Anda di halaman 1dari 10

Standar SNI 7826-2012

X. BIOGASS

A. Pengertian Biogas

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah
organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.

B. Manfaat Biogas
Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga dapat menghasilkan
listrik. Ada beberapa alasan mengapa biogas merupakan bahan bakar alternatif
terbaik, di antaranya biogas memproduksi bahan bakar ramah lingkungan, biogas
memiliki kandungan energi dalam jumlah yang besar, dan limbah biogas dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk.
Biogas menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Biogas terbuat dari
bahan-bahan alami, seperti kotoran manusia dan hewan, serta limbah-limbah
organik lain. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer
oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan bahan bakar
fosil. Biogas juga tidak menghasilkan limbah yang bisa mencemari lingkungan.
Gas metana dalam biogas bisa terbakar sempurna. Sebaliknya, gas metana dalam
bahan bakar fosil tidak bisa terbakar sempurna dan akan membahayakan
lingkungan. Seperti kita ketahui, metana termasuk dalam gas-gas rumah kaca
yang bisa menyebabkan pemanasan global (global warming). Sehingga
penggunaan biogas bisa mencegah resiko terjadinya global warming.

C. Komposisi Biogas
Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan
karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2, dan H2S.
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Pada literature lain komposisi biogas secara umum ditampilkan dalam
tabel berikut:

Komponen %

Metana (CH4) 55-75

Karbon dioksida (CO2) 25-45

Nitrogen (N2) 0-0.3

Hidrogen (H2) 1-5

Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

Oksigen (O2) 0.1-0.5

D. Bahan-bahan pembuatan biogas


a) Bahan Organik
Biogas berasal dari fermentasi bahan-bahan organik diantaranya :
1) Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, dan lain-lain;
2) Limbah dan hasil produksi : minyak, gas, penggiling padi, limbah
sagu;
3) Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan
dan sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan
tapioka, limbah cair industri tahu;
4) Limbah Perairan : tumbuh-tumbuhan air, eceng gondok;
5) Limbah Peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,
kotoran unggas.
b) Mikroba
Ada tiga kelompok dari Bakteri dan Arkhaebakteria yang berperan dalam
proses pembentukan biogas, yaitu:
a. Kelompok bakteri fermentatif: Streptococci, Gbacteriodes, dan
beberapa jenis Enterobactericeae.
b. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibri
c. Kelompok Arkhaebakteria dan bakteri metanogen: Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.

E. Bahan Baku
Pada dasarnya, untuk memproduksi biogas, yang dibutuhkan adalah bahan
baku yang berupa sampah organik. Sampah organik dari tumbuhan dan hewan
sebagian besar mengandung karbohidrat, lemak, protein, dll. Jika material ini
berada dalam keadaan anaerobik, maka gas kimia yang disebut methane
(metana) akan diproduksi oleh bakteri. Berdasarkan observasi di lapangan,
sebagian besar pengguna energi biogas menggunakan bahan baku dari kotoran
ternak sapi yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1. Jumlah input
dan output sesuai dengan ukuran reaktor dapat dilihat pada Tabel 1.2, sebagai
berikut:
Ukuran Reaktor (m3) 4 6 8 10 12
Jumlah Sapi (ekor) 2-3 4-5 6 7-8 9
Jumlah Kotoran (kg/hari) 30 45 60 75 90
Gas yang dihasilkan (m3) 1 1,5 2 2,5 3
Lama penggunaan kompor (jam) 4 6 8 10 12
Tabel 1.2 Jumlah input dan output pada produksi biogas
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan biogass
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi poses pembuatan biogas,
antara lain faktor pengenceran, jenis bakteri, derajat keasaman (pH), suhu,
keberadaan bahan-bahan yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri serta
perbandingan antara karbon (C) dan nitrogen (N) bahan.
1. Pengenceran bahan baku
Bahan baku pebuatan biogas perlu diencerkan. Umumnya
pengenceran bahan baku dilakukan dengan perbandingan 1:1 sampai 2
antara bahan baku air.
2. Jenis bakteri
Ada dua kelompok bakteri yang berpengaruh pada pembuatan biogas
yaitu bakteri-bakteri pembentuk asam dan bakteri-bakteri pembentuk gas
metana yang bersifat anaerobic.
3. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman juga memperngaruhi kerja dari mikroba yang ada
dalam digester. PH yang terlalu asam atau terlalu basa sangat
mempengaruhi kerja mikroba ini. pH antara 6,8 samai 8 merupakan pH
optimum dalam proses pembentukan biogas.
4. Bahan penghambat
Terdapat bahan penghambat yang dapat mengganggu pertumbuhan
mikroorganisme. Bahan bahan seperti logam berat, desinfektan, deterjen
dan antibiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam digester.
Dengan demikian dapat mempengaruhi jumlah biogas yang dihasilkan.
Untuk itu, maka perlu diperhatikan agar bahan-bahan ini tidak tercampur
dalam bahan. Disamping itu, air yang digunakan sebagai pelarut atau
pengencer bahan baku harus dipastikan tidak mengandung bahan-bahan
tersebut.
5. Suhu
Faktor suhu lingkungan juga sangat menentukan aktif tidaknya bakteri
yang berperan dalam pembuatan biogas. Perkembangbiakan bakteri sangat
dipengaruhi oleh suhu.
Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan
kurang atau tidak aktifnya mikroorganismee penghasil biogas, sehingga
kurang baik untuk proses pembentukan biogas. Kisaran suhu antara 32-
37˚C merupakan suhu yang baik untuk proses pembentukan biogas,
sedangkan suhu optimumnya adalah 35˚C.
6. Perbandingan C dan N pada bahan organik
Perbandingan karbon dan nitrogen yang terkandung dalam bahan
organik yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas sangat
menentukan kehidupan dan aktivitas mikroorganisme. Perbandingan antara
C dan N yang optimum bagi mikroorganisme perombak adalah 30:1.

Bahan Organik N dalam % C/N


Kotoran Manusia 6 5.9-10
Kotoran Sapi 1.7 16.6-25
Kotoran Babi 3.8 6.2-12.5
Kotoran Ayam 6.3 5-7.1
Kotoran Kuda 2.3 25
Kotoran Domba 3.8 33
Jerami 4 12.5-25
Lucemes 2.8 16.6
Alga 1.9 100
Gandum 1.1 50
Serbuk Jerami 0.5 100-125
Ampas Tebu 0.3 140
Serbuk Gergaji 0.1 200-500
Koil 3.6 12.5
Tomat 3.3 12.5
Mustard 1.5 25
Kulit Kentang 1.5 25
Sekam 0.6 67
Bonggol Jagung 0.8 50
Daun Yang Gugur 1 50
Batang Kedelai 1.3 33
Kacang Toge 0.6 20

Skema Energi Biogas


Setiap bahan organik yang biodegradable dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk diproses dalam digester. Namun, karena perhitungan ekonomi,
seringkali bahan baku yang digunakan untuk mendapatkan biogas berasal dari
kotoran hewan atau sampah organik yang tersedia di alam. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan dalam mencari bahan baku serta menghasilkan manfaat
dengan nilai ekonomi yang tinggi. Teknologi biogas ini lebih banyak digunakan
di daerah-daerah yang terdapat peternakan hewan, hal ini untuk mendayagunakan
kotoran hewan yang melimpah untuk menghasilkan gas yang bisa bernilai
ekonomi tinggi.
Di Indonesia, terdapat beberapa skema energi biogas yang telah
dikembangkan. Salah satunya adalah skema yang dikembangkan oleh BIRU
(Biogas Rumah) yang dikelola dan diimplementasikan oleh Hivos (Institut
Kemanusiaan untuk Kerjasama Pembangunan) dan SNV (Lembaga
Pembangunan Belanda). Dalam skema ini terdapat 6 (enam) bagian utama yang
dikembangkan sebagaimana terlihat pada Gambar dibawah ini
Sumber: BIRU, 2009

Keterangan:

1. Inlet (tangki pencampur), tempat bahan baku kotoran dimasukkan


2. Reaktor (ruang anaerobik/hampa udara)
3. Penampung gas (kubah penampung)
4. Outlet (ruang pemisah)
5. Sistem pipa penyalur gas
6. Lubang penampung ampas biogas atau lubang pupuk kotoran yang
telah terfementasi.
G. Proses Pembentukan Biogas
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
1. Hidrolisis
Pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik agar mudah larut
dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan
bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer).
2. Pengasaman
Tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk
pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk
asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam
asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3. Metanogenik
Pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan oleh
bakteri pengurai menjadi metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam
proses ini yang akan mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi
Hidrogen sulfida.

H. Proses Pembuatan Biogas dari Limbah


Pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam keadaan anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah
metan dan karbondioksida. Proses yang terjadi yaitu:
1. Pertama tama kotoran sapi yang ada di taruh di penampungan sementara dapat
menggunakan ember. Setelah itu diencerkan menggunakan air dengan
perbandingan yang tergantung kandungan air yang terdapat pada kotoran
hingga membentuk lumpur.
2. Setelah itu lumpur yang terbentuk dimasukkan kedalam digester jenis model
reaktor balon yang menggunakan bahan plastik. Setelah masuk kedalam
disgester maka akan terjadi proses pembentukan biogas.
3. Setelah itu pada hari ke-1 sampai ke-8 gas yang terbentuk adalah CO2. Pada
hari ke 10 maka gas metan sudah mulai terbentuk. Pada hari ke 14 umumnya
sudah terbentuk komposisi gas CH4 54% dan CO2 27%, maka biogas akan
menyala. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk
menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya.
4. Untuk penggunaan secara kontinu dan biogas yang optimal maka digester terus
diisi secara terus menerus.

Gambar 6.1 Biogas Portable

I. Kelebihan dan Kekurangan Biogas


a. Kelebihan Biogas
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dengan pemanfaatan Biogas
sebagai bahan bakar antara lain:
1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan
asap sehingga tidak menimbulkan polusi udara.
3. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk
sehingga tidak mencemari lingkungan.
4. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui
pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.
5. Lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal ini terjadi karena
memanfaatkan limbah dan kotoran untuk dijadikan bahan pembuat
biogas.
6. Relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

b. Kekurangan Biogas
1. Sedikit berbau.
2. Belum bisa dipake (dimasukkan tabung seperti halnya LPG), sehingga
user/pemakai harus berdekatan dengan sunber biogas, pada akhir biogas
belum bisa dipasarkan.
3. Belum terlalu dikenal oleh masyarakat umum khususnya biogas portable
ini

Anda mungkin juga menyukai