Anda di halaman 1dari 27

27

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan, dipergunakan sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian
(Nursalam, 2013: 80).
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pra eksperimental dengan
pendekatan One-group pra-post test design yaitu jenis penelitian yang
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok
subjek. Kelompok subjek observasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi
atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab
(variabel dependen), (Nursalam, 2013: 165).
Tabel. 3.1 One-Group Pra-Post Test Design
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
K O1 I OI1
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan
K : Subjek
O1 : Observasi sebelum diberikan pendidikan kesehatan
I : Intervensi (pemberian pendidikan kesehatan tentang skabies)
OI1 : Observasi setelah diberikan pendidikan kesehatan
Metode penelitian ini digunakan peneliti untuk mengetahui secara objektif
tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Skabies Terhadap Tingkat
Pengetahuan Santri Di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya.
28

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian yaitu
menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam,
2013:55). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
29

Populasi
30 santri yang ada di asrama Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya

Teknik Sampling
Menggunakan metode Total Sampling

Sampel
Santri yang bersedia jadi responden di Pondok Pesantren Hidayatul Insan
Palangka Raya. berjumlah 30 orang

Informed Consent

Pengumpulan Data

Pre-test Menggunakan Kuesioner

Memberikan Pendidikan Kesehatan tentang Skabies

Post-test Menggunakan Kuesioner

Pengolaan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji Wilcoxson

Ha diterima

Kesimpulan dan Saran

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang


Skabies Terhadap Tingkat Pengetahuan Santri Di Pondok Pesantren
Hidayatul Insan Palangka Raya.
30

3.3 Identifikasi Variabel


Variabel adalah perilaku atau karakterisitik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dibedakan
antara variabel independen dan dependen.
3.3.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel bebas, yaitu variabel yang
memengaruhi/mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Variabel
independen atau variabel bebas bisa lebih dari satu (Adik, 2014: 74). Variabel
independen pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang penyakit
skabies.
3.3.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang terikat dengan variabel-variabel
lain yang berhubungan dengannya. Variabel dependen adalah objek dari variabel
lain, sering juga disebut sebagai variabel yang mendapatkan perlakuan. Dengan
demikian, nilai variabel dependen ditentukan oleh nilai variabel indevenden. Pada
umumnya hanya terdapat satu variabel dependen. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang penyakit skabies.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
31

Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Skabies Terhadap Tingkat Pengetahuan Santri Di Pondok
Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor


No Instrumen
1. Variabel Kegiatan yang Pengetahuan SP - -
Independen: menyebarkan informasi tentang Skabies:
Pendidikan tentang penyakit kulit 1. pengertian
kesehatan skabies
tentang Skabies 2. Etiologi
3. Tanda dan
gejala
4. Penatalaksana
an Skabies
5. Penularan
Skabies
6. Pencegahan
Skabies

31
32

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor


No Instrumen
2. Variabel Segala sesuatu yang Pengetahuan Kuesioner Ordinal Nilai bobot
Dependen: diketahui santri tentang tentang Skabies: Jawaban Kuesioner:
Tingkat penyakit scabies serta Jawaban benar = 1
Pengetahuan gejala yang timbul dan 1. Pengertian Jawaban salah = 0
santri tentang cara penularan Skabies skabies
penyakit 2. Etiologi Rumus:
Skabies 3. Tanda dan Sp
gejala N: x 100%
4. Penatalaksana Sm
an Skabies N : Nilai Pengetahuan
5. Penularan Sp : Skor yang didapat
Skabies Sm : Skor tetinggi
6. Pencegahan
Skabies Kategori :
1. Baik: bila diperoleh
skor 76%-100%.
2. Cukup: bila diperoleh
skor 56%-75%.
3. Kurang: bila
diperoleh skor ≤55%.
33

3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling


3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam,2009:160). Pada penelitian ini populasi terdiri dari 30 Santri
di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya.
3.5.2 Teknik Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiono, 2007).
3.5.3 Sampel
Suatu penelitian dilakukan pada sampel yang terpilih dari populasi
terjangkau yang sudah ditentukan sebelumnya. Menetapkan besar atau jumlah
sampel yang di gunakan pada penelitian tergantung pada dua hal yaitu adanya
sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya
sampel.
1. Kriterian inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini yaitu:
1) Santri yang bersedia menjadi responden
2) Santri yang sehat
3) Santri yang hadir saat penelitian
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
1) Santri yang tidak bersedia untuk menjadi responden.
2) Santri yang tidak hadir saat dilakukan penelitian

33
34

3) Santri yang sedang sakit


3.6 Uji Validitas dan Reabilitas
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevaliditan atau keaslian suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa
yang hendak kita ukur. Maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor (nilai)
tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua
pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna (Construct validity). Apabila
kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berati, semua item
(pernyataan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. .
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas
atau kaslian suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas yang rendah. Uji validitas dilakukan untuk menguji validitas setiap
pertanyaan angket, teknik uji yang digunakan adalah korelasi product Moment.
Sebelum melakukan pengumpulan data untuk menghindari kesalahan
mengiterprestasikan pernyataan dalam kuesioner dan memperoleh data yang valid.
Hasil uji coba kuesioner kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kuesioner yang telah disusun memiliki validitas dan reabilitas.
Hasil uji akan dibandingkan antara harga r hitung dan r tabel dengan taraf
signifikan 0,05. Apabila hasil r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid
untuk digunakan penelitian. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan 30
responden yang dilakukan di Pondok Pesantren Al Wafa selama 1 hari. Uji
validitas dan reabilitas ini menggunakan SPSS (Statistical Product and Service
Solution) for window versi 25 dengan hasil r = 0,30 untuk kuesioner pengetahuan
(jika hasilnya < 0,31 maka di nyatakan tidak valid). Hasil uji validitas kuesioner
dari 30 point pernyataan pengetahuan terdapat 20 butir pernyataan yang
memenuhi standar validitas dan reabilitas pada kuesioner yang valid yaitu
pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15. Sementara
35

yang tidak memenuhi standar validitas reabilitas pada kuesinoer yang tidak valid
pada pernyataan nomor 16, 17, 18, 19, 20 Jadi peneliti menghilangkn 5 butir
pernyataan pengetahuan yang tidak valid sehingga jumlah pernyataan yang
digunakan pada kuesioner pengetahuan pada penelitian ini jumlahnya 15
pernyataan.
3.6.2 Uji Reabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan
alat ukur yang sama pernyataan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan
cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang
terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap
pertanyaan/pernyataan kuisioner dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari
konstanta (0,6) maka pertanyaan-pernyataan tersebut reliabel.
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan
skala Alpha 0 sampai 1. Apabila skala alpha tersebut dikelompokkan ke dalam 5
kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat
dipresentasikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3 Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Cronbach atau α
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang reliabel
> 0,20 – 0,40 Agak reliabel
> 0,40 – 0,60 Reliabel
> 0,60 – 0,80 Cukup reliabel
> 0,80 – 1,00 Sangat reliabel
Dari penelitian ini didapat nilai alpha untuk kuesioner pengetahuan yaitu
0,906 yang menunjukkan tingkat reabilitas dikatakan sangat reliable.

3.7 Instrumen Penelitian dan Proses Pengumpulan Data


3.7.1 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden adalah dengan mengunakan kuesioner atau angket yang diberikan
sebelum pemberian pendidikan kesehatan dan setelah pemberian pendidikan
36

kesehatan. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang


diberikan pre-post test pendidikan kesehatan berjumlah 15 pertanyaan.
1. Data demografi
Data demografi dalam penelitian ini meliputi umur responden, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pernah mendapatkan informasi tentang skabies, dan sumber
informasi, jarak ke puskesmas terdekat. Data demografi ini berguna untuk
membantu peneliti untuk mengetahui latar belakang dari responden dalam
penelitian.
2. Kuesioner
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan
tentang skabies untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan tentang Skabies. Lembar kuesioner berjumlah 15, soal
berbentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban benar semua. Soal nomor 1
tentang pengertian Skabies, soal nomor 2-3 tentang tanda penyebab Skabies,
soal nomor 4-5 Tanda dan Gejala skabies, soal nomor 6-8 penularan Skabies,
soal nomor 9-15 Pencegahan Skabies.
3.7.2 Proses Pengumpulan Data
Proses penelitian yang dilakukan pada penelitian ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Penulis menyampaikan surat permohonan ijin penelitian dari STIKes Eka
Harap Palangka Raya menuju ke Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka
Raya
2. Setelah mendapat surat persetujuan penelitian dari pimpinan Pondok
Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya penulis kemudian melakukan
penelitian
3. Melakukan pendekatan dengan santri yang belum mengerti tentang skabies di
Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya
4. Setelah melakukan pendekatan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada
responden
5. Meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden (informed consent).
37

6. Kemudian peneliti memberikan kuesioner pree test mengenai pengetahuan


tentang Skabies
7. Peneliti mencek kembali pengisian data pada kuisioner
8. Kemudian peneliti melakukan pendidikan kesehatan tentang Skabies
9. Setelah melakukan pendidikan kesehatan peneliti melakukan tes kembali atau
post test kepada responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden
tentang Skabies
10. Peneliti mencek kembali pengisian data pada kuisioner jika belum lengkap
peneliti mengembalikan untuk melengkapi data kepada responden
11. Peneliti melakukan tabulasi dan rekapitulasi data
3.8 Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan
informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam,
20013:117). Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif yang pengolahan
data dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk
tabel atau grafik. Kegiatan dalam menganalisa data yaitu:
3.8.1 Editing
Dalam penelitian iniproses editing yaitu data yang telah terkumpul perlu di
baca sekali lagi dan perbaiki apabila ada berbagai hal meragukan. Seperti melihat
atau memeriksa kembali daftar pernyataan yang selesai, melakukan pengeditan
data dengan mengecek kelengkapan data yang di isi responden, jika tidak lengkap
peneliti mengembalikan kepada responden agar dapat dilengkapi.
3.8.2 Coding
Kode yang digunakan dalam penelitian berupa angka yang selanjutnya akan
diproses di komputer.
1. Umur
Kode: 1: 12-16 Tahun
2: 17-23 Tahun
Tingkat Pendidikan
Kode: 1: SD
38

2: SMP
3: SMA
2. Jarak rumah dari petugas kesehatan
Kode: 1: Kurang Dari 500 Meter
2: Lebih Dari 500 Meter Sampai 1 Kilo Meter
3: Lebih Dari 1 Kilo Meter
3. Pernah Mendapatkan Informasi Tentang Skabies
Kode: 1: Pernah
2: Tidak Pernah
4. Sumber Informasi
Kode: 1: Pendidikan
2: Tenaga Kesehatan
3: TV/Radio
4: Internet
5: Lain-lain
5. Tingkat Pengetahuan Tentang Skabies
Kode: 1: Kurang ≤55%
2: Cukup 56%-75%
3: Baik76%-100%
Sumber: Sutrisno,(2000)
3.8.3 Scoring
Scoring adalah menentukan skor/nilai untuk setiap item pertanyaan, untuk
menentukan nilai terendah dan tertinggi, menetapkan jumlah kuesioner dan bobot
masing-masing kuesioner. Dengan rincian kriteria sebagai berikut :
Kuesioner pendidikan kesehatan dan pengetahuan tentang Skabies memiliki
scor sama yaitu sebagai berikut.
1. Bila jawaban responden benar maka di berikan nilai 1
2. Bila jawaban responden salah maka di berikan nilai 0
3.8.4 Tabulating
Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel pada tahap
ini data dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam
suatu format yang telah dirancang. Pembuatan tabulasi termasuk dalam kerja
39

memproses data, memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur semua angka
sehingga dihitung dalam berbagai kategori.
3.8.5 Analisa Univariat
Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk memperoleh
gambaran distribusi frekuensi dari semua variabel yang diteliti baik variabel
independen maupun dependen. Analisa univariat yaitu dilakukan terhadap
variabel (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, pernah mendapatkan informasi
dan sumber informasi).
3.8.6 Analisa Bivariat
Untuk melihat probabilitas yang dipakai adalah p= <0.05 pengolahan data
meliputi proses editing data, pengodean data, dan analisa data. Pengolahan data
menggunakan program SPSS for windows.
Pada penelitian ini data terkumpul kemudian dilakukan tabulasi data, dan
analisa data dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan derajat
kemaknaan p= < 0.05. Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign
test). Dalam uji tanda, teknik ini digunakan untuk menguji signifikasi komparatif
dua sampel yang berkolerasi bila datanya berbentuk ordinal. Uji perangkat
bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisa hasil-hasil pengamatan yang
berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Adapun langkah-langkah uji
Wilcoxon Sign Rank menggunakan SPSS yaitu sebagai berikut: pertama-tama
buka file, kemudian klik analyze; pilih nonparametric test, kemudian klik 2
related samples (muncul two related samples test) pada test pair (s) isikan
variabel-variabel sebelum dan sesudah perlakuan; pada test type pilih Wilcoxon,
klik option pilih descriptive, klik continue, klik ok, muncul output.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan santri
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang Skabies.
3.9. Tempat Waktu Penelitian Dan Etika Penulisan
3.9.1 Tempat dan Waktu Penellitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama penelitian berlangsung. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Pondok
40

Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya. Waktu dalam melakukan penelitian ini
adalah Maret-Agustus 2019.
3.9.2 Etika Penulisan
1. Informed Consent
Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dari
penelitian ini kepada calon responden dan memberikan surat persetujuan
menjadi responden (informed consent) kepada responden untuk dibaca, jika
calon responden bersedia menjadi responden maka peneliti meminta
responden untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden dan mengisi kuesioner.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Pada penelitian ini, peneliti memberikan Informed Consent yang
ditandatangani oleh responden dan tidak menuliskan nama lengkap dari
responden cukup dengan memberi nomor pada masing-masing lembar
kuesioner yang telah dibagi dan hanya menulis inisial untuk menjaga
kerahasiaan responden.
3. Kerahasiaan(Confidentiality)
Pada penelitian ini, peneliti memberikan Informed Consent yang
ditandatangani responden tanpa memberi nama pada lembar Informed
Consent, data yang didapatkan peneliti dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
41

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan penelitian akan menyajikan hasil dan pembahasan


dari penelitian yang di lakukan pada hari senin, tanggal 19 Agustus 2019 tentang
Pengaruh Pendidikan kesehatan tentang skabies terhadap tingkat pengetahuan
santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya. Data yang disajikan
terdiri dari 2 macam data, yaitu data umum dan data khusus.

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Karakteristik tempat penelitian

Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin merupakan lembaga


pendidikan yang salah satu orientasinya bergerak dibidang pendidikan
keagamaan. Didirikan pada tahun 1987 yang dirintis oleh KH. Ibrahim dan Drs.
H. Ahmad Sanusi. Latar belakang yang menjadi motivasi pendirian Pondok
Pesantren tersebut adalah karena melihat kondisi beragama di Kota Palangka
Raya khususnya dan Kalimantan Tengah pada umumnya yang pada waktu itu
sangat kurang, ditandai dengan terbatasnya jumlah sarana pendidikan Agama dan
Majelis Ta’lim, kurangnya jumlah pemuka Agama yang memimpin umat, dan
pola prilaku masyarakat yang kurang Islami dan bertentangan dengan norma-
norma hukum yang berlaku seperti perjudian, minuman keras, masalah kenakalan
remaja, dekadensi moral, prostitusi dan sebagainya.

4.1.2. Asaz Dan Tujuan


Azas yang menjadi landasan operasional dari yayasan Pondok Pesantren
meliputi Al-Qur’an dan Al-Hadist, Pancasila serta GBHN 1993/1998 yang
menekankan kepada upaya pembinaan terhadap kualitas sumberdaya manusia
secara serasi, seimbang dan selaras, sehingga tidak saja ia hanya menguasai
IPTEK akan tetapi juga ia memiliki landasan iman dan taqwa yang kuat kepada
Allah SWT. Tujuan yang ingin di sampaikan dari kegiatan Pondok Pesantren
Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin disamping jihad fii sabilillah dalam rangka syiar
agama islam adalah membantu pemerintah daerah dalam rangka supaya
mewujudkan kualitas sumberdaya manusia, sehingga diharapakan akan mampu
42

menjadi patriot dan pelopor pembangunan serta bersikap dan berperilaku normatif
sesuai dengan norma-norma dan kaidah hukum yang berlaku.

4.1.3. Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Yayasan Pondok Pesantren yang dilaksanakan pada


umumnya lebih ditekankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan
terhadap masyarakat khususnya yang berkaitan dengan aspek keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai
lembaga pendidikan maka pondok pesantren mengadakan pendidikan baik formal
maupun non formal. Pendidikan formal yaitu pendidikan berjenjang Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Untuk Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Menggunakan perpaduan antara kurikulum
Pondok Pesantren Modern Gontor dan Departemen Agama dan santri sudah
dibiasakan untuk berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris selama kegiatan
belajar dan mengajar berlangsung. Pendidikan non formal adalah TK/TPA dan
Madrasah Diniyah Al-Masaiyah yang menggunakan kurikulum Pesantren
salafiyah dan Pondok Modern Gontor.

Pondok Pesantren juga menyelenggarakan Majelis Ta’lim yang


pelaksanaannya didalam dipusatkan dimasjid Hasbunallah Komplek Pondok
Pesantren,antara lain: Pengajian Ibu-ibu setiap hari minggu, Pengajian Bapak-
bapaksetiapmalam jum’at. Untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan santri,
diselenggerakan beberapa macam latihan atau kursus yaitu: latihan kepramukan
setiap hari kamis sore yang diikuti oleh seluruh santri, Latihan Muhadharah
(pidato) dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia, kursus seni Baca Al-Qur’an, Seni Qasidah / Rebana, Seni Hadrah,
Ketrampilan Menjahit, Kaligrafi, Lukis, dan Komputer.

Kegiatan social kemasyarakatan pun juga diselanggarakan oleh Pondok


Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin, antara lain meliputi : Penampungan
dan Pengasuhan anak yatim piatu dan anak terlantar, Penampungan dan perawatan
orang lanjut usia (lansia), Pelayanan masyarakat, dan Pembinaan Mu’alaf.
43

4.1.4. Kondisi

Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin terletak di Jalan Sulawesi


No.76 Palangka Raya. Letak Pondok Pesantren sangat strategis karena berada di
Kota Palangka Raya, dekat dengan pasar atau pusat perbelanjaan dan tempat-
tempat yang lain. Pondok Pesantren Hidayatul Insan Fii Ta’limiddin mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung atas kelancaran dari
kegiatan yang ada. Sarana yang dimiliki antara lain adalah gedung sekolah,
kantor, masjid, asrama santri, asrama guru, dan wc / toilet. Untuk saat ini jumlah
santri Madrasah Ibtidaiyah 280 santri Madrasah Tsanawiyah 140 santri, Madrasah
Aliyah 128 santri Madrasah Diniyah 150 sedangkan santri yang bermukim di
Asrama sebanyak 60.

Gambar 4.1. Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya


44

4.2. Data Umum


4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

0%

Keterangan:
12-16 tahun
17-23 tahun

30 Responden
(100%)

Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di Pondok Pesantren


Hidayatul Insan Palangka Raya

Berdasarkan diagram di atas, dari 30 responden didapatkan bahwa


responden berumur 12-16 tahun yaitu sebanyak 30 responden (100%)

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

0% 0%

Keterangan:
SD
SMP
SMA

30 Responden
(100%)

Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Tingkat pendidikan di


Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya

Berdasarkan diagram di atas, dari 30 responden didapatkan bahwa


responden semua siswa SMP yaitu sebanyak 30 responden (100%).
45

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Petugas


Kesehatan

4 Responden
(13%)
12 Responden
(47%)

Keterangan:
< 500 m
> 500 m
> 1 km
12 Responden
(40%)

Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan jarak rumah dari petugas


kesehatan di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya

Berdasarkan diagram di atas, dari 30 responden didapatkan bahwa rumah


responden yang jauhnya lebih dari 500 m dari petugas kesehatan berjumlah 14
responden (47%), dan yang paling sedikit didapatkan rumah responden kurang
dari 500 m berjumlah 4 orang (13%).

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah


Mendapat Informasi Tentang Skabies

0%

Keterangan:
Pernah
Tidak Pernah

30 Responden
(100%)

Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pernah atau tidak pernah


mendapat informasi tentang skabies di Pondok Pesantren
Hidayatul Insan Palangka Raya
46

Berdasarkan diagram di atas, dari 30 responden diambil dari yang paling


banyak didapatkan bahwa responden tidak pernah mendapat informasi tentang
skabies sebanyak 30 responden (100%)
4.3. Data Khusus
4.3.1. Hasil Identifikasi Variabel
4.3.1.1.Hasil identifikasi tingkat pengetahuan sebelum dilakukan Pendidikan
Kesehatan

0% 7 Responden
(23%)

Keterangan:
Baik
Cukup
Kurang

23 Responden
(77%)

Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat sebelum pendidikan


kesehatan tentang skabies di Pondok Pesantren Hidayatul Insan
Palangka Raya

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan 30


responden santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya yang paling
dominan adalah tingkat pengetahuan kurang berjumlah 23 responden (77%), dan
tingkat pengetahuan baik berjumlah 7 responden (23%).
47

4.3.1.2.Hasil identifikasi tingkat pengetahuan setelah dilakukan Pendidikan


Kesehatan

3 Responden
(10%)
0%

Keterangan:
Baik
Cukup
Kurang

27 Responden
(90%)

Diagram 4.6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan setelah


pendidikan kesehatan tentang skabies di Pondok Pesantren
Hidayatul Insan Palangka Raya

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa dari 30 santri di Pondok


Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya yang memiliki tingkat pengetahuan
baik berjumlah 27 orang (90%), dan tingkat pengetahuan cukup berjumlah 3
orang (10%).
48

4.4. Analisis Pengaruh Sebelum dan Setelah dilakukan Pendidikan


Kesehatan
Berikut tabel hasil analisis pengaruh sebelum dan setelah dilakukan
pendidikan:

Test Statisticsa
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan berdasarkan uji analisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang


skabies terhadap tingkat pengetahuan dengan uji stastistik Wilcoxon Signed Rank
Test nilai sig (2-tailed), yaitu nilai significancy P value < nilai α dengan tingkat
significancy α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha yang menunjukkan terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan santri diterima.
Berdasarkan significancy, diperoleh sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (< 0,05) yang
menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna antara
sebelum dengan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

4.5. Pembahasan
4.5.1. Tingkat Pengetahuan Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan bahwa 30 responden (100%) di Pondok Pesantren Hidayatul Insan
palangka Raya memiliki tingkat pengetahuan cukup berjumlah 7 responden (23%)
dan yang memiliki tigkat pengetahuan kurang berjumlah 23 responden (77%), dan
didapatkan karena responden yang kurang pengetahuan disebabkan oleh
kurangnya informasi berjumlah 30 responden .
Berdasarkan Teori pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaa terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri pada waktu
intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia
di peroleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo 2007:79). Faktor yang
memperngaruhi tingkat pengetahuan seseorang, terdiri dari pendidikan SMP
(100%), social budaya, dan ekonomi, status ekonomi, lingkungan, pengalaman,
usia. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarn individu, baik
49

lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap


proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan di respon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoadmojo, 2007). Hal
ini di perkuat oleh jurnal penelitian Ayu dkk (2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, terdapat kesamaan antara
fakta dan teori, hal ini dikarenakan bahwa responden dominan memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup berjumlah 7 responden dan kurang 23 responden
tentang skabies. Hal tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena ada
beberapa factor yang dapat mempengaruhi tingkat pengatahuan responden yaitu
lingkungan, informasi yang didapatkan tidak pernah mendapatkan informasi,
pengalaman, dan sosial, yang ada pada penelitian ini dominan responden memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup dan kurang. Hal ini dikarenakan responden
kurang mendapatkan informasi mengenai scabies baik itu dari lingkungan.
Lingkungan ini berpengaruh terhadap proses masuknya informasi pengetahuan
tentang skabies. Dimana disini responden hanya mendapatkan informasi dari
keluarga atau teman saja. Sedangkan informasi tentang skabies dari petugas
kesehatan maupun media massa itu kurang. Dalam pengalaman, responden tidak
pernah mendapatkan informasi tentang skabies. Padahal informasi tentang skabies
ini sangat penting bagi kehidupan kita untuk mencegah orang lain atau kita sendiri
yang terkena penyakit skabies, dan mencegah terjadinya penularan secara luas.

4.5.2. Tingkat Pengetahuan Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan


Berdasarkan hasil penelitian sesudah diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan bahwa 30 responden di Pondok Pesantren Hidayatul Insan palangka
Raya memiliki tingkat pengetahuan baik berjumlah 27 responden (90%) dan yang
memiliki tigkat pengetahuan cukup berjumlah 3 responden (10%).
Berdasarkan Teori pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaa terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri pada waktu
intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia
di peroleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo 2007:154). Faktor yang
50

memperngaruhi tingkat pengetahuan seseorang, terdiri dari pendidikan, social


budaya, dan ekonomi, status ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitarn individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan di respon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoadmojo, 2007). Hal ini di perkuat
oleh jurnal penelitian Dahlan dkk (2014).
Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan antara fakta dan teori yang didapatkan bahwa responden dominan
memilki tingkat pengetahuan yang baik setelah diberikan pendidikan kesehatan
tentang skabies. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan responden salah satunya dapat dipengaruhi oleh adanya informasi
yang diterima oleh responden. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan
tersebut akan memberikan pengalaman tentang skabies yang dapat digunakan
untuk mengembangkan pengetahuan dalam pengambilan keputusan terhadap
berbagai informasi yang diterima. Adanya informasi yang baru mengenai skabies
memberikan landasan kognitif yang baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap
pencegahan terjadinya skabies.
4.5.3. Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Skabies terhadap
tingkat pengetahuan Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan
Palangka Raya
Hasil penelitian berdasarkan uji analisa pengaruh pendidikan kesehatan
tentang skabies terhadap tingkat pengetahuan, yaitu nilai significancy P value <
nilai α dengan tingkat significancy α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha yang
menunjukkan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan santri diterima. Berdasarkan significancy, diperoleh sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 (< 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan
yang bermakna antara sebelum dengan setelah diberikan pendidikan kesehatan.
51

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam


bidang kesehatan.Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan
untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik
individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,2005:40). Benita (2012) mengatakan
bahwa Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan
penyuluhan pada remaja siswa SMP Kristen Gergaji.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan antara fakta dan teori terdapat
kesamaan yaitu dimana pemberian pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan atau tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa setelah diberikan
pendidikan kesehatan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan. Sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.

4.6. Keterbatasan Penelitian


Adapun keterbatasan yang ditemukan pada saat melakukan penelitian, yaitu:
Terdapat responden yang kurang kooperatif, dimana pada saat melakukan
pelaksanaan pendidikan kesehatan responden tidak memperhatikan penjelasan
yang diberikan.
52

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan tentang scabies terhadap tingkat pengetahuan
santri di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya, maka penulis
menyimpulkan bahwa:

Tingkat Pengetahuan Santri Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan


Tentang Skabies di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya. Hasil
identifikasi pengetahuan masyarakat sebelum diberikan pendidikan kesehatan
tentang scabies diperoleh hasil dengan tingkat pengetahuan responden terbanyak
ialah pada rentang tingkat pengetahuan kurang berjumlah 23 responden (77%).
Hal ini dikarenakan responden tidak pernah mendapat informasi tentang scabies.
Tingkat Pengetahuan Santri Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan
Tentang Skabies di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya. Hasil
identifikasi pengetahuan masyarakat setelah diberikan Pendidikan kesehatan
tentang skabues diperoleh hasil dengan tingkat pengetahuan responden terbanyak
ialah pada rentang tingkat pengetahuan baik 27 responden 90%. Hal ini
dikarenakan responden mendapatkan informasi melalui pendidikan kesehatan
yang di berikan.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Skabies di Pondok Pesantren
Hidayatul Insan Palangka Raya. Dari hasil analisa data, terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang scabies dibuktikan dengan hasil uji Wilcoxon signed rank test
yang signifikan (p value=0,000) terhadap tingkat pengetahuan santri di pondok
pesantren hidayatul insan Palangka Raya.

5.2. Saran
1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Saran bagi pekembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTek) diharapkan
dapat menjadi sumber informasi untuk pengembangan IPTek selanjutnya, serta
memberikan informasi dan masukan dalam meningkatkan suatu penelitian
53

selanjutnya, mengembangkan penelitian yang didasari oleh pengetahuan dan


pengalaman yang tinggi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi akademik diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi STIKes
Eka Harap Palangka Raya dan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa
keperawatan sehingga menambah referensi bagi mahasiswa.
3. Bagi Pelayanan Keperawatan
Saran bagi pelayanan keperawatan diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai sumber referensi dan informasi serta panduan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya dapat bermanfaat sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya dan bisa menambah variabel sikap.

Anda mungkin juga menyukai