Anda di halaman 1dari 14

Untuk referensi lainnya, kunjungi

https://sgd.academia.edu/lusiagustianti

MAKALAH
“Gerakan Sosial-Politik oleh Beberapa Kalangan di Masyarakat ”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Gerakan Sosial
Dosen Pengampu.
Kustana. M,Si.

Disusun oleh:
Kelompok 8

Irna (1168030097)
Jeni Shahrin (1168030104)
Lusi Agustianti (1168030111)
Moh. Ridwan Akbar (1168030123)
Mohammad Ilyas Arrafiq (1168030124)

SOSIOLOGI C
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
Makalah Mata Kuliah Gerakan Sosial dengan judul “Gerakan Sosial-Politik oleh
Beberapa Kalangan di Masyarakat ”. Tak lupa serta sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta
keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai
sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu sangat diperlukan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah
selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Bandung , April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Pengertian Gerakan Sosial-Politik............................................................................... 3
B. Teori Gerakan Sosial-Politik........................................................................................ 3
C. Gerakan Sosial-Politik oleh Kalangan Agamawan (Islam)..........................................4
D. Gerakan Sosial-Politik oleh Kalangan Mahasiswa...................................................... 6
E. Gerakan Sosial-Politik oleh Kalangan Perempuan.......................................................8

BAB III PENUTUP..........................................................................................................10


A. Kesimpulan................................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat dua elemen penting yang
berdiri dan saling berhubungan satu sama lain, yaitu pemerintah dan masyarakat.
Antara keduanya, perlu terdapat sinergi yang saling menguatkan dan selaras dengan
pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat luas dalam bidang apapun
seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, agama dan politik. Terutama dalam
menghadapi problematika negara yang terjadi dan masih dicari solusi yang tepat
mengatasinya.
Dalam sebuah negara, masyarakat sangat memahami betul bagaimana kinerja
pemerintah dan pengaruh langsungnya bagi masyarakat. Hal tersebut tidak jarang
menimbulkan ketidak percayaan, kepuasan dan bahkan sampai pada frustasi
masyarakat akan keadaan atau realita yang ada. Hal tersebutlah yang menyebabkan
masyarakat atau suatu golongan tertentu terstimulus untuk mengadakan
gerakan-gerak sosial dengan tujuan untuk mencapai kehidupan baru yang lebih baik.
Salah satu gerakan masyarakat suatu negara adalah gerakan sosial pada ranah
perpolitikan.
Gerakan sosial-politik ini bermaksud untuk mengoreksi berbagai hal yang
menimbulkan masalah dan mengadakan perubahan terhadap struktur sosial-politik
yang ada untuk menciptakan kehidupan perpolitikan yang baik yang melibatkan
golongan atau kalangan tertentu. Maka dari itu, kami selaku kelompok 8 Gerakan
Sosial, akan membahas mengenai gerakan sosial-politik yang dipelopori oleh
kalangan Agamawan (Islam), Mahasiswa dan Perempuan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yag dimaksud dengan Gerakan Sosial-Politik?
2. Apa saja teori-teori dari Gerakan Sosial-Politik?
3. Apa yang dimaksud dengan Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan
Agamawan (Islam)?
4. Apa yang dimaksud dengan Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan
Mahasiswa?
5. Apa yang dimaksud dengan Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan
Perempuan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian dari Gerakan Sosial-Politik.
2. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori yang ada dalam Gerakan
Sosial-Politik.
3. Untuk mengetahui Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan Agamawan (Islam).
4. Untuk mengetahui Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan Mahasiswa.
5. Untuk mengetahui Gerakan Sosial-Politik oleh kalangan Perempuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerakan Sosial-Politik


Dalam politik selalu ada yang sebuah konflik yang terjadi, konflik itu selalu
berhubungan dengan kekuasaan. Konflik tersebut selalu menciptakan sebuah
kelompok-kelompok dalam masyrakat yang ingin merebut kekuasaan dan adapun
tujuan mereka yaitu ingin menciptakan sebuah warna baru atau berusaha
memasukkan nilai-nilai baru dalam sebuah kebijakan yang dilakukan oleh sebuah
pemerintahan. Bahkan ada gerakan sosial yang ingin berusaha menjatuhkan sebuah
pemerintahan agar menciptakan sebuah aturan atau struktur pemerintahan baru.
Gerakan sosial politik (Gersospol) merupakan wujud partisipasi masyarakat
dalam politik yang memiliki pengertian yang berbeda dengan partai politk maupun
kelompok kepentingan.Gerakan sosial-politik merupakan aspek dinamis dalam
kehidupan politik yang sering terjadi dalam bentuk masyarakat apapun, utamanya
masyarakat yang sedang mengalami perubahan ekonomi, sosial-budaya dan
khususnya politik. Scott menjelaskan bahwa gerakan sosial politik merupakan suatu
perlawanan yang bersifat terorganisis, sistematis, kooperatif, berprinsip, tanpa pamrih,
mempunyai akibat-akibat revolusioner, mengandung gagasan yang bertujuan
mendorong atau bahkan meniadakan dominasi itu sendiri.
Ritzer menjelaskan terdapat 5 karakterstik gerakan sosial politik yaitu;
1. Suatu gerakan yang melibatkan sebagian individu yang berusaha memprotes
suatu keadaan yang memiliki persyaratan dasar suatu organisasi.
2. Gerakan yang memiliki scope yang relatif luas.
3. Gerakan sosial yang sifatnya reformatif, khususnya pada bidang politik.
4. Gerakan yang revolusioner yang bertujuan melakukan transformasi meluputi
segenap anggota masyarakat. Gerakan ini pada intinya menolak
lembaga-lembaga sosial/politik yang memaksakan alternatif.

3
B. Teori Gerakan Sosial Politik
1. Teori Contagion (Contagion Theory)
Teori tersebut dikembangkan oleh Gustave Le Bon, seorang Sosiolog
Prancis melalui penularan crowd yang bisa menghilangkan perbedaan kultural
dan pendidikan diantara anggota dan mereka direduksi dalam crowd yang
cenderung bersikap seperti berlaku barbar. Namun, pemikiran tersebut tidak
sepenuhnya benar, karena pada saat ini crowd merupakan kelompok yang
terkonsep oleh organisasi, rasional dan bertujuan kearah konsensus baru tentang
norma tingkah laku.

2. Teori Deprivasi Relatif (Relative Depravation Theory)


Teori ini termasuk kedalam teori klasih gerakan sosial-politik, sebab lebih
banyak menjelaskan gejala kolektif dari masyarakat agraris tradisonal yang lalu
berkembang dan banyak digunakan untuk menjelaskan gejala crowd diperkotaan
seperti buruh, mahasiswa dan masyarakat lainnya yang sedang mengalami
kekecewaan terhadap realita yang ada, khususnya realita politik. Eksistensi teori
tersebut memfokuskan pada kondisi sosial-politik yang memproduksi
ketidakpuasan tingkat tinggi dan tentang macetnya lembaga-lembaga
pemerintahan yang harusnya memberika stabilitas dan kenyamanan bagi
masyarakat.
Kondisi ini, akan menyebabkan terjadinya kesenjangan masyarakat dan
terjadinya frustasi umum yang merata yang pada akhirnya menghasilkan secara
langsung agresi melawan pemerintah.

C. Gerakan Sosial-Politik oleh Kalangan Agamawan (Islam)


Salah satu hal mengenai Islam yang tidak mungkin dipisahkan adalah
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam bersama dengan pertumbuhan dan
perkembangan system politik. Dimana Islam memiliki suatu entitas sosial-politik,
yaitu sebuah negara. Dimana awal wujud dari negara Islam tersebut adalah Negara
Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Adanya Negara Madinah telah
menyajikan kepada umat manusia contoh tatanan sosial-politik yang mengenal
pendelegasian wewenang (wewenang atau kekuasaan tidak memusat pada tangan
satu orang seperti pada system diktatoral, melainkan pada orang banyak melalui

4
Musawarah), melainkan secara bersama-sama oleh prinsip-prinsip yang
dilembagakan dalam dokumen kesepakatan dasar semua anggota masyarkat, yaitu
sebua konstitusi.
Hal tersebut menunjukan bahwa, kepemimpinan dan esensi mengenai
sosial-politik sudah ada, diajarkan dan diterapkan pada masa pemerintahan Nabi
Muhammad SAW dan masih dijunjung tinggi oleh manusia didunia khususnya
ummat Muslim. Namun semakin berkembang, beragam kebutuhan dan problematika
suatu negara, maka mempertahankan asas pemerintahan politik Islam akan sulit
untuk dilaksanakan, bahkan tidak jarang suatu negara ingin memisahkan asas atau
pedoman Islam dengan negara. Hal tersebut dianggap sebagai penghambat negara
dalam mencapai kepentingan nasional.
Dengan munculnya dua kubu yang menginginkan antara agama dan politik
bersatu dan yang menginginkan agama dan politik dipisahkan (sekularisasi), tidak
jarang terjadi pertentangan ideologi antar keduanya yang menyebabkan proses
sosial-politik itu sendiri terhambat. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya gerakan
sosial-politik yang diusung oleh kaum, ahli atau aktivis Agama (Islam) yang
menginginkan dirubahnya ideologi suatu negara yang sekuler dan diganti dengan
ideologi agama Islam atau dikenal dengan Islamisme karena negara sekuler dirasa
sudah terlalu menyeleweng dari ajaran agama Islam. Salah satu gerakan Politik kaum
Agamis adalah sebagai berikut;

a. Aktivis Pendidik
Varian ini banyak yang aktif didunia akademis dan partai politik. Sekalipun
demikian, varian ini tidak mengagendakan gerakannya pada sebuah target politik
tertentu yang didasarkan pada tesis politik-keagamaannya. Gerakan mereka tidak
agresif, tidak terorganisir secara ketat, hanya bergerak mengalir sesuai perkembangan
lingkungannya.

b. Islam Tradisionalis-Konservatif
Bentuk gerakan politik ini seperti kehadiran NU, sekalipun tradisi pemikiran
politiknya selalu berubah sesuai tantangan yang dihadapi, namun pandangan
dasarnya adalah tetap, bahwa prinsipnya negara dan pemerintah wajib ditaati dengan
catatan sepanjang syariah dijamin dan kekufuran (pelanggaran terhadap hukum dan

5
sejenisnya) dicegah. Adanya bentuk gerakan seperti ini, merupakan upaya untuk
mendorong kelompok-kelompok gerakan ini dalam merespons kebijakan-kebijakan
pemerintahan lebih mendasarkan pada cita-cita politik kebangsaan. Selain NU, juga
terdapat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menolak berakomodasi ke dalam
negara-bangsa kecuali semangat pembentukan komunalisme global.

c. Transformisme Islam
Dalam paham mereka, Islam harus menjadi kekuatan progresif dan transformatif
dengan misi utama untuk menegakkan keadilan, membela sektor-sektor masyarakat
yang marginal dan tertindas, dan melawan kezaliman dalam politik maupun ekonomi.
Para transformis Islam pada umumnya menjadi motor ideologis bagi
kelompok-kelompok gerakan yang berbasis Islam untuk mempengaruhi sistem
politik.

d. Islam Fundamentalis
Kelompok ini secara keagamaan disebut Salafi, mereka ingin menerapkan Islam
sebagaimana kalangan salaf (kalangan terdahulu) dalam mengamalkan ajaran Islam.
Mereka juga sering disebut sebagai kelompok neo-revivalis, karena mengagendakan
kebangkitan hegemonis dunia Islam. Mereka juga cenderung menolak demokrasi,
dan kemudian bergerak di bawah tanah serta berorientasi sangat politis dengan basis
jamaah-jamaah yang eksklusif. Di kalangan tertentu gerakan-gerakan fundamentalis,
mereka menginginkan tegaknya kepemimpinan politik universal.

D. Gerakan Politik oleh Kalangan Mahasiswa


Gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang bangkit dari moralitas. Moral
adalah dasar mahasiswa dalam bergerak. Salah satu label yang melekat pada diri
mahasiswa adalah Agent Of Change. Mahasiswa adalah sosok yang paling tahu
menganai masalah yang ada di masyarakat, karena pada dasarnya mahasiswa adalah
kaum intelektual yang juga bagian dari masyarakat dan yang paling tahu mengenai
masalah masyarakat itu sendiri. Hal itu mungkin tidak lepas dari pengertian
mahasiswa sebagi insan cerdas yang tercerahkan hatinya sehingga dianggap memilki
kesempatan bertanggung jawab lebih kepada masyarakat terutama yang berhubungan
dengan politik.

6
Gerakan sosial politik mahasiswa umumnya berperan sebagai pembawa suara
kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan sosial-politik dan penyelenggaraan
pemerintahan sebuah negara. Gerakan politik bagi mahasiswa merupakan gerakan
untuk melakukan perubahan politik dengan berpihak pada kekuatan politik tertentu,
atau menjadikan dirinya sebagai lokomotif politik mahasiswa. Mereka tidak alergi
untuk melakukan sharing dan lobi-lobi politik dengan kekuatan politik yang ada.
Bagi mereka hal ini perlu dilakukan sebagai strategi untuk mencapai perubahan.
Mereka mengkritik gerakan moral sebagai ketakutan untuk bersentuhan dengan
kepentingan politik, dan hanya mampu melakukan himbauan moral. Keberpihakan
pada kekuatan politik tertentu, dianggap bukan masalah sepanjang ide-ide perubahan
yang diperjuangkan mahasiswa sejalan dengan masyarakat. Dalam kondisi tertentu
dan dibutuhkan, organisasi mahasiswa bahkan berubah menjadi organisasi politik
seperti yang pernah dilakukan mahasiswa Indonesia di Belanda pada 1908 dengan
mendirikan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia.
Selain itu, juga terdapat gerakan mahasiswa di Indonesia pada tahun 1998 yaitu
suatu gerakan yang dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia untuk menentang
kebijakan presiden Soeharto, karena kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemimpin rezim Orde Baru tersebut dinilai telah menyimpang dari Pancasila dan
UUD 1945. Dimana salah satu pengusutan mahasiswa kala itu adalah pembentukan
pemerintahan baru. Misalnya saja praktik KKN yang merajalela, gaya kepemimpinan
Soeharto yang dinilai telah menghilangkan demokrasi dengan cara memberangus
segala macam bentuk kritik dan lain sebagainya.
Dalam proses mencapai hasil yang diingikan dalam politik menjadi keharusan
tersendiri dalam mengikutsertakan semua elemen masyarakat terlebih kalangan
pemuda/mahasiswa sebagai nahkoda arah kemakmuran rakyat. Salah satu
keikutsertaan mahasiswa dalam ranah politik adalah dengan bebas berdirinya
organisasi intra dan ekstra kampus dimana terdapat bidang yang memfokuskan diri
pada perpolitikan. Salah satu gerakan sosial-politik oleh Mahasiswa adalah Gerakan
Politik Ekstra Parlementer (GPEP) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI).
Gerakan ini, memiliki arti bahwa mahasiswa mengambil posisi di luar
pemerintahan atau sebagai opisisi yang akan melakukan aksi-aksi untuk
menyampaikan kepentingan rakyat. Dalam arti lain, gerakan ini adalah gerakan sosial

7
kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis
dengan cara melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial dalam rangka
mengontrol proses demokrasi formal dengan tidak menginduk pada institusi
parleman maupun pembentuk parlemen, atinya memiliki sikap independensi utuh
tanpa adanya intervensi dari siapapun. Hal ini sebagai wujud representasi rakyat
secara independen.

E. Gerakan Politik oleh Kalangan Perempuan


Diskriminasi berdasarkan gender pernah terjadi pada seluruh aspek kehidupan
dan semua sektor pembangunan diseluruh negeri. Kesenjangan gender dalam
kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi
politik serta pengambilan keputusan terjadi di mana-mana, bahkan terbilang kejam
sampai timbul diskriminasi dimasa lalu. Dahulu kaum perempuan secara sosial
terpinggirkan dan konstruksi sosial budaya menempatkan perempuan seolah-olah
hanya boleh mengurus soal-soal domestik saja atau masyarakat tidak pernah
memberikan cap ‘kekuasaan’ kepada perempuan serta tak ada hak untuk merambah
area publik. Dengan hal tersbut, kaum perempuan didunia mulai bergerak dan
menyuarakan hak atas nama kesetaraan gender. Dimana kaum perempuan juga
menginginkan tempat yang luas dan bebas dalam berpolitik.
Salah satu perwujudan tersebut adalah dengan munculnya demokrasi yang
mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki
maupun perempuan, atas dasar prinsip persamaan derajat dalam semua wilayah dan
tataran kehidupan publik terutama dalam posisi-posisi pengambilan keputusan.
Setelah terbukanya peluang bagi siapa saja yang memiliki kemampuan dan potensi
baik itu laki-laki atau perempuan, saat ini dunia politik mulai membuka mata akan
peran perempuan dalam ranah politik.
Pada tahun 1970-1980, di Amerika Serikat terjadi gerakan feminisme
besar-besaran, dimana pada saat itu perempuan di Amerika tidak lagi menggunakan
setelan pakaian kerja mereka dan merombak busananya dengan gaya seorang
pebisnis muda. Selain itu, artikel-artikel yang muncul di Amerika saat itu juga
mendorong adanya gerakan feminisme tersebut. Para perempuan tersebut tidak bisa
lagi dipaksa dan ditindas oleh para lelaki, justru mereka didorong untuk bersikap

8
sebagai seorang pria, yang memiliki keberanian dan mampu bekerja dan menguasai
berbagai bidang, khususnya politik dan bisnis.
Hal tersebut juga berlaku bagi Indonesia, gerakan feminisme atau yang lebih
dikenal dengan emansipasi wanita, muncul setelah R.A Kartini
mengumandangkannya. R.A Kartini dijuluki sebagai emansipator wanita di Indonesia.
Setelah itu, pada Kongres perempuan pertama di Yogyakarta pada tahun 1928
menandakan bahwa partisipasi dan adanya kesadaran politik dari perempuan
Indonesia mulai tumbuh. Lalu muncul-lah sejumlah organisasi perempuan seperti
Perwari dan Kowani. Partisipasi nyata dari perempuan di Indonesia sendiri terjadi
saat pemilu tahun 1955, di mana perempuan Indonesia memiliki hak untuk memilih
dan dipilih ataupun mendukung dan didukung oleh perjuangan perempuan di satu
sektor atau kelas tertentu.
Undang-undang hukum pun telah dibentuk untuk melegitimasi partisipasi politik
bagi perempuan yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD dengan kuota 30%
keterwakilan perempuan. Dengan demikian, kesempatan dari pemerintah sudah
diberikan kepada perempuan untuk menentukan masa depan mereka sendiri dengan
memperjuangkan hak-haknya melalui jalur politik.
Memasuki Era Reformasi, para Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
(terutama di era kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa), secara gigih terus
mengangkat isu kesetaraan jender sebagai mainstream. Namun kini, seiring dengan
perjalanan waktu, peran, posisi, dan aktualisasi perempuan dalam kancah kehidupan
sosial-politik kian menyusut karena adanya terfragmentasi sebagai konsekuensi
dinamika politik saat itu yang cenderung konfliktual seperti sikap masyarakat yang
kian menempatkan seksualitas perempuan sebagai komoditas; alat pemuas hasrat
laki-laki.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa;
1. Gerakan sosial politik (Gersospol) merupakan wujud partisipasi masyarakat
dalam politik dengan wujud suatu perlawanan yang bersifat terorganisis,
sistematis, kooperatif, berprinsip, tanpa pamrih, mempunyai akibat-akibat
revolusioner, mengandung gagasan yang bertujuan mendorong atau bahkan
meniadakan dominasi itu sendiri dalam ranah pemerintahan atau
perpolitikan.
3. Terdapat teori yang berhubungan dengan gerakan sosial-politik yaitu Teori
Contagion (Contagion Theory) dan Teori Deprivasi Relatif ( Relative
Depravation Theory).
4. Salah satu gerakan Politik kaum Agamis adalah aktivis pendidik, Islam
Tradisonalis Konservatif, Transformisme Islam dan Islam Fundamentalis.
5. Gerakan sosial politik mahasiswa umumnya berperan sebagai pembawa
suara kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan sosial politik dan
penyelenggaraan pemerintahan sebuah negara.
6. Salah satu perwujudan Gerakan Sosial-Politik oleh kaum perempuan adalah
dengan munculnya demokrasi yang mengamanatkan adanya persamaan
akses dan peran wanita dan laki-laki dalam memperjuangkan hak-haknya
melalui jalur politik atau yang disebut dengan Feminisme.

B. Saran
Hendaknya masyarakat suatu negara harus lebih pintar dalam mengenal
problematika yang ada, khususnya dalam pemerintahan/perpolitikan. Selain
dengan memahami ilmu-ilmu politik dan sosial, masyarakat harus bergerak
dengan wujud sebuah organisasi atau golongan tertentu, agar terciptanya hasil
tujuan bersama dalam kehidupan yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ashrie Trustyana, Meyrza. 2011. Defiinisi Konsep dan Teori Gerakan Sosial Politik.
Jurnal Mata Kuliah Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga. Scribd Online.
https://www.scribd.com/doc/69071644/Definisi-Konsep-dan-Teori-Gerakan-Sosi
al-Politik (diakses pada 2 Mei 2017).

Said Ali, As’ad. 2011. Gerakan-Gerakan Sosial-Politik dalam Tinjauan Ideologis.


Nahdatul Ulama (NU) Online. http://ww w.nu.or.id/p ost/read/321 98/gerakan-
gerakan-sosia l-politik-dalam-tinjauan-ideologis (diakses pada 26 April 2017).

Agustina, Titien. 2014. Perjalanan Perempuan Indonesia dalam “Mengejar” Kuota


Kursi Parlemen. Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. II No 1. E-Journal
Online.https://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/psj/article/download/462/353(d
iaksespada 26 April 2017).

Dewi, Herita. 2016. Perempuan dan Politik dalam Persfektif Kesetaraan Gender.
Badan Pendidikan dan Latihan Provinsi Sumatera Barat Online.
http://www.sumbarprov.go.id/details/news/8277 (diakses pada 2 Mei 2017).

Anggraini, Noritha. 2012. Feminisme: Gerakan Perempuan dalam Kancah Politik.


Kompasiana Online. http: // www. Komp asiana.com/sh in92/feminisme -ge rak
an- perem puan-dalam-kan cah- politik_551 84ae4813311cb669dee44 (diakses
pada 26 April 2017).

11

Anda mungkin juga menyukai