Anda di halaman 1dari 12

1.

Urusan Pemerintahan Fungsi Penunjang


Urusan pilihan didukung oleh 6 (enam) urusan yang terdiri dari urusan
administrasi pemerintahan, urusan pengawasan, urusan perencanaan, urusan
keuangan, urusan kepegawaian dan urusan penelitian dan pengembangan, adapun
penjelasan pada masing-masing urusan adalah sebagai berikut:

1.1. Urusan Keuangan


Pembiayaan pelaksanaan pembangunan tentunya memerlukan pendanaan,
baik pendanaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun yang
bersumber dari pendanaan lainnya. Pengeloaan pendanaan daerah yang ditugaskan
kepada Badan Pengelola Keuangan dan Aset, pendapatan daerah dari sektor pajak
dan lain-lain yang pengelolaannya dilaksanakan pula oleh Badan Pendapatan
Daerah, yang kedua perangkat daerah ini melaksanakan urusan keuangan dengan
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2019

A. Evaluasi Kinerja Indikator Urusan


Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada
Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
menjadi sumber keuangan daerah.
Pembangunan urusan tersebut mendukung misi ke VI yaitu meningkatkan
kualitas pelayanan publik dan tata pemerintahan yang baik, dengan sasaran
Meningkatnya akuntabilitas kinerja dan keuangan daerah. Adapun tujuan yang
hendak dicapai yaitu memantapkan pelaksanaan reformasi birokrasi untuk
membangun pelayanan publik dan tata pemerintahan yang baik.
Tabel 4.1
Capaian Target Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Keuangan
No Indikator Satuan Target Realisasi Capaian
1. Rasio ketergantungan keuangan daerah % 84,22 82,85 101,65
2. Opini laporan keuangan daerah statemen WTP WTP 100
3 Nilai Pendapatan Asli Daerah Rp juta 145.169 150.873 103.93
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset dan Badan Pendapatan Daerah, 2019.

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-1


Tingkat ketergantungan keuangan daerah adalah ukuran tingkat
kemampuan daerah dalam membiayai aktifitas pembangunan daerah melalui
optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio antara PAD dengan total penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Rasio ketergantungan daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu
daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Semakin tinggi ketergantungan suatu
daerah, semakin tinggi tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak
eksternal. Rasio ini ditunjukkan oleh rasio PAD terhadap total pendapatan serta
rasio dana transfer terhadap total pendapatan.
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Pasuruan adalah merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Kota Pasuruan yang mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan Otonomi Daerah dalam pengelolaan Pendapatan Daerah Kota
Pasuruan. Kewenangan yang diberikan kepada daerah akan membawa konsekuensi
terhadap kemampuan daerah untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang lebih baik dan prima. Untuk itu daerah harus menyediakan sumber-
sumber pendanaan yang memadai dan dituntut kreativitas daerah serta kemampuan
aparat daerah dalam upaya menggali potensi daerah sehingga dapat meningkatkan
penerimaan Daerah.
Dalam upaya pencapaian target kinerja Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Pasuruan sangat dipengaruhi oleh faktor penentu keberhasilan internal
(kewenangan OPD) dan faktor eksternal (di luar kewenangan OPD). Berikut adalah
beberapa faktor pendukung yang berperan, di antaranya adalah:
Koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah; Peningkatan
kualitas dan kuantitas pelayanan melalui pengembangan inovasi berbasis Teknologi
Informasi; Pembinaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia; dan
Pelaksanaan sosialisasi sebagai upaya peningkatan pemahaman masyarakat terkait
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa Rasio ketergantungan Keuangan
Daerah adalah 82,25 %, persentase ini dihitung berdasarkan besaran nilai dana
transfer tahun 2019 sebesar Rp 727.209.604.212,00 yang dibandingkan dengan nilai
total Pendapatan daerah tahun 2019 sebesar Rp 150.507.099.061,00 hal ini

VII-2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019


menunjukkan bahwa kota Pasuruan berhasil menurunkan angka ketergantungan
keuangan Daerah.
Indikator kinerja penyelenggaraan urusan keuangan ‘Opini laporan
keuangan daerah’ mendapatkan opini WTP. Opini WTP ini diberikan dengan
kriteria : sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada salah saji atas pos-pos
laporan keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara
wajar sesuai dengan SAP.
Badan Pendapatan Daerah Kota Pasuruan adalah merupakan unsur
pelaksana Pemerintah Kota Pasuruan yang mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan Otonomi Daerah dalam pengelolaan Pendapatan Daerah Kota
Pasuruan. Kewenangan yang diberikan kepada daerah akan membawa konsekuensi
terhadap kemampuan daerah untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang lebih baik dan prima. Untuk itu daerah harus menyediakan sumber-
sumber pendanaan yang memadai dan dituntut kreativitas daerah serta kemampuan
aparat daerah dalam upaya menggali potensi daerah sehingga dapat meningkatkan
penerimaan Daerah.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai Realisasi PAD mencapai Rp
150.873.216.525,20 atau 103,93% dari target yang di tetapkan sebesar Rp
145.169.265.764,24. Dalam upaya pencapaian target kinerja Bapenda sangat
dipengaruhi oleh faktor penentu keberhasilan internal (kewenangan OPD) dan
faktor eksternal (di luar kewenangan OPD). Berikut adalah beberapa faktor
pendukung yang berperan, di antaranya adalah:
1. Koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah;
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan melalui pengembangan inovasi
berbasis Teknologi Informasi;
3. Pembinaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia; dan
4. Pelaksanaan sosialisasi sebagai upaya peningkatan pemahaman masyarakat
terkait peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Evaluasi Kinerja Indikator Program

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-3


Hasil evaluasi capaian kinerja indikator program pembangunan pada urusan
pemerintahan fungsi penunjang yang dilaksanakan oleh Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah , adalah sebagai berikut:
Pencapaian target indikator kinerja penyelenggaraan urusan keuangan ini
antara lain, didukung oleh pelaksanaan 4 program dan 46 kegiatan, dengan
anggaran senilai Rp. 4.560.877.550,- sampai dengan akhir tahun 2019, anggaran ini
terealisasi sebesar Rp. 3.325.032.052,- atau tingkat serapannya mencapai 72,88%.
Keberhasilan pencapaian target kinerja APBD pada BPKA Kota Pasuruan
dikarenakan adanya dukungan dari segenap sumber daya serta komitmen seluruh
personil BPKA sesuai kompetensinya masing-masing untuk mendukung
terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hasil dan/atau capaian
pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pada urusan keuangan oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset melalui beberapa program sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Pengelolaan Perbendaharaan, Pada program ini
jumlah anggaran sebesar Rp. 1.327.425.000,- dengan serapan anggaran
sebesar Rp. 858.255.391,- atau sebesar 64,66%. Program Peningkatan
Pengelolaan Perbendaharaan didukung oleh 14 kegiatan. Pada program ini
untuk kegiatan Pendampingan Penatausahaan Keuangan Daerah Kota
Pasuruan terealisasi sebesar 38,27%, kegiatan ini mulai tahun 2019 untuk
pelaksanaan pendampingan penatausahaan keuangan daerah yang
pelaksanaannya dengan melibatkan BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Timur
sulit terlaksana, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pendampingan
dimaksud lokasinya harus dikantor BPKP di Sidoarjo, sehingga anatar BPKA
Kota Pasuruan dengan BPKP Perwakilan Provinsi Jawa Timur terkendala
dalam mengatur jadwal pelaksanaannya
b. Program Peningkatan Pengelolaan Anggaran, Pada program ini jumlah
anggaran sebesar Rp. 625.350.000,- dengan serapan anggaran sebesar Rp.
419.770.880,- atau sebesar 67,13%. Program Peningkatan Pengelolaan
Anggaran didukung oleh 20 kegiatan. Pada program ini untuk kegiatan
Sosialisasi Paket Regulasi tentang pengelolaan keuangan Daerah tidak terserap

VII-4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019


dikarenakan keterbatasan waktu sehingga tidak bisa dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
c. Program Peningkatan Pengelolaan Aset Daerah, Pada program ini jumlah
anggaran sebesar Rp. 1.150.993.250,- dengan serapan anggaran sebesar Rp.
785.502.805,- atau sebesar 67,99%. Program Peningkatan Pengelolaan Aset
Daerah didukung oleh 11 kegiatan. Pada program ini ada beberapa kegiatan
yang tidak memenuhi perkiraan anggaran, yaitu :
- Pendampingan manajemen barang milik daerah terealisasi sebesar
16,06%, dikarenakan adanya perubahan mekanisme pendampingan
manajemen BMD oleh internal BPKP menjadi coaching clinic serta
jadwal yang sangat padat di internal BPKP, sehingga tidak
memungkinkan dilakukan kegiatan pendampingan.
- Fasilitasi tim penghapusan barang milik daerah terealisasi sebesar
34,69%, dikarenakan persetujuan Gubernur Jawa Timur dengan
pelaksanaan kegiatan tersebut sangat singkat dengan berakhirnya tahun
anggaran 2019, sehingga dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya.
- Monitoring Pemanfaatan Barang Milik Daerah terealisasi 8,88%,
dikarenakan adanya kegiatan jasa konsultasi berupa appraisal untuk
penentuan harga sewa dan kontribusi SPBU Bakalan belum terealisasi
sebesar Rp. 49.500.000,- dikarenakan pemanfaatan BMD yang berupa
sewa SPBU diperpanjang sampai dengan tahun 2019 sehingga belum
memerlukan proses penialain/ kajian khusus.
- Penilaian Tanah Aset Pemerintah Kota Pasuruan dianggarkan sebesar
Rp. 53.850.000,- tidak terealisasi dikarenakan untuk penilaian tanah
yang dipergunakan penyusunan neraca dan/atau pemanfaatan aset tidak
diperlukan jasa konsultasi dari KJPP sehingga dapat dilaksanakan sendiri
dengan berpedoman pada nilai NJOP/PBB pada tahun berjalan, sehingga
dari anggaran yang disediakan tidak dapat terserap secara optimal.
Hasil evaluasi capaian kinerja indikator program pembangunan pada urusan
pemerintahan fungsi penunjang yang dilaksanakan oleh Badan Pendapatan
Daerah, adalah sebagai berikut:

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-5


Program dan kegiatan guna mendukung pelaksanaan kegiatan
pembangunan urusan keuangan yang dilaksanakan oleh Bapenda Kota Pasuruan
pada tahun anggaran 2019, yang pelaksanaannya didukung oleh 3 program dan 25
kegiatan dengan jumlah anggaran sebesar Rp1.754.381.300,00 Dengan serapan
anggaran sebesar Rp1.535.075.550,00 atau sebesar 88%.
1. Program Peningkatan Pengembangan dan Pengelolaan Pendapatan Asli
Daerah, Program ini dilaksanakan dengan alokasi anggaran sebesar
Rp1.452.861.000,00 yang diserap sebesar Rp1.301.137.750,00 atau terserap
sebesar 89,56 persen. Kegiatan Fasilitasi Tim Intensifikasi dan Ekstensifikasi
PAD hanya mampu merealisasikan 42% dari total anggaran yang disediakan.
Pada kegiatan ini anggaran terbesar berada pada bagian honorarium tim
intensifikasi dan ekstensifikasi, sehingga besaran realisasi penyerapan
berdasarkan banyaknya anggota tim yang hadir pada saat rapat intensifikasi
dan Ekstensifikasi PAD.
2. Program Penagihan dan Pengawasan Pajak dan Retribusi Daerah, Program ini
dilaksanakan dengan alokasi anggaran sebesar Rp105.220.000,00 dengan
serapan sebesar Rp 87.694.900,00 atau terserap sebesar 82,92 %. Dari
program tersebut persentase capaian terendah pada kegiatan monitoring dan
evaluasi peredaran karcis berperforasi, realisasi sebesar 14,39 persen, hal ini
disebabkan karena pembayaran honor petugas dibayarkan sesuai kinerja yang
dilakukan.
3. Program Peningkatan Pelayanan Pajak Daerah, Program ini dilaksanakan
dengan alokasi anggaran sebesar Rp196.300.000,00 yang diserap sebesar
Rp176.785.000,00 atau terserap sebesar 90,06 persen. Adapun realisasi
terendah pada kegiatan Pelayanan Pengaduan Keberatan Pajak Daerah sebesar
71,78% tentu saja hal ini disebabkan karena serapan disesuaikan Dengan
jumlah aduan keberatan terkait pajak daerah yang diterima dan diselesaikan
oleh Bidang Pelayanan Pajak Daerah Kota Pasuruan
Adapun indikator kinerja yang dihasilkan dari urusan keuangan yang
dilaksanakan oleh Badan Pendapatan Daerah dapat dilihat tabel 4.67
Tabel 4.2
Capaian Target Indikator Kinerja Penyelenggaraan Program Urusan Keuangan

VII-6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019


No Program/ Indikator/ Anggaran Satuan Target Realisasi Capaian
BPKAD
I Program Peningkatan Pengelolaan
Perbendaharaan
Outcome : Persentase laporan keuangan OPD sesuai % 100 100 100
Standar Akuntansi Pemerintahan
Anggaran Rp ribu 1.327.425 858.255 64,66
II Program Peningkatan Pengelolaan Anggaran
Outcome : Persentase penetapan/ Pengesahan APBD % 100 100 100
dan P-APBD tepat waktu
Anggaran Rp ribu 625.350 419.770 67,13
III Program Peningkatan Pengelolaan Aset Daerah
Outcome : Persentase PD yang tertib administrasi % 100 100 100
barang/aset daerah sesuai Permendagri No. 19 tahun
2016
Anggaran Rp ribu 1.150.993 782.502 68
BAPENDA
1 Program Peningkatan, Pengembangan dan
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
Outcome: Persentase Peningkatan Penerimaan Pajak Persen 4 3,9 97,5
Daerah
Anggaran Rp ribu 1.452.861,00 1.301.137,75 89,56
2 Program Peningkatan Pelayanan dan Penagihan
Pajak Daerah
Outcome: Rasio Kepuasan Wajib Pajak Daerah Persen 80 82 102,5
Anggaran Rp ribu 196.300,00 158.706,00 80,85
3 Program Peningkatan, Pengembangan dan
Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
Outcome: Rasio Kepatuhan Pembayaran Pajak Daerah Persen 83,13 84 101,05
Anggaran Rp ribu 100.020,00 75.231,80 75,22
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset dan Badan Pendapatan Daerah, 2019.

Berdasarkan hasil Evaluasi Indikator Kinerja Sasaran Pembangunan tahun


2019 dapat dilihat bahwa Sasaran program pembangunan dapat tercapai sesuai
target indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh masing-masing bidang di
Bapenda. Rasio kepuasan wajib pajak daerah dapat terealisasi sebesar 82 persen
dari target sebesar 80% sehingga capaian tercatat sebesar 102,50%, begitu pula
dengan Rasio Kepatuhan pembayaran Pajak Daerah dapat terealisasi 84% dari
target yang ditetapkan bidang pelayanan pajak Daerah sebesar 83,13%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar WPD yang datang pada kantor Bapenda (self
assessment) merasa terlayani dengan baik sehingga mereka tidak segan untuk
memberikan penilaian yang baik pula yang terimplikasikan pada tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak. sedangkan Persentase Peningkatan Penerimaan
Pajak Daerah hanya mampu merealisasikan 3,90 % dari target yang ditetapkan
sebesar 4%, hal ini disebabkan karena adanya beberapa penurunan realisasi
penerimaan pajak daerah, diantaranya pajak BPHTB yang tahun 2017 mampu
mencapai angka Rp15.770.202.661,00 tahun ini terealisasi Rp12.999.518.413,00

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-7


hal ini dikarenakan Pajak BPHTB ini merupakan salah satu pajak istimewa yang
penerimaannya berdasarkan jumlah wajib pajak yang melakukan peralihan hak,
sehingga tidak bisa serta merta menentukan target yang selalu besar, seperti di tahun
2017 , penerimaan BPHTB sangat besar karena banyaknya dibuka perumahan baru,
sehingga besar juga nilai peralihan hak yang di transaksikan, begitu pula Dengan
pajak reklame di tahun 2017 dapat terealisasi Rp769.664.962,00 tetapi di tahun
2019 terealisasi Rp699.098.223,00 hal ini dikarenakan adanya perubahan aturan
yang ditetapkan oles DPMPTSP terkait pengeluaran rekomendasi atas reklame-
reklame berukuran besar, sehingga prosesnya menjadi lebih panjang dan wajib
pajak menjadi enggan mengurus perpanjangan reklame, dan ini berimbas terhadap
penurunan penerimaan pajak reklame di tahun 2019.
Tingkat ketergantungan keuangan daerah adalah ukuran tingkat
kemampuan daerah dalam membiayai aktifitas pembangunan daerah melalui
optimalisasi PAD, yang diukur dengan rasio antara PAD dengan total penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Rasio ketergantungan daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu
daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Semakin tinggi ketergantungan suatu
daerah, semakin tinggi tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak
eksternal. Rasio ini ditunjukkan oleh rasio PAD terhadap total pendapatan serta
rasio dana transfer terhadap total pendapatan.
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah yang masih sangat rendah
menunjukkan bahwa PAD masih belum dapat diandalkan bagi daerah untuk
pelaksanaan otonomi Daerah, karena relatif rendahnya basis pajak/retribusi yang
ada di daerah dan kurangnya PAD yang dapat digali oleh Pemerintah Daerah. Untuk
itu pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan penerimaan dari potensi
pendapatan yang telah ada, dan Bapenda sebagai leading sector dalam peningkatan
PAD hendaknya berinisiatif dan berinovasi dalam mencari metode alternatif untuk
menggali potensi khususnya pajak daerah baru supaya penerimaan PAD Kota
Pasuruan dapat meningkat.
C. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan urusan keuangan yang
di laksanakan oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset diantaranya adalah:

VII-8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019


C.1. Permasalahan
1) Tidak tepatnya laporan yang disampaikan dari PD;
2) PD belum disiplin melaksanakan realisasi anggaran sesuai anggaran kas dan
time schedule yang telah ditentukan;
3) Dalam penyusunan rancangan APBD dan Penjabaran APBD melibatkan
seluruh PD dan sudah ada batasan waktu yang harus dipenuhi, namun
seringkali ada beberapa PD yang mengumpulkan data melebihi jadwal yang
sudah ditentukan;
4) Keterbatasan kapasitas fiskal daerah dibandingkan kebutuhan fiskal berupa
usulan program/kegiatan PD di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan;
5) Belum tercatatnya data aset BMD secara sistematis menurut ketentuan
Permendagri Nomor 16 tahun 2016;
6) Dokumen usulan penghapusan aset dari PD kurang lengkap.
7) Untuk Wajib Pajak baru yang telah mempunyai NPWPD tidak segera
melaporkan pajak dan membayar pajaknya sendiri, sehingga kegiatan
pendataan harus diintensifkan dengan melakukan survei awal dan pendataan
(khususnya potensi Pajak Rumah Makan dan Warung, serta Parkir).
8) Koordinasi dengan KPP Pratama terkait dengan data WP (WPD yang terdaftar
di KPP Pratama sebagai pelapor SPT PPh, yang mana data dimaksud tidak
terinformasikan kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Bapenda.
9) Terkait dengan Pajak Reklame:
- Penyelenggara Reklame (Wajib Pajak Reklame) terkadang tidak cukup
mempunyai itikad baik dan kesadaran untuk menurunkan reklame
terpasang ketika masa izinnya telah habis.
- Belum ada konsekuensi tegas sebagai tindak lanjut dari Perda Kota
Pasuruan nomor 04 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame Bab V Pasal 14
Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Reklame.
- Terdapat beberapa tag ‘iklan’ pada space reklame tetap yang terletak
pada Nilai Jual Objek Reklame Strategis I namun tidak memberikan
kontribusi PAD.
- Adanya perubahan regulasi yang diatur oleh DPMPTSP, terkait
rekomendasi perijinan untuk Reklame berukuran >6 m yang tadinya

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-9


dikeluarkan oleh DPMPTSP, beralih pada DPU. Sehingga WP jadi
enggan untuk melakukan perpanjangan masa tayang reklame.
10) Terkait dengan Pajak Air Tanah:
- Alat ukur debit air yang ada belum siap dipergunakan secara fleksibel
untuk berbagai macam ukuran kran;
- Objek Pajak Air Tanah yang berjumlah 104 titik tidak secara
keseluruhannya memiliki izin resmi pengelolaan air tanah.
11) Terkait dengan Pajak Restoran dan Catering:
- Terhadap belanja mamin APBD acapkali dibelanjakan di luar kota
Pasuruan;
- Bendahara pengeluaran OPD selaku Wajib Pungut Pajak Restoran dan
objek Catering belum sepenuhnya mengindahkan kewajiban berlapor ke
Bapenda terkait belanja mamin dan perolehan pajaknya.
12) Terkait dengan Pajak Hotel dalam hal ini Rumah Kos:
- Pemilik/Pengelola Rumah Kos sebagian berdomisili di luar kota
Pasuruan, sehingga komunikasi tidak lancar;
- Potensi Pajak Hotel dalam hal ini Rumah Kos sebagaimana Perda Kota
Pasuruan nomor 22 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel Bab II Pasal 3 ayat
2 huruf d rumah kos yang memiliki jumlah lebih dari 10 kamar, sehingga
potensi/pendataan Pajak Hotelnya pun relatif terbatas.
13) Terkait dengan PPJ PLN:
- Kerjasama dengan PLN belum menyentuh data pelanggan PLN yang
sejauh ini tidak dapat disampaikan kepada BAPENDA;
- PPJ PLN sangat bergantung pada tingkat konsumsi listrik pelanggan
PLN, yang taripnya dipengaruhi oleh variabel harga minyak dunia,
inflasi dan kurs dollar;
14) Terkait dengan BPHTB
- masyarakat dalam hal ini WPD cenderung enggan mengakui kebenaran
ukuran ataupun harga dalam proses peralihan hak;
- Database (update) PBB belum sepenuhnya valid sebagai acuan
pelayanan BPHTB.
15) Terkait dengan PBB

VII-10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019


- Masih ada Wajib Pajak yang tidak diketahui keberadaannya, atau
berdomisili di luar Kota;
- Masih ada pula SPPT yang tidak diketahui Subyek Pajaknya.
C.2. Solusi
Sedangkan solusi yang diupayakan guna meningkatkan pelayanan adalah
sebagai berikut:
1) Memberikan dukungan dan komitmen kepada seluruh pihak untuk
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
menginformasikan kepada PD yang belum mengirimkan data melalui surat
dinas;
2) Menginformasikan pada PD untuk segera melaksanakan realisasi anggaran
sesuai anggaran kas dan jadwal pelaksanaan kegiatan;
3) Berkoordinasi dengan Kantor Pertanahan Kota Pasuruan perihal data aset BMD;
4) Mencocokkan LRA dengan SPJ pengadaan barang untuk pelaporan mutasi
tambah/kurang aset PD.
Solusi Internal
1. Peningkatan kompetensi dari para pegawai Bapenda, terkait Pajak Daerah dan
penggalian potensi Pajak Daerah yang dikelola oleh Bapenda pada khususnya;
2. Peningkatan kemampuan para pegawai maupun petugas pemungut pajak
dalam hal mengedukasi dan mensosialisasikan pada WP terkait pentingnya
pajak bagi pembangunan Kota Pasuruan sehingga para WP tergerak untuk
membayar Pajak Daerah tepat waktu dan sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Mempertahankan kinerja yang benar sesuai dengan aturan perundangan, bebas
dari segala bentuk praktik suap;
4. Mengarahkan agar masing-masing personel dengan tupoksinya berkomunikasi
baik, dan saling memotivasi dengan mengedepankan positive thinking dan
5. Ke depan langkah koordinatif harus lebih dilakukan antar bidang agar
pelaksanaan pemungutan pajak dan dapat dipahami bersama sehingga
pelayanan pajak kepada masyarakat lebih lancar.
Solusi Eksternal

LKPj Walikota Pasuruan Akhir Tahun Anggaran 2019 VII-11


1. Melaksanakan analisa dan pembaruan terhadap metode pengumpulan dan
pengolahan data WPD dan Obyek Pajak sehingga data yang tersedia menjadi
lebih valid dan selalu update;
2. Memberikan pemahaman kepada Wajib Pajak mengenai tata cara atau
prosedur pembayaran pajak daerah;
3. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar OPD penghasil, dan
antar OPD lain terkait tim pendataan dan uji petik pajak dan retribusi daerah,
serta antar PPAT/PPATS se-wilayah kerja Kota Pasuruan, serta dengan
instansi vertikal terkait dengan pemungutan pajak antara lain DPMPTSP,
BPN, PT PLN (Persero), maupun KPP Pratama.

C.3. Penghargaan

VII-12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Pasuruan Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai