Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO BLITAR

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar


Rumah Umum Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar kondisi saat ini
dalam kurun 5 tahun terakhir mengalami metamorfosis yang hebat. Hal tersebut tidak
berlebihan diungkapkan jika diruntut bagaiman sejarah keberadaannya meulai tahun
1942. Namun pada zaman revolusi tersebut, pelyanan hanya untuk klien yang operasi
yang dilayanani 2 dokter berkebangsaan Belanda yang datangnya tidak menentu, dr.
Shinko dan dr. Karl Boom.
Pasca kemerdekaan 1949, baru memiliki 2 dokter tetap, dr. Tedjo sebagai kepala
rumah sakit dan dr. Trisula sebagai kepala Dinas Kesehatan. Saat TBC mewabah di
Blitar tahun 1958, dr. Trisula sebagai dokter spesialis paru mendirikan pusat
pendidikan “Ngrukti Nirmala” bagi klien TBC. Di lembaga ini klien TBC
dikumpulkan dan diberi penyuluhan tentang TBC dan gigi.
Tahun 1966, ada tambahan satu dokter, dr. AW Soehapto, yang dalam masa-masa
pengabdiannya melakukan empat pengembangan pelayanan : pertama, kedua,
melakukan operasi kecil dan caesar dengan peralatan seadanya sudah berhasil baik
dan dilaporkan ke kantor inspeksi kesehatan di Jakarta. Laporan itu direspon baik
dengan mengirimkan peralatan operasi seperti meja dan lampu operasi ke kota Blitar.
Ketiga dan keempat, membuka pelayanan poli klinik umum dan poli klinik gigi.
Tahun 1975, menjalin hubungan dengan dokter spesialis dari Surabaya dan
Malang, yang dua kali seminggu datang ke Blitar memberikan bimbingan kepada
dokter-dokter umum hingga tahun 1996, berhasil merangkul 4 dokter spesialis tetap di
RS Mardi Waluyo yaitu spesialis anak, dr. Ibnu Susanto, Sp. A, spesialis bedah dr.
Andre Mannari, Sp. B, dan spesialis kandungan dr. Syaifullah Sp. OG.
Dekade 2000-an, pembangunan dan pengembangan di RS Mardi Waluyo kota
Blitar menggeliat cepat. Pada awal periode pertama pemerintahan masa walikota
Blitar Djarot Saiful Hidayat, prihatin dengan kondisi RS Mardi Waluyo Blitar lama di
jalan dr. Soetomo bangunannya sudah rapuh, kumuh, membuat tidak nyama petugas,
apalagi klien dan pengunjung.
Dari proses diskusi panjang antara walikota dengan para dokter yang memiliki
komitmen tinggi, lahir keputusan fenomenal, pemerintah kota Blitar membangun
gedung baru untuk RS Mardi Waluyo Blitar di atas lahan seluas 5 hektar di Jalan

4
Kalimantan. Miliaran rupiah dana negara dikucurkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik bagi warga kota Blitar dan sekitarnya. Proyek multiyears
pembangunan RS Mardi Waluyo Blitar, mulai dirasakan warga tahun 2007. Tepatnya
setelah pebangunan tahap pertama selesai, sebagai pelayanan per 13 Agustus 2007,
boyong dari rumah sakit lama di jalan dr. Soetomo ke RS baru di jalan Kalimantan,
meliputi layanan rawat inap, VIP dan VVI, perkantoran dan administrasi, instalasi
gawat darurat, laboratorium dan radiologi.
Sukses boyongan tahap pertama membuat pemerintah kota Blitar dan RS Mardi
Waluyo Blitar semakin komit untuk memberikan pelayanan yang semakin baik
kepada masyarakat, sehingga pembangunan tahap ke 2 di kebut alhasil per 1 Juli 2010
seluruh pelayanan pindah ke jalan Kalimantan.
Pembangunan fisik menuntut imbangan peningkatan kualitas pelayanan kepeda
masyarakat. RS Mardi Waluyo Blitar menempatkan klien atau penggunaan layanan
sebagai pusat perhatian. Sambung caranya dengan menetapkan Citizen Character atau
CC melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dalam mengambil kesepakatan tentang
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, yang diselaraskan anatara kemampuan
sumber daya yang ada di rumah sakit dengan tuntutan masyarakat.
Selain CC, juga melakukan berbagai terobosan antara lain DDTK anak yang
mendapatkan penghargaan MURI, pembangunan instalasi Hemodialisa,
penatalaksanaan keuangan yang profesional dan status Mardi Waluyo Blitar sebagai
badan pelayanan umum daerah (BLUD) hingga menjadikan RS Mardi Waluyo Blitar
sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB). Sebagai RSSIB, prestasi yang
diraih membanggakan, terpilih sebagai sayang ibu dan bayi terbaik ke dua tingkat
nasional tahun 2010, dan mendaptkan penghargaan langsung dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.

B. Visi Rumah Sakit


Menuju rumah sakit umum daerah Mardi Waluyo sebgai rumah sakit pilihan
utama yang terpercaya melalui semua masyarakat pada tahun 2021.

5
C. Misi Rumah Sakit
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, berkualitas dengan
mengutamakan keselamatan, membangun citra pelayanan kesehatan partisipatif
serta menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian
2. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel dan transparan.

D. Motto Rumah Sakit


“Kesehatan dan Kepuasan Anda Adalah Kebahagian Kami”

E. Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit Mardi Waluyo


Pelayanan Medis Pelayanan Penunjang
 Dokter Umum o Laboratorium Patologi
 Dokter Gigi Klinik
 Dokter Spesialis/ Sub Spesialis o Radiologi
o Anak o ECG
o Bedah umum o Phungsi
o Bedah syaraf o Konsultasi Gizi
o Bedah orthopedi o Farmasi
o Kebidanan dan kandungan o Echokardiografi
o Orthodonsia o Hemodialisa
o Urologi Fasilitas
o Syaraf o UGD 24 Jam
o THT o Rawat Inap
o Mata o Rawat Jalan
o Paru o Kamar Bedah
o Kulit dan Kelamin o ICU
o Radiologi o Ruang Jenazah
o Anasthesi o Ambulance
o Jantung

6
F. Denah Lokasi

G. Kajian Situasi di Ruang Bougenvil


1. Motto Ruang Bougenvil
Mengacu pada motto Rumah sakit, ruang Bougenvil memiliki motto “kepuasanmu
adalah kepuasanku juga”.
2. Tujuan Keperawatan
Tujuan bidang keperawatan RSUD Mardi Waluyo secara umum adalah :
a) Menjamin bahwa semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien
dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan
b) Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
c) Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
d) Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan.
e) Melibatkan klien dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan
f) Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam kegiatan
pendidikan bagi perkembangan tenaga keperawatan.

7
g) Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan profesi tenaga keperawatan.
3. Tujuan Ruang Perawatan Bougenvil
a) Memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan kasus syaraf sesuai
dengan standar asuhan keperawatan.
b) Meminimalisir terjadinya infeksi sekunder pada penderita kasus syaraf.
c) Meningkatkan upaya rehabilitasi dini sebagai upaya untuk menghindari
kecatatan.

Anda mungkin juga menyukai