68 TERHADAP LABA
DAN ARUS KAS PERUSAHAAN X
ABSTRAK
Paper ini disusun dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan nilai arus kas perusahaan dan
laba perusahaan setelah dan sebelum penerapan PSAK 68 pada Perusahaan X. Perusahaan X
adalah sebuah perusahaan jasa yang bergerak dibidang penyediaan jasa kontruksi. Arus kas
terdiri dari 4 komponen utama, yaitu arus kas yang berasal dari aktivitas operasional, arus kas
yang berasal dari aktivitas pendanaan dan arus kas yang berasal dari aktivitas investasi.
ABTRAC
This paper was compiled with the aim of analyzing the difference between the cash flows of
the company and the company's profits after and before the application of PSAK NO. 68 at
Company X. X Company is a service company engaged in the provision of construction
services. Cash flow consists of 4 main components, namely, cash flow originating from
operational activities, cash flow originating from activities funding and cash flow are derived
from the investment activity.
Pendahuluan
Laporan keuangan adalah suatu bentuk pertanggung jawaban dari manajemen perusahaan
kepada para pemegang kepentingan terhadap perusahaan tersebut, baik yang berasal dari
internal perusahaan maupun yang berasal dari eksternal perusahaan. Akuntansi sebagai ilmu
yang menyediakan informasi ini memiliki standar – standar tertentu dalam pelaporanya.
Standar ini dikenal atau disebut dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Fenomena yang selalu relevan untuk dibahas adalah mengenai pengukuran nilai wajar.
Fenomena ini selalu relevan mengingat bahwasanya perubahan nilai wajar akan terus berubah
– ubah, dimana akan sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel yang ada. PSAK 68 tentang
pengukuran nilai wajar sepenuhnya mengadopsi dari IFRS 13 : Fair Value Measurement
yang mulai berlaku efektif sejak 1 januari 2015.
Nilai wajar dapat lebih diandalkan dan dianggap lebih relevan dari Historical cost karena
metode nilai wajar memberikan informasi keuangan berdasarkan pada nilai pasar yang
berlaku pada saat pelaporan keuangan, sedangkan Historical cost memberikan informasi
keuangan berdasarkan pada nilai pasar yang berlaku pada saat pengakuisisi atau pengakuan
suatu instrumen laporan keuangan.
Terdapat dua bagian yang menjadi penilaian dan dasar analasis dari dampak diterapkanya
PSAK 68 terhadap suatu korporasi, yaitu arus kas perusahaan dan laba perusahaan. laporan
laba rugi menjadi alat analisis dan dasar penilaian mengingat didalamnya terdapat akun –
akun yang menjadi beban dari pada perusahaan dan terdapat akun – akun yang menjadi beban
dari perusahaan. Dengan tersedianya informasi mengenai akun – akun tersebut, pihak – pihak
yang berkepentingan dapat mengukur keefektifitasan dan efisiensi dari kegiatan operasional
perusahaan. Sedangkan untuk Arus kas, bagian ini digunakan sebagai alat analisis untuk
dapat menilai tentang penggunaan dana perusahaan, yang tercermin dalam dari mana dan
kemana uang tersebut digunakan oleh perusahaan.
International Accounting Standar Board (IASB) mengeluarkan IFRS 13 tentang Fair Value
measurement untuk memberikan kepastian mengenai nilai wajar dan pengukuranya. Standar
ini telah di adaptasi kedalam standar akuntansi keuangan menjadi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 68. Adapun nilai wajar didefinisikan sebagai harga yang
diterima atas pembayaran untuk mengalihkan suatu liabilities atau penjualan suatu aset.
Pengukuran nilai wajar mendasarkan pada harga yang berlaku didalam pasar bukan
berdasarkan pada pengukuran tertentu. Untuk aset dan liabilities, diukur dengan berdasarkan
pada informasi nilai pasar yang tersedia.
Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan dalam penerapan Nilai wajar adalah dengan memilih nilai
tertinggi antara nilai yang diberikan apabila aset yang bersangkutan digunakan atau apabila
aset yang bersangkutan dijual kepada pihak lain.
Namun bila menggunakan persepektif lain, mengingat gedung tersebut terdapat didaerah
yang strategis, daerah elit dan merupakan salah satu pusat bisnis, maka perusahaan X
menggunakan gedung tersebut dengan baik sebagai gedung perkantoran. Dan diketahui value
yang diberikan dari penggunaan gedung ini secara perhitungan lebih tinggi dari pada nilai
yang ditawarkan oleh si calon pembeli. Maka, nilai yang ditetapkan sebagai nilai wajar
adalah nilai guna dari gudang tersebut.
Revaluasi
Suatu aset terkadang memiliki nilai yang sangat berfluktuasi. Semakin tinggi tingkat fluktuasi
suatu aset, maka revaluasi akan semakin sering dilaksanakan. Pada umumnya revaluasi
dilakukan pada saat laporan keuangan akan disusun. Namun, apabila fluktuasi nilai aset tidak
signifikan, maka tidak perlu dilakukan revaluasi.
Apabila suatu aset dalam kelompok tertentu direvaluasi, maka semua aset dari kelompok
tersebut harus direvaluasi. Kenaikan nilai aset dari revaluasi akan menghasilkan nilai
unrealized gain. Hal ini terjadi karena pada dasarnya gain yang dimaksud belum terjadi,
namun baru sebatas penilaian. Misalnya, suatu gedung memiliki nilai perolehan sebesar
$2.000, memiliki nilai pasar $3.500 dan memiliki nilai guna $4.000. maka jurnal yang
dibutuhkan adalah :
Gedung $2.000
Disisi lain, penurunan nilai aset dari revaluasi akan menghasilkan beban depresiasi. Beban ini
akan langsung diakui sebagai beban periodik. Misalnya gedung memiliki biaya perolehan
sebesar $6.000, nilai pasar $3.500 dan nilai guna $4.000. Maka jurnal yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut :
Gedung $2.000
Laba perusahaan
Menurut PSAK No. 1 tentang penyajian laporan keuangan, laba rugi adalah adalah selisih
antara pendapatan dengan beban – beban, tidak termasuk komponen – komponen pendapatan
komperhensif lain. Total laba rugi komperhensif merujuk pada selisih antara pendapatan
dengan beban – beban, termasuk komponen – komponen pendapatan komperhensif lain.
Komponen pendapatan komperhensif terdiri dari pendapatan dan beban – beban yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai beban sebagaimana tercantum dalam PSAK No. 1. Beberapa
contoh komponen dari pendapatan komperhensif lain adalah :
Kenaikan nilai gedung sebesar Rp.2.000.000 akan berpengaruh pada total laba laba rugi
komperhensif perusahaan, tetapi tidak akan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Mengingat
berdasarkan PSAK 1, laba rugi hanya merujuk pada pengurangan antara pendapatan dengan
beban – beban, sedangkan Rp.2.000.000 merupakan elemen dari pendapatan komperhensif.
Perubahan nilai pada gedung ini tidak akan berpengaruh pada arus kas, mengingat transaksi
ini tidak mengakibatkan pengeluaran atau pemasukan kas terhadap perusahaan.
Penjualan kendaraan senilai Rp.17.000.000 akan berpengaruh kepada arus kas masuk pada
bagian investasi senilai Rp.2.000.000 dan akan berpengaruh terhadap laba perusahaan senilai
Rp. 2.000.000. Disini, terjadi kenaikan nilai penggunaan dengan berbasis pada nilai jual
kendaraan tersebut. Selisih nilai wajar antara nilai jual dengan nilai perolehan mesin tersebut
dapat langsung diakui sebagai pendapatan lain – lain, mengingat kewajiban dari perusahaan
X dalam penjualan sudah terjadi, yaitu perpindahan kepemilikan. Maka, kenaikan atau selisih
sebesar Rp. 2.000.000 akan berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan X dan akan
berpengaruh terhadap arus kas masuk investasi perusahaan X.
Diketahui nilai mesin mengalami penurunan sebesar Rp. 2.000.000. Penurunan nilai ini akan
langsung mempengeruhi pengurangan laba, namun tidak akan mempengaruhi arus kas.
Mengingat transaksi ini tidak berkaitan dengan kas dan setara kas.
Kesimpulan
Paper ini berusaha untuk mengejawantahkan apakah terdapat perbedaan atau tidak sebelum
dan sesudah diterapkanya PSAK 68 terhadap Laporan Arus kas dan laba Rugi perusahaan X.
Berdasarkan data – data imajinatif yang tersedia diatas, diketahui terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah diterapkanya PSAK 68.
Bibliography
Allen, F., & Carletti, E. 2008. Mark-to-Market Accounting and Liquidity Pricing.