Skripsi
Oleh :
Zuhriyah
X.5107707
BAB I
PENDAHULUAN
1
3
sekolah. Berkaitan dengan waktu dan sarana penelitian yang terbatas maka penulis
mengarahkan diri pada anak tunagrahita ringan.
Anak tunagrahita ringan adalah anak luar biasa yang bisa juga disebut
debil. Kelompok anak ini memiliki IQ diantara 68-52, pada skala Binet dan 69-55
menurut skala Weschler (WISC). Anak tunagrahita ringan masih dapat di didik
belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Kemampuan membaca dan menulis menjadi dasar utama. Dengan
membaca dan menulis siswa akan memperoleh pengetahuan dan perkembangan
daya pikir, sosial dan emosionalnya. Tanpa memiliki kemampuan membaca dan
menulis yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar
dikemudian hari.
Sehubungan dengan materi pembelajaran di sekolah-sekolah terutama
anak tunagrahita ringan dilatih agar mampu membaca, menulis dan menghitung.
Untuk keterampilan menulis kita tidak mengelak bahwa keterampilan menulis
tersebut berhubungan dengan aktifitas motorik halus dari setiap orang.
Berdasarkan kenyataan yang ada siswa anak tunagrahita kelas D I C SDLB
Negari Purworejo kemampuan motorik halusnya rendah. Hal ini menyebabkan
anak mengalami kesulitan dalam menulis permulaan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas maka penulis
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Upaya Peningkatan Kemampuan
Menulis Permulaan Melalui Latihan Motorik Halus Pada Anak Tunagrahita Kelas
D I C Semester II di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009.
Berdasarkan uraian latar belakang dan fakta di atas penulis menemukan
indentifikasi masalah bahwa anak tunagrahita ringan mengalami hambatan dalam
motorik halusnya yaitu dalam mempelajari gerak jari-jari tangan sehingga
mempengaruhi kemampuan menulis permulaan untuk itu anak tunagrahita ringan
perlu latihan motorik halus untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan.
4
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas lebih singkat dan jelas penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
Adakah peningkatan kemampuan menulis permulaan melalui latihan
motorik halus pada anak tunagrahita kelas D I C di SDLB Negeri Purworejo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan menulis permulaan melalui latihan motorik halus pada anak
tunagrahita kelas D I C di SDLB Negeri Purworejo tahun pelajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan dan penambahan khasanah ilmu tentang kemampuan
menulis permulaan anak tunagrahita melalui latihan motorik halus.
b. Peluang untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Siswa merasa lebih senang dan termotivasi dalam mengikuti latihan
motorik halus sehingga dapat menguasai materi yang disampaikan
guru.
b. Upaya menemukan pembelajaran menulis permulaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan anak tunagrahita ringan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan
bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mental retarted,
mental deficiency, mental defective, dan lain-lain. Istilah tersebut
sesungguhnya memiliki arti yang sama, yang menjelaskan kondisi yang
kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan
intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental (mental retardation).
Arti harfiah dari perkataan tuna adalah merugi. Sedangkan grahita artinya
pikiran, seperti namanya tunagrahita ditandai ciri utamanya adalah kelemahan
dalam berpikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita
memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya berada dibawah rata-rata.
Menurut Depdiknas (2003 : 6). Pengertian anak tunagrahita adalah :
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami
hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-
rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun social, dan karenanya memerlukan layanan
pendidikan khusus.
4
6
mudah rasa cemas, hiperaktif, hipoaktif dan lain sebagainya. (Astati, 1995:
203).
2) Tunagrahita sedang
Tunagrahita sedang disebut juga embisil. Menurut skala Binet
kelompok ini memiliki IQ antara 51 – 36, sedangkan menurut skala
Weschler (WISC) memiliki IQ antara 54 – 40. Mereka dapat dididik
mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti
menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan
dan sebagainya.
Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar
secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung,
walaupun mereka masih dapat menulis secara social misalnya menulis
namanya sendiri, alamatnya, dll, dapat dididik mengurus diri seperti
mandi, berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah
tangga sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah
tangga, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan
pengawasan yang terus menerus.
3) Tunagrahita berat
Tunagrahita berat disebut juga idiot. Menurut skala Binet
kelompok ini memiliki IQ antara 32 - 20, sedangkan menurut skala
Weschler (WISC) memiliki IQ antara 39 – 25. Anak tunagrahita berat
memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian,
mandi, makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan
perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
2) problem bahasa
a) tingkat kemampuan bahasanya berada di bawah tingkat usia
mentalnya,
b) sering mengalami problem bicara (artikulasi, suara, dan gagap).
3) prestasi akademik
a) cenderung berprestasi kurang, terutama dalam bidang membaca,
b) kemampuan penalaran hitungan juga rendah,
c) tingkat prestasi optimal kadang-kadang dapat dicapai setinggi anak
SD kelas VI.
4) Kepribadian
a) anak yang memiliki intelegensi terbatas potensial memiliki berbagai
problem sosial emosi,
b) miskin motivasi,
c) kurang berpandangan luas.
Karakteristik anak tunagrahita menurut penulis adalah:
1. daya ingat rendah
2. kurang dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya
3. kurang perhatian terhadap lingkungan
4. koordinasi gerak kurang
5. perkembangan bicara atau bahasa terlambat.
Salah satu bidang pengajaran bahasa di sekolah dasar dan luar
biasa yang memegang peranan penting adalah pengajaran membaca dan
menulis. Tanpa memiliki kemampuan membaca dan menulis yang
memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar dikemudian
hari. Mengingat pentingnya peranan membaca menulis, maka sudah
dilakukan di sekolah luar biasa maupun bukan sekolah luar biasa.
Anak tunagrahita ringan karena perkembangan mentalnya
tergolong sub normal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
program pengajaran di sekolah dasar. Meskipun demikian anak
tunagrahita ringan dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai
11
2. Menulis Permulaan
a. Pengertian Menulis
Banyak orang yang lebih menyukai membaca dari pada menulis karena
menulis dirasakan lebih lambat dan sulit. Meskipun demikian kemampuan
menulis sangat diperlukan baik dalam kehidupan di sekolah maupun di
masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian menulis maka penulis
ketengahkan beberapa pengertian sebagai berikut.
1) Menurut Kamus Bahasa Indonesia Trisno Yuwono (1994: 440), “Menulis
adalah membuat angka (huruf) dengan pena (pensil, kapur) pada sesuatu.”
2) Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 192) “Menulis
adalah menuangkan ide dalam suatu bentuk visual.”
3) Menurut Tarigan dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 192)
mendefinisikan, “Menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis
dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang
menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.”
4) Menurut Poteet dan Hargrove dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 192).
“Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan
ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisnya untuk
keperluan komunikasi atau mencatat.”
Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa: menulis adalah merupakan salah satu
komponen sistem komunikasi, dan menggambarkan pikiran, perasaan, ide ke
dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis serta dilakukan untuk mencatat
dan komunikasi dengan pena.
Menulis merupakan bagian dari alat komunikasi. Melalui tulisan kita
dapat menyampaikan pesan, pikiran atau gagasan-gagasan yang ingin kita
sampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain mengerti apa yang kita
maksud atau inginkan. Di dalam aktivitas menulis terjadi proses yang rumit
12
.
15
3) Posisi
Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi
yang nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang.
Kedua tangan anak diletakkan di atas meja, tangan yang satu untuk
menulis dan tangan lain untuk memegang kertas bagian atas.
4) Kertas
Posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan posisi meja,
untuk menulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang
menggunakan tangan kiri atau kidal.
5) Memegang pensil
Banyak anak memegang pensil dengan cara yang tidak benar.
Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk di atas
pensil, sedangkan jari tengah beradadi bawah pensil, dan pensil
dipegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. Bagi anak yang
belum dapat memegang pensil dengan cara benar, bagian pensil
yang harus dipegang dapat dibatasi dengan selotip. Bagi anak yang
sulit memegang pensil dengan benar, pensil dapat dimasukkan ke
dalam plastik yang berbentuk segitiga dan anak memegang segitiga
tersebut. Bagi anak yang belum dapat memegang pensil latihan
dapat dimuali dengan spidol besar, spidol sedang, spidol biasa, dan
baru kemudian pensil.
6) Kertas stensil dan karbon
Kepada anak diberikan kertas stensil yang sudah digambari
berbagai bentuk. Letakkan kertas polos di atas meja, letakkan
karbon di atasnya, dan kemudian letakkan kertas stensil bergambar
di atas kkarbon tersebut, diklip, dan selanjutnya anak diminta
mengikuti gambar dengan pensil.
7) Menjiplak
Buat bentuk atau tulisan dengan warna hitam tebal di atas
kertas yang agak tebal, letakkan di atasnya selembar kertas tipis,
dan suruh anak menjiplak bentuk tau tulisan tersebut. Latihan dapat
juga menggunakan OHP (Overhead Projector). Berbagai gambar
bentuk atau tulisan di tulis di transparansi dan ditayangkan di
papan tulis berwarna putih (white board), dan selanjutnya anak
diminta menjiplak gambar bentuk atau tulisan tersebut dengan
spidol di atas papan putih.
Gambar hendaknya berupa garis-garis tegak lurus (vertikal),
horisontal, miring ke kiri, miring ke kanan, lengkung kiri,
lengkung kanan, lengkung atas, dan lengkung bawah, dan baru
kemudian bentuk segi empat, segitiga, lingkaran, angka, dan huruf.
8) Menggambar di antara dua garis
Anak diberikan selembar kertas bergaris dan anak diminta
membuat ”jalan” yang mengikuti atau memotong garis-garis
tersebut. Selanjutnya, anak diminta menulis berbagai angka dan
huruf diantara garis-garis secara tepat.
16
9) Titik – titik
Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf
yang terbuat dari titik-titik. Selanjutnya, anak diminta untuk
menghubungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh.
10) Menjiplak dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru menulis huruf utuh dana anak diminta
unuk menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis
sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak
diminta untuk meneruskan penulisannya.
11) Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tipis-tebal.
dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat
dan meletakkan huruf-huruf secara benar. Garis dapat diberi warna
yang mencolok untuk meningkatkan perhatian anak.
12) Kertas dengan garis pembatas
Anak yang mengalami kesulitan untuk berhenti menulis pada
tempat yang telah ditentukan dapat dibantu dengan menggunakan
pembatas berupa karton yang diberi ”jendela” atau dibatasi oleh
selotip.
Jendela pada karton hendaknya disesuaikan dengan tinggi
huruf; huruf a sama tingginya dengan c, e, i, m, n; huruf b sama
tingginya dengan d, h, k, l, dan huruf-huruf yang memotong garis
seperti f, g, j, dan p.
13) Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf
Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit untuk
ditulis. Berbagai huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s,
dan e; sedangkan yang sulit adalah j, p, b, h, k, f, dan g. Anak
hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah,
meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari
keduanya.
14) Bantuan verbal
Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan
bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti ”naik”, ”turun”,
”belok”, ”stop”.
15) Kata dan kalimat
Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan
ditingkatkan dengan menulis kata-kata dan selanjutnya kalimat.
Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya
memperoleh perhatian.
c. Metode Menulis
Membaca dan menulis mempunyai hubungan yang erat. Metode
membaca menulis permulaan yang pertama kali dikenal adalah metode SAS,
17
3. Motorik Halus
a. Pengertian Motorik
Motorik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Sedangkan jenis
gerakan motorik yaitu: motorik kasar dan motorik halus.
1) Motorik kasar
mencakup keseluruhan otot tubuh dan kemampuan menggerakkan
berbagai bagian tubuh (...) seperti aktivitas berjalan, aktivitas balok
keseimbangan dan aktivitas motorik kasar lainnya.
18
a) Aktivitas berjalan
(1) berjalan ke depan
(2) berjalan mundur
(3) berjalan menyamping
(4) berjalan bervariasi
(5) berjalan meniru hewan
b) berjalan di bulan (meniru langkah astronot di bulan)
c) Aktivitas balok keseimbangan
Balok keseimbangan dapat berupa papan datar berukuran 2x4
inci, dapat dibuat lebar atau sempit. Meniti balok yang sempit lebih
sulit daripada meniti balok yang lebar.
Kephart dalam Lerner (1988: 294) menyarankan agar balok
keseimbangan dibuat dari kayu berukuran 2x4 inci sepanjang 8
sampai 12 kaki. Letak balok harus dijaga agar tidak
membahayakan anak.
d) Aktivitas motorik kasar lainnya
(1) meloncat
(2) melambung
(3) lari cepat bertahap
(4) permainan simpai. (Mulyono Abdurrahman, 2003 : 134).
2) Motorik Halus
Motorik halus berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau
memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Menurut
Dedi Suhardi (1995: 67), yang dikutip oleh Edward Rahantokman
(1988:9) “Motorik halus adalah koordinasi dan gerakan halus, serta
manipulasi dan ketangkasan dalam menggunakan group otot-otot kecil
terutama jari-jari tangan untuk mengontrol gerakan menulis dan
mengambil benda.”
Berdasarkan batasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motorik halus adalah koordinasi dan gerak halus, serta manipulasi dan
ketangkasan dalam menggunakan group otot-otot kecil terutama jari-
jari tangan untuk mengontrol gerakan menulis, mengambil benda,
meletakkan sesuatu atau memegang suatu obyek.
B. Kerangka Berpikir
Dalam kehidupan sehari-hari gerak motorik merupakan dasar utama dalam
kehidupan manusia, baik itu gerak motorik kasar maupun gerak motorik halus,
karena semua itu tidak terlepas dari gerak. Bagi anak tunagrahita yang
mempunyai hambatan yang cukup banyak, faktor penyebab dan hambatannya
bervariasi. Hambatan itu disebabkan oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar.
21
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
(Suharsimi Arikunto, 2006: 71).
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis
penelitian ini adalah :
Ada peningkatan kemampuan menulis permulaan melalui latihan motorik
halus pada anak tunagrahita kelas D I C di SDLB Negeri Purworejo.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian,
dan siklus PTK sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo
mengenai kemampuan menulis permulaan kelas D I C.
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita kelas D I C
tahun pel ajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 7 anak, terdiri dari 5
siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni
2009.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah,
karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar
mengajar yang efektif di kelas. Sedangkan jadwal pelaksanaan penelitian dapat
dilihat pada lampiran 1.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan
kemampuan menulis permulaan melalui latihan motorik halus pada anak tuna
grahita.
25
Guru : Siswa :
Kondisi
Belum menggunakan Hasil menulis
Awal
latihan motorik halus rendah
Siklus 1 :
Guru : 1. Perencanaan
Menggunakan 2. Tindakan
latihan motorik halus I 3. Pengamatan
melempar bola, 4. Refleksi
menangkap bola,
bermain ban dalam Hasil menulis masih
rendah
Guru :
Menggunakan Siklus 2 :
latihan motorik halus 1. Perencanaan
II mewarnai gambar, 2. Tindakan
Tindakan menggunting, 3. Pengamatan
menempel kertas 4. Refleksi
warna
menguhubungkan Hasil menulis ada
titik-titik menjadi peningkatan
huruf
Siklus 3 :
1. Perencanaan
Guru : 2. Tindakan
Menggunakan 3. Pengamatan
latihan menulis huruf, 4. Refleksi
kata dan kalimat
sederhana Hasil menulis
meningkat
Siswa :
Kondisi Hasil menulis meningkat
Akhir Guru :
Lebih kreatif
B. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak tunagrahita
kelas D I C SDLB Negeri Purworejo yang terdiri dari 7 anak dengan komposisi 5
siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
2. Kajian Dokumen
Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada
seperti kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, buku
atau meteri pelajaran, hasil tulisan siswa dan nilai yang diberikan guru. (ulangan
harian).
3. Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.
Tes diberikan pada awal kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi
kekurangan atau kelemahan siswa dalam menulis permulaan dan setiap akhir
siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil menulis siswa. Dengan kata lain,
tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan
menulis siswa sesuai dengan siklus yang ada.
E. Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data adalah triangulasi.
Lexy J. Moleong, (1995: 178) yang dikutip oleh Sarwiji Suwandi ( 2008 : 69).
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu.
Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan
triangulasi metode pengumpulan data.
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak tunagrahita
dalam kegiatan menulis dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti memberikan tes
menulis permulaan dan selanjutnya menganalisis hasil tulisan itu untuk
mengidentifikasi kesalahan yang masih mereka buat.
G. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa adalah
guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja
siswa.
1. Siswa
a. Tes kemampuan menulis permulaan diberikan sebelum dan sesudah diberi
tindakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis permulaan.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis
permulaan adalah sebagai berikut : baik, cukup, kurang di mana
Baik :3
Cukup :2
Kurang : 1
Sedangkan persentase perolehan skor setiap siswa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
p= skor perolehan
skor maksimum
´100%
Keterangan: p = persentase.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila persentase yang diperoleh masing-
masing siswa mengalami kenaikan minimal menjadi 60%.
b. Observasi : keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar menulis
permulaan.
2. Guru
a. Dokumen : kehadiran siswa
b. Observasi : hasil observasi dalam melaksanakan pembelajaran
menulis permulaan
29
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Suharsini Arikunto (2006: 90) yang
terdiri dari 3 siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Siklus 1
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) lengkap dengan instrumen tes dan lembar tugas siswa, menyiapkan
peralatan yang diperlukan untuk latihan motorik halus I.
2. Tindakan (Acting)
Melaksanakan pembelajaran menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana
di kelas atau ruangan dan mengadakan latihan motorik halus I.
Dengan materi sebagai berikut :
a. Melempar bola
Peneliti menyediakan 2 bola mainan, satu bula kecil, satu bola besar.
Bola tersebut digunakan untuk mainan dengan cara peneliti memberikan
contoh melempar bola tersebut, kemudian siswa menirukan contoh.
b. Menangkap bola
Peneliti menyediakan bola kain atau bola plastik yang kurang memantul.
Peneliti memberi contoh cara menangkap bola tersebut kemudian siswa
menerimanya.
c. Bermain ban dalam
Peneliti menyediakan ban dalam bekas, kemudian peneliti memberikan
contoh menggelindingkan dan menangkap. Siswa menirukan contoh.
3. Pengamatan (Observation)
Pada saat melakukan tindakan penelitian melakukan pengamatan
terhadap semua kegiatan siswa, konsentrasi siswa selama pembelajaran
menulis permulaan, keaktifan siswa dalam mengikuti latihan motorik I.
30
4. Refleksi (Reflecting)
Setelah kegiatan inti, berdasarkan hasil obervasi, peneliti melakukan
refleksi untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa mengikuti latihan
motorik I dan kemampuan siswa dalam menulis permulaan setelah mendapat
latihan motorik I tersebut.
Selain itu juga mencari solusi atas hambatan-hambatan yang muncul
untuk diperbaiki pada siklus kedua.
Siklus 2
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran,
lengkap dengan instrumen tes dan lembar tugas siswa, menyiapkan peralatan
yang diperlukan untuk latihan motorik halus II.
2. Tindakan (Acting)
Pada kegiatan selanjutnya melaksanakan pembelajaran menulis huruf,
kata, dan kalimat sederhana serta mengadakan latihan motorik halus II dengan
kesulitan yang lebih tinggi dengan materi sebagai berikut :
a. Mewarnai gambar
Peneliti menyediakan gambar dan pensil warna kemudian siswa diminta
untuk mewarnai gambar tersebut dengan baik.
b. Menggunting
Peneliti menyediakan kertas manila yang diberi sebuah gambar dan
peneliti menyediakan 7 gunting, kemudian penulis memberi contoh
terlebih dahulu pada sebuah pola gambar, kemudian siswa dianalisa untuk
menggunting pola tersebut dengan baik dan lancar.
c. Menempel kertas warna
Peneliti menyediakan kertas manila putih yang sudah diberi gambar
bunga, kemudian peneliti memberi contoh untuk menempel sebuah kertas
warna yang sudah dibentuk gambar bunga pada kertas yang berwarna
putih, kemudian siswa disuruh untuk mencontoh menempel kertas warna
31
tersebut pada kertas putih sehingga menjadi bentuk bunga yang indah. Ini
dilakukan 2-3 kali cara untuk menempel.
d. Menghubungkan titik-titik sehingga menjadi bentuk huruf
Peneliti menyediakan bentuk huruf, siswa diminta untuk menghubungkan
titik-titik sehingga menjadi bentuk huruf. Latihan ini dilakukan 2 kali.
3. Pengamatan (Observastion)
Saat melakukan pengamatan peneliti melakukan pengamatan terhadap
semua kegiatan siswa bagaimana kesiapan siswa dalam pembelajaran,
konsentrasi siswa selama pembelajaran menulis permulaan, keaktifan siswa
dalam mengikuti latihan motorik halus II.
4. Refleksi (Reflecting)
Setelah kegiatan inti, berdasarkan hasil observasi,peneliti melakukan
refleksi untuk menilai sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis
permulaan setelah mendapatkan latihan motorik II.
Mencari solusi dari hambatan-hambatan yang muncul untuk diperbaiki
dalam siklus ke 3.
Siklus 3
1. Perencanaan (Planning)
Pada siklus ketiga ini peneliti membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran, membuat instrumen tes dan menyiapkan lembar tugas siswa.
2. Tindakan (Acting)
Pada kegiatan ini peneliti melaksanakan tes menulis huruf vokal,
menulis huruf konsonan, menulis kata dan menulis kalimat sederhana.
3. Pengamatan (Observation)
Saat melakukan pengamatan peneliti melakukan pengamatan terhadap
peningkatan kemampuan siswa dalam menulis permulaan.
4. Refleksi (Reflecting)
Setelah mengikuti latihan motorik I dan latihan motorik halus II
kemampuan siswa dalam menulis permulaan meningkat.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Siklus Pertama
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat instrument tes
dan lembar tugas siswa, menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam latihan
motorik halus I.
2. Tindakan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama pelaksanaan belum sesuai dengan rencana.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a. sebagian siswa belum terbiasa mengikuti latihan motorik halus dengan
menggunakan jari tangan terutama pada saat latihan menangkap bola
sebagian siswa ada yang merasa takut ketika guru melemparkan bola
kepada siswa dan siswa diminta untuk menangkap bola tersebut.
b. sebagian siswa belum terbiasa mengikuti latihan menggelingingkan dan
menangkap ban dalam bekas. Sebagian siswa ada yang merasa takut ketika
guru meminta siswa menangkap ban yang digelindingkan ke arahnya.
33
80
70
60
Persentase
50
40
30
20
10
0
DW JF IT AR AJ AF RI
Nam a Sisw a
4. Refleksi (Reflecting)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut.
a. Guru banyak memberikan bantuan kepada siswa.
b. Sebagian siswa belum terbiasa mengikuti latihan motorik halus I.
c. Sebagian siswa ada yang belum mampu menulis sesuai contoh, hal ini
karena faktor tergesa-gesaan, kelelahan dan sebagainya.
B. Siklus Kedua
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat instrument tes,
dan lembar tugas siswa, menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk
kegiatan latihan motorik halus II.
2. Tindakan (Acting)
Suasana pembelajaran sudah hampir sesuai dengan rencana. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti latihan motorik halus II.
b. Hanya sebagian kecil siswa masih mengalami kesulitan mengikuti
latihan terutama menggunting pola, ada sebagian siswa dalam
menggunting tidak sesuai dengan pola yang ada mereka menggunting
tidak menurut garis.
3. Pengamatan (Observing)
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kemampuan menulis permulaan
pada siklus kedua, maka dapat penulis sajikan data hasil penelitian dalam
bentuk tabel sebagai berikut.
36
Skor Skor
No. Nama Siswa Persentase Ket.
Perolehan Maksimal
1. DW 26 36 72
2. JF 21 36 58 Terendah
3. IT 27 36 75
4. AR 28 36 78
5. AJ 23 36 64
6. AF 29 36 81
7. RI 30 36 83 Tertinggi
Rerata 26,28 36 73
90
80
70
Persentase
60
50
40
30
20
10
0
DW JF IT AR AJ AF RI
Nam a Sisw a
C. Siklus Ketiga
Sama seperti pada siklus pertama dan kedua, siklus ketiga ini terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat instrument tes,
dan menyiapkan lembar tugas siswa.
2. Tindakan (Acting)
a. Suasana pembelajaran menulis huruf vokal, huruf konsonan, kata dan
kalimat sederhana berlangsung lebih baik. Tugas yang diberikan guru
kepada siswanya mampu dikerjakan lebih baik lagi.
b. Sebagian besar siswa kemampuan menulisnya mengalami peningkatan.
3. Pengamatan (Observing)
Hasil pengamatan selama siklus ketiga dapat penulis sajikan data hasil
tes menulis permulaan adalah sebagai berikut..
Tabel 3. Perolehan Skor Rerata Menulis Permulaan Sesudah Diadakan
Latihan Motorik Halus I dan II
Skor Skor
No. Nama Siswa Persentase Ket.
Perolehan Maksimal
1. DW 30 36 83
2. JF 24 36 67 Terendah
3. IT 31 36 86
4. AR 33 36 92
5. AJ 28 36 78
6. AF 34 36 94
7. RI 35 36 96 Tertinggi
Rerata 30,71 36 85
38
100
80
Persentase
60
40
20
0
DW JF IT AR AJ AF RI
Nam a Sisw a
Tabel 4. Perolehan Skor Menulis Permulaan Sebelum dan Sesudah Siklus I, II,
dan III
Skor Perolehan
No. Nama Siswa
Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III
1. DW 53 58 72 83
2. JF 39 44 58 67
3. IT 56 61 75 86
4. AR 67 72 78 92
5. AJ 47 50 64 78
6. AF 69 75 81 94
7. RI 72 78 83 96
Rerata 58 63 73 85
120
DW
100
JF
80
IT
60
AR
40
AJ
20 AF
0
RI
Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas tentang upaya
peningkatan kemampuan menulis permulaan melalui latihan motorik halus pada
anak tunagrahita kelas D C I semester II di SDLB Negeri Purworejo tahun pela
jaran 2008/2009 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Bahwa melalui latihan motorik halus dapat meningkatkan kemampuan menulis
permulaan pada anak tunagrahita kelas D I C semester II di SDLB Negeri
Purworejo tahun pelajaran 2008/2009.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Bagi siswa SDLB Negeri Purworejo kelas D 1 C karena adanya hasil yang
positif dari latihan motorik halus dengan menulis permulaan maka kepada
semua siswa agar lebih giat dalam mengikuti latihan motorik halus yang
dilaksanakan di sekolah maupun di rumah. Sehingga hasil dari latihan
motorik halus tersebut dapat digunakan sebagai modal mengembangkan
kemampuan menulis.
2. Bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana berupa alat peraga yang dapat
mendukung pelaksanaan latihan motorik halus bagi anak tunagrahita ringan.
39
41
DAFTAR PUSTAKA
Astati. 1995. Terapi Okupasi, Bermain, Dan Musik Untuk Anak Tunagrahita.
Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Trisno Yuwono dan Pius Abdullah. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Arkola.