ditingkatkan dari skala 3 1) Cek adanya riwayat alergi obat
(sedang) menjadi skala 5 2) Pastikan perawatan analgesik pada pasien dilakukan
(tidak ada) pemantauan yang ketat
3) Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval yang
3. Gangguan pergerakan
teratur pada setiap setelah pemberian khususnya
fisik ditingkatkan dari
setelah pemberian pertama kali, juga observasi
skala 2 (cukup berat)
adanya tanda dan gejala efek samping.
menjadi skala 5 (tidak ada)
4) Kolaborasi dengan dokter mengenai obat analgesik
4. Gangguan dalam yang akan diberikan kepada pasien
rutinitas ditingkatkan dari 3. Terapi relaksasi : penggunaan teknik-teknik untuk
skala 3 (sedang) menjadi mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan
skala 5 (tidak ada) mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan
5. Tanda-tanda vital seperti nyeri, kaku otot dan ansietas

kembali ditingkatkan dari 1) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi untuk

skala 4 (deviasi ringan dari mengendalikan nyeri relaksasi nafas dalam, guided
kisaran normal) ke skala 5 imagery, dan distraksi

(tidak ada deviasi kisaran 2) Kolaborasi dengan fisioterapis mengenai terapi fisik
untuk klien
31

normal) 4. Monitor tanda-tanda vital : pengumpulan dan analisis data


kardiovaskuler, pernapasan, dan suhu tubuh untuk
menentukan dan mencegah komplikasi
1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat
2) Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat
jika memungkinkan
2 Hambatan berjalan b.d Tujuan : Manajemen nyeri : pengurangan atau reduksi nyeri sampai
nyeri d.d klien tampak pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan
membatasi gerak pada area
tindakan keperawatan 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
lutut kirinya, dalam
selama 5 x 24 jam, nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
berpindah klien dibantu
berkurang menjadi kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri.
dengan petugas, dan pasien
normal 2) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
mengatakan nyerinya
nyeri dengan tepat
semakin hari semakin Kriteria Hasil (KH) :
3) Dukung istirahat/ tidur yang adekuat untuk membantu
bertambah sehingga 1. Menopang berat badan
penurunan nyeri.
mengganggu aktivitasnya ditingkatkan dari skala 2
contohnya saat berjalan (banyak terganggu)
32

ditingkatkan ke skala 5

2. Berjalan pelan karena


sakit ditingkatkan dari
skala 1 (sangat terganggu)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak terganggu)

3. Berjalan dengan
langkah yang efektif
ditingkatkan dari skala 1
(sangat terganggu)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak terganggu)
33

3. Risiko Jatuh b.d osteoartritis Pencegahan jatuh : melaksanakan pencegahan khusus dengan
pasien yang memiliki risiko cidera karena jatuh.

1). Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari


pasien yang mungkin meningkatkan potensi jatuh pada
lingkungan tertentu.

2). Berikan penanda sebagai peringatan pada staff bahwa


pasien beresiko tinggi terjadi jatuh.

3). Sediakan alat bantu (seperti tongkat, dan walker) untuk


menyeimbangan gaya berjalan

4). Dukung pasien untuk menggunakan tongkat atau walker


dengan tepat

6). Instruksikan pasien untuk memanggil bantuan terkait


pergerakan dengan tepat
34

Ansietas b.d kekhawatiran Tujuan : Reduksi Ansietas : Meminimalkan kondisi individu dan
pasien terkait kondisinya pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1). Identifikasi saat tingkat ansietas berkurang
selama 5 x 24 jam,
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
ansietas berkurang
dengan 3) Monitor tanda – tanda ansietas

Kriteria Hasil (KH) : 4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan


kepercayaan
Tingkat ansietas menurun
5) Latih teknik relaksasi
Verbalisasi kebingungan
menurun 6). Dukung pasien dengan ditemani keluarganya

Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihaadapi menurun
35
36

Anda mungkin juga menyukai