Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada banyak pula, lebih
dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya, disebut sebagai "tes faal hati

“Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati.1-3 Diantara berbagai
tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal hati secara keseluruhan.
Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor -
faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.

Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes
tersebut secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang
dibebankan kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada

pengujian kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas
dinding sel, berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya
kapasitas penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan

imunologi yang abnormal. Pada praktikum kali ini, dilakukan tes kimiawi meliputi pemeriksaan
bilirubin total dan direk yang dapat menunjang suatu diagnosa terhadap adanya kelainan
fungsi hati.

I.2 Maksud dan tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

Untuk memahami dan mempelajari cara pemeriksaan bilirubin total dan bilirubin direk.

I.2.2 Tujuan percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi kelainan

pada fungsi hati dengan melihat kadar bilirubin total dan bilirubin direk.

I.3 Prinsip Percobaan


a. Bilirubin total

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin total


dengan penambahan reagen bilirubin total dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan

natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin
dan accelator membentuk zat warna azo.

Bilirubin direct

Mengidentifikasi adanya kelainan fungsi hati dengan pemeriksaan bilirubin direct


dengan penambahan reagen bilirubin direct dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan
natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan berikatan dengan bilirubin
dan membentuk direct azobilirubin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

A. Anatomi Hati

Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh

yang meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. Dari sudut

pandang anatomi dan fisiologi, hati adalah organ terbesar dari sistem intestinal dengan berat

antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati

sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh

dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan ruang interkostal

V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga IX kiri. (1; 3)

Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang

5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang

mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan

vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi

2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung

empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan lobus kuadratus dan sebuah daerah

yang disebut sebagai lobus kaudatus yang biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan

ligamentum venosum pada permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi

yang berbeda. Pada dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai

kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah

dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. (1; 3)

Gambar 1. Anatomi hati

Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis

yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti
pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri
dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda
dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya
terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya

mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel
hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan
selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena
sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah
keluar dari hepar).(1 ; 4)
bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus
portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika,

ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke
dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang
halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi

akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar ,
air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.(1;4)

gambar 2. Kupfer sel

Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah.Ada beberapa fungsi hati
yaitu :

1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat

Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling berkaitan 1
sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi
glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian
hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber utama glukosa
dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan

terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan


energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C)yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).(1 : 5)

2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak

Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan


katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1.Senyawa 4 karbon – KETON BODIES

2. Senyawa 2 karbon – ACTIVE ACETATE (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol

4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.

Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid (1 : 5)

Gambar 3.fungsi hati dalam metabolism lemak

3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein

Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi,
hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.Dengan proses transaminasi,
hati memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya

organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi
urea.Urea merupakan end product metabolisme protein.∂ - globulin selain dibentuk di dalam
hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang β – globulin hanya dibentuk di dalam

hati.albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000 (1 : 5)

4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah

Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda
asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada
hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik.Fibrin harus isomer biar
kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K dibutuhkan untuk

pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi

5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin

Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K


6. Fungsi hati sebagai detoksikasi

Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi,
reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat
racun, obat over dosis.

7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas

Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui

proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers
mechanism. (1 : 5)

8. Fungsi hemodinamik

Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ± 1500 cc/
menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica ± 25% dan di

dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh
faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan

aliran darah (1: 6)


Gambar 4. Fungsi hati hemodinamik

Faal Hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini dimungkinkan sebab
hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan juga dari system porta.(6 : 19)

Jaringan hati tersusun dari sel parenkim (60%), sel system fagosotik monosit-makrofag

(lebih dikenal sebagai Reticulo-Endothelial Sytem, RES) yaitu sel-sel kupffer (30%), dan
sisanya adalah jaringan vaskuler, saluran empedu dan jaringan penunjang. Sel-sel hati
berderet radialis dipisahkan oleh sinusoid dengan sel-sel kupfer pada dindingnya.( 4 : 9)

B. Katabolisme Heme

Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel
retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu heme oksigenase yang merupakan
enzym dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus heme ialah
pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. (2:140)

Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini

memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan
kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang

menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III –
IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (2:141)
Gambar 5 katabolisme hem

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin. Pada orang
dewasa dibentuk sekitar 250–350 mg bilirubin per hari, yang dapat berasal dari pemecahan
hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. (2:141)

Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma
dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100
ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin
yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar hingga mudah lepas dan berdiffusi ke

jaringan.(2:141)

Bilirubin I (indirek) bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin.
Pada reptil, amfibi dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan
bilirubin seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan suatu anti
oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas bilirubin yang terikat pada
albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam askorbat dalam perlindungan terhadap
peroksida yang larut dalam air. Lebih bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang

kuat dalam membran, bersaing dengan vitamin E.(2:213)

Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada albumin diambil pada permukaan sinusoid
hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini
mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada

kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnyaBilirubin nonpolar (I/indirek) akan
menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut (II/direk). Hepatosit akan mengubah
bilirubin menjadi bentuk larut (II/direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah ke dalam

kandung empedu. .(2:213)

Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan


bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya
dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum
endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat

sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida


sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut
pada tahap kedua. (2:213)

Gambar 6. Pembentukkan bilirubin

Eksresi bilirubin larut ke dalam saluran dan kandung empedu berlangsung dengan
mekanisme transport aktif yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan
fisiologis, seluruh bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk
terkonjugasi (bilirubin II).(2:214)

C. Bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin

berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam
air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam
plasma menuju hati.(3:295)

Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan

asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase, selain

dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau ikatan
dengan glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi
kedalam sistem bilier. (3:295)
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh tubuh.
Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi. Sewaktu zat ini beredar

melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai berikut :

1. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi

2. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida

3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk dikeluarkan dari
tubuh

Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin menyebabkan


bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut dalam fase air. Apabila
terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan bilirubin terkonjugasi ini zat ini
akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam sirkulasi (3:295)

Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami oksidasi
menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam feses tetapi sebagian

urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi portal diserap oleh hati dan
direekskresikan dalam empedu. Karena larut air, urobilinogen juga dapat keluar melalui urin
apabila mencapai ginjal.(3:295)

Pembentukan bilirubin

Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70 kg,
dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari. Sel-sel eritrosit tua

dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis
menjadi komponen asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi
dalam fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme

oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal
pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu
tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini
memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat digunakan
kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan metena dan biliverdin.
Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang
menggunakan NADPH sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III –

IV dan membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (4:2)

Bilirubin bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Dalam
setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari dibentuk

sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan hemoglobin, proses
erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan
retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat
nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang
25 mg bilirubin yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya
terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang sampai dihati

akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein
pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat
besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan

dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah
menjadi bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat
diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut
melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzim
bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym
glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi

konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor
glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida sebagai senyawa
antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.

Metabolisme Bilirubin

Hati merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen. Hati

melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem darahnya
yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus. Hati tertutupi kapsul fibroelastik berupa kapsul
glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi
lobus kanan dan lobus kiri. Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus.
Lobulus terdiri sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan
jaringan hati mudah mengalami regenerasi. (3:216)

Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung

oksigen) yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan oksigen
tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima darah dari
lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt. Kedua sumber

tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu diteruskan ke vena sentralis ditiap
lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena hepatika berlanjut ke vena kava inferior. Tekanan
darah di sistem porta hepatika sangat rendah, ±3 mmHg dan di vena kava hampir 0 mmHg.
Karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena kava sehingga darah mudah
masuk dan keluar hati. Hati menjalankan berbagai macam fungsi terutama metabolisme, baik
anabolisme atau katabolisme molekul-molekul makanan dasar (gula, asam lemak, asam

amino) dilakukan oleh sel-sel hati. (3:216)

Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak maupun
air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme protein seluruh
tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk dari proses katabolik hemoglobin, dalam

proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum tulang. Disamping itu sekitar
20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis
eritrosit muda. Dalam keadaan fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap
jam. Dengan demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat
dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam
aminonya.(3:216-217)

Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim

hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduksitase.
Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan ke dalam darah
diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan

ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam air.
Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam
usus . Didalam usus oleh flora usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang tak berwarna
dan larut air, urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian
terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap kembali
oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian mengalami daur

ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk dalam sirkulasi sistemik,
kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi bersama urin (3:217)

Metabolisme Bilirubin di Hati

Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:

1. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati

2. Konjugasi bilirubin

3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu (5:2)

Macam dan sifat bilirubin

a. Bilirubin terkonjugasi /direk

Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida

atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora
usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.(6:1)

Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi


membentuk azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat

disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain Sindroma Dubin Johson
dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi
saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan

urin dengan hasil negatif. (6:1)

b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat


albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk memudahkan bereaksi dalam
pemeriksaan harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum

dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek
mempunyai arti dalam diagnosis penyakit bilirubinemia karena payah jantung akibat
gangguan dari delivery bilirubin ke dalam peredaran darah. Pada keadaan ini disertai dengan
tanda-tanda payah jantung, setelah payah jantung diatasi maka kadar bilirubin akan normal

kembali dan harus dibedakan dengan chardiac chirrhosis yang tidak selalu disertai
bilirubinemia. (6:1)

Peningkatan yang lain terjadi pada bilirubinemia akibat hemolisis atau eritropoesis
yang tidak sempurna, biasanya ditandai dari anemi hemolitik yaitu gambaran apusan darah

tepi yang abnormal,umur eritrosit yang pendek. (6:1)

Pembentukan urobilin

Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa oleh enzym
bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida direduksi oleh bakteri usus
menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak berwarna.7

Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan portal dan dibawa

ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang memberi warna kuning pada urine.
Sebagian besar urobilinogen berada pada feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk
sterkobilin yang berwarna kuning kecoklatan. (4:2 )

Pengambilan Bilirubin oleh Hati

Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama
albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan bilirubin
untuk mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis.
Dalam hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid dari

hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas (carrier-mediated saturable system) yang
saturasinya sangat besar. Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak
dipengaruhi. Kemungkinan pada tahap ini bukan merupakan proses rate limiting 9(8)

Konjugasi Bilirubin

Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar sehingga

lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul asam glukoronat.
Proses ini dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin
diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan
menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil
transferase dapat diinduksi oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital.(5:8)

Ekskresi bilirubin kedalam empedu

Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui mekanisme

pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme
bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat menginduksi
konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang

terkoordinasi.9 (8)

Metabolisme Bilirubin di Usus

Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan
dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan
bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.9 (8)

Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan

kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen
dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan
diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan
udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin.(5:8)

Metabolisme pigmen empedu

Eritrosit pada akhir masa hidupnya (yang sudah terlalu rapuh dalam sirkulasi)
membran selnya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh RES. Hemoglobin
dipecah menjadi heme dan globin dan cincin heme dibuka untuk memberikan (1) besi bebas

yang ditranspor ke dalam darah oleh transferin, dan (2) rantai lurus dari empat inti pirol, yaitu
substrat yang akan dibentuk menjadi pigmen empedu. Pertama pembentukan biliverdin
berantai lurus. Biliverdin di konversikan ke bilirubin dengan reduksi. Bilirubin (bebas) yang
bersirkulasi dalam plasma terikat albumin (karena bilirubin ini larut lemak). Memasuki
hati, albumin melepaskan ikatan dengan bilirubin, dan memasuki hepatosit. Sekitar
80% Bilirubin dikonjugasi oleh asam glukuronat melalui mekanisme yang melibatkan
biilirubin-UDP glukuronosiltransferase menjadi bilirubin terkonjugasi (larut air), 10%
dikonjugasi dengan sulfat membentuk bilirubin sulfat, dan 10% lainnya berikatan
dengan zat lain. Hati orang dewasa mempunyai kapasitas cadangan untuk
mengkonjugasi dan mengekskresi 5-10 kali biilrubin normal (500 µmol/24 jam). Pada

neonatus, enzim ini belum aktif sepenuhnya, misal aktivitas glukuronosil transferase perlu
waktu ±3 minggu untuk berkembang, sehingga hati neonatus hampir tak mempunyai
kapasitas untuk mengekskresi beban bilirubin normalnya dan bisa meningkat saat terjadi

pemecahan eritrosit berlebih. Ikterus sebelum usia 24 jam adalah abnormal, tapi
hiperbilirubinemia moderat (80 µmol/L) dalam minggu pertama mungkin tak patologis (ikterus
fisiologis) (2:212)

Ikterus adalah pewarnaan jaringan tubuh menjadi kekuning-kuningan pada kulit dan
jaringan dalam. Penyebab umumnya karena sejumlah besar bilirubin masuk dalam cairan
ekstrasel, baik bilirubin bebas atau bilirubin terkonjugasi. Konsentrasi bilirubin normal (baik
bilirubin bebas dan terkonjugasi) ±0.5 mg/dL plasma. Kulit mulai tampak kuning ketika

konsentrasinya meningkat >3 kali dari normal (>1.5 mg/dL)(2:216)

Ekskresi Pigmen Empedu

Empedu yang dihasilkan oleh hepatosit mengalir ke kanalikuli biliaris dan masuk ke
duktus biliaris hingga sampai ke usus. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri
menjadi berbagai pigmen termasuk urobilinogen yang mudah larut dan akhirnya menjadi
sterkobilinogen. Kemudian sterkobilinogen diekskresikan dalam feses dan mengalami
oksidasi dengan udara menjadi sterkobilin. (2:213)

Di usus besar, sebagian besar urobilinogen direabsorbsi mukosa usus kembali ke


dalam darah. Sebagian lagi di ekskresikan oleh hati ke usus, tapi ±5% oleh ginjal lewat urin.

Setelah terpapar udara, mengalami oksidasi menjadi urobilin.(2:213)

D. Penyakit yang berhubungan dengan bilirubin

Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana konsentrasi bilirubin


darah melebihi 1 mg/dl. Pada konsentrasi lebih dari 2 mg/dl, hiperbilirubinemia akan
menyebabkan gejala ikterik atau jaundice. Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana

jaringan terutama kulit dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi
dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Hiperbilirubinemi Dikelompokkan dala Dua
bentuk (5 :7)
Berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh
produksi yang berlebih dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin

kedalam darah karena adanya obstruksi bilier. Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada
kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan konjugasi. Hati mempunyai kapasitas
mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan

produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang
sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan mampu
meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi lisisnya eritrosit secara

massive misalnya pada kasus sickle cell anemia ataupun malaria akan menyebabkan
produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga akan terdapat
peningkatan bilirubin tak larut didalam darah. Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah
tidak terdeteksi didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterik acholuria. Pada neonatus
terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi biasanya fisiologis dan
sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke

hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas
glukoronosiltransferase masih rendah. (5:7)

Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini melampaui kemampuan albumin mengikat
kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia pada otak dan menyebabkan ensephalopaty
toksik yang disebut sebagai kern ikterus. Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia
retensi diantaranya seperti Syndroma Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi
karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan secara autosomal resesif, merupakan

kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl.
Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan
pada isoform glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam

getah empedu. Syndroma Gilbert, terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan
uptake bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan
secara autosomal dominan. Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena

terdapatnya obstruksi pada saluran empedu, misalnya karena tumor, batu, proses
peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan
menghalangi masuknya bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada hati
menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe.(5:7)
Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan
disebut sebagai ikterik choluria. Karena terjadinya akibat sumbatan pada saluran empedu

disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Bilirubin terkonjugasi dapat terikat secara kovalen
pada albumin dan membentuk θ bilirubin yang memiliki waktu paruh (T1/2) yang panjang
mengakibatkan gejala ikterik dapat berlangsung lebih lama dan masih dijumpai pada masa

pemulihan.

E. Metode Pemeriksaan Bilirubin Total

Dalam pemeriksaan bilirubin total metode yang dipakai antara lain:

1. Metode Jendrasik- Grof

Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan DSA ( diazotized sulphanilic acid) dan membentuk
senyawa azo yang berwarna merah. Daya serap warna dari senyawa ini dapat langsung
dilakukan terhadap sampel bilirubin pada panjang gelombang 546 nm. Bilirubin glukuronida

yang larut dalam air dapat langsung bereaksi dengan DSA, namun bilirubin yang terdapat di
albumin yaitu bilirubin terkonjugasi hanya dapat bereaksi jika ada akselerator. Total bilirubin
 bilirubin direk + bilirubin indirek.(5:9)

2. Colorimetric Test - Dichloroaniline (DCA)

Prinsip :Total bilirubin direaksikan dengan dichloroanilin terdiazotisasi membentuk


senyawa azo yang berwarna merah dalam larutan asam, campuran khusus (detergen enables
) sangat sesuai untuk menentukan bilirubin total. Reaksi : Bilirubin + ion diazonium 
membentuk Azobilirubin dalam suasana asam (Dialine Diagnostik ). (5:9)

F. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Bilirubin Total

Dalam suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan langsung

dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang akan diperiksa,
sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum diantaranya yaitu

a. Sinar

Stabilitas bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi
kerusakan terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Serum atau plasma
heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan sinar matahari langsung. Sinar
matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin serum sampai 50% dalam

satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga
jam setelah pengumpulan darah. Bila dilakukan penyimpanan serum hendaknya disimpan di
tempat yang gelap, dan tabung atau botol yang berisi serum di bungkus dengan kertas hitam

atau aluminium foil untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau
lemari pendingin (5:6)

b. Suhu Penyimpanan

Suhu merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap sampel, baik
saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar bilirubin total sebaiknya
diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu pemeriksaan kadar bilirubin total bisa
dilakukan penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar stabilitas serum masih stabil
dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15 ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC,

dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC . (DialineDiagnostik ). Lamanya sampel kontak
dengan faktor-faktor di atas berpengaruh terhadap kadar bilirubin didalam sampel sehingga
perlu upaya mengurangi pengaruh tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin total di

dalam serum agar dapat bereaksi dengan zat pereaksi secara sempurna, sedangkan reagen
bilirubin total akan tetap stabil berada pada suhu 2-8ºC dalam keadaan tertutup, terhindar dari
kontaminan dan sinar. Dalam hal ini dapat dimungkinkan bahwa penurunan kadar bilirubin
dipengaruhi oleh kenaikan suhu dan pengaruh sinar yang berintensitas tinggi .(5:7)

c. Kesalahan-kasalahan Dalam Pemeriksaan Laboratorium

1. Kesalahan Kasar

Merupakan kesalahan yang dapat timbul akibat kekeliruan pada penanganan sampel,
pipetasasi, reagensia, panjang gelombang dan lain lain. Hasil yang diukur biasanya tidak
sesuai yang diharapkan maka kesalahan yang demikian dapat segera diketahui. (5:8)

2. Kesalahan Acak

Pengukuran suatu zat pada kondisi yang sama untuk beberapa kali pada suatu
sampel, kita mendapatkan hasil yang tidak sama, hasil-hasil yang didapat pasti berdeviasi
satu sama lain. Hasil nilai yang didapat pada kesalahan acak tidak dapat dihindari tapi bisa
diatasi dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti serta reagensia dan peralalatan
yang baik.(5:8)

3. Kesalahan Sistemik atau Sistematik

Biasanya disebabkan oleh pipet yang kurang akurat, penyimpanan serum yang kurang

baik, suhu yang tidak sesuai waktu pemeriksaan, reagensia yang rusak dan photometer yang
tidak terkalibrasi. (5:8)

II.2 Uraian Bahan

1. Alkohol ( 7 : 63 )

Nama lain : Aethanolum

Berat Molekul : 46,07

Rumus Molekul : C2H5OH

Berat Jenis : Antara 0.812 dan 0.816

Pemerian : Cairan mudah menguap , jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap

walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o,


mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan


semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah Sentrifuge, cuvet, humalyzer,
mikropipet ( 1000 µl, dan 100 µl ) rak tabung, stopwatch, torniquet, tabung sentrifuge, dan tip
(yellow dan blue tip).

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu serum, kapas alkohol dan spoit ( 3 cc
/ 5 cc ), Reagen bilirubin total (Asam sulfanilic, Asam Hydroclorit, Caffeine, Natrium benzoat),
Reagen T-Nitrit (Natrium Nitrit), Reagen Bilirubin Direct ( asam sulfanilic, Asam hydroklorit),

reagen D-Nitrit (Natrium Nitrit).

III. 2 Cara Kerja

a. Pengambilan darah Vena

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Tourniquet dipasang pada lengan atas probandus

3. Kulit bagian lengan ditegakkan dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak pada saat

tusukkan spoit.

4. Bagian yang akan diambil didesinfeksi dengan kapas alcohol 70%

5. Spoit ditusuk ke dalam lumen vena, penghisap spoit ditarik perlahan -lahan sampai jumlah
darah yang diinginkan, kemudian tourniquet dilepaskan.

6. Kapas ditaruh diatas jarum dan spoit ditarik perlahan-lahan

7. Jarum spoit dibuka dan darah dialirkan perlahan ke dalam melewati dinding tabung reaksi.

8. Tabung reaksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 15 menit.
b. Pemeriksaan bilirubin total

1 Alat serta bahan yang akan digunakan disiapkan,

2. kemudian dipipet kedalam kuvet reagen bilirubin total sebanyak 1000 µl,

3. Ditambahkan reagen T-Nitrit sebanyak 1 tetes, dihomogenkan dengan baik kemudian


diinkubasi selama 5 menit.

4. Kemudian ditambahkan serum (darah yang telah disentrifuge) sebanyak 100 µl dan

dimasukkan kedalam kuvet yang berisi reagen

5. Larutan dihomogenkan dengan menggunakan mikropipet dan di inkubasi selama 15 menit


menit pada suhu 370c.

6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel pada alat
humalyzer.

c. Pemeriksaan Bilirubin Direct

1. Alat serta bahan yang akan digunakan disiapkan,

2. Dipipet ke dalam kuvet reagen bilirubin direct sebanyak 1000 µl,

3. Ditambahkan reagen D-Nitrit sebanyak 1 tetes, dihomogenkan dengan baik

4. Ditambahkan serum dalam 2 menit sebanyak 100 µl dan dimasukkan kedalam kuvet yang

berisi reagen.

5. Larutan dihomogenkan dengan menggunakan mikropipet kemudian di inkubasi selama 5


menit tepat pada suhu 370c

6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan sampel pada alat
humalyzer
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan

Bilirubin Bilirubin Bilirubin


Kelompok
Total Direct Indirect

1 0.3 0.4 -0.1

2 0.4 0.4 0

3 0.2 0.4 - 0.2

4 0.1 0.3 -0.2

5 0.3 0.8 -0.5

6 0.7 0.1 0.6


7 0.3 0.3 0

b. Nilai Normal

Bilirubin Total Mg/dl µmol/l

Pada Kelahiran, Sampai 5 85.5

5 Hari, sampai 12 205.0

1 Bulan , sampai 1.5 25.6

Dewasa, sampai 1.1 18.8

Bilirubin direct

Dewasa, Sampai 0.25 4.3

IV.2 Gambar

Laboratorium
Laboratorium Kimia
Kimia Farmasi
Farmasi
Universitas
UniversitasKimia
Laboratorium
Laboratorium Hasanuddin
Hasanuddin
KimiaFarmasi
Farmasi
Universitas
UniversitasHasanuddin
Hasanuddin
Laboratorium Kimia Farmasi
Universitas Hasanuddin

Setelah Disentrifuge
Sampel
Humalyzer Serum
Reagen Bilirubin Total
IV. 3 PERHITUNGAN
Reagen Bilirubin Direct

Diketahui : Bilirubin total (BT) = 0.3

Bilirubin direct (BD) = 0.3


Ditanyakan : bilirubin indirect (BI) ..........?

Penyelesaian : rumus BT = BD + BI

BI = BT – BD

BI = 0.4 – 0.3

= 0 mg/dl

Jadi, bilirubin indireknya adalah 0 mg/dl

IV. 4 Reaksi

Asam sulfanilic + Natrium nitrit DSA

Blilirubin + DSA DIRECT


azobilirubin

Blilirubin + DSA + accelerator TOTAL Azobilirubin

BAB V

PEMBAHASAN
Pengukuran kadar bilirubin serum merupakan prosedur yang relatif sederhana
dilakukan di laboratorium, dan sering digunakan sebagai indikator yang peka untuk fungsi

hati. Bilirubin terbagi atas dua komponen yaitu, bilirubin terkonjugasi ( bilirubin direk ) dan
yang tak terkonjugasi (bilirubin indirek). Pada praktikum, dilakukan pemeriksaan fungsi
hati bilirubin total dan direk yang masing – masingnya menggunakan sampel serum yang

diperiksa secara fotometrik menggunakan humalyzer dengan reagen kit , yaitu untuk
pemeriksaan bilirubin total yang terdiri dari larutan reagen bilirubin total dan reagen T-Nitrit
sedangkan pemeriksaan bilirubun direk dengan larutan reagen direk dan reagen D-Nitrit
sedangkan untuk pemeriksaan bilirubin indirek tidak dilakukan tetapi dihitung sebagai
perbedaan antara bilirubin total dan fraksi direk

Pemeriksaan Bilirubin Total

Pada pemeriksaan bilirubin total dilakukan dengan pengambilan sampel darah


dengan teknik flebotomi Yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan darah untuk sampel

Bilirubin total adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,, lipemia atau pajanan
sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum yang. kemudian
dilakukan sentrifugasi yang berguna untuk mengendapakan analit tertentu, menempatkan
partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi
menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi
pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan

3000 rpm guna memperoleh serum yang akan digunakan sebagai sampel pemeriksaan.
sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak
1000 µI dan 1 tetes larutan T- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai

akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen
tersebut diinkubasi selama 5 menit berguna untuk mempercepat reaksi dimana analit-analit
pada sampel akan berikatan dengan sampel sehingga terjadi reaksi yang sempurna.setelah

itu dilakukan penambahan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 15 menit
setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini
digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan
prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit
menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan accelator
membentuk zat warna azo. sehingga hasil yang diperoleh pada pameriksaan bilirubin total

adalah 0,3 mg/dl Hasil yang diperoleh yaitu normal karena berada pada range normal untuk
orang dewasa yaitu 1,1 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya tidak terjadi gangguan
pada hati.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

a. Sampel hemolisis,

b. Pengaruh obat-obatan tertentu seperti antibiotic, obat antipiretik seperti Paracetamol dan
vitamin

c. Sampel yang diperiksa terlalu lama dan tidak dibekukan.

Pemeriksaan bilirubin direct

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran


empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi
urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi
bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van
den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Dalam pemeriksaan bilirubin direk, dilakukan dengan pengambilan sampel

darah dengan teknik flebotomi Yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan darah untuk

sampel Bilirubin direk adalah menghindari terjadinya hemolisis pada eritrosit,, lipemia atau

pajanan sumber cahaya yang dapat menurunkan konsentrasi bilirubin serum yang. kemudian

dilakukan sentrifugasi yang berguna untuk mengendapakan analit tertentu, menempatkan

partikel dan medium suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi

menyebabkan partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi

pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan

3000 rpm guna memperoleh serum yang akan digunakan sebagai sampel pemeriksaan.
sampel tersebut diperiksa dengan melakukan penambahan reagen bilirubin total
sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai

akselerator guna mempercepat reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen
tersebut ditambahkan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 15 menit
setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini

digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer, dengan
prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan natrium nitrit
menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan bilirubin dan

akselerator berupa senyawa caffein yang berada didalam komposisi reagen sehingga
membentuk zat warna azo.

Dari praktikum hasil yang diperoleh pada pemeriksaan bilirubin direk adalah 0,3 mg/dl
Hasil yang diperoleh yaitu tidak normal dimana hasilnya tidak berada pada range normal untuk

orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi gangguan pada
hati.sednagkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung tetapi . bilirubin indirek

diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk hal ini disebabkan karena

bilirubin total melibatkan pelarutan bentuk tidak terkonjugasi sebelum kuantifikasi


kimiawi.dengan demikian hasil yang diperoleh untuk bilirubin indirek adalah hasil kurang
antara bilirubin total dan bilirubin direk sehingga hasilnya adalah (0,3 mg/dl – 0,3 mg/dl) = 0
mg/dl sehingga diinterpretasikan terjadi gangguan fungsi hati,dengan melihat range nilai
normal bilirubin indirect adlah 0.1-1.0 mg/dl. Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan
peningkatan dan penurunan kadar bilirubin total dan bilirubin direct adalah sebagai berikut:

a. PENINGKATAN KADAR bilirubin direk dan total : menunjukkan adanya gangguan pada

hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi
tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan
terabsorbsi ke dalam aliran darah. Sehingga masalah klinis yang muncul pada bilirubin

direk dan total adalah ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati,
mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat :
antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,

tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid),


alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam
(valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,
metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid,

vitamin A, C, K.

b. PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat

(aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.

Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan dan penurunan kadar bilirubin

indirect adalah sebagai berikut:

a. PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,


malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis
terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total,
direk)

b. PENURUNAN KADAR : pengaruh obat barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein

dalam dosis tinggi.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

a. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat


mempengaruhi kadar bilirubin.

b. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.

c. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

d. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen

empedunya akan menurun.

e. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.

Faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi pada saat praktikum

a. Terjadi lisis pada sampel dan Waktu inkubasi sampel tidak sesuai

b. Volume sampel / reagen (buffer dan substrat) tidak sebanding


c. Cuvet yang digunakan terkontaminasi dengan zat lain sehingga reaksi yang terjadi tidak
sempurna

d. Sampel terkena cahaya, sehingga kadar bilirubinnya menurun

BAB VI

PENUTUP

VI.1 kesimpulan

Dari hasil praktikum diperoleh hasil yaitu :

a. Pemeriksaan bilirubin total hasilnya yaitu 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya
normal

b. Pemeriksaan bilirubin direct 0.3 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya tidak normal
dimana

c. Indirek hasilnya yaitu 0 mg/dl sehingga diinterpretasikan hasilnya tidak normal

VI.2 Saran

Diharapkan alat-alat laboratorium di lengkapi lagi guna memperlancar proses

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo, A.W. Dkk ; 2007 ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia ; Jakarta

2. Baron . D. N ; 1981 ; kapita selekta patologi klinik ; penerbit buku kedokteran (EGC) ;

Jakarta

3. Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson ; 2004; tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium ; penerbit buku Kedokteran (EGC) ; Jakarta

4. Yayan A. Israr; 2010; Metabolisme bilirubin pdF diakses tanggal 20 maret 2011

5. Helvi Mardiani; 2004; Metabolisme HEME ;Digital Library;.Universitas Sumatera Utara


; Medan pdF diakses tanggal 20 maret 2011

6. Riswanto ; 2009 Tes kimia darah laboratorium kesehatan ; diakses tanggal 4 maret
2011

7. Dirjen POM ; 1979 ; Farmakope Indonesia edisi III ;Departemen kesehatan RI ;

Jakarta

Skema Kerja

a. Bilirubin Direct

Reagen bilirubin direct ( 1000 µl )


+ D-Nitrit ( 1 tetes )

Masukkan dalam kuvet

Pipet sampel ( 100 µl )

dalam 2 menit

Inkubasi 5 menit ( suhu 370C )

Baca di humalyzer

b. Bilirubin Total

Reagen bilirubin total ( 1000 µl )

+ T-Nitrit ( 1 tetes )

Masukkan dalam kuvet

Inkubasi 5 menit ( suhu 370C )

Pipet sampel ( 100 µl )

Inkubasi 15 menit ( suhu 370C )


Baca di humalyzer

Komposisi Reagen

a. Pemeriksaan Bilirubin Direct

1. 1 x 100 ml reagen bilirubin direct ( tutup biru )

Asam sulfanilic 14 mmol/l

Asam hydroclorit 250 mmol/l

2. 1 x 9 ml reagen D-Nitrit ( tutup biru )

Natrium Nitrit 0,9 mmol/l

b. Pemeriksaan Bilirubin total

1. 1 x 100 ml reagen bilirubin total ( tutup putih )

Asam sulfanilic 14 mmol/l

Asam hydroclorit 250 mmol/l

Caffeine (accelerator) 200 mmol/I

Natrium benzoate 420 mmol/I

2. 1 x 9 ml reagen D-Nitrit (tutup putih)

Untuk pengukuran bilirubin direct

Natrium nitrit 0,9 mmol/I


1. Asam Sulfanilat (7 : 653 )

Nama resmi : Asam sulfanilat

Nama lain : Asam sulfanilat

RM : C6H7NO3S

Pemerian : Hablur atau serbuk; putih atau hampir putih

Kelarutan : Larut dalam 33 bagian air panas,


terjadi larutan jernih tidak berwarna, jika
ingin menghablur.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

2. Caffeine ( 7 : 175 )

Nama resmi : Coffeinum

Nama lain : Kofeina

RM/BM : C8H10N4O2/ 194,19

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum


mengkilat biasanya menggumpal; putih; tidak
berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; mudah
larut dalam kloroform P; sukar larut dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Stimulan syaraf pusat, kardiotonikum

3. Natrium benzoate ( 7 : 395 )

Nama resmi : Natrii Benzoas

Nama lain : Natrium benzoat

RM/BM : C7H5NaO2/ 144,11

Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau hampir
tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat pengawet

4. Natrium nitrit ( 7 : 714 )


Nama resmi : Natrium Nitrit

Nama lain : Natrium Nitrit

RM : NaNO2

Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau


putih atau kekuningan; merapuh.

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam

etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

Anda mungkin juga menyukai