oleh
Dhanang Budi Raharjo, S.Kep
NIM 192311101056
NIM : 192311101056
Hari, Tanggal :
Tempat :
NIP. NIP.
Kepala Ruangan
Ruang 20
Rumah Sakit dr Saiful Anwar Malang
NIP.
ii
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Tulang femur
Merupakan tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan
kebawah dengan tulang tibia biasanya disebut dengan tulang paha. Pada
tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis
distalis (Sembiring, 2018).
2. Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk
segitiga gepeng biasanya disebut dengan tulang lutut. Pada permukaan
depan atau anterior tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau
dorsal memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial yang
lebih kecil (Sembiring, 2018).
3. Tulang tibia
Merupakan tulang yang menghubungkan femur dan tumit kaki biasanya
disebut dengan tulang kering. Tulang tibia dibagi menjadi 3 bagian yaitu
ujung proksimal, corpus dan ujung distal. Bagian dari tulang tibia yang
membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, dimana pada bagian
ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tuberculum inter condillus
lateral. Di depan dan belakang eminentia terdapat fossa intercondilodea
anterior dan posterior (Sembiring, 2018).
4. Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral
biasanya disebut dengan tulang betis (Sembiring, 2018).
Adapun jaringan lunak disekitar lutut yaitu:
1. Meniscus
Struktur fibrokartilago yang berbentuk baji dan terletak diantara femoral
condyle dan tibial plateau. Jaringan meniscus terutama mengandung air
dan serat kolagen tipe 1. Adapun fungsinya meliputi penyebaran
pembebanan, peredam kejut, mempermudah gerak rotasi, dan sebagai
stabilisator dengan menyerap setiap penekanan dan meneruskannya ke
sendi (Sembiring, 2018).
3
2. Bursa
Merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya
gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane
synovial (Sembiring, 2018). Jaringan lunak yang berada di sekitar sendi
lutut adalah meniscus dan bursa. Untuk ligament-ligamen yang berada di
sendi lutut adalah ligamentum cruciatum anterior, ligamentum cruciatum
posterior, ligamentum collateral lateral, ligamentum collateral mediale,
ligamentum patella, ligamentumretinacullum patella lateral dan medial,
Ligamentum popliteum articuatum, Ligamentum popliteum oblicum
(Sembiring, 2018).
1. Definisi Osteoarthritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenaeratif atau
osteoartritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas) (Nanda NicNoc,2012).
2. Klasifikasi Osteoarthritis
Klasifikasi osteoarthritis dibagi menjadi 2 :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami
fraktur.
Sementara pada grade dua, gejalanya juga sama namun dengan durasi
nyeri sendi yang lebih lama. Pada grade satu dan dua, penanganannya berupa
obat-obatan untuk mengatasi rasa nyeri dan juga latihan untuk memperkuat otot.
Bila produksi pelumas di sendinya sudah berkurang, terkadang juga dibutuhkan
suntikan pelumas pada sendi.
Sementara itu pada grade tiga, nyeri pada sendi juga disertai kekakuan
sendi. Tandanya bisa dikenali saat terdengar bunyi "krek" ketika menaiki tangga.
3. Penyebab Osteoarthritis
Berikut ini merupakan penyebab Osteoarthritis
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan
gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak
rawan sendi melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses
degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang
berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh
osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan
dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah
trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur
dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang
biasa ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak
matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel radang.
8
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka
rawan sendi akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi
tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament. Tendon,
synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan
sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan
merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu
lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa
ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk
mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
1. Rhematoid Arthritis
Rhemathoid Arthritis adalah penyakit peradangan inflamatorik progresif,
sistematik, dan kronis. Penyakit ini menyerang banyak sendi terutama
sendi jari tangan dan kaki yang sifatnya simetrik. Struktur artikuler dan
periartikuler secara progresif akan mengalami kerusakan karena proliferasi
9
5. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling
kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
11
1. Osteoartritis
Kartilago artikular yang sehat akan tampak rata dan berkilau dan
berwarna putih. Hal ini menunjukkan vikoelastisitas dan kemampuan
kompresif yang berkaitan dengan kemampuan menahan goncangan.
Kondrosit yaitu sel yang memproduksi kartilago, secara konstan
meremajakan dan memelihara integritas kartilago artikular yang akan
melindungi tulang didalam persendian. Kondrosit memproduksi matriks
kartilago dengan cara menghasilkan dua tipe kolagen dan proteoglikan.
Proteoglikan tersebut bersifat hidrofilik (menarik air) secara signifikan
sehingga kartilago dapat menahan beban berat pada sendi (Black &
Hawks, 2009).
Sehingga secara sederhana osteoartritis merupakan proses terjadinya
degradasi matriks kartilago yang diikuti dengan ketidakefektifan usaha
tubuh untuk memperbaiki degradasi tersebut. Perubahan patologis dini
adalah pengurangan proteoglikan dalam matriks diikuti dengan pelunakan
dan hilangnya elastisitas pada kartilago. Ketika tubuh berusaha
mengompensasi, pertama kali kondrosit akan berproliferasi dan
memperbanyak produksi proteoglikan dan kolagen. Destruksi yang
progresif oleh enzim lisosom akan meningkatkan produksi hingga
melampaui batas, hal ini menyebabkan kartilago menjadi rentan pada
pergerakan sendi maupun rentan dalam menahan air pada penggunaan
beban yang berat untuk memulihkan pergerakan sendi mala dapat
dilakukan Total Knee Replacement (Black & Hawks, 2009).
Fibrilasi, erosi, dan keretakan terjadi pada lapisan superfisial dari
kartilago ketika serat kolagen pecah. Kartilago mengalami perubahan
warna menjadi kuning, dan rusak pada permukaan artikular, pertumbuhan
tulang meningkat pada batas sendi. Bagian tengah kartilago yang diikuti
12
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya adalah:
1. Rasa nyeri pada sendi
13
c. Osteochondritis Dissecans
1) dapat menyebabkan cidera lutut serius.
2) Fraktur tulang sekitar lutut atau air mata ligamen lutut yang lama-
kelamaan dapat merusak tulang rawan artikular.
3) dapat menyebabkan nyeri lutut dan membatasi fungsi lutut
a. Pembekuan darah.
1) meningkatnya rasa sakit di betis nyeri atau kemerahan di atas atau
bawah lutut
2) meningkatnya pembengkakan pada betis, pergelangan kaki, dan
kaki.
b. Penggumpalan darah telah sampai ke paru-paru
1) akan terjadi sesak nafas secara tiba-tiba dan nyeri dada
2) nyeri dada lokal dengan batuk.
c. Infeksi.
1) disebabkan oleh bakteri yang memasuki aliran darah.
2) Tandanya adalah demam persisten, menggigil, meningkatnya
kemerahan, nyeri, atau bengkak dari luka lutut, drainase dari luka
lutut
d. Hindari terjatuh karena akan merusak lutut baru sehingga memerlukan
oprasi lebih lanjut
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
15
Gambar 2.5 hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan
TKR
2) Foto posisi anteroposterior
Pasien berdir dengan posisi yang paling nyaman agar tidak terbebani
sendi. Dilakukan penilaian pada ruang sendi medial dan lateral, apakan
ada penyempitan atau tidak.
3) Posisi lateral
Posisi ini dilakukan untuk menilai sendi paletofemoral dan posisi dari
patella.
4) MRI
Pada pemeriksaan MRI kurang begitu peka. Walau lebih sensitif
dibandingkan dengan rontgen polos dalam menilai cartilago, seringkali
hal itu disalahartikan dengan adanya kerusakan. MRI ini membantu
dalam mengevaluasi meniskus dan kelainan ligamen yang dikarenakan
proses degeneratif lanjut yang tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
5. Pemeriksaan Laboratorium
18
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pre operasi
Tujuan dilakukannya manajemen pre operasi total knee replacement
adalah untuk mengakaji status fungsional klien sebelum dilakukan operasi.
Pengkajian fungsional adalah untuk mengetahui latihan seperti ROM yang
diperlukan sebelum dilakkukannya operasi. Jika pengkajian fungsional klien
telah di lakukan maka selanjutnya dilakukan latihan pre operasi diantaranya
adalah pelatihan pada kontrol postural, latihan tungkai bawah mulai dari
fungsional dan kekuatan serta ketahanan pada kedua ekstremitas bawah.
Penatalaksanaan manajemen pre operasi TKR membantu klien memahami
prosedur operasi yang akan dijalani, memahami prosedur perawatan pasca
operasi, serta mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi operasi agar
siap secara fisik maupun psikologis (Huber et all, 2013).
2. Penatalaksanaan post operasi
Penatalaksanaan manajemen post operasi pada kasus total knee
replacement sangat penting dilakukan. Tanpa dilakukannya penatalaksanaan
manajemen post operasi TKR sangat dimungkinkan klien akan mengalami
keterlambatan dalam melakukan mobilisasi dini pasca operasi karena rasa
nyeri yang muncul. Selain itu pelaksanaan manajemen post operasi menekan
waktu lamanya di rumah sakit, menurunkan resiko komplikasi pasca operasi
yang mungkin dialami klien, menekan resiko kekakuan lutut, mengurangi
resiko terjadinya trombolisis, dan memepercepat pemulihan klien pasca
operasi. Selain itu penatalaksanaan pasca operasi TKR bertujuan untuk
membantu klien dalam mengatasi nyeri yang muncul akibat prosedur
pembedahan (Canata et all, 2016).
19
Berikut ini adalah prosedur penatalaksanaan pasca operasi TKR (Canata dan
Casale, 2016):
a. Penatalaksanaan nyeri pasca pembedahan prosedur TKR :
1) Pendidikan kesehatan bagi klien dalam manajemen nyeri
2) Pemberian anlagesik neuraksial dan epidural
3) Manajemen analgesik secara berlanjut
4) Pemberian suntikan periarticular
5) Pemberian analgesik per oral
6) Pengkajian kepuasan klien terhadap prosedur yang dilakukan
7) Manajemen pencegahan komplikasi
b. Penatalaksanaan mobilisasi dan ROM 0-7 hari pasca operasi :
1) Latihan menggerakkan lutut fleksi dan ekstensi ekstensi dari sudut 0°
sampai 100° dengan memperhatikan terjadinya pembengkakan.
Lakukan gerakan fleksi ekstensi dengan frekuensi gerakan mulai dari
10 gerakan sampai 40 kali per hari yang meningkat pada hari ke 2
hingga ke 7.
2) Latihan membungkuk dengan posisi duduk di kursi kemudian
membungkukkan badan ke depan.
3) Jalan kaki ringan dengan bantuan kruk sekitar 5 menit secara teratur.
4) Pengompresan dengan kompres dingin atau es secara teratur dengan
frekuensi 6x/ hari selama 20 menit.
5) Jika rasa sakit dan bengkak mengalami peningkatan anjurkan pasien
untuk mengakhiri latihan dan beristirahat.
c. 8-24 hari pasca operasi :
1) Kontrol pembengkakan pada area pembedahan.
2) Lakukan ROM lutut mulai sudut 0°-120° .
3) Latihan berjalan santai tanpa menggunakan kruk.
4) Jangan memaksakan untuk berjalan lebih lama dan lebih cepat jika
nyeri muncul.
5) Ayunkan kaki ke tiga arah yakni depan, belakang, dan ke samping.
6) Latihan berdiri tanpa berpegangan dengan intensitas waktu lamanya
berdiri meningkat pada hari berikutnya.
20
- Streaching
- Hold Relax
- Active Resisted
Active Resisted yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar terhadap
gerakan yang dilakukan oleh pasien. Tahanan dapat berasal dari
terapis, pegas maupun dari pasien itu sendiri. Salah satu cara untuk
meningkatkan kekuatan otot adalah dengan meningkatkan tahanan
secara bertahap. (Kisner dan Colby, 2007).
- Quadricep Bench
Clinical Pathway
Usia
Proses Penuaan
Osteoarthritis
Inflamasi sendi
Nyeri akut
Gangguan
Kekhawatiran terhadap Muskoloskeletal
kondisinya
Hambatan berjalan
Ansietas
Risiko jatuh
24
1. Pengkajian
Tahap awal dari poses dokumentasi keperawatan dengan
mengumpulkan data sistematis klien bertujuan untuk menentukan status
kesehatan klien dan mengidentifikasi masalah klien. Dalam pengkajian ini
meliputi Data Subyektif, Data Obyektif, Keluhan Utama, Riwayat
Kesehatan (sekarang, dulu, dan keluarga) (Potter & Perry, 2005)
2. Diagnosa
Tahap kedua dari proses dokumentasi keperawatan bertujuan menilai
secara klinis tentang respon actual individu atau potensional klien,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatannya. Diagnosa ini
akan berubah menurut respon klien yang diberikan oleh perawat (Potter &
Perry, 2005).
3. Intervensi
Dilakukan setelah perumusan diagnosa, intervensi ini adalah proses
perencanaan dalam mengembangkan strategi untuk mencegah, mengurangi
dan mengkoreksi masalah yang muncul pada diagnose bertujuan
membantu pencapaian tujuan yang diharapkan. Didalam intervensi ini
dalam penulisan criteria hasil harus berdasarkan S (Spesifik), M
(Measurreable), A (Achievable), R (Reasonable), T (Time) menurut
Nursing Intervention Classification (Potter & Perry, 2005).
4. Implementasi
Tahapan keempat setelah dilakukan intervensi atau perencanaan
keperawatan, dalam tahap ini dilakukan pengaplikasian dari rencana
asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dan membuat
kemajuan ke arah yang spesifik (Potter & Perry, 2005)
25
5. Evaluasi
Tahapan akhir dari proses keperawatan untuk menilai dan mengukur
respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005)
Pengkajian
1. Identitas pasien
Identias pasien terdiri dari nama pasien, usia, alamat, suku, agama
2. Keluhan utama (nyeri, kaki sulit tidak bisa digerakkan) apa yang dirasakan
pasien
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di ruangan.Pasien
biasanya mempunyai penyakit kronis seperti gagal nafas, perdarahan dan kaki
tidak bisa digerakkan disertai nyeri pada extremitas bawah.
6. Riwayat psikososial
Keluarga mengatakan selama ini pasien tinggal bersama istrinya. Pasien aktif
dalam kegiatan di masyarakat.
7. Pemeriksaan fisik
1) B-1 (Breathing)
1) Terpasang masker biasa.
2) Gerakan nafas sesuai dengan irama, ekspansi dada kanan kiri simetris,.
3) Hidung : ada pernafasan cuping hidung,
4) Mulut : mukosa bibir kering, sianosis, dan terpasang alat bantu nafas
atau tidak.
26
5) Leher
Ada pembesaran kelenjar atau tidak.
6) Dada
Bentuk dada simetris/tidak, ada nyeri tekan, resonansi di seluruh
lapang paru, ada suara nafas tambahan atau tidak seperti ronkhi,
wheezing, snoring.
2) B-2 (Blood)
1. Ada keluhan pusing, lemah, atau dada berdebar-debar
2. Wajah : pucat, konjungtiva pucat, ada sianosis/tidak
3. Leher : bendungan vena jugularis ada/tidak, teraba arteri carotis
4. Dada : bentuk dada simetris/tidak, ada benjolan di dada, nyeri tekan,
batas jantung, dan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.
5. Ekstremitas atas
Ada sianosis/tidak, clubbing finger, CRT >2 detik.
6. Ekstremitas bawah
Ada varises/tidak, pitting edema, sianosis. CRT > 2 detik dan tanda
homan positif, kulit pucat, nadi lemah atau tidak ada, derajat edema,
3) B-3 (Brain)
1. Adanya compos mentis, gelisah, GCS 13
2. Keluhan nyeri kepala dan tungkai bawah
4) B-4 (Blader)
1. Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
2. Pemakain kateter urine, ada distensi kandung kemih/tidak, nyeri tekan
(Judith, 2006)
5) B-5 (Bowel)
1. Mukosa bibir kering/tidak
2. Abdomen (dibagi 4 kuadran)
27
Perkusi : timpani
3. Palpasi
Kuadran I : hepar (hepatomegali, nyei tekan)
6) B-6 (Bone)
1. Ada dekubitus /tidak
2. Elastisitas kulit normal/tidak, akral hangat/dingin
3. Ada penurunan kekuatan otot/tidak
4. Ada hiperpigmentasi kulit/tidak
5. Ektermitas bawah mengalami gangguan (Judith, 2006)
6. Kulit pucat
7. Saat dinaikkan tidak bisa dengan merendahkan tungkai
8. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang masker, spalk, dibalut dengan
tensokrep dengan ukuran 15 in, sering mengalami depresi mental yang
dimanifestasikan berupa kebingungan, merasa terisolasi, kecemasan dan
ketakutan akan kematian.
28
DAFTAR PUSTAKA
Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., Anthony M, Digioia
III., Timothy J, Levison., G. Kelley, Fitzgerald. A Balance Exercise
Program Appears To
Huber EO, de Bie RA, Roos EM, Bischoff-Ferrari HA. 2013. Effect of pre-
operative neuromuscular training on functional outcome after total knee
replacement: a randomized-controlled trial. BMC Musculoskelet Disord
Kuntono Heru, 2011. Nyeri Secara Umum dan Osteo Arthritis Lutut dari Aspek
Fisioterapi; Surakarta. Perpustakaan Nasional RI
29
Intervensi Keperawatan
NO TANDA
TUJUAN DAN TANGAN DAN
DIAGNOSIS INTERVENSI
KRITERIA HASIL NAMA
TERANG
Nyeri akut b.d agen cidera Tujuan : 1. Manajemen nyeri : pengurangan atau reduksi nyeri sampai
fisik d.d pasien mengatakan pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan
pasien mengatakan
tindakan keperawatan 1) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
merasakan nyeri dibagian
selama 5 x 24 jam, nyeri kualitas hidup pasien (performa kerja dan tanggung
lutut dan semakin hari
berkurang menjadi jawab peran)
nyerinya bertambah, adanya
normal 2) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi untuk
oedema pada lutut, adanya
mengendalikan nyeri relaksasi nafas dalam, guided
nyeri tekan pada area lutut, Kriteria Hasil (KH) :
imagery, dan distraksi
pasien sesekali menunjukkan 1. Ketidaknyamanan
3) Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab
ekspresi meringis, skala nyeri ditingkatkan dari skala 3
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan
7. (sedang) menjadi skala 5 antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
(tidak ada) 2. Pemberian analgesik : penggunaan agen farmakologi
30
skala 4 (deviasi ringan dari mengendalikan nyeri relaksasi nafas dalam, guided
kisaran normal) ke skala 5 imagery, dan distraksi
(tidak ada deviasi kisaran 2) Kolaborasi dengan fisioterapis mengenai terapi fisik
untuk klien
31
ditingkatkan ke skala 5
3. Berjalan dengan
langkah yang efektif
ditingkatkan dari skala 1
(sangat terganggu)
ditingkatkan ke skala 5
(tidak terganggu)
33
3. Risiko Jatuh b.d osteoartritis Pencegahan jatuh : melaksanakan pencegahan khusus dengan
pasien yang memiliki risiko cidera karena jatuh.
Ansietas b.d kekhawatiran Tujuan : Reduksi Ansietas : Meminimalkan kondisi individu dan
pasien terkait kondisinya pengalaman subjektif terhadap objek yang tidak jelas.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1). Identifikasi saat tingkat ansietas berkurang
selama 5 x 24 jam,
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
ansietas berkurang
dengan 3) Monitor tanda – tanda ansietas
Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihaadapi menurun
35
36