Bilirubin
Bilirubin
PENDAHULUAN
Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak pula, lebih
dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya, disebut sebagai "tes faal hati
“Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati.1-3 Diantara berbagai
tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan.
Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor -
faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes
tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang
dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada
pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya
kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan
imunologi yang abnormal. Pada praktikum kali ini, dilakukan tes kimiawi meliputi pemeriksaan
bilirubin total dan direk yang dapat menunjang suatu diagnosa terhadap adanya kelainan
fungsi hati.
Untuk memahami dan mempelajari cara pemeriksaan bilirubin total dan bilirubin direk.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi kelainan
pada fungsi hati dengan melihat kadar bilirubin total dan bilirubin direk.
natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin
dan accelator membentuk zat warna azo.
Bilirubin direct
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hati
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh
yang meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. Dari sudut
pandang anatomi dan fisiologi, hati adalah organ terbesar dari sistem intestinal dengan berat
antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh
dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan ruang interkostal
V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga IX kiri. (1; 3)
Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang
5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang
mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan
vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi
2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung
empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan lobus kuadratus dan sebuah daerah
yang disebut sebagai lobus kaudatus yang biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan
ligamentum venosum pada permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi
yang berbeda. Pada dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai
kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis
yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti
pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri
dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda
dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya
terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya
mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel
hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan
selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena
sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah
keluar dari hepar).(1 ; 4)
bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus
portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika,
ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke
dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang
halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi
akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar ,
air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.(1;4)
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah.Ada beberapa fungsi hati
yaitu :
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1
sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi
glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian
hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa
dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan
2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi,
hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi,
hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam
hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda
asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada
hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar
kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi,
reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat
racun, obat over dosis.
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui
proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers
mechanism. (1 : 5)
8. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/
menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di
dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh
faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan
Faal Hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan sebab
hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga dari system porta.(6 : 19)
Jaringan hati tersusun dari sel parenkim (60%), sel system fagosotik monosit-makrofag
(lebih dikenal sebagai Reticulo-Endothelial Sytem, RES) yaitu sel-sel kupffer (30%), dan
sisanya adalah jaringan vaskuler, saluran empedu dan jaringan penunjang. Sel-sel hati
berderet radialis dipisahkan oleh sinusoid dengan sel-sel kupfer pada dindingnya.( 4 : 9)
B. Katabolisme Heme
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel
retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan
enzym dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah
pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. (2:140)
Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini
memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan
kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang
menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III –
IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (2:141)
Gambar 5 katabolisme hem
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Pada orang
dewasa dibentuk sekitar 250–350 mg bilirubin per hari, yang dapat berasal dari pemecahan
hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. (2:141)
Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma
dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100
ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin
yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi ke
jaringan.(2:141)
Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.
Pada reptil, amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan
bilirubin seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti
oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada
albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap
peroksida yang larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang
Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada permukaan sinusoid
hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini
mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada
kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnyaBilirubin nonpolar (I/indirek) akan
menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut (II/direk). Hepatosit akan mengubah
bilirubin menjadi bentuk larut (II/direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah ke dalam
Eksresi bilirubin larut ke dalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan
mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan
fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk
terkonjugasi (bilirubin II).(2:214)
C. Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin
berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam
air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam
plasma menuju hati.(3:295)
asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain
dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan
dengan glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi
kedalam sistem bilier. (3:295)
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh tubuh.
Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi. Sewaktu zat ini beredar
3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk dikeluarkan dari
tubuh
Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami oksidasi
menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam feses tetapi sebagian
urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi portal diserap oleh hati dan
direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen juga dapat keluar melalui urin
apabila mencapai ginjal.(3:295)
Pembentukan bilirubin
Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,
dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua
dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis
menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi
dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme
oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal
pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu
tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini
memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan
kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang
menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III –
IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (4:2)
Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Dalam
setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari dibentuk
sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin, proses
erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan
retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat
nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang
25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya
terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang sampai dihati
akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein
pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat
besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan
dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah
menjadi bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat
diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut
melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim
bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym
glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi
konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor
glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa
antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Metabolisme Bilirubin
Hati merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen. Hati
melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem darahnya
yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus. Hati tertutupi kapsul fibroelastik berupa kapsul
glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi
lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus.
Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan
jaringan hati mudah mengalami regenerasi. (3:216)
Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung
oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan oksigen
tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima darah dari
lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt. Kedua sumber
tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena sentralis ditiap
lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava inferior. Tekanan
darah di sistem porta hepatika sangat rendah, ±3 mmHg dan di vena kava hampir 0 mmHg.
Karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena kava sehingga darah mudah
masuk dan keluar hati. Hati menjalankan berbagai macam fungsi terutama metabolisme, baik
anabolisme atau katabolisme molekul-molekul makanan dasar (gula, asam lemak, asam
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak maupun
air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme protein seluruh
tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk dari proses katabolik hemoglobin, dalam
proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar
20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis
eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap
jam. Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat
dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam
aminonya.(3:216-217)
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim
hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduksitase.
Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan ke dalam darah
diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan
ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam air.
Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam
usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang tak berwarna
dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian
terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali
oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian mengalami daur
ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik,
kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin (3:217)
2. Konjugasi bilirubin
Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida
atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora
usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.(6:1)
disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson
dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi
saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan
dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek
mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah jantung akibat
gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan
tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal
kembali dan harus dibedakan dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai
bilirubinemia. (6:1)
Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau eritropoesis
yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu gambaran apusan darah
Pembentukan urobilin
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym
bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus
menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.7
Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa
ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine.
Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk
sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan. (4:2 )
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama
albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan bilirubin
untuk mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis.
Dalam hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid dari
hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas (carrier-mediated saturable system) yang
saturasinya sangat besar. Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak
dipengaruhi. Kemungkinan pada tahap ini bukan merupakan proses rate limiting 9(8)
Konjugasi Bilirubin
Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar sehingga
lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul asam glukoronat.
Proses ini dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin
diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan
menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil
transferase dapat diinduksi oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital.(5:8)
Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui mekanisme
pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme
bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat menginduksi
konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang
terkoordinasi.9 (8)
Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan
dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan
bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.9 (8)
kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen
dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan
diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan
udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin.(5:8)
Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi)
membran selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES. Hemoglobin
dipecah menjadi heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk memberikan (1) besi bebas
yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan (2) rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu
substrat yang akan dibentuk menjadi pigmen empedu. Pertama pembentukan biliverdin
berantai lurus. Biliverdin di konversikan ke bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang
bersirkulasi dalam plasma terikat albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki
hati, albumin melepaskan ikatan dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar
80% Bilirubin dikonjugasi oleh asam glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan
biilirubin-UDP glukuronosiltransferase menjadi bilirubin terkonjugasi (larut air), 10%
dikonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan 10% lainnya berikatan
dengan zat lain. Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk
mengkonjugasi dan mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 µmol/24 jam). Pada
neonatus, enzim ini belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil transferase perlu
waktu ±3 minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir tak mempunyai
kapasitas untuk mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa meningkat saat terjadi
pemecahan eritrosit berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah abnormal, tapi
hiperbilirubinemia moderat (80 µmol/L) dalam minggu pertama mungkin tak patologis (ikterus
fisiologis) (2:212)
Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada kulit dan
jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk dalam cairan
ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi bilirubin normal (baik
bilirubin bebas dan terkonjugasi) ±0.5 mg/dL plasma. Kulit mulai tampak kuning ketika
Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan masuk ke
duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri
menjadi berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan akhirnya menjadi
sterkobilinogen. Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam feses dan mengalami
oksidasi dengan udara menjadi sterkobilin. (2:213)
jaringan terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi
dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemi Dikelompokkan dala Dua
bentuk (5 :7)
Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh
produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin
kedalam darah karena adanya obstruksi bilier. Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada
kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan konjugasi. Hati mempunyai kapasitas
mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan
produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang
sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan mampu
meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi lisisnya eritrosit secara
massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun malaria akan menyebabkan
produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga akan terdapat
peningkatan bilirubin tak larut didalam darah. Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah
tidak terdeteksi didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada neonatus
terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi biasanya fisiologis dan
sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke
hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas
glukoronosiltransferase masih rendah. (5:7)
Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini melampaui kemampuan albumin mengikat
kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia pada otak dan menyebabkan ensephalopaty
toksik yang disebut sebagai kern ikterus. Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia
retensi diantaranya seperti Syndroma Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi
karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan secara autosomal resesif, merupakan
kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.
Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan
pada isoform glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam
getah empedu. Syndroma Gilbert, terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan
uptake bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan
secara autosomal dominan. Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena
terdapatnya obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses
peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan
menghalangi masuknya bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada hati
menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe.(5:7)
Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan
disebut sebagai ikterik choluria. Karena terjadinya akibat sumbatan pada saluran empedu
disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Bilirubin terkonjugasi dapat terikat secara kovalen
pada albumin dan membentuk θ bilirubin yang memiliki waktu paruh (T1/2) yang panjang
mengakibatkan gejala ikterik dapat berlangsung lebih lama dan masih dijumpai pada masa
pemulihan.
Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA ( diazotized sulphanilic acid) dan membentuk
senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung
dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida
yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun bilirubin yang terdapat di
albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika ada akselerator. Total bilirubin
bilirubin direk + bilirubin indirek.(5:9)
Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan langsung
dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang akan diperiksa,
sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum diantaranya yaitu
a. Sinar
Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi
kerusakan terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Serum atau plasma
heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan sinar matahari langsung. Sinar
matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin serum sampai 50% dalam
satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga
jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan penyimpanan serum hendaknya disimpan di
tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang berisi serum di bungkus dengan kertas hitam
atau aluminium foil untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau
lemari pendingin (5:6)
b. Suhu Penyimpanan
Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap sampel, baik
saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar bilirubin total sebaiknya
diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu pemeriksaan kadar bilirubin total bisa
dilakukan penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil
dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15 ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC,
dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC . (DialineDiagnostik ). Lamanya sampel kontak
dengan faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap kadar bilirubin didalam sampel sehingga
perlu upaya mengurangi pengaruh tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin total di
dalam serum agar dapat bereaksi dengan zat pereaksi secara sempurna, sedangkan reagen
bilirubin total akan tetap stabil berada pada suhu 2-8ºC dalam keadaan tertutup, terhindar dari
kontaminan dan sinar. Dalam hal ini dapat dimungkinkan bahwa penurunan kadar bilirubin
dipengaruhi oleh kenaikan suhu dan pengaruh sinar yang berintensitas tinggi .(5:7)
1. Kesalahan Kasar
Merupakan kesalahan yang dapat timbul akibat kekeliruan pada penanganan sampel,
pipetasasi, reagensia, panjang gelombang dan lain lain. Hasil yang diukur biasanya tidak
sesuai yang diharapkan maka kesalahan yang demikian dapat segera diketahui. (5:8)
2. Kesalahan Acak
Pengukuran suatu zat pada kondisi yang sama untuk beberapa kali pada suatu
sampel, kita mendapatkan hasil yang tidak sama, hasil-hasil yang didapat pasti berdeviasi
satu sama lain. Hasil nilai yang didapat pada kesalahan acak tidak dapat dihindari tapi bisa
diatasi dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti serta reagensia dan peralalatan
yang baik.(5:8)
Biasanya disebabkan oleh pipet yang kurang akurat, penyimpanan serum yang kurang
baik, suhu yang tidak sesuai waktu pemeriksaan, reagensia yang rusak dan photometer yang
tidak terkalibrasi. (5:8)
1. Alkohol ( 7 : 63 )
Pemerian : Cairan mudah menguap , jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap
METODE PERCOBAAN
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah Sentrifuge, cuvet, humalyzer,
mikropipet ( 1000 µl, dan 100 µl ) rak tabung, stopwatch, torniquet, tabung sentrifuge, dan tip
(yellow dan blue tip).
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serum, kapas alkohol dan spoit ( 3 cc
/ 5 cc ), Reagen bilirubin total (Asam sulfanilic, Asam Hydroclorit, Caffeine, Natrium benzoat),
Reagen T-Nitrit (Natrium Nitrit), Reagen Bilirubin Direct ( asam sulfanilic, Asam hydroklorit),
3. Kulit bagian lengan ditegakkan dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak pada saat
tusukkan spoit.
5. Spoit ditusuk ke dalam lumen vena, penghisap spoit ditarik perlahan -lahan sampai jumlah
darah yang diinginkan, kemudian tourniquet dilepaskan.
7. Jarum spoit dibuka dan darah dialirkan perlahan ke dalam melewati dinding tabung reaksi.
8. Tabung reaksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.
b. Pemeriksaan bilirubin total
2. kemudian dipipet kedalam kuvet reagen bilirubin total sebanyak 1000 µl,
4. Kemudian ditambahkan serum (darah yang telah disentrifuge) sebanyak 100 µl dan
6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel pada alat
humalyzer.
4. Ditambahkan serum dalam 2 menit sebanyak 100 µl dan dimasukkan kedalam kuvet yang
berisi reagen.
6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel pada alat
humalyzer
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
2 0.4 0.4 0
b. Nilai Normal
Bilirubin direct
IV.2 Gambar
Laboratorium
Laboratorium Kimia
Kimia Farmasi
Farmasi
Universitas
UniversitasKimia
Laboratorium
Laboratorium Hasanuddin
Hasanuddin
KimiaFarmasi
Farmasi
Universitas
UniversitasHasanuddin
Hasanuddin
Laboratorium Kimia Farmasi
Universitas Hasanuddin
Setelah Disentrifuge
Sampel
Humalyzer Serum
Reagen Bilirubin Total
IV. 3 PERHITUNGAN
Reagen Bilirubin Direct
Penyelesaian : rumus BT = BD + BI
BI = BT – BD
BI = 0.4 – 0.3
= 0 mg/dl
IV. 4 Reaksi
BAB V
PEMBAHASAN
Pengukuran kadar bilirubin serum merupakan prosedur yang relatif sederhana
dilakukan di laboratorium, dan sering digunakan sebagai indikator yang peka untuk fungsi
hati. Bilirubin terbagi atas dua komponen yaitu, bilirubin terkonjugasi ( bilirubin direk ) dan
yang tak terkonjugasi (bilirubin indirek). Pada praktikum, dilakukan pemeriksaan fungsi
hati bilirubin total dan direk yang masing – masingnya menggunakan sampel serum yang
diperiksa secara fotometrik menggunakan humalyzer dengan reagen kit , yaitu untuk
pemeriksaan bilirubin total yang terdiri dari larutan reagen bilirubin total dan reagen T-Nitrit
sedangkan pemeriksaan bilirubun direk dengan larutan reagen direk dan reagen D-Nitrit
sedangkan untuk pemeriksaan bilirubin indirek tidak dilakukan tetapi dihitung sebagai
perbedaan antara bilirubin total dan fraksi direk
Bilirubin total adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,, lipemia atau pajanan
sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum yang. kemudian
dilakukan sentrifugasi yang berguna untuk mengendapakan analit tertentu, menempatkan
partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi
menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi
pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm guna memperoleh serum yang akan digunakan sebagai sampel pemeriksaan.
sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak
1000 µI dan 1 tetes larutan T- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai
akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen
tersebut diinkubasi selama 5 menit berguna untuk mempercepat reaksi dimana analit-analit
pada sampel akan berikatan dengan sampel sehingga terjadi reaksi yang sempurna.setelah
itu dilakukan penambahan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 15 menit
setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini
digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan
prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit
menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan accelator
membentuk zat warna azo. sehingga hasil yang diperoleh pada pameriksaan bilirubin total
adalah 0,3 mg/dl Hasil yang diperoleh yaitu normal karena berada pada range normal untuk
orang dewasa yaitu 1,1 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya tidak terjadi gangguan
pada hati.
a. Sampel hemolisis,
b. Pengaruh obat-obatan tertentu seperti antibiotic, obat antipiretik seperti Paracetamol dan
vitamin
darah dengan teknik flebotomi Yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan darah untuk
sampel Bilirubin direk adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,, lipemia atau
pajanan sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum yang. kemudian
partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi
menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi
pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm guna memperoleh serum yang akan digunakan sebagai sampel pemeriksaan.
sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total
sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai
akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen
tersebut ditambahkan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 15 menit
setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini
digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan
prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit
menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan
akselerator berupa senyawa caffein yang berada didalam komposisi reagen sehingga
membentuk zat warna azo.
Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk adalah 0,3 mg/dl
Hasil yang diperoleh yaitu tidak normal dimana hasilnya tidak berada pada range normal untuk
orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi gangguan pada
hati.sednagkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung tetapi . bilirubin indirek
diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena
a. PENINGKATAN KADAR bilirubin direk dan total : menunjukkan adanya gangguan pada
hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi
tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan
terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sehingga masalah klinis yang muncul pada bilirubin
direk dan total adalah ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati,
mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat :
antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
vitamin A, C, K.
d. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen
a. Terjadi lisis pada sampel dan Waktu inkubasi sampel tidak sesuai
BAB VI
PENUTUP
VI.1 kesimpulan
a. Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya
normal
b. Pemeriksaan bilirubin direct 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya tidak normal
dimana
VI.2 Saran
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, A.W. Dkk ; 2007 ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; Jakarta
2. Baron . D. N ; 1981 ; kapita selekta patologi klinik ; penerbit buku kedokteran (EGC) ;
Jakarta
3. Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson ; 2004; tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium ; penerbit buku Kedokteran (EGC) ; Jakarta
4. Yayan A. Israr; 2010; Metabolisme bilirubin pdF diakses tanggal 20 maret 2011
6. Riswanto ; 2009 Tes kimia darah laboratorium kesehatan ; diakses tanggal 4 maret
2011
Jakarta
Skema Kerja
a. Bilirubin Direct
dalam 2 menit
Baca di humalyzer
b. Bilirubin Total
+ T-Nitrit ( 1 tetes )
Komposisi Reagen
RM : C6H7NO3S
2. Caffeine ( 7 : 175 )
Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau hampir
tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P.
RM : NaNO2
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P.