Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati. Dikatakan

akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung

selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama

lebih dari 6 bulan. Hampir semua kasus hepatitis virus disebabkan oleh salah satu

dari lima jenis virus yaitu : virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus

hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Semua

jenis hepatitis virus yang menyerang manusia merupakan virus RNA kecuali virus

hepatitis B, yang merupakan DNA. Walaupun virus virus tersebut berbeda dalam

sifat molekular dan antigen, akan tetapi semua jenis virus tersebut memperlihatkan

kesamaan dalam perjalanan penyakitnya. Hepatitis kronik hanya bisa terjadi pada

strain virus B, C, dan D.

2.2 Gambaran klinis

Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai infeksi asimptomatik

tanpa kuning sampai sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan

kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam empat

tahap :

1. Fase Inkubasi

Fase ini merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala

dan ikterus. Fase ini berbeda beda lamanya untuk tiap virus hepatitis.

2
Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan

jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase

inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama

14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.

2. Fase Prodromal (Pre ikterik)

Fase diantara timbulnya keluhan keluhan pertama dan timbulnya gejala

ikterus. Awitannya dapat singkat ditandai dengan malaise, anoreksia,

atralgia, mialgia, mudah lelah, mual muntah, diare atau konstipasi dapat

terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut diawali oleh

infeksi. Demam drajat rendah dapat dijumpai pada hepatitis A. Nyeri

abdomen biasanya ringan dan menetap pada kuadran kanan atas atau

epigastrium, kadang diperberat dengan aktifitas tetapi jarang menimbulkan

kolesistitis.

3. Fase Ikterik

Ikterus biasanya muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul

bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak

terdeteksi .

4. Fase Konvalesen (Penyembuhan)

Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi

hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan

sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Kedaan akut biasanya

membaik dalam dua sampai tiga minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis

3
dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk

hepatitis B.

2.3 Klasifikasi

Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan kedalam dua

group yaitu hepatitis dengan transmisi enterik dan transmisi melalui darah.

A. Transmisi secara enterik

Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV)

- Virus tanpa selubung

- Tahan terhadap cairan empedu

- Ditemukan ditinja

- Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik

B. Transmisi Melalui darah

Terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV), virus

hepatitis C (HCV)

- Virus dengan selubung (envelope)

- Rusak bila terpajan cairan empedu

- Tidak terdapat pada tinja

- Dihubungkan dengan penyakit hati kronik

- Dihubungkan dengan viremia yang persisten

2.3.1 Hepatitis A

Hepatitis A adalah hepatitis yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus.

Infeksi virus hepatitis A dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi,

diantaranya adalah hepatitis fulminant, autoimun hepatitis, kolestatik hepatitis,

4
hepatitis relaps, dan sindroma pasca hepatitis (sindroma kelelahan kronik).

Hepatitis A tidak pernah menyebabkan penyakit hati kronik.

Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus. Virus ini termasuk virus

RNA, serat tunggal, dan tidak mempunyai selubung.

Penyakit ini terutama menyerang golongan sosial ekonomi rendah yang

sanitasi dan higienenya kurang baik. Masa inkubasi penyakit ini adalah 14-50

hari, dengan rata-rata 28 hari.

HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan traktus

gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di

transport menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan

virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan transportasi virus menuju usus

dan feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan

hepar. Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di

ekskresi kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan

menurun setelah ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus

mengeluarkan virus selama 4-5 bulan setelah onset dari gejala klinis.

5
Gambar : Patogenesis hepatitis A

Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic dari HAV.

Secara umum HAV tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada

periode inkubasi, HAV melakukan replikasi didalam hepatosit, dan dengan

ketiadaan respon imun, kerusakan sel hepar dan gejala klinis tidak terjadi.

Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler merupakan hal yang

paling berperan dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan yang terjadi pada sel

hepar terutama disebabkan oleh mekanisme sistem imun dari Limfosit-T

antigen-specific. Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin,

seperti gamma-interferon, interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan

tumor necrosis factor (TNF) juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi

replikasi virus. Meningkatnya kadar interferon didalam serum pasien yang

6
terinfeksi HAV, mungkin bertanggung jawab atas penurunan jumlah virus

yang terlihat pada pasien mengikuti timbulnya onset gejala klinis. Pemulihan

dari hepatitis A berhubungan dengan peningkatan relatif dari sel CD4+ virus-

specificdibandingkan dengan sel CD8+.

Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari

penyakit. Korelasi terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin

berhubungan dengan perkembangan sistem imun yang masih belum matur

pada individu yang lebih muda, menyebabkan respon imun yang lebih ringan

dan berlanjut kepada manifestasi penyakit yang lebih ringan.

Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG

antiHAV dapat terdeteksi. Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV

terdeteksi 3 minggu setelah paparan, titer IgM anti-HAV akan terus meningkat

selama 4-6 minggu, lalu akan terus turun sampai level yang tidak terdeteksi dalam

waktu 6 bulan infeksi. IgA dan IgG anti-HAV dapat dideteksi dalam beberapa

hari setelah timbulnya gejala. Antibodi IgG akan bertahan selama bertahun-tahun

setelah infeksi dan memberikan imunitas seumur hidup. Pada masa penyembuhan,

regenerasi sel hepatosit terjadi. Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih

dalam 8-12 minggu.

7
Gambar : Ringkasan temuan gejala klinis, serologi dan virologi pada

hepatitis A akut tanpa komplikasi.

Infeksi virus Hepatitis A akut menyebabkan proses nekroinflamasi akut

pada hati, yang normalnya akan sembuh spontan tanpa sekuele kronik. Masa

inkubasi virus ini biasanya muncul 14-28 hari, bahkan sampai 50 hari. Gejala yang

muncul selama infeksi virus ini berhubungan dengan usia pasien. Gejala prodromal

hepatitis akut adalah lemas, cepat lelah, anoreksia, muntah, rasa tidak nyaman pada

abdomen, diare, dan pada stadium lanjutan dan tidak umum, dapat dijumpai

demam, sakit kepala, atralgia, dan mialgia. Gejala prodromal biasanya hilang

seiring dengan munculnya ikterus.

Lima pola klinis infeksi hepatitis A adalah : (1) infeksi hepatitis A

asimptomatik, biasanya terjadi pada anak anak usia < 5-6 tahun, (2) infeksi virus

8
hepatitis A simptomatik dengan urin berwarna seperti teh dan feses berwarna

dempul, biasanya disertai dengan ikterus. (3) hepatitis kolestasis, yang ditandai

dengan pruritus, peningkatan jangka panjang dari alkaline fosfatase, gamma

glutamyl transpeptidase, hiperbilirubinemia, dan penurunan berat badan, (4)

hepatitis A relaps yang bermanifestasi kembali munculnya sebagian atau seluruh

tanda klinis, penanda biokimia virus, dan penanda serologi infeksi virus hepatitis A

akut setelah resolusi inisial, (5) hepatitis fulminan yang jarang terjadi dan dapat

hilang spontan, tetapi dapat juga fatal, bahkan sampai membutuhkan transplantasi

hati. Pola klinis infeksi hepatitis A berupa kolestasis, relaps dan fulminan

merupakan pola klinis yang jarang terjadi.

Berdasarkan beberapa sumber, tanda paling sering yang ditemukan pada

pemeriksaan fisik adalah hepatomegali (78%), dan ikterus (71%) pada pasien

dewasa yang simptomatik. Splenomegali dan limfadenopati jarang dijumpai.

Manifestasi ekstrahepatik dan atipikal yang dapat dijumpai, meskipun jarang adalah

keterlibatan kulit (kemerahan), vaskulitis leukositoklastik, pancreatitis, karditis,

glomerulonefritis, pnemuonitis, hemolisis, trombositopenia, anemia aplastik,

krioglobulinemia, arthritis, kelainan neurologis berupa mononeuritis, ensefalitis,

sindromGuillain-Barre, dan mielitis transversal.

Sindrom pasca hepatitis dapat terjadi pada sebgaian kecil pasien, berupa

gejala kelemahan berkepanjangan, rasa tidak nyaman pada abdomen kuadran kanan

atas, intoleransi dan gangguan pencernaan lemak, turunnya berat badan, instabilitas

emosional, dan hiperbilirubinemia indirek yang berkepanjangan. Infeksi hepatitis

A akut dapat sembuh spontan, yang terjadi pada lebih dari 99% pasien terinfeksi.

9
Pada hepatitis fulminan, usia, adanya penyakit hati kronik sebelumnya,

konsumsi paracetamol dosis tinggi, koinfeksi dengan virus hepatitis lainnya atau

koinfeksi dengan infeksi virus lainnya.

Diagnosis banding hepatitis A adalah infeksi virus hepatitis lainnya

(hepatitis B,C, dan E), virus Epstein-Barr, cytomegalovirus, campak, varicella,

demam Q, reaksi obat hepatotoksik, termasuk obat herbal, infeksi bakteri, sepsis,

hepatitis alkoholik, dan hepatitis autoimun.

Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif,

yang terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, hidrasi yang adekuat, diet

tinggi kalori, penghentian dari pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan

pembatasan dari konsumsi alkohol. Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus

tidak memerlukan rawat inap. Rawat inap direkomendasikan untuk pasien dengan

usia lanjut, malnutrisi, kehamilan, terapi imunosupresif, pengobatan yang

mengandung obat hepatotoxic, pasien muntah berlebih tanpa diimbangi dengan

asupan cairan yang adekuat, penyakit hati kronis/didasari oleh kondisi medis yang

serius, dan apabila pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan

gejala-gejala dari hepatitis fulminan. Pasien dengan gagal hati fulminant harus

dirujuk untuk pertimbangan melakukan transplantasi hati

Sampai saat ini, pemberian immunoglobulin merupakan cara utama untuk

mencegah infeksi virus hepatitis A. Imunoglobulin ini direkomendasikan untuk

individu pasca paparan dan individu yang belum divaksin hepatitis A yang berisiko

terpapar virus hepatitis A selama kurang dari 2 minggu.

10
2.3.2 Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis

B” (HBV), suatu anggota famili Hepadnavirus yang menimbulkan peradangan dan

nekrosis sel hati yang mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinik,

biokimiawi, imunoserologik, dan morfologik. Virus tersebut mengandung DNA.

Virus ini juga menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada

sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.

Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan

memberikan tanggapan kekebalan (immune response). Ada 3 kemungkinan

tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca

periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka

akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan

tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika

tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus

berkembang menjadi hepatitis B kronis. Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu

memberikan tanggapan adekuat terhadap virus hepatitis B (HBV), akan terjadi 4

stadium siklus HBV, yaitu fase replikasi (stadium 1 dan 2) dan fase integratif

(stadium 3 dan 4). Pada fase replikasi, kadar HBsAg (hepatitis B surface antigen),

HBV DNA, HBsAg (hepatitis B antigen), AST (aspartate aminotransferase) dan

ALT (alanine aminotransferase) serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs

dan anti HBe masih negatif. Pada fase integratif (khususnya stadium 4) keadaan

sebaliknya terjadi, HBsAg, HBV DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi

negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu : anti HBs dan anti HBe

11
menjadi positif (serokonversi). Keadaan demikian banyak ditemukan pada

penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97%

infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan

tanggapan adekuat.

Sebaliknya 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan sistem

imunitas imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan

ke dua dan ke tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga

terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi

hepatitis B kronis.

Virus hepatitis B dapat di transmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh,

perkutan, dan melalui membran mukosa. Hepatitis B terkonsentrasi dalam jumlah

tinggi dalam cairan tubuh berupa darah, serum, dan eksudat luka. Sementara itu

konsentrasi yang sedang terdapat pada semen. cairan vagina dan air liur.

Konsentrasi yang rendah/tidak ada di jumpai pada urin, feses, keringat, air mata dan

ASI.

Penularan yang lebih rendah dapat terjadi melalui kontak dengan carrier

hepatitis B, hemodialisis, paparan pada pekerja kesehatan yang terinfeksi, alat tato,

alat tindik, hubungan seksual, dan inseminasi buatan, tranfusi darah dan donor

organ. Hepatitis B dapat menular melalui pasien dengan HBsAg negatif tetapi anti-

HBc positif. Virus ini 100 kali lebih infeksius pada pasien dengan HIV dan 10 kali

lebih infeksius pada pasien hepatitis C.

Virus ini bereplikasi didalam hepatosit, tetapi yang membuat kerusakan sel

hati dan manifestasi klinis adalah respon imun yang dihasilkan oleh tubuh. Masa

12
inkubasi virus ini adalah 1 sampai 4 bulan. Kemudian masuk kedalam periode

prodromal dengan gejala konstitusional berupa malaise, anoreksia, mual, muntah,

mialgia dan mudah lelah serta perubahan rasa pada indra pengencap dan sensasi

bau-bauan. Nyeri abdomen kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium intermiten

dapat juga terjadi.

Demam dapat terjadi pada pasien dengan serum sickness like syndrome

dengan gejala demam, kemerahan pada kulit, atralgia, artritis. Gejala ini terjadi 1

sampai 2 minggu sebelum ikterus. Dan gejala klinis dan ikterus hilang setelah 1

sampai 3 bulan. Hepatomegali dan splenomegali dapat terjadi. Palmar eritema atau

spider nevi dapat terjadi walaupun jarang.

HBsAg muncul diserum dalam waktu 2 sampai 10 minggu setelah paparan

virus, Sebelum onset gejala dan peningkatan kadar ALT. Pada sebagian pasien

dewasa, HBsAg hilang dalam waktu 4 sampai 6 bulan. Anti HBs dapat muncul

beberapa minggu setelah serokonversi HbsAg.setelah serokonversi HBsAg menjadi

anti HBs, HBV-DNA masih dapat dideteksi pada hati,dan respon sel T spesifik

terhadap virus hepatitis B. dapat di jumpai pada beberapa dekade berikutnya. Pada

kondisi yang jarang, pasien dengan anti HBs-positif dapat kembali terinfeksi virus

hepatitis B karena proteksi inkomplit dari anti HBs terhadap serotipe virus hepatitis

B lainnya.

Adanya HBsAg yang persisten lebih dari 6 bulan menunjukkan bahwa

pasien menderita infeksi hepatitis B kronik. Pada pasien yang terdapat HbsAg dan

anti-HBs bersamaan, pasien tersebut dianggap menderita infeksi virus hepatitis B,

dan adanya anti HBs tidak mempengaruhi aktivitas penyakit dan hasil akhir

13
penyakit tersebut. HBsAg yang persisten lebih dari 3 bulan setelah onset penyakit

jarang terjadi dan menunjukkan progresivitas menjadi hepatitis B kronik.

Pada hepatitis B akut, periode antara hilangnya HBsAg dan munculnya anti-

HBs dikenal dengan periode jendela (window period). Pada periode ini, HBsAg

negative dan HBV-DNA biasanya tidak terdeteksi. Penanda satu-satunya yang

positif adalah IgM anti HBc, suatu antibody terhadap antigen hepatitis B core.

Sehinggan IgM anti HBc merupakan penanda serologis paling penting pada infeksi

hepatitis B akut. IgM anti HBc biasanya bertahan selama 4-6 bulan dan jarang

persisten sampai 2 tahun. Tetapi penanda tersebut dapat juga positif selama

hepatitis B kronik yang mengalami eksaserbasi akut. IgG anti HBc merupakan

penanda paparan hepatitis B. Penanda tersebut positif pada hepatitis B kronik dan

pada pasien yang telah sembuh dari hepatitis B akut. Pada kasus yang telah sembuh

dari hepatitis B akut, biasanya penanda tersebut disertai dengan adanya anti-HBs

yang positif.

Tabel : Interpretasi Serologi Infeksi Hepatitis B Akut

HBsAg IgM anti-HBc Interpretasi

+ + Hepatitis B akut atau hepatitis B kronik yang mengalami

eksaserbasi akut

+ - Hepatitis B kronik

- + Hepatitis B akut

- - Fungsi hati yang abnormal yang bukan disebabkan virus

hepatitis B

14
Peningkatan ALT dan AST sering dijumpai, dimana ALT lebih tinggi

daripada AST. Peningkatan kadar bilirubin biasanya muncul setelah peningkatan

ALT. Leukopenia ringan dan limfositosis relative sering dijumpai. ALT biasanya

kembali normal setelah 1-4 bulan diikuti kadar bilirubin yang menjadi normal.

Terapi pada kasus ini hanya terapi suportif dan simptomatik karena dapat

sembuh spontan. Terapi antiviral diperlukan pada kurang dari 1% kasus yaitu

hepatitis fulminant dan pasien imunokompromais

Pencegahan yaitu diberikan immunoglobulin yang dapat mengurangi

frekuensi penyakit klinis. Pemberian vaksinasi diberikan saat pencegahan sebelum

pajanan dan setelah pajanan. Wanita hamil menjadi kontraindikasi pada pemberian

vaksinasi ini.

2.3.3 Hepatitis C

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus

Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus hepatitis C adalah adalah virus RNA.

Genom HCV digolongkan dalam Flavivirus bersama-sama dengan virus hepatitis

G, Yellow fever, dan Dengue. Virus ini umumnya masuk kedalam darah melalui

jalur parental. Penularan HCV dihubungkan dengan transfusi darah atau produk

darah, melalui jarum suntik.

Kecepatan replikasi HCV sangat besar, melebihi HIV maupun HBV.

Viremia terjadi dalam hitungan hari setelah paparan perkutan terhadap virus

hepatitis C. Sebagian pasien dapat mengalami gejala prodromal tipikal berupa flu-

like syndrome, tetapi sebagian besar kasus asimptomatik.

15
Jika masuk ke dalam darah maka HCV akan segera mencari hepatosit (sel

hati) dan kemungkinan sel limfosit B. Hanya dalam sel hati HCV bisa berkembang

biak.

Manifestasi klinis hepatitis virus C dikenal mulai dari hepatitis akut,


fulminan, kronis, yang dapat berkembang menjadi sirosis atau kanker hati. infeksi
akut HCV tidak memberi gejala atau hanya bergejala minimal. Hanya 20-30%
kasus yang menunjukkan tanda-tanda hepatitis akut 7 – 8 minggu (berkisar 2 – 26
minggu) setelah terjadinya paparan.
Infeksi virus hepatitis terbagi 3 fase, yaitu fase prodormal, fase ikterik, dan
fase convalescent. Pada fase prodormal, onset terjadi pada hari 1-14, namun rata-
rata timbul pada hari 5-7 setelah paparan. Keluhan yang sering yaitu malaise,
fatique, mual dan muntah, kehilangan selera makan, low grade fever, flu like
symptoms, dan kebanyakan pasien mengeluh adanya nyeri pada perut kanan atas.
Pada fase ikterik, gejala yang sering ditimbulkan yaitu warna kuning pada
mukosa sklera pada awalnya dan berlanjut pada perubahan warna pada kulit. Durasi
ikterik bervariasi, biasanya antara 4 hari sampai beberapa bulan, namun rata-rata 2-
3 minggu. Urin menjadi gelap, feses berwarna seperti dempol (pucat). Selama fase
ini, setengah penderita menunjukkan gejala gatal-gatal.
Pada fase convalescent, kebanyakan gejala di atas menghilang (resolve).
Ikterik tidak ditemukan, warna pada kulit, urin dan feses kembali ke warna yang
semula. Kembalinya nafsu makan dan adanya peningkatan berat badan
menunjukkan sudah adanya tahap penyembuhan.
Umumnya secara klinik gejala HCV akut lebih ringan daripada hepatitis
virus akut lainnya. Masa inkubasi HCV terletak antara HAV dengan HBV, yaitu
sekitar 2 – 26 minggu, dengan rata-rata 8 minggu. Pada penderita hepatitis akut
ditemukan Anti HCV positif pada 75,5% HNANB pasca-tranfusi, 35% pada
HNANB sporadik dan hanya 2,4 pada HBV. Sebagian besar penderita yang
terserang HCV akut akan menjurus menjadi kronis.
RNA virus hepatitis C dapat terdeteksi sebelum gejala muncul, namun level
dari viremia pada 6 bulan pertama dapat dorman dan tidak terdeksi walaupun orang

16
tersebut sedang dalam infeksi yang persisten. Gejala awal yang ditunjukkan
tergantung dari usia saat terjadinya paparan, sistem imun penderita, adanya
penyakit hati sebelumnya dan tingkat inokulasi virus.
Level serum dari enzim hati seperti alanin aminotransferase (ALT)

meningkat 10 kali lebih tinggi dari pada normal, kemudian menurun, dan untuk

orang dengan infeksi yang persisten didapatkan kadar ALT naik turun (fluktuatif).

Serum bilirubin juga dapat meningkat setelah beberapa minggu gejala pertama

muncul, namun akhirnya kembali ke level yang normal. Secara garis besar, angka

mortalitas pada infeksi akut tergolong rendah.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa viral load pada serum lebih

berfluktuasi selama infeksi virus hepatitis C fase akut daripada fase kronik. Pada

keadaan hepatitis C akut yang simptomatik, titer aviditas IgM anti HCV dan titer

IgG anti HCV berguna untuk membedakan infeksi hepatitis C akut terhadap infeksi

hepatitis C kronik yang mengalami eksaserbasi akut.

Penegakan diagnosis pada hepatitis virus C berdasarkan uji serologi untuk

memeriksa antibodi dan Uji HCV RNA. Antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi

dengan metode enzyme immunoassay yang sangat sensitif dan spesifik. Sedangkan

HCV RNA dideteksi dalam waktu 2 minggu infeksi dan juga digunakan untuk

konfirmasi terjadinya infeksi akut.

Hepatitis C fulminant pada kasus ini jarang terjadi. Bila HCV RNA bertahan

selama lebih dari 6 bulan, maka infeksi hepatitis C dinyatakan sebagai infeksi

kronik.

17
Penyembuhan spontan dalam waktu 6 bulan terjadi pada 20%-50% pasien.

Hal itu berhubungan dengan penemuan klinis, dimana pasien dengan ikterus

biasanya lebih mudah sembuh spontan.

Tatalaksana infeksi hepatitis C akut adalah suportif dan simptomatik.

2.3.4 Hepatitis D

Virus hepatitis D ditransmisikan dengan bantuan virus hepatitis B. Virus ini

paling banyak ditransmisikan melalui penggunaan obat-obatan interavena dengan

jarum yang tidak steril.

Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar

15 juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis

D. Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi)atau setelah seseorang

terkena hepatitis B kronis (superinfeksi).Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B

dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut serius dan berisiko tinggi

mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena super infeksi hepatitis D biasanya

mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang besar (70% d- 80%)

menjadi sirosis. Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan

vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena

HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.

Efisiensi transmisi virus hepatitis D terutama bergantung pada status HbsAg

carrier dan individu yang ditularkan. Pada orang normal (HBsAg negative), infeksi

hepatitis D tidak dapat ditransmisikan, kecuali pada pasien sebelumnya telah

terinfeksi hepatitis B. Pada pasien dengan HBsAg positif, adanya infeksi hepatitis

B tersebut akan mempermudah aktivasi virus hepatitis D, dan infeksi tersebut akan

18
terjadi dengan cepat, yang dinamakan superinfeksi virus hepatitis D pada infeksi

virus hepatitis B. Carrier virus hepatitis B dapat juga menjadi carrier hepatitis D.

Infeksi hepatitis D yang didapatkan dari koinfeksi hepatitis B dan hepatitis

D mempunyai klinis yang serupa dengan infeksi hepatitis B akut. Gejala awal yang

dirasakan diantaranya rasa lelah, demam, diare, mual, muntah, sakit perut, mata

kuning, sakit kepala dan hilangnya nafsu makan. Gejala ini dapat muncul sebagai

gejala yang ringan atau amat progresif. Kadang-kadang ditemukan penderita yang

tanpa gejala.

Deteksi HDAg intrahepatik melalui pemeriksaan imunohistokimia

merupakan standar awal untuk diagnosis infeksi virus hepatitis D aktif. Adanya

HDV-RNA pada serum menggunakan PCR merupakan pemeriksaan yang paling

sensitive dan paling spesifik untuk infeksi hepatitis D. Pemeriksaan IgM anti HDV

dapat digunakan untuk pemantauan infeksi hepatitis D.

Virus hepatitis D bergantung pada HBs Ag dan bukan terhadap replikasi

virus hepatitis B, sehingga sintesisnya tidak dipengaruhi oleh kadar HBV-DNA

dalam serum.

Pada infeksi hepatitis D kronik, terapi yang digunakan adalah interferon.

Vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi hepatitis D, karena HDV tidak mungkin

hidup tanpa HBV.

2.3.5 Hepatitis E

Virus ini stabil terhadap lingkungan dan bahan kimia, tetapi lebih tidak

stabil dibandingkan virus hepatitis A, meskipun sebagian virus hepatitis E dapat

bertahan pada temperatur internal pada daging yang setengah matang.

19
Infeksi virus hepatitis E dapat ditularkan melalui 4 jalur transmisi : (1)

melalui air, (2) melalui makanan, konsumsi daging yang mentah atau kurang

matang, yang berasal dari hewan yang terinfeksi, (3) transmisi melalui darah antara

parenteral, (4) transmisi vertical dari ibu ke janin. Infeksi virus hepatitis E dapat

ditularkan melalui jalur fekal oral.

Patogenesis infeksi virus Hepatitis E dibagi menjadi masa inkubasi, fase

replikasi, fase progresivitas penyakit. Masa inkubasi dimulai dari onset paparan

sampai muncul gejala klinis kurang lebih 28-40 hari. Target utama virus hepatitis

E adalah hepatosit. Empedu merupakan sumber utama ditemukannya virus hepatitis

E di feses.

Siklus replikasi virus hepatitis E dimulai dari :

a. Virus masuk ke hepatosit melalui reseptor seluler, dimana identitasnya

masih belum dapat ditentukan

b. Tahap tersebut diikuti dengan pelepasan partikel virus dan pelepasan

genom RNA sense positif ke dalam sel

c. Genom RNA ditranslasi didalam sitoplasma menjadi protein non

struktural yang dikode oleh ORF1.

d. Replikasi kemudian mensintesis replica genom RNA untai positif

menjadi RNA untai negative intermediate, genomic dan subgenomik

RNA untai positif disintesis dari RNA untai negative intermediate

e. Subgenomik RNA untai positif ditranslasi menjadi protein structural

f. Protein kapsid mengemas genomic RNA menjadi virion baru.

20
Partikel virus hepatitis E yang baru disekresikan oleh sel melalui membrane

apical hepatosit menuju kanalikuli bilier dimana mereka dibawa menuju empedu

dan intestine

Masa inkubasinya melalui jalur oral adalah 4-5 minggu. Dan pertama kali

dideteksi di feses kurang lebih 1 minggu sebelum onset penyakit dan bertahan

beberapa minggu. Infeksi virus ini dapat sembuh sendiri tanpa sekuele kronik.

Gambaran klinis yang dijumpai adalah akut yang ikterik yaitu :

1. Fase prodromal dan fase preikterik

Fase prodromal berlangsung selama 1-4 hari. Dengan gejala flu like

symptoms, terdiri dari demam, menggigil, nyeri abdomen, anoreksia,

mual, muntah diare, atralgia, astenia, dan ruam urtikaria. Gejala tersebut

diikuti dengan keluhan icterus dalam waktu beberapa hari

2. Fase ikterik

Fase ini dimulai dengan adanya urin yang berwarna coklat seperti teh,

pruritus, atau warna feses yang pucat.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan icterus, hepatomegaly, dan

splenomegaly. Penyakit ini dapat mempunyai gejala non spesifik yang mirip

dengan pasien dengan demam akibat infeksi virus lainnya tanpa icterus (hepatitis

anikterik)

Penemuan klasik pada infeksi hepatitis E akut adalah peningkatan bilirubin

serum (terutama bilirubin terkonjugasi), peningkatan transaminase yang sangat

tinggi, peningkatan gamma glutamyltransferase, serta peningkatan ringan dari

serum alkali fosfatase.

21
HEV-RNA dapat dideteksi pada feses sampai 10 hari setelah onset gejala.

Deteksi HEV-RNA serum selama fase pre-ikterus menunjukkan adanya transmisi

sporadik yang ditularkan melalui jalur parenteral.

Peningkatan titer Ig-G anti HEV meningkatan selama fase akut dan

konvalesens, dan bertahan selama satu tahun setelah infeksi akut. Hepatitis E akut

dapat sembuh sempurna tanpa sekuele kronik.

Tatalaksana infeksi hepatitis E akut adalah suportif dan simptomatik.

2.4 Pencegahan

Sebagian besar penyakit hati disebabkan oleg virus maka upaya pencegahan

penyakit hati yang akan dibicarakan adalah hepatitis virus. Penularan hepatitis A

dan E melalui fecal oral sedangkan penulanan hepatitis B/D dan C melalui

parenteral, seksual, perinatal dan transfusi darah maka usaha pencegahan yang

harus dilakukan adalah:

A. Pencegahan penyebaran dengan:

1. Perbaikan/ peningkatan kebersihan lingkungan dan sanitasi

2. Peningkatan mutu air minum

3. Kebersihan perseorangan dengan selalu mencuci tangan sebelum

makan

4. Pemberian darah hanya dilakukan pada kondisi yang benar benar

diperlukan.

5. Pemeriksaan darah, semen, jaringan organ, donor.

6. Peringatan dan pelaksanaan proses penyuntikan yang aman

22
7. Penggunaan sarung tangan, masker dan penutup badan saat menangani

material yang menular atau terkontaminasi

8. Sterilisasi semua material dan instrumen untuk operasi atau penganan

gigi yang tidak sekali pakai

9. Penggunaan jarum injeksi yang steril pada pengguna obat-obatan

terlarang.

10. Penyuluhan data konseling untuk masyarakat dan penderita

B. Imunisasi

1. Imunisasi dengan Imunoglobulin (Ig) yang dapat memproteksi

serangan virus secara pasif

2. Imunisasi dengan vaksin, pencegahan secara aktif terhadap serangan

virus. Belum ada vaksin atau ig untuk imunisasi hepatitis C dan E.

Vaksin dan Ig yang sudah ada hanyalah hepatitis A dan B

- Vaksinasi hepatitis A

Imunoglobulin untuk pencegahan hepatitis A: Ig anti HAV.

Pemberian Ig pada hepatitis A dapat menurunkan insiden sampai

90%, tetapi harus sering diulang karena hanya memberi proteksi

selama 6 bulan. Pemberian bersama dengan vaksin MMR dan

varisela harus dihindari karena kan melemahkan vaksin, berikan

selang waktu 3 bulan untuk MMR dan 5 bulan untuk Varisella.

Vaksin virus Hepatitis A yang dilemahkan dapat memberikan

proteksi panjang (20 tahun). Dapat diberikan bersamaan dengan

beberapa vaksin seperti DPT dan Hepatitis

23

Anda mungkin juga menyukai