Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Dzikir

2.1.1.1 Pengertian

Dzikir adalah mengingat Allah dengan segala sifat-sifatnya. Pengertian dzikir tidak terbatas
pada bacaan dzikir itu sendiri ( dalam arti sempit ) melainkan meliputi segala bacaan, sholat
ataupun perilau kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama
(hawari,2011).

2.1.1.2 Manfaat

Diantara fadhilah dzikir seperti yang dilakukan oleh Qoyyim dalam kitab Al-Wabil Ash –
Shayyib Minal Kalimatil Thayyib, menjelaskan :

2.1.1.2.1. Mampu mengusir setan yang merangsang kalbu manusia

2.1.1.2.2. Mendapatkan ridha dari Yang Maha Rahmat

2.1.1.2.3. Melenyapkan kecemasan dan kegelisahan kalbu

2.1.1.2.4. Menghidupkan Mahabbah dengan ruhul islam

2.1.1.2.5. Kesibukan lisan karena dzikir yang bersambungan, makan ia terhindar dari
kesibukan yang membawa dosa

2.1.1.2.6. Melenyapkan rasa cemas dalam hati karena persoalan dunia tidak terpecahkan

2.1.1.3 Langkah-Langkah melakukan terapi dzikir

Langkah-langkah relaksasi dzikir ini merupakan modifikasi dari teknik relaksasi dengan
melibatkan faktor keyakinan, yaitu :
2.1.1.3.1. Carilah kata yang memiliki arti khusus terutama frase yang dapat
menimbulkan munculnya kondisitarnsen-densi, dengan kata tersebut dapat meningkatkan
respon pasien dengan memberikan kesempatan memilih faktor keyakinan tertentu yang dapat
memberikan pengaruh, contohnya dengan istighfar atau dengan menyebut dengan takbir.
Pemilihan Frase

Sebaiknya cukup singkat agar dapat diungkapkan dalam hati ketika menghembuskan nafas
secara normal, metode yang akan digunakan adalah Frase”ya Allah” karena frase ini sangan
dan langsung kepada objek trasendensi.

2.1.1.3.2. Atur posisi tubuh yang nyaman sebelum memulai relaksasi, carilah posisi
duduk yang nyaman sehingga posisi tidak mengganggu pikiran. Posisi dapat dilakukan
misalnya dengan bersila atau duduk disofa. Lingkungan diatur sedemikian rupa hingga tidak
mengganggu proses relaksasi misalnya suhu,kebisingan, pakaian yang terlalu ketat dan bau-
bauan yang tidak enak

2.1.1.3.3. Memejamkan mata, pejamkan secara perlahan dan pejamkan secara wajar.
Karena pemaksaan untuk memejamkan mata akan membuat otot-otot mata tidak rileks.

2.1.1.3.4. Lemaskan otot-otot, mulailah otot dari kaki, kemudian betis, dan perut
seterusnya hingga kepala. Caranya dengan meremas otot yang akan dirilekskan kemudian
otot tersebut diperintahkan untuk rileks misalnya akan melemaskan otot kaki dengan
memerintahkan “lemas..lemas..” sambil merasakan dan membiarkan otot-otot kaki untuk
lemas.

2.1.1.3.5. Perhatikan nafas dan mulailah menggunakan kata fokus yang berasal dari
keyakinan. Bernafaslah perlahan-lahan dan wajar tanpa memaksakan iramanya. Tahap ini
mulailah berulang-ulang dalam hati kata frase yang dipilih sambil mengambil dan
mengeluarkan nafas.

2.1.1.3..6. Pertahankan sifat pasif selain pengulangan kata atau frase, sikap pasif adalah
aspek penting untuk membangkitkan respon relaksasi. Saat mulai duduk dan mengulang-
ngulang frase yang diulang-ulang. Tekhnik untuk menghindari gangguan ini adalah dengan
tidak memperdulikan dan tidak memaksa menghilangkan gangguan tersebut.Selain itu bila
muncul rasa nyeri akibat duduk terlalu lama bersikap positif aja. Ketika rasa nyeri itu muncul
katakan pada diri sendiri “baiklah” dan mengulang kata frase yang digunakan.
2.1.2 Kecemasan

2.1.2.1 Pengertian

Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst kemudian menjadi
anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata untuk menggambarkan suatu efek
negatif dan keterangsangan. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu
tapi masih dalam batas normal (Hawari,2011).

Kecemasan berkaitan erat dengan perasaan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
obyek yang spesifik,kondisi secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal (Hamid,2013).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

2.1.2.2 Tingkat Kecemasan

Stuart (2013) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkat antara lain :

2.1.2.2.1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan
ini dapat memotifasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Respon
fisiologis ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi
luas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi seperti tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meningkat.

2.1.2.2.2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memuasatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif dapat
melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, diare, gelisah. Respon kognitif ; lapang persepsi menyempit,
rangsangan luar tidak mampu menerima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya,
rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
Respon perilaku dan emosi ; meremas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan
perasaan tidak enak.

2.1.2.2.3. Kecemasaan Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang terhadap sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk menghentikan
ketegangan indivindu dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon fisiologi, nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, berkeringat, ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif, lapang persepsi
amat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi, perasaan
ancaman meningkat.

2.1.2.2.4 Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Hilangnya kontrol,
menyebabkan individu tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Respon
fisiologis, nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah. Respon kognitif lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis. Respon
perilaku dan emosi, mengamuk dan marah, ketakutan, kehilangan kendali. Rentang respons
ansietas menurut Stuart(2013) sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai