Penuntun Prak. Kimnal Kuanti D3 2019 PDF
Penuntun Prak. Kimnal Kuanti D3 2019 PDF
DAFTAR ISI
HALAMAN
1. Daftar isi ........................................................................................................... i
2. Peraturan Laboratorium .......................................................................................... ii
3. Peraturan Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif ..................................... iii
4. Pendahuluan ................................................ .............................. 1
5. Deskripsi singkat ....................................................................... 7
6. Tujuan Instruksional Umum ....................................................... 7
7. Percobaan 1. Teknik Pemakaian Alat .......................................................................... 12
8. Percobaan 1. Penetapan Kadar HCl
Titrasi asam kuat dengan basa kuat (Alkalimetri) ............................................. 13
9. Percobaan 2. Penetapan Kadar CH3COOH
Titrasi asam lemah dengan basa kuat (Alkalimetri) ................................................... 15
10. Percobaan 3. Penetapan Kadar asam lemah yang tak larut dalam air
Titrasi asam lemah dengan basa kuat dalam pelarut campur
(Alkalimetri = TSBA=Titrasi Semi Bebas Air sebagai asam) ................................. 16
11. Percobaan 4. Penetapan Kadar Na2B2O7
Titrasi garam asam lemah dengan asam kuat (Asidimetri) ....................... 18
12. Percobaan 5. Penetapan Kadar Na2CO3
Titrasi garam asam lemah dengan asam kuat (Asidimetri) ........................ 19
13. Percobaan 6. Penetapan kadar basa lemah/garamnya (pKa > 6)
Titrasi basa lemah/garamnya dengan asam dalam pelarut bukan air
(TBA-Basa=Titrasi Bebas Air Sebagai Basa) ……………………………… 20
14. Percobaan 7. Penetapan Kadar Na2C2O4
(Oksidimetri-Permanganometri) ........................................................ 22
15. Percobaan 8. Penetapan Kadar CuSO4
(Oksidimetri-Iodometri) ............................................................................... 24
16. Percobaan 9. Penetapan kadar Metampiron
(Oksidimetri-Iodimetri) .............................................................................. 25
17. Percobaan 10. Penetapan kadar Vitamin C
(Oksidimetri-Iodimetri) .............................................................................. 27
18. Percobaan 11. Penetapan kadar MgSO 4
(Kompleksometri-Tityrasi Langsung) ...................................................... 28
19. Percobaan 12. Penetapan kadar CaCl2
(Kompleksometri-Titrasi Substitusi) ........................................................ 30
20. Percobaan 13. Penetapan kadar CaCl2
(Kompleksometri-Titrasi Kembali) ......................................................... 31
21. Percobaan 14. Penetapan kadar NaCl
(Argentometri-Metode Mohr) ...................................................................................... 31
22. Percobaan 15. Penetapan kadar NaCl
(Argentometri-Metode Fayans) .................................................................................... 33
23. Percobaan 16. Penetapan kadar NaCl
(Argentometri-Metode Volhard) ................................................................................. 34
24. Percobaan 17 dan 18. Penetapan kadar sulfa-sulfa
Titrasi Nitrimetri Indikator dalam dan Indikator luar ........................................... 36
25. Percobaan 19. Penetapan kadar Na2SO4
(Gravimetri - Metode Pengendapan) .......................................................................... 38
26. Contoh Laporan Sementara ....................................................................... 39
27. Contoh Laporan Resmi ............................................................................. 42
28. Personalia ...................................................................................... 45
2
PERATURAN LABORATORIUM
1. Praktikan hanya boleh melakukan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Di
luar waktu yang telah ditentukan, praktikum tidak sah.
2. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, praktikan yang terlambat harus minta
izin kepada staf Dosen / Asisten yang bertugas.
5. Praktikan yang meninggalkan praktikum sebelum waktu usai, harus minta izin kepada Staff
Dosen / Asisten yang bertugas.
6. Selama praktikum berlangsung, tidak dibenarkan merokok, makan minum, membuat keributan dan
mengganggu jalannya praktikum.
8. Tidak boleh menggunakan peralatan (Neraca Listrik dan Spektrofotometer) tanpa seizin Staff
Dosen / Asisten yang bertugas, dan harus menuliskan nama pemakai pada buku catatan
pemakaian alat.
10. Bila di dalam Laoratorium terjadi sesuatu yang berbahaya segera melapor kepada Staff Dosen
yang bertugas. Dan bila dalam praktikum menemui kesulitan atau kesukaran, mintalah petunjuk dari
Staff Dosen / Asisten yang bertugas.
11. Praktikan dianjurkan memeriksa dan mencocokkan alat-alat dengan daftarnya setiap selesai
praktikum. Bila ternyata tidak cocok (pecah atau hilang) agar secepatnya diganti.
12. Praktikan diwajibkan mengganti alat-alat yang pecah atau hilang (tanggung jawab grup).
13. Setelah program praktikum selesai dilaksanakan, praktikan harus segera mengembalikan alat-
alat yang dipinjam.
3
PERATURAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
1. Mahasiswa yang dapat mengikuti praktikum Kimia Analisis Kuantitatif ialah mahasiswa
Fakultas Farmasi program D-3 semester 2.
2. Praktikan dibagi atas grup, tiap grup terdiri dari 5-6 praktikan. Grup bertanggung jawab atas
peralatan yang dipinjam.
3. Tiap percobaan hanya boleh dikerjakan setelah praktikan mengikuti diskusi pendalaman (responsi)
mengenai teori dan prosedur percobaan yang akan dikerjakan (dilaksanakan 15 menit sebelum
praktikum).
4. Praktikan harus membuat laporan praktikum. Laporan praktikum terdiri dari laporan sementara dan
laporan resmi.
5. Laporan Sementara : Dibuat dalam Buku Laporan Sementara, disusun sesuai dengan contoh
(terlampir), tulis tangan, minus data-data. Dibuat sebelum praktikum. Buku Laporan Sementara
harus ditunjukkan pada staf yang bertugas tiap masuk laboratorium. Tanpa laporan sementara
tidak diizinkan mengikuti praktikum. Laporan sementara yang lengkap (data hasil pengukuran
dan perhitungan telah ada) diserahkan selesai praktikum.
6. Laporan Resmi : Dibuat dalam kertas doble-folio, disusun sesuai laporan sementara plus data hasil
pengukuran dan perhitungan serta pembahasan hasil kerja, tulis tangan, diserahkan pada minggu
berikutnya (contoh terlampir).
7. Praktikan harus menyediakan wadah tempat sampel. Pengumpulan wadah sampel setiap habis
praktikum.
8. Setiap data yang didapat harus ditunjukkan dan disahkan /diparah oleh staf yang bertugas.
Data yang dimaksud adalah data standarisasi pentiter (tanya asisten), penimbangan /volum
sampel dan volum titrasi sampel.
9. Bagi praktikan yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pada butir 3, 4, 5, 6, dan 7 tidak
diizinkan mengikuti praktikum.
10. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum diwajibkan memberi keterangan tertulis atau
surat keterangan dokter bila sakit.
11. Praktikum ulangan tidak ada. Bagi yang percobaannya tidak cukup (karena tidak hadir praktikum)
diberi waktu melengkapi percobaannya. (Maksimum 2 percobaan).
12. Evaluasi dilakukan setelah semua percobaan telah selesai dilakukan dan telah menyerahkan laporan
resmi.
13. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini, akan diatur kemudian.
14. Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan dan akan diubah jika ternyata terdapat kekeliruan.
4
PENDAHULUAN
Seorang analisis yang baik dituntut untuk selalu bersih, rapi,teliti, efisien dan terampil
dalam melakukan tugasnya. Ia harus menguasai semua percobaan yang akan dilakukan dan agar
percobaan tersebut berhasil dengan baik ia juga harus menguasai teori dan terampil
menggunakan alat-alat yang diperlukan dalam percobaan tersebut. Untuk dapat mempunyai sifat-
sifat tersebut diperlukan latihan praktek yang banyak dan panjang.
Dalam melakukan analisa harus mempergunakan alat-alat gelas yang bersih. Permukaan
luar dan dalam yang kelihatannya tidak mengandung kotoran mungkin masih terkontaminasi
oleh lapisan tipis dan tak terlihat dari bahan lemak. Apabila air dituangkan dari alat gelas
tersebut maka air tersebut tidak mengalir secara merata dari permukaan gelas, tetapi
meninggalkan tetesan-tetesan yang terisolasikan yang akan menyusahkan dalam analisa dan
kadang-kadang tak mungkin menghilangkannya.
Alat-alat gelas yang bisa dimasuki sikat, seperti beker, erlenmeyer, tabubg reaksi dll.,
dapat dibersihkan dengan sabun dan deterjen. Pipet, buret dan botol (labu) ukur mungkin
memerlukan larutan deterjen panas agar dapat dibersihkan dengan sempurna. Jika permukaan
gelas masih juga tidak dapat hilang airnya dengan rata,maka dalam hal ini diperlukan
menggunakan larutan pembersih yang lebih kuat supaya permukaan (dalam) gelas bersih
sempurna. Permukaan gelas yang masih berlemak dapat dibersihkan dengan penambahan spiritus
– KOH/NaOH atau memakai kaliumbikromat dengan asam sulfat pekat. Pemakaian pembersih
ini harus sangat hati-hati, karena sangat korosif dan dapat mencelakakan. Pemakaiannya harus
dibawah pengawasan asisten. Setelah pembersihan maka alat-alat gelas tersebut harus dibilas
beberapa kali dengan air ledeng, kemudian sedikit demi sedikit denga air suling dan akhirnya
dibiarkanmengering.
Banyak alat-alat gelas dalam anlisa tidak memerlukan keterampilan khusus dalam
pemakaiannya, tetapi ada beberapa diantaranya memerlukan latihan praktek khusus.
1. PIPET.
Dikenal bebera pamacam pipet antara lain pipet volum dan pipet ukur yang lazim
digunakan dalam analisis volumetri.
PIPET VOLUM dipergunakan untuk memindahkan sejumlah larutan yang diketahui
secara teliti volumnya dari satu bejana kedalam bejana yang lain. Sebelum dipergunakan
pipet harus sudah bersih dan harus dibersihkan jika air suling tidak mengering secara
merata tetapi meninggalkan titik-titik air yang menempel pada permukaan dalam.
Pembersihan dapat diklakukan dengan deterjen atau larutan pencuci. (lihat uraian
sebelumnya).
Pengisian pipet dilakukan dengan mengisap larutan secara berhati-hati sampai 2
sentimeter diatas tanda garis goresan atau dengan menggunakan bola pengisap untuk
larutan-larutan yang berbahaya, misalnya larutan iodium. Selama pemipetan agar
diperhatikan ujung pipet harus terendam cukup dalam dalam larutan. Kedalaman yang
kurang akan menyebabkan terisapnya gelembung-gelembung udara. Jari telunjuk
kemudian ditempatkan dengan cepat menutupi ujung atas pipet. Pipet diangkat dari
larutan dan ujung bawahnya dilap dengan kertas saring/tissue untuk menghilangkan titik-
titik air dari permukaan luar. Setelah itu jari telunjuk dibuka sedikit demi sedikit sehingg
larutan akan keluar sampai bagian bawah miniskus berimpit dengan garis tanda.
Volum pipet kemudian dipindhkan keatas erlenmeyer atau beker gelas dan tetesan
dikeluarkan perlahan-lahan kedalam bejana yang diinginkan dan dijaga agar tidak
memercik. Kedudukan pipet selama mengeluarkan cairan harus tegak lurus. Setelah
semua cairan keluar dan pipet menjadi kosong, biarkan selama 30 detik, kemudian ujung
pipet disentuhkan pada dinding dalam bejana penampung pada permukaan cairan.
Sejumlah volum larutan akan tinggal didalam ujung pipet, tetapi pipet telah ditera untuk
memperhitungkan hal ini, maka larutan yang sedikit ini tidak boleh ditiup keluar atau
diganggu dengan cara lain.
5
Gambar 1. Gambar 2.
a. Pipet volum a. Pipet pengisi cairan dihisap diatas
b. Pipet ukur tanda goresan.
b. Penggunaan jari telunjuk untuk
mengatur tinggi cairan di dalam
pipet.
Pipet dengan ujung yang rusak tidak boleh dipergunakan. Jika akan memipet larutan baku
primer atau sekunder, maka pipet harus dibilas terlebih dahulu sebanyak dua kali dengan
larutan tersebut sebelum pemipetan dilakukan.
Biasanya tersedia dalam ukuran 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 ml.
PIPET UKUR mempunyai skala seperti halnya buret dan dipergunakan untuk mengukur
volum larutan dan lebih tepat dan lebih tepat dipergunakan dari pada dilakukan dengan
silinger bersekala. Pipet ukur tidak umum digunakan apabila diperlukan ketepatan tinggi.
Biasanya tersedia dalam ukuran 1, 5, 10, dan 20 ml.
2. BOTOL VOLUMETRIK
Botol volumetri disebut juga labu ukur atau labu tentukur. Botol berisi volum yang
dinyatakan apabiola diisi sedemikian rupa hingga bagian bawah meniskus berimpit
dengan garis tanda. Botol volumetrik digunakan apabila diinginkan untuk membuat suatu
larutan dengan suatu volum yang diketahui secara teliti. Terutama sekali dipakai untuyk
pembuatan larutan baku primer atau untuk mengencerkan suatu larutan dengan teliti.
Botol volumterik mempunyai leher yang sempit, sehingga sedikit perubahan volum akan
menaikkan meniskusnya. Kita akan hati-hati sekali dalam penambahan larutan. Jarak
antarav garis tanda sampai dengan tutupnya cukup besar sehingga memungkinkan
ruangan yang cukup untuk mengocok larutan sesudah dicukpkan sampai garis tanda.
Biasanya tersedia dalam ukuran 5, 10, 25, 50, 100, 250, 500, 1000 dan 2000 ml.
6
Apabil suatu padatan akan dilarutkan dalam botol volumetrik, maka padatan yang telah
ditimbang teliti (X,XXXX gr) dalam neraca listrik tersebut dimasukkan kedalam botol
volumetrik, bilas tempat penimbangan padatan tersebut, tambahkan air suling atau
pelarut lain sejumlah tertentu (sedikit lebih setengah volum). Kocok sampai semua
padatan larut, tambahkan lagi pelarut sampai leher sempit botol volumetrik (sedikit
dibawah garis tanda), keringkan bagian dalam leher (diatas garis tanda dengan kertas
saring). Penambahan pelarut selanjutnya dilakukan dengan pipet tetes (pipet mata)
sampai garis tanda. Kemudian dikocok sampai larutan homogen.
Larutan tidak boleh dipanaskan di dalam botol volumetrik, biarpun terbuat dari gelas
pyrex. Ada kemungkinan bahwa botol tidak dapat kembali ke volumnya semula yang
tepat setelah didinginkan.
Kebanyakan botol volumetrik mempunyai sumbat dari gelas yang diasah atau terbuat dari
polietilen, tutp putar atau tutup pencet plastik. Larutan alkali dapat menyebabkan sumbat
gelas ” membeku” dan dengan demikian tidak boleh sama sekali disimpan dalam botol
yang dilengkapi dengan sumbat yang demikian.
3. BURET.
Buret digunakan untuk memberikan volum yang diketahui dengan teliti, tetapi pemakaian
yang utama pada titrasi. Buret berupa tabung yang panjang dengan tanda-tanda mililiter.
Pda bagian bawah terdapat keran tutup. Sumbat keran tutup dapat terbuat dari gelas
ataupun dari Teflon. Kran tutup teflon tidak memerlukan pelicin tetapi sumbat gelas
harus dilumasi dengan pelicin. Pemberian pelumas tidak boleh terlalu banyak, karena
akan dapat menyumbat ujung buret. Pelumas harus tampak merata dan jernih serta tidak
boleh terdapat partikel pelumas didalam lubang.
Buret harus dibersihkan hati-hati untuk terjaminnya suatu pengeringan larutan yang
merata di dalam permukaannya. Dapat dipakai larutan deterjen yang panas dan encer,
kemudian dibilas dengan air ledeng dan akhirnya dengan air suling. Jika buretnya masih
belum bersih dapat pakai campuran kaliumkhromat dan asam sulfat pekat, diamkan
selama satu malam ataupun spiritus KOH/NaOH selama 15 menit. Apabila tidak
dipergunakan buret harus diisi air suling dan ditutupi untuk mencegah masuknya debu.
Sesudah dipergunakan bret harus dicuci dengan air ledeng dan akhirnya dengan air
suling, disimpan diatas rak. Larutan alkali tidak boleh dibiarkan terlalu lama dalam buret
karena dapat menyerang gelas, menyebabkan tertutup ”membeku” dan buret tidak dapat
dipergunakan lagi.
Penting pula diperhatikan pembacaan buret, agar menjadi terbiasa dengan skala yang ada
dan mahir dalam memperkirakan pembagian skala. Buret 50 dan 25 ml biasanya berskala
dengan interval 0,1 ml, sedangkan buret 10 ml berskala dengan interval 0,05 ml, bahkan
ada yang bersekala 0,01 ml. Pembacaan harus dilakukan sampai sperseratus mililiter
terdekat. Untuk larutan tak berwarna atau berwarna muda pembacaannya dilakukan pada
kedudukan bagian bawah meniskus, sedangkan larutan berwarna kuat (gelap) meniskus
bawah tidak dapat dilihat, misalnya larutan kaliumpermanganat, maka yang dibaca
adalah meniskus atas. Pembacaan yang teliti dilakukan dengan mensejajarkan mata
dengan tingginya larutan sehingga tidak terjadi ”paralax” dan melontarkan suatu
bayangan pada bagian bawah meniskus dengan pertolongan suatu daerah yang
dihitamkan pada kertas atau kartu yang dipegang tepat dibelakang buret dengan daerah
hitam tadi sedikit dibawah meniskus.
Pengisian buret dilakukan dengan pertolongan suatu corong yang dilakukan pada bagian
atas buret dan buret diisi beberapa sentimeter diatas sekala nol. Kemudian dilihat apakah
terdapat gelembung udara dalam ujung bawah nuret. Gelembung demikian ikut terhitung
dalam bagian buret yang berskala sehingga akan menyebabkan kesalahan. Untuk
menghilangkan gelembung udara yang mungkin ada, kran buret dibuka besar sehingga
larutan akan menolak udara tersebut. Titrasi dimulai sebaiknya dari pentiter yang
menunjukkan skala nol. Sebelum pembacaan titik nol dikalukan, maka harus ditunggu
selama satu menit setelah pengisian larutan.
7
Larutan yang akan dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer atau botol titrasi.
Selama titrasi pengaturan pembukaan kran dilakukan dengan tangan kiri dan erlenmeyer
titrasi dipegang dengan tangan kanan. Ibu jari dan jari telunjuk diselubungkan pada
tangkai tutup kran untuk memutarnya dan digunakan tekanan kedalam untuk
mempertahankan kran tutup pada tempatnya. Kedua jari terakhir mendorong pada ujung
buret untuk mengimbangi tekanan ke dalam. Titrasi dilakukan dengan mengoyang-
goyang secara lembut dan beraturan erlenmeyer titrasi, semebtara pentiter diturunkan tets
demi tetes. Jangan menurunkan larutan terlalu cepat. Larutan dari buret jangan dibiarkan
menumpuk pada stu bagian saja dari larutan yang akan dititrasi. Oleh karena itu setiap
tetesan yang keluar dan mengenai larutan yang akan dititrasi pada seluruh bagian dengan
mengoyang erlenmeyer secara teratur. Ujung buret jangan terlalu jauhdari permukaan
larutan yang akan dititrasi, agar tetesan yang turun tidak menyebabkan gemercik.
Dekat titik akhir titrasi penetesan dilakukan plan-pelan sekali. Sedikit larutan yang
terdapat pada ujung buret dapat ditemukan dngan dinding erlenmeyer dan kemudian
dikocok. Kalau pelarutnya air adalah lebih baik mencuci/membilas diiding atas
erlenmeyer dengan air suling jika titik akhir titrasi sudah sangat dekat agar tidak terjadi
kelebihan larutanpentiter.
Titrasi dilakukan dalam cahaya yang cukup tetapi bukan cahaya yang langsung.
Gambar 6.
Gambar 5. Buret dan cara memegang buret Kartu untuk membaca meniskus
larutan dalam buret
8
Dalam penetapan kadar secara gravimetri senyawa yang akan ditetapkan kadarnya
dipisahkan dal;am bentuk endapan. Endapan kemudian dikumpulkan, dicuci sampai
bebas pengotoran yang tiadk diharapkan dari larutan induk, keringkan dan ditimbang.
Atau dikeringkan dan kemudian dipijar sampai beratnya konstant. Ditimbang sebagai
endapan sendiiri atau telah diubah menjadi bentuk lain. Penyaringan merupakan cara
yang umum untuk mengumpulkan endapan.
Penyaringan dapt dilakukan dengan corong yang mempunyai kertas saring atau dengan
kroes saringan.
Penyaringan dengan kertas saring terutama dipakai untuk endapan yang akan dipijar dan
beberapa krus saringan untuk tempratur yang tidak terlalu tinggi.
Serat selulosa dari kertas saring mempunyai kecenderungan berart untuk
mempertahankan lembab dan kertas saring yang memuat suatu endapan tidak dapat
dikeringkan dan ditimbang sebagai endapan dengan ketelitian yang memadai. Selama
pembakaran/pemijaran dapat terjadi reduksi oleh karbon dan karbonmonoksida yang
terdapat disekeliling endapan. Endapan yang tidak tahan dipijar pada suhu tinggi atau
peka terhadap reduksi tidak bisa disaring dengan kertas saring tetapi dengan krus
saringan.
Untuk penentuan kuantitatif harus dipergunakan kertas saring yang berkualitas tanpa abu
(ash free), berat abunya bisa diabaikan dan untuk pekerjaan sangat teliti dapat dilakukan
suatu koreksi. Suatu kertas saring tanpa abu dengan diameter 11 cm akan menghasilkan
abu kira-kira 0,0001 gr pada pemijaran. Kertas saring biasa akan meninggalkan banyak
abu dan tak dapat dipakai untuk mengumpulkan endapan karena akan menambah berat
endapan.
Pada pengeringan kertas saring dilipat sedemikian rupa agar menyediakan ruangan antara
kertas saring dan corong. Caranya dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
Lipatan kedua dibuat sedemikian rupa sehingg abagian akhir tidak saling mengenai,
sepanjang kira-kira 1/8 inci. Kertas saring kemudian dibuka menjadi kerucut. Sudut
lipatan sebelah luar pada sisi yang lebih tebal dirobek agar dapat menyesuaikan kertas
dengan corong lebih mudah. Setelah dipasang pada corong, tuangkan air suling, ratakan
hati-hati melekatnya kertas (awas sobek). Udara tidak akan masuk kedalam jkalus cairan
dan dengan demikian drainase dari tangkai corong akan menimbulkan penghisapan
lembut yang akan memudahkan penyaringan. Saringan yang tidak dapat bekerja dengan
baik akan akan menghambat suatu analisa. Akan lebih baik membuiang saringan
semacam itu dan membuat yang baru.
Kertas saring tanpa abu tersedia dalam berbagai ukuran garis tengah. Ukuran man yang
akan dipergunakan tergantung dari banyaknya endapan, bukan volum larutan yang
disaring. Ukuran kertas saring yang dipakai harus dicocokkan dengan corong yang akan
digunakan. Sebaiknya dipakai kertas saring yang kalau dipasang pada corong maka akan
berada didalam kerucut sejauh 1 atau 2 cm dari tepi. Endapan yang disaring harus
menempati sepertiga kerucut kertas dan tidak boleh lewat dari setengahnya.
9
5. PENCUCIAN ENDAPAN
Endapan biasanya dicuci dengan air atau dengan larutan lain untuk menghilangkan
pengotoran-pengotorannya. Pencucian dilakukan bersama penyaringan. Cara yang lebih
baik adalah dengan pengenap tuang (dekantasi). Cairan induk dengan hati-hati
dituangkan melalui saringan, sedngkan sebanyak mungkin endapan dipertahankan
didalam beker. Setelah cairan induk banyak keluar maka endapan diaduk dengan pencuci
di dalam beker gelas dan cairan pencuci dienap tuangkan melalui saringan.
Gambar 9. Penyaringan dengan kertas saring . Gambar 10. Penggunaan botol cuci
dalam
memindahkan endapan.
Pencucian diulang sampai endapan bebas pengotoran. Sisa endapan yang tinggal dalam
beker dipindahkan kesaringan dengan pancaran dari botol cuci (botol semprot). Jika
endapan melekat pada gelas maka sebaiknya dibersihkan dengan perantaran karet
pembersih.
Tangkai corong harus menjulur dengan cukup kedalam bejana yang menerima filtrat dan
ujung tangkai corong harus menyentuh permukaan dalam dari bejana untuk menghindari
pemercikan filtrat. Filtrat yang keluar harus jernih, adanya kekeruhan menunjukkan
sejumlah kecil endapan lari lewat saringan. Kertas saring tidak cocok atau harus
dilakukan penyaringan ulang.
Setelah kertas saring mengering di corong, maka bagian atas kertas saring dilipat untuk
membungkus endapan dengan sempurna. Pindahkan hati-hati kedalam krus, selanjutnya
dilakukan tahap-tahap :
a. Pengeringan endapan dan kertas saring.
Tempatkan krus yang ditutup pada kedudukan miring dalam segitiga dan
tempatkan apim kecil di bawah krus kira-kira di tengah-tengah. Nyala api tidak
boleh menyentuh krus, pengeringan terjadi perlahan-lahan dan harus dihindari
pemanasan yang terlalu kuat.
b. Pengarangan kertas.
Setelah endapan dan kertas saring kering, tutup krus dalamkeadaan terbuka
sedikit untuk tempat udara masuk,pemanasan ditingkatkan untuk mengarangkan
kertas dengan membesarkan nyala api. Kertas saring menjadi rapuh dan
mengarang tetapi tidak boleh terbakar dengan nyala. Jika kertas menyala, tutuplah
krus.
10
Dalam keadaan ini karbon dapat mereduksi endapan-endapn tertentu dan selama
proses pengarangan zat organik menyerupai ter mendestilasi dari kertas, yang
terkumpul pada tutup krus. Tetapi ini dapat terbakar pada suhu yang lebih tinggi.
Tanur listrik paling banyak dipergunakan pada waktu sekarang dan tempraturnya
dapat diatru karena diperlengkapi dengan termostat. Mulai darin tempratur rendah
sampai tinggi sekitar 1100oC. Zat yang akan dipijar dal;amkrus dimasukkan
kedalam alat ini dan tempratur pelan-pelan dinaikkan sampai tempratur yang
dikehendaki. Biarkan selama beberapa waktu sampai didapat sisa pijar yang
bersih.
DESKRIPSI SINGKAT
Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif diberikan melalui responsi awal dan kegiatan
praktikum dilabortorium. Responsi diberikan sebelum praktikum dimulai. Praktikum
dilaboratorium meliputi penggunaan alat dan teknik dalam analisis kuantitatif secara benar,
melakukan analisis dengan metode volumetri : netralisasi, oksidimetri, argentometri,
kompleksometri dan nitrimetri serta metode gravimetri-pengendapan
11
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
PERCOBAAN 1
TEKNIK PEMAKAIAN ALAT-ALAT VOLUMETRI
I. ALAT-ALAT
1. MEMBERSIHKAN ALAT.
Bersihkan alat-alat gelas dengan detergen, bila perlu bantu dengan berus. Bilas dengan
air
beberapa kali dan lihat apakah sudah bersih. Bila ada titik air yang terisolasi, seperti
berlemak/ berminyak, tanda belum bersih. Untuk ini perlu dicuci dengan larutan pencuci
spiritus KOH/NaOH atau K2Cr2O7 dalam H2SO4 pekat.
Bila telah bersih, terakhir bilas dengan akuades dan keringkan. Alat-alat 1-4 tak boleh
dikeringkan dalam oven, bila ingin cepat keringkan atau akan segera dipakai dapat dibilas
12
dengan alkohol atau pereaksi/larutan standar yang akan dipakai.
2. MENYIAPKAN BURET.
Keringkan keran buret, lalu olesi dengan sedikit vaselin. Atur keran buret sedemikian
rupa sehingga mudah diputar-putar dan tidak bocor. Dengan bantuan statif dan clamp,
buret diatur letaknya agar tegak lurus. Isi dengan larutan standar (dalam hal ini dengan
akuades), periksa apakah bagian dibawah keran ada gelembung udara. Bila ada hilangkan
dengan mengalirkan larutan dengan cepat. Atur posisi nol, lakukan titrasi lalu baca posisi
terakhir.
PERCOBAAN 2
PENETAPAN KADAR HCl
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI ASAM KUAT DENGAN BASA KUAT
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar asam kuat yang
larut dalam air. Misalnya penetapan kadar HCl dan H 2SO4. Pentiter yang dipakai adalah larutan
NaOH 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai birubromtimol karena pH pada
titik ekivalen 7.
PROSEDUR PERCOBAAN
13
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml lalu encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator birubromtimol.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai larutan tepat berwarna biru.
Hitung Normalitas HCl yang telah diencerkan
Reaksi :
HCl → H+ + Cl-
Hitung :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan (= N HCl)
VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH
2. Berat HCl dalam 1 ml sampel yang telah diencerkan = N HCl x V ml x BE
3. Persentase HCl dalam sampel yang telah diencerkan :
= Berat HCl dalam 1 ml (mg) / 1000 mg X 100 % (berat 1 ml HCl encer = 1000 mg)
= [V ml X N X BE ] X 100 % = [1 ml X N HCl X BE] x 100 %
= %
Pertanyaan :
1. Berapa pH titik ekivalen
2. Berapa pH sekitar titik ekivalen (dua tetes sebelum dan sesudah titik akhir titrasi).
3. Berapa pH titik akhir titrasi
4. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain birubromtimol.
5. Hitung Normalitas larutan HCl 37 % dimana berat 1liternya = 1,19 kg dan BM =
36,457
2. Buat larutan NaOH pekat demngan akuades bebas CO2, tutup rapat dan hiarkan beberapa
waktu sampai Na2CO3 yang tak larut memisah kebawah. Cairan supernatan yang jernih
(pada lapisan atas) tuangkan pelan-pelan kedalam beker gelas lalu encerkan dengan
akuades bebas CO2 sampai 1 liter.
Simpan dalam botol dengan tutup karet.
14
Prosedur :
Timbang seksama 100,0 mg kaliumhidrogenftalat yang telah dikeringkan. Larutkan dalam 25 ml
akuades bebas CO2 dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambah 2 tetes indicator fenolftalein. Titrasi
dengan larutan NaOH sampai larutan tepat berwarna merah.
Perhitungan :
Normalitas NaOH = (mg Khftalat x 1/BE) x 1/V NaOH.
PERCOBAAN 2
PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar asam lemah yang
bi larut dalam air. Misalnya penetapan kadar CH3COOH. Pentiter yang dipakai adalah larutan
NaOH 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai fenolftalein karena pH pada titik
ekivalen sekitar 8
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml lalu encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator fenolftalein.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai larutan tepat berwarna merah.
Hitung Normalitas asam asetat yang telah diencerkan
Reaksi :
CH3COOH → CH3COO- + H+
Hitung :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan (= N HAc)
VHAc x NHAc = VNaOH x NNaOH
15
2. Berat CH3COOH dalam 1 ml sampel yang belum diencerkan = N HAc x V ml x BE
4. Persentase CH3COOH dalam sampel yang telah diencerkan :
= Berat CH3COOH dlm 1 ml (mg) / 1000 mg X 100 %
(berat 1 ml larutan CH3COOH encer = 1000 mg)
= [V ml X N X BE ] X 100 % = [1 ml X N HAc X BE] x 100 %
= %
Pertanyaan :
1. Kenapa harus pakai akuades bebas CO2.
2. Berapa pH pada titik ekivalen
3. Berapa pH sekitar titk akivalen (2 tetes sebelum dan sesudah titik akhir titrasi).
4. Berapa pH titik akhir titrasi.
5. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain fenolftaein.
6. Hitung N. larutan HAc glasial (100 %) dimana berat 1L = 1,05 kg dan BM = 60,05
PERCOBAAN 3
PENETAPAN KADAR ASAM LEMAH YANG TAK LARUT DALAM AIR
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI ASAM LEMAH DENGAN BASA KUAT DALAM PELARUT CAMPUR
PERINSIP PERCOBAAN.
Titrasi semi bebas air adalah titrasi asam basa (netralisasi) dimana pelarut yang dipakai adalah
campuran air dan etanol atau aseton. Metode ini dipakai untuk menentukan kadar asam atau
basa yang tidak terlalu lemah (pKa atau Pkb ≤ 6) tetapi kurang larut dalam air. Misalnya
penetapan kadar asam benzoat (pKa = 4,2), asam salisilat (pKa = 3,0) dan sulfadiazin (pKa =
6,5). Pentiter yang dipakai adalah larutan NaOH 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya
dipakai fenolftalein atau merah fenol oleh karena pH pada titik ekivalen > 8.
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penetapan kadar asam salisilat (F.I. Ed. II halalam 24)
Lebih kurang 250 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam 15 ml etanol (95 %) yang telah
dinetralkan terhadap merah fenol, tambahkan 20 ml air. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
menggunakan indicator merah fenol
1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat (BM = BE = 138,12).
16
Lebih kurang 150 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam 7,5 ml etanol (95 %), tambahkan
10 ml air. Titrasi dengan larutan NaOH 0,05 N menggunakan indicator fenolftalein sampai
timbul warna merah jambu yang mantap.
1 ml NaOH 0,05 N setara dengan 6,906 mg asam salisilat (BM = BE = 138,12).
Hitung :
Kadar zat dalam sample : (Vs – Vb) x BE x 1/BS x 100 %
Dimana : Vs = volume titrasi sample BE = berat ekivalen
Vb = volume titrasi blanko BS = berat sampel
Reaksi : O OH O OH
+ NaOH + H2O
Pertanyaan :
a.Berapa pH pada titik ekivalen
b. Berapa pH pada titik akhir titrasi
17
PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR NATRIUMTETRABORATE
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI GARAM ASAM LEMAH DENGAN ASAM KUAT
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar garam asam lemah
garam basa lemah yang larut dalam air. Misalnya penetapan kadar Na2B4O7 atau Na2CO3.
Pentiter yang dipakai adalah larutan HCl 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai
metil orange karena pH pada titik ekivalen dibawah 5
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator metil orange.
Titrasi dengan larutan HCl 0,05 N sampai larutan tepat berwarna merah.
Hitung Normalitas larutan natriumtetraborate yang telah diencerkan
Reaksi :
Hitung :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan
V borax x Nborax = VHCl x NHCl
Pertanyaan :
1. Berapa pH pada titik ekivalen
2. Berapa pH titik akhir titrasi.
3. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain metil orange.
18
Prosedur :
Timbang teliti 100,0 mg natriumkarbonat yang telah dikeringkan. Larutkan dengan 25 ml
akuades dalam erlenmeyer 250 ml. Tambah 2 tetes indicator metil orange. Titrasi dengan larutan
HCl sampai larutan tepat berwarna merah.
Reakasi :
Perhitungan :
Normalitas HCl = (mg natriumkarbonat x 1/BE) x 1/V HCl.
PERCOBAAN 5
PENETAPAN KADAR NATRIUMKARBONAT
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI GARAM ASAM LEMAH DENGAN ASAM KUAT
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar garam asam lemah
garam basa lemah yang larut dalam air. Misalnya penetapan kadar Na 2B4O7 atau Na2CO3.
Pentiter yang dipakai adalah larutan HCl 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai
metil orange karena pH pada titik ekivalen dibawah 5
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sample secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator metil orange.
Titrasi dengan larutan HCl 0,05 N sampai larutan tepat berwarna merah.
Hitung Normalitas larutan Na2CO3 yang telah diencerkan
Reaksi :
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan
V karbonat x Nkarbonat = VHCl x NHCl
19
Pertanyaan :
1. Berapa pH pada titik ekivalen
2. Berapa pH titik akhir titrasi.
3. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain metil orange.
PERCOBAAN 6
PENETAPAN KADAR BASA LEMAH / GARAMNYA (pKa > 6)
ASIDI / ALKALIMETRI
TITRASI BASA LEMAH / GARAMNYA DGN ASAM DALAM PELARUT BUKAN AIR
PERINSIP PERCOBAAN.
Titrasi asam-basa (netralisasi) yang memakai pelarut bukan air (Non Aqueous acid-base
titration). Metode ini terutama dipakai untuk penetapan kadar asam/basa lemah dengan pKa/Pkb
diatas 7. Asam atau basa diatas bila dititrasi dengan pelarut air, maka titik akhir titrasi tidak
dapat diamati dengan jelas karena kurva titrasi yang landai, yakni pada titik ekivalen tidak terjadi
perubahan pH yang tajam/menyolok sehingga tidak ada indicator yang sesuai untuk
menunjukkan titik akhir titrasi. Disamping itu juga air sebagai medium titrasi (pelarut) bersifat
amfoter. Dengan asam bersifat basa dan dengan basa bersifat asam dengan Ka = 10 -7 dan kb =
10-7. Dengan demikian terjadi kompetisi dari H + asal air dan H+ asal asam dalam bereaksi
dengan OH- . Demikian juga sebaliknya pada titrasi basa dengan asam, terjadi kompetisi OH -
dari air dan OH- dari basa untuk bereaksi dengan H+. Jadi jelaslah bahwa asam/basa lemah
(pKa/pKb > 7) tak dapat dititrasi dalam pelarut air sebab air menyaingi sifat asam atau basa dari
sample. Oleh karena itu pelarut air diganti. Untuk titrasi asam lemah dipakai pelarut yang relatif
tidak bersifat basa dan untuk titrasi basa lemah dipakai pelarut yang relatif tidak bersifat asam.
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penetapan kadar Efedrin HCl (F.I. Ed. III hal.237).
Timbang seksama 170 mg , larutkan dalam 5 ml larutan merkuri asetat 6 %, hangatkan
Tambahkan 50 ml aseton. Tambahkan 2-3 tetes indikator merah metil, titrasi dengan kalium
perkhlorat 0,1 N sampai warna merah.
1 ml asam perkhlorat 0,1 N setara dengan 20,17 mg efedrin HCl (BM = BE = 201,70)
20
1 ml asam perkhlorat 0,1 N setara dengan 19,54 mg kloramfeniramin maleat (BM = 2 BE =
390,87)
c. Penetapan Papaverin HCl (F.I. Ed. III hal. 473)
Timbang seksama 600 mg, larutkan dalam 10 ml asam asetat glasial, tambahkan 5 ml
larutanmerkuri asetat 6 %, tambahkan 2-3 tetes indikator kristal violet, titrasi dengan asam
perkhlorat 0,1 N sampai warna biru/hijau.
1 ml asam perkhlorat 0,1 N setara dengan 37,59 mg papaverin HCl (BM = BE = 375,86).
Hitungan :
Cl
Reaksi :
H
NH HO
NH
O
+ Hg(CH3COO)2
+ HgCl2
OH
ephedrin HCl OH
ephedrin CH3COOH
HO
NH NH HClO4
O
+ HClO4 + CH3COOH
OH OH
ephedrin CH3COOH ephedrin HClO4
Pertanyaan :
a. Kenapa titrasi dilakukan dalam medium bukan air
b. Kenapa garam HCl tidak dapat langsung dititrasi.
21
PEMBUATAN LARUTAN STANDAR HClO4 0,05 N
Campur 4,25 ml asam perkhlorat 70 % dengan asam asetat glasial secukupnya hingga 1 liter
Perhitungan :
Miligrek kalium biftalat = miligrek NaOH
Berat (mg) kalium biftalat x 1/BE = V x N
Normalitas asam perkhlorat = mg/204,2 x1/V
PERCOBAAN 7
PENETAPAN KADAR NATRIUMOKSALAT
OKSIDIMETRI / PERMANGANOMETRI
PRINSIP PERCOBAAN.
Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara KMnO 4 sebagai
pentiter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari KMnO 4 . Titrasi
permanganometri tidak menggunakan indiakator, sebab 1 tetes kelebihan KMnO 4 telah
memberikan warna yang ungu jelas pada larutan titer. Titrasi dilakukan dalam suasana asam
menggunakan asam sulfat 2 N.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 5 ml asam sulfat 10 %. Panaskan diatas penangas air sehingga suhu 55-60 oC.
Titrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N sampai larutan tepat berwarna merah.
Sebagai catatan, tetes pertama agak lama warna merah violet hilang (karena reaksi masih
lambat), tapi setelah hilang warnya, selanjutnya tiap tetes pentiter yang berwarna merah segera
hilang sampai titik akhir titrasi, dimana warna merah tidak hilang lagi.
Hitung Normalitas larutan Na2C2O4 yang telah diencerkan.
Reaksi :
MnO4 - + 8 H + + 5 e - → Mn 2+ + 4 H2O x2
C2O4= → CO2 + 2 x5
22
BM KMnO4 = 5 BE (dibutuhkan 5 elektron untuk mereduksi MnO4 – menjadi Mn 2+ )
BM C2O4= = 2 BE ( melepaskan 2 elektron untuk merduksi C2O4= menjadi CO2)
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan
V 1 x N1 = V2 x N2
Pertanyaan :
1. Kenapa titrasi harus dilakukan dalam suasana panas, yaitu pada suhu 55-60 oC
2. Kenapa titrasi tidak pakai indikator.
3. Kenapa titrasi harus dalam suasana asam sulfat 2 N.
PROSEDUR.
Keringkan natriumoksalat pada 105-110 oC selama 2 jam, dinginkan dalam desikator. Timbang
teliti 350,0 mg Na2C2O4 yang telah dikeringkan. Pindahkan secara kuantitatif kedalam labu
ukur 50 ml dan larutkan dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan diatas kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml asam sulfat 10 %.
Panaskan diatas penangas air sehingga suhu 55-60 oC. Titrasi dengan larutan KMnO4 0,05 N
sampai larutan tepat berwarna merah.
Sebagai catatan, tetes pertama agak lama warna merah violet hilang (karena reaksi masih
lambat), tapi setelah hilang warnya, selanjutnya tiap tetes pentiter yang berwarna merah segera
hilang sampai titik akhir titrasi, dimana warna merah tidak hilang lagi.
Hitung Normalitas larutan Na2C2O4 yang telah diencerkan.
Reaksi :
MnO4 - + 8 H + + 5 e - → Mn 2+ + 4 H2O x2
C2O4= → CO2 + 2 x5
Perhitungan :
Normalitas larutan KMnO4 = ( mg Na2C2O4 /5) x 1/BE Na2C2O4 x 1/V KMnO4
Campur 1 bagian volum asam sulfat pekat dengan 8 bagian volum akuades. Menuangkan asam
sulfat harus hati-hati, melalui dinidng beker, karena reaksi eksotherm.
23
PERCOBAAN 8
OKSIDIMETRI / IODOMETRI
PRINSIP PERCOBAAN
Titrasi iodometri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara oksidator (contoh CuSO4 )
dengan KI (reduktor) yang akan menghasilkan I 2. I2 yang dihasilkan lalu dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sampai warna larutan kuning muda (warna larutan I 2 encer). Kemudian
tambahkan 1 ml indikator larutan kanji. Lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang. Titrasi
dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH : 5-8)
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml lalu encerkan /
cukupkan dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 2,5 ml larutan KI 10 % (250 mg KI).
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,05 N sampai larutan berwarna kuning muda, tambahkan 1 ml
larutan kanji 1 %. Larutan titrat akan berwarna biru. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.
Hitung normalitas larutan sampel yang telah diencerkan.
Reaksi :
Atau :
2 Cu 2+ + 2 e- → 2 Cu+
2I- → I2 + 2 e
2 Cu 2+ + 2 I - → 2 Cu+ + I2
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan
V 1 x N1 = V2 x N2
2. Berat CuSO4.5 H2O dalam 1 ml larutan = mgr CuSO4.5 H2O /ml = N x V x BE CuSO4.5
H2O
Pertanyaan :
1. Kenapa indikator kanji ditambahkan setelah larutan titrat berwarna kuning muda
24
2. Berapa range pH untuk titrasi Iodimetri/iodometri
3. Apakah reaksi diatas pH nya telah berada pada range tersebut.
Prosedur :
Timbang teliti 89,2 mg kristal KIO3 yang telah dikeringkan pada suhu 120 oC. Larutkan dengan
akuades dalam labu ukur 50 ml dan cukupkan larutan sampai garis tanda. Pipet 10,0 ml larutan
diatas kedalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2,5 ml larutan KI 10 % (250 mg KI), asamkan
dengan 3 ml H2SO4 2 N. Titrasi I2 yang dibebaskan dengan larutan Na2S2O3 sampai larutan
titrat berwarna kuning muda, tambahkan 1 ml larutan kanji 1 %, lanjutkan titrasi sampai warna
biru yang terbentuk hilang.
Reaksi :
KIO3 + 5 KI + 6 H+ → 6 K+ + 3 I2 + 3 H2O
Perhitungan :
Normalitas Na2S2O3 = (KIO3 mg ) x 1/BE x 1/V Na2S2O3.
PERCOBAAN 9
PENETAPAN KADAR METAMPIRON
OKSIDIMETRI / IOD1METRI
PRINSIP PERCOBAAN
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter dengan
reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodine-iodida dimana sebagai
indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH : 5-8)
PROSEDUR PERCOBAAN
25
Timbang teliti ± 150,0 mg serbuk sampel Metampiron, pindahkan secara kuantitatif kedalam
Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 10 ml akuades dan 5 ml larutan HCl 0,02 N dan 1 ml larutan
indikator kanji.
Titrasi dengan larutan I2 0,05 N sampai larutan titrat berwarna biru yang mantap selama 2 menit.
Hitung normalitas larutan sampel.
Na+-O
Reaksi : O Na+-O
S O O
O S O
O
NH
N NH
N
+ I2 + H2O N + 2 HI
N
Metampiron
Metampiron
1 grol metampiron setara dengan 1 grol 12 = 2 grek, jadi BM = 2 BE = 351,37
Perhitungan :
Kadar Metampiron = (V x N x BE) x 1/Berat sampel x 100 %
Pertanyaan :
1. Kenapa indikator kanji pada iodimetri ditambahkan pada awal titrasi sedang pada
iodometri ditambahkan dekat titik akhir titrasi (setelah warna kuning muda)
2. Berapa range pH untuk titrasi Iodimetri.
3. Apakah reaksi diatas pH nya telah sesuai dengan range tersebut.
Prosedur :
Timbang teliti 75,0 mg kristal As2O3 (BM = 197,84) yang telah dikeringkan pada suhu 120 oC.
Larutkan dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 20 ml akuades, tambahkan tetes demi tetes
larutan NaOH 1 N sambil dikocok sampai semua larut. Bila perlu hangatkan. Tambahkan 2 tetes
larutan indikator metil jingga. Tambahkan larutan asam khlorida encer sampai larutan berwarna
merah jambu. Kemudian tambahkan 2 gr NaHC03 dan 1 ml larutan kanji.
Titrasi dengan larutan I2 diatas sampai warna titrat tepat berwarna biru..
Reaksi :
As203 + 6 NaOH 2 Na3As03 + H2O
Na3As03 + 3 HCI H3As03+3NaCl x2
H3As03 + 12 + H20 H3As04 + 2HI x2
26
1 ml I2 0,1 N setara dengan 4,9455 mg As203 ( 1 x 0,1 x 49,455 = 4,9455)
Perhitungan:
Miligrek As203 = miligrek b Berat (mg) As203 x I/BE = V x N
PERCOBAAN 10
PENETAPAN KADAR VITAMIN C
OKSIDIMETRI / IOD1METRI
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa Prodram D3 Analis Farmasi Fakultas Farmasi USU
semester II akan dapat melaksanakan penetapan kadar senyawa reduktor (contoh Vitamin C)
dengan metode IODIMETRI (metode langsung) secara benar sesuai dengan prosedur analisis
kuantitatif, tata tertib, peraturan laboratorium dan sistem penilaian praktikum..
PRINSIP PERCOBAAN
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodine sebagai pentiter dengan
reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodine-iodida dimana sebagai
indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH : 5-8)
PROSEDUR PERCOBAAN
Timbang teliti ± 150,0 mg serbuk sampel Vitamin C, pindahkan secara kuantitatif kedalam
Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 20 ml akuades adan 1 ml larutan indikator kanji dan titrasi
denga larutan I2 0,05 N sampai larutan titrat berwarna biru.
Hitung normalitas larutan sampel.
Reakasi :
OH HO O HO
HO O
+ I2 → + 2 HI
O OH O OH
O O
Vitamin C
Perhitungan :
Kadar Vitamin C = (V x N x BE) x 5 x 1/Berat sampel
Pertanyaan :
1. Kenapa indikator kanji pada iodimetri ditambahkan pada awal titrasi sedang pada
iodometri
27
ditambahkan dekat titik akhir titrasi (setelah warna kuning muda)
2. Berapa range pH untuk titrasi Iodimetri.
3. Apakah reaksi diatas pH nya telah sesuai dengan range tersebut.
PERCOBAAN 11
PENETAPAN KADAR GARAM INGGRIS
KOMPLEKSOMETRI-TITRASI LANGSUNG
PERINSIP PERCOBAAN
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation
(ion logam) dengan zat pembentuk komplek (ligand). Sebagai zat pembentuk komplek yang
banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatriumetilendiamina tetraasetat
(dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat
kation (ion logam) dan pH dari larutan, olehkarena itu titrasi harus dilakukan pada pH tertentu.
Untuk menetapkan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam
harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator
bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan lompkeks indikator.
Untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks biasanya titrasi dilakukan secara
langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali atau
titrasi substitusi (tak langsung).
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan Larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 3 ml larutan dapar
salmiak (dapar pH 10) dan serbuk indikator ETB secukupnya.
Titarsi denga larutan dinatrium edetat 0,05 N sampai larutan titrat berwarna biru.
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
Mg2+ + H2Y= → MgY= + 2 H+
BM MgSO4. 7 H2O = BE (setiap 1 gol (grek) dibutuhkan 1 grol (grek) dinatrium edetat
28
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
V 1 x N1 = V2 x N2
2. Berat MgSO4.7 H2O dalam 1 ml larutan = mgr MgSO4. 7 H2O /ml
= N x V x BE MgSO4. 7 H2O
Pertanyaan :
1. Kenapa dipakai larutan dapar.
2. Kenapa titrasi harus pada pH 10.
3. Kenapa yang dipakai indikator ETB
4. Kenapa harus diserbuk dengan NaCl tidak dibuat dalam larutan
5. Jelaskan kenapa setiap untuk logam BM = BE
Reaksi :
BM ZnSO4. 7 H2O = BE (setiap 1 gol (grek) dibutuhkan 1 grol (grek) dinatrium edetat
Perhitungan :
Normalitas dinatrium edetat = (ZnSO4 . 7 H2O mg ) x 1/BE x 1/V dinatrium edetat
29
PERCOBAAN 12
PENETAPAN KADAR CaCl2
KOMPLEKSOMETRI-TITRASI SUBSTITUSI
PERINSIP PERCOBAAN
Lihat perecobaan 11.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2,5 ml larutan standar
MgSO4 0,05 N dan 3 ml larutan dapar salmiak (dapar pH 10) dan serbuk indikator ETB
secukupnya.
Titarsi denga larutan EDTA 0,05 N sampai larutan titrat berwarna biru.
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
Ca2+ + H2Y= → CaY= + 2 H+
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
(V 1 x N1) + (V 2 x N2) = V 3 x N3
2. Berat CaCl2. dalam 1 ml larutan = mgr CaCl2 /ml
= N x V x BE CaCl2.
Pertanyaan :
1. Kenapa titrasi harus pada pH 10.
3. Kenapa yg dipakai indikator ETB, kenapa tidak Murexide, indikator yg cocok untuk Ca.
30
Lihat percobaan 11.
PERCOBAAN 13
PENETAPAN KADAR CaCl2
KOMPLEKSOMETRI-TITRASI KEMBALI
PERINSIP PERCOBAAN
Lihat perecobaan 11.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 20,0 ml larutan standar
dinatrium edetat 0,05 N dan 3 ml larutan dapar salmiak (dapar pH 10) dan serbuk indikator
ETB secukupnya.
Titrasi dengan larutan MgSO4 0,05 N sampai larutan titrat berwarna ungu.
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
(V 1 x N1) + (V 2 x N2) = V 3 x N3
2. Berat CaCl2. dalam 1 ml larutan = mgr CaCl2 /ml
= N x V x BE CaCl2.
Pertanyaan :
1. Apa perbedaan titrasi kembali dengan titrasi substitusi.
2. Kenapa Ca tidak dititrasi secara langsung.
31
Lihat percobaan 11.
PERCOBAAN 14
PENETAPAN KADAR GARAM NATRIUM KHLORIDA
PERINSIP PERCOBAAN.
Titrasi argentometri adalah titrasi pengendapan dengan pentiter larutan argentum nitrat. Metode
ini dipakai untuk menentukan kadar senyawa halogenida . Misalnya penetapan kadar larutan
infuse NaCl. Pentiter yang dipakai adalah larutan AgNO3 0,1 N dalam air. Indicator yang
dipakai larutan K2CrO4 5 % dalam air (metode Mohr). Pada Titik akhir titrasi indicator akan
memberikan endapan Ag2CrO4 berwarna merah coklat berdasarkan perbedaan kelarutan dengan
Ag Cl.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2-3 tetes larutan
indikator kaliumkhromat.
Titrasi denga larutan AgNO3 0,05 N sampai terbentuk endapan warna merah coklat..
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
AgNO3 + NaCl → AgCl ↓ + NaNO3
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
V 1 x N1 = V2 x N2
2. Berat NaCl dalam 1 ml larutan = mgr NaCl /ml
= N x V x BE NaCl
Pertanyaan :
1. Berapa pH larutan titrasi
2. Bagaimana bila pH larutan basa
3. Berapa kesalahan titrasi teoritis (kesalahan metode)
32
Untuk membuat larutan AgNO3 0,05 N sebanyak 1L dibutuhkan AgNO3 . = V x N x BE = 1 x
0,05 x 169,88 = 8,494 gr AgNO3
Timbang 8,494 gr kristal AgNO3 , laruitkan dalam akuades sampai 1 liter. Simpan dalam botol
amber dan ditempat sejuk serta gelap.
Prosedur :
Timbang teliti 75,0 mg NaCl, pindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan
larutkan dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2-3 tetes larutan
indikator kaliumkhromat.
Titarsi denga larutan AgNO3 0,05 N sampai terbentuk endapan warna merah coklat..
Hitung normalitas larutan standar.
Reaksi :
PERCOBAAN 15
PENETAPAN KADAR GARAM NATRIUM KHLORIDA
PERINSIP PERCOBAAN.
Titrasi argentometri adalah titrasi pengendapan dengan pentiter larutan argentum nitrat. Metode
ini dipakai untuk menentukan kadar senyawa halogenida . Misalnya penetapan kadar larutan
infuse NaCl. Pentiter yang dipakai adalah larutan AgNO3 0,1 N dalam air. Indicator yang
dipakai larutan fluorosein, suatu indikator absorbsi (metode Fayan). Pada Titik akhir titrasi
indicator akan diabsorsimoleh endapan AgCl dan memberikan warna yang berbeda dari warna
larutan indikator (merah pink).
PROSEDUR PERCOBAAN
33
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5-10 tetes larutan
indikator fluorescein atau dichlorofluoroscein.
Titrasi dengan larutan AgNO3 0,05 N sampai terbentuk endapan warna merah pink..
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
AgNO3 + NaCl → AgCl ↓ + NaNO3
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
V 1 x N1 = V2 x N2
2. Berat NaCl dalam 1 ml larutan = mgr NaCl /ml
= N x V x BE NaCl
PERCOBAAN 16
PENETAPAN KADAR GARAM NATRIUM KHLORIDA
PERINSIP PERCOBAAN.
Titrasi argentometri metode Volhard adalah titrasi pengendapan dengan penambahan larutan
standar argentum nitrat berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar NH4CNS
atau KCNS. Untuk menghindari reaksi antara AgCl dengan pentiter larutan rodanida (CNS -),
ditambahkan nitrobenzene. Indikator yang digunakan larutan ferriammoniumsulfat.Titik akhir
titrasi terjadinya larutan warna merah yang stabil. Metode ini dipakai untuk menentukan kadar
senyawa halogenida . Misalnya penetapan kadar larutan infuse NaCl.
PROSEDUR PERCOBAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
34
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan melalui buret 20 ml
larutan standar AgNO3 , lalu tambah 1 ml nitrobenzene dan 2-3 tetes larutan indikator
Ferriammoniumsulfat. Kocok sampai endapan terkoaagulasi.
Titrasi dengan larutan standar NH4CNS 0,05 N sampai larutan titrat berwarna merah. .
Hitung normalitas larutan sampel.
Reaksi :
Perhitungan :
1. Normalitas larutan sampel :
(V 1 x N1) + (V 2 x N2) = V 3 x N3
2. Berat NaCl dalam 1 ml larutan = mgr NaCl /ml
= N x V x BE NaCl
Pertanyaan :
1. Berapa pH larutan titrasi
2. Bagaimana bila pH larutan basa
PERCOBAAN 17 dan 18
PENETAPAN KADAR SULFA-SULFA
TITRASI NITRIMETRI
35
PERINSIP PERCOBAAN
Titrasi nitrimetri adalah titrasi berdasarkan pembentukan garam diazonium antara amin primer
aromatis dengan natrium nitrit dalam suasana asam klorida. Titik akhir titrasi ditandai oleh
kelebihan natrium nitrit yang dapat ditentukan dengan 2 cara :
a. Indikator dalam
Campuran tropeolin OO dan metil biru. Dalam suasana asam, tropeolin OO berwarna
merah sedang metil biru berwarna biru, maka warcampuran adalah ungu. Dengan
kelebihan 1 tetes natrium nitrit maka tropeolin OO akan teroksidasi menjadi kuning,
sehingg warna campuran berubah menjadi hijau (biru campur kuning).
Titrasi dengan indikator dalam dapat dilakukan pada suhu kamar, untuk ini
memerlukan KBr sebagai katalis. Untuk preparat amin aromatis primer yang tak
berwarna
b. Indikator luar
Pasta kanji KI. Kelebihan natrium nitrit akan bereaksi dengan KI menghasilkan I2
yang dengan amilum membentuk warna biru.
Titrasi dilakukan pada suhu rendah, dibawah 15 o C, untuk ini erlenmeyer/labu titrasi
direndam dalam air campur garam. Titrasi dilakukan pelan-pelan/tetes demi tetes
dimana tiap penambahan harus dikocok karena reaksi berjalan lambat. Asam klorida
yang dipakai harus cukup, karena diperlukan untuk melarutkan sampel, mengubah
natrium nitrit menjadi asam nitrit dan membentuk garam diazonium. Sebelum titrasi
dilakukan titrasi orientasi. Untuk preparat amin aromatis primer yang berwarna.
PERCOBAAN 17
NITRIMETRI INDIKATOR DALAM
PROSEDUR PERCOBAAN
Penetapan kadar sulfadiazine (sulfa-sulfa)
Timbang seksama 250,0 mg , larutkan dalam 25 ml HCl 10 %, kocok sampai semua sulfadiazine
larut Tambahkan lagi 1 gr KBr, 5 tetes indikator tropeolin OO dan 3 tetes metil biru. Titrasi
dengan larutan natrium nitrit 0,05 N sampai terbentuk warna hijau/biru hijau.
Reaksi : N
O NH2
N
S
N
H
O Sulfadiazine
NH2 Cl N N
+ NaNO2 + 2 HCl
+ NaCl + 2 H2O
36
Pertanyaan :
a. Kenapa HCl yang dipakai harus berlebihan.
b. Titrasi dengan indikator dalam untuk sampel yang bagaimana
PERCOBAAN 18
NITRIMETRI INDIKATOR LUAR
PROSEDUR PERCOBAAN
Penetapan kadar sulfadiazine (sulfa-sulfa)
Timbang seksama 250,0 mg , larutkan dalam 25 ml HCl 10 %, kocok sampai semua sulfadiazine
Larut. Rendam erlenmeyer dalam es campur garam. Titrasi perlahan-lahan dengan larutan
natrium nitrit 0,05 N. Dekat titik akhir celupkan batang pengaduk runcing kedalam titrat, lalu
goreskan pada pasta kanji KI yang terdapat diatas porselin putih. Penggoresan diulang sampai
diperoleh warna biru. Titrasi selesai bila setelah didiamkan selama 1 menit dan digoreskan lagi
masih terjadi warna biru. Selum titrasi, lakukan orientasi, sama seperti diatas, hanya penggoresan
dimulai setelah volum titrasi 2,5 ml dan penggoresan selanjutnya tiap penambahan 0,3-0,5 ml
pentiter sampai diperoleh warna biru.
Pertanyaan :
a. Kenapa HCl yang dipakai harus berlebihan.
b. Kenapa titrasi harus dijalankan pelan-pelan
c. Kenapa perlu dilakukan percobaan orientasi
d. Bagaimana menetapkan TAT
e. Kapan dilakukan titrasi nitrimetri dengan indikator dalam dan kapan indikator luar
- Tambahkan 20 ml HCL 10 %, 5 tetes indikator tropeolin OO dan 3 tetes indikator metil biru
- Titrasi dengan natrium nitrit sambil dikocok sampai terjadi warna hijau yang mantap.
Perhitungan :
- Miligrek asam sulfanilat = miligrek natrium nitrit
- Berat (mg) asam sulfanilat x 1/BE = V x N
- Normalitas natrium nitrit = mg/173,2 x 1/V
37
- Larutkan 50 mg metil biru dalam air sampai 50 ml
PERCOBAAN 19
PENETAPAN KADAR GARAM NATRIUM SULFAT
PERINSIPPERCOBAAN
Analit dipisahkan dalam bentuk endapan yang sesuai (dalam contoh diatas sebagai BaSO 4). Lalu
dicuci beberapa kali, keringkan atau pijar sehingga membentuk oksida dan timbang.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml dan larutkan dengan
akuades sampai garis tanda.
Pipet 10,0 ml larutan sampel kedalam beker gelas 400 ml. Tambahkan 90 ml akuades dan 10 ml
HCl 5 %. Panaskan larutan sampai mendidih.
Tambahkan tetes demi tetes 10-12 ml larutan BaCl2 5 %. Kocok larutan dengan konstan selama
penambahan. Biarkan endapan mengumpul selama 1-2 menit. Tes cairan supernatan dengan
beberapa teten larutan BaCl2 5 %. Bila ada endapan lagi, tamahkan dengan cara yang sama 3 ml
larutan BaCl2 5 %.. Biarkan endapan mengumoul dan tes lagi.
Lakukan sampai tak terbentuk endapan lagi.
Biarkan larutan tetap panas tapi tak mendidih selama 1 jam (diatas pengangas air) untuk
menyempurnakan pengendapan.
Saring endapan (dengan kertas saring yang telah ditimbang) dan cuci endapan dengan akuades
sampai fitrat tak menunjukkan reaksi adanya BaCl2. dengan larutan NaOH 0,1 N.
Keringkan endapan dalam oven dan dinginkan endapan dalam eksikator.
Timbang endapan bersama kertas saring.
Ulangi pengeringan, pendinginan dan penimbangan sampai berat konstan.
Hitung persentase Na2SO4 . 7 H2O larutan sampel.
Reakasi :
Perhitungan :
1. Molaritas larutan sampel (Na2SO4 . 7 H2O) = M =
[Berat (mg) BaSO4 x 1/BM BaSO4 ] x 1/V (ml)
Berat (mg) BaSO4 = Berat kertas saring bersama endapan dikurang berat kertas saring.
38
Pertanyaan :
1. Kenapa reaksi pengendapan dalam suasana asam.
2. Apa guna endapan dipanaskan.
LAPORAN PRAKTIKUM
(Laporan sementara)
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar asam kuat yang
larut dalam air. Misalnya penetapan kadar HCl dan H 2SO4. Pentiter yang dipakai adalah larutan
NaOH 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai birubromtimol karena pH pada
titik ekivalen 7.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml lalu encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator birubromtimol.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai larutan tepat berwarna biru.
Hitung Normalitas HCl yang telah diencerkan
Reaksi :
HCl → H+ + Cl-
Hitung :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan (= N HCl)
39
VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH
2. Berat HCl dalam 1 ml sampel yang telah diencerkan = N HCl x V ml x BE
3. Persentase HCl dalam sampel yang telah diencerkan :
= Berat HCl dalam 1 ml (mg) / 1000 mg X 100 % (berat 1 ml HCl encer = 1000 mg)
= [V ml X N X BE ] / 1000 mg X 100 % = [1 ml X N HCl X BE] x 100 %
= %
Jawaban Pertanyaan :
1. pH titik ekivalen = 7 (NaCl adalah garam asam kuat dan basa kuat)
2. Berapa pH sekitar titik ekivalen (dua tetes sebelum dan sesudah titik akhir titrasi.
< 5,3 dan < 9,7 (lihat Vogel)
3. Berapa pH titik akhir titrasi : 7,6 (range pH = 6,0 – 7,6)
4. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain birubromtimol. :
Merah bromofenol (5,2-6,8) ; Merah netral ( 6,8 – 8,0)
Prosedur :
Timbang teliti 100,0 mg kaliumhidrogenftalat yang telah dikeringkan. Larutkan dalam 25 ml
akuades bebas CO2 dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambah 2 tetes indicator fenolftalein.
Titrasi dengan larutan NaOH sampai larutan tepat berwarna merah.
Perhitungan :
Mg Khftalat x 1/ BE = V x N
40
Larutkan 100 mg birubromtimol dalam 3,2 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol 90 %, hangatkan
sampai larut sempurna, lalu tambahkan etanol 20 % sampai larutan menjadi 250 ml.
DATA-DATA STANDARISASI :
Berat Khftalat = 98,5 mg (misalnya)
BM Khftalat = BE = 204,2
Volum NaOH yang terpakai : (misalnya)
V1 = 9,50 ml
V2 = 9,45 ml
V3 = 9,45 ml
Volum NaOH rata-rata : Vr = (V1 + V2 + V3) x 1/3 = (9,50 + 9,45 + 9,45) x 1/3 = 9,47 ml
Normalitas NaOH = N = mg Khftalat x 1/BE x 1/ ml NaOH.
= 98,5 /204,2 x 1/9,47 = 0,0509
Normalitas NaOH = 0,0509 N
DATA-DATA PERCOBAAN
Volume HCl yang telah diencerkan dipipet 10 ml
Normalitas NaOH = 0,0509 N
Volume NaOH yang terpakai : (misalnya)
V1 = 12,50 ml
V2 = 12,55 ml
V3 = 12,50 ml
PERHITUNGAN
Volum NaOH rata-rata : Vr = (V1 + V2 + V3) x 1/3 = (12,50 + 12,55 + 12,50) x 1/3 = 12,52
41
LAPORAN PRAKTIKUM
(Laporan resmi)
PERINSIP PERCOBAAN
Pelarut yang dipakai adalah air. Metode ini dipakai untuk menetapkan kadar asam kuat yang
larut dalam air. Misalnya penetapan kadar HCl dan H 2SO4. Pentiter yang dipakai adalah larutan
NaOH 0,1 N dalam air dan sebagai indicator biasanya dipakai birubromtimol karena pH pada
titik ekivalen 7.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pindahkan larutan sampel secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 ml lalu encerkan/cukupkan
dengan akuades sampai garis tanda.
Pipet larutan sampel yang telah diencerkan diatas 10,0 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 1-2 tetes indicator birubromtimol.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,05 N sampai larutan tepat berwarna biru.
Hitung Normalitas HCl yang telah diencerkan
Reaksi :
HCl → H+ + Cl-
Hitung :
1. Normalitas larutan sampel yang telah diencerkan (= N HCl)
VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH
2. Berat HCl dalam 1 ml sampel yang telah diencerkan = N HCl x V ml x BE
3. Persentase HCl dalam sampel yang telah diencerkan :
= Berat HCl dalam 1 ml (mg) / 1000 mg X 100 % (berat 1 ml HCl encer = 1000 mg)
= [V ml X N X BE ] / 1000 mg X 100 % = [1 ml X N HCl X BE] x 100 %
= %
Jawaban Pertanyaan :
1. pH titik ekivalen = 7 (NaCl adalah garam asam kuat dan basa kuat)
2. Berapa pH sekitar titik ekivalen (dua tetes sebelum dan sesudah titik akhir titrasi.
< 5,3 dan < 9,7 (lihat Vogel)
3. Berapa pH titik akhir titrasi : 7,6 (range pH = 6,0 – 7,6)
4. Indikator apa saja yang dapat dipakai selain birubromtimol. :
Merah bromofenol (5,2-6,8) ; Merah netral ( 6,8 – 8,0)
42
5. Normalitas HCl 37 % = gr / BE x 1/V
Dimana gr = 37/100 x 1190 gr = 440,3 gr ; BE = BM = 36,457 ; V = 1 l
N = 440,3 / 36,453 x 1/1 = 12,0772
Prosedur :
Timbang teliti 100,0 mg kaliumhidrogenftalat yang telah dikeringkan. Larutkan dalam 25 ml
akuades bebas CO2 dalam Erlenmeyer 250 ml. Tambah 2 tetes indicator fenolftalein.
Titrasi dengan larutan NaOH sampai larutan tepat berwarna merah.
Perhitungan :
Mg Khftalat x 1/ BE = V x N
43
Volum NaOH rata-rata : Vr = (V1 + V2 + V3) x 1/3 = (9,50 + 9,45 + 9,45) x 1/3 = 9,47 ml
Normalitas NaOH = N = mg Khftalat x 1/BE x 1/ ml NaOH.
= 98,5 /204,2 x 1/9,47 = 0,0509
Normalitas NaOH = 0,0509 N
Volum NaOH rata-rata : Vr = (V1 + V2 + V3) x 1/3 = (12,50 + 12,55 + 12,50) x 1/3 = 12,52
Kesimpulan :
1. Normalitas Larutan HCl yang telah diencerkan = 0,0637 N
2. Berat HCl dalam i ml sampel yang telah diencerkan = 2,3 mgr
3. Persentase HCl dalam sampel yang telah diencerkan = 0,23 % Normalitas larutan HCl yang
belum diencerkan = 3,185 N
44
PERSONALIA
LABORATORIUM KIMIA FARMASI KUANTITATIF
Kepala Laboratorium : Dra. Sudarmi, M.Si, Apt
Koordinator Kimia Farmasi Kuantitatif : Dra. Sudarmi, M.Si, Apt
Staff Laboratorium :
1. Dra. Sudarmi, M.Si, Apt
2. Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si, Apt
3. Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt
4. Sri Yuliasmi, S.Si, M.Si, Apt
Asisten Mahasiswa :
1. Fey Limbong
2. Jessie Christina
3. Wirdayati Helmi
4. Feggy Sitinjak
5. Rizky Doli Hartama Harahap
6. Alvin
7. Zhafira Rahmasari
8. Meilida Ikhsani
9. Widiana Haviza Sinaga
10. Sandra Monica
Laboran :
Putri Kumalasari
45