Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No.

2, 2013 : 57-65

ANALISIS PRODUKSI DAN KERAGAAN USAHA GARUK UDANG


DI PERAIRAN KOTA SEMARANG

Production Analysis and Feasibility Effort of Dredged Net in Semarang Regency


Bogi Budi Jayanto, Azis Nur Bambang dan Herry Boesono
Staf Pengajar Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Diserahkan tanggal 8 Desember 2012, Diterima tanggal 24 Januari 2013

ABSTRAK
Alat tangkap garuk yang ada di daerah Tambak Lorok Semarang terdiri dari 3 jenis garuk, yaitu
garuk biasa, garuk modifikasi dengan rantai dan garuk modifikasi dengan timbal. Adanya modifikasi alat
tangkap garuk ini disebabkan oleh karena kurang efektifnya penangkapan udang jika menggunakan
penggaruk, karena untuk penangkapan udang sebenarnya cukup dengan desain yang berfungsi untuk
mengaduk permukaan substrat dasar perairan sehingga udang akan meloncat untuk masuk dalam cakupan
alat tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil tangkapan udang putih (Penaeus
merguiensis) dari 3 jenis garuk udang dan menganalisis perbandingan kelayakan usaha dari 3 jenis alat
tangkap garuk udang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif studi kasus.
Pengambilan sampel hasil tangkapan udang dilakukan pada 3 jenis alat tangkap Garuk Udang selama 3
bulan dengan setiap bulannya diambil data 10 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
langsung dan wawancara terhadap nelayan. Analisis teknis dengan membandingkan antara garuk udang
biasa dengan garuk udang modifikasi rantai. Sedangkan analisis kelayakan usaha membandingkan antara
garuk udang biasa dengan garuk udang modifikasi rantai dengan menggunakan undiscounted criteria
yaitu R/C Ratio, Payback Period, Break Event Point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara 3
jenis alat tangkap garuk udang yang ada di Tambak Lorok Semarang, Garuk Udang Modifikasi Timah
merupakan alat tangkap yang terbaik, dengan hasil tangkapan udang selama 30 hari sebesar 194,64 kg.
Berdasarkan analisa usahanya alat tangkap garuk udang biasa mempunyai nilai R/C 1.45, PP 4.67 tahun,
BEP produksi 191.75 kg dan BEP harga Rp. 53,683,-/kg. Alat tangkap garuk udang modifikasi rantai
mempunyai nilai R/C 1.74, PP 2.89 tahun, BEP produksi 192.50 kg dan BEP harga Rp. 29,358,-/kg.
Sedangkan Alat tangkap garuk udang modifikasi timah mempunyai nilai R/C 1.91, PP 2.37 tahun, BEP
produksi 192.63 kg dan BEP harga Rp. 25,549,-/kg. Alat tangkap garuk udang modifikasi timah
merupakan alat tangkap yang terbaik dibandingkan alat tangkap garuk udang yang lain.

Kata kunci : Garuk Udang, produksi, kelayakan usaha.

ABSTRACT
Dredged Net on Tambak Lorok Semarang consist of 3 kinds, those were dredged net, modification
dredged net chain, and modification dredged net with lead. Fishing gear modification caused by less
efective shrimp fishing using dredged, because shrimp fishing was enough for design that had stirring
effect into demersal substrat so made shrimp leaped into fishing gear range. The purpose of this research
were Analysing number of white shrimp (Penaeus merguiensis) catches by 3 kinds of dredged net and
knows business feasibility from 3 kinds of dredged net. Research method that used on this research was
descriptive method. Sampling shrimp catch result was did by 3 kinds of shrimp harrow for 3 months,
each month data was taken for 10 days. Data collection by direct observation and fishermen interview.
Technics analysing by compared genuine harrow and modification chain harrow. Bussiness analysis
compared genuine harrow and modification chain harrow by undiscounted criteria those were R/C
ratio, payback period, and break event point. The result showed between 3 kinds of shrimp harrow on
Tambak Lorok Semarang, modification harrow with lead was the best fishing gear, catch result for 30
days were 194,64 kg. Based on business feasibility analysis, dredged net had R/C 1.45, PP 4.67 years,
production BEP 191.75 kg and price BEP Rp.53,683,-/kg. Modification dredged net by chain had R/C
1.74, PP 2.89 years, production BEP 192.50 kg, and price BEP Rp.19,358,-/kg. Modification dredged net

57
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

by lead had R/C 1.91, PP 2.37 years, production BEP 192.63 kg, and price BEP Rp.25,549,-/kg.
Modification dredged net by lead was the best compared another dredged net.

Keywords : Dredged net, production, feasibility effort

PENDAHULUAN tangkapan sampingan berupa kerang dan ikan


demersal. Alat tangkap Garuk yang digunakan
Alat penangkap udang di Indonesia oleh nelayan di Tambaklorok Semarang untuk
cukup beragam, mulai dari yang tradisional menangkap udang, selama ini hanya
hingga yang modern, diantaranya garuk udang, dioperasikan pada saat musim udang (April –
trammel net, dogol, jaring klitik, trawl atau Juni). Selain bulan itu nelayan Tambaklorok
pukat harimau yang kini di Indonesia disebut biasanya mengoperasikan alat tangkap lain
sebagai pukat udang. Dari sekian jenis alat seperti Jaring Arad, Gill Net, Trammel Net dan
penangkap udang, yang paling efektif digunakan Jaring Apolo.
hingga saat ini adalah trawl. Sejak tahun 1969, Pada tahun 2010, tim peneliti dari
trawl telah banyak digunakan untuk menangkap Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
udang di Indonesia secara komersial. Usaha Perikanan Jurusan Perikanan Universitas
penangkap udang menggunakan trawl di Diponegoro melakukan modifikasi pada alat
Indonesia telah berkembang pesat sejak tahun tangkap garuk dengan mengganti gigi garuk
1970-an. Hal ini menimbulkan dampak yang dengan rantai dan timah. Hasil dari penelitian
negatif bagi dunia perikanan Indonesia, ini kemudian diaplikasikan ke nelayan melalui
diantaranya terjadi benturan-benturan dengan program Ipteks Bagi Masyarakat pada tahun
nelayan tradisional yang tidak mampu memiliki 2011.
trawl. Akhirnya pada tahun 1980, untuk Penelitian tentang dredged net udang ini
menghilangkan keresahan sosial akibat bertujuan untuk lebih menyempurnakan dari
beroperasinya trawl dikeluarkanlah Surat penelitian sebelumnya, karena pada penelitian
Keputusan Presiden Republik Indonesia sebelumnya dilakukan pada bulan Oktober –
(Keppres) Nomor 39 Tahun 1980 tentang November, yang pada saat itu bukan musim
penghapusan jaring trawl. udang. Berdasarkan hal tersebut diharapkan
Dengan dihapuskannya pengoperasian penelitian ini bisa memberikan gambaran yang
pukat harimau (otter trawl) di seluruh Perairan nyata tentang alat tangkap garuk udang yang
Indonesia melalui Keppres No. 39 Th. 1980, dioperasikan oleh nelayan Tambaklorok pada
beberapa alat tangkap udang konvesional dicoba saat musim udang (April – Juni).
untuk dikembangkan. Beberapa alat tangkap Tujuan penelitian ini adalah :
udang konvensional tersebut antara lain : Jaring 1. Menganalisis jumlah hasil tangkapan
Kantong (Trammel Net), Jaring Klitik udang putih (Penaeus merguiensis) dengan
(Monofilament Gill Net), Jaring Arad, Garuk garuk 3 jenis alat tangkap Garuk Udang
dan Jaring Dogol. dan mengetahui alat tangkap garuk udang
Perairan Tambak Lorok Semarang yang terbaik berdasarkan hasil
berpotensi untuk usaha penangkapan khususnya tangkapannya .
udang putih (Penaeus merguiensis), karena 2. Menganalisis perbandingan kelayakan
diperairan memiliki potensi udang putih usaha dari 3 jenis alat tangkap garuk udang
(Penaeus merguiensis) sekitar 1000 ton per dan mengetahui alat tangkap garuk udang
tahunnya sehingga banyak nelayan di perairan yang terbaik berdasarkan kelayakan
tambak lorok menangkap udang putih (Penaeus usahanya.
merguiensis) karena memiliki nilai ekonomis
tinggi (Fitri et al, 2012). Manfaat penelitian ini adalah :
Alat tangkap Garuk (dredged net) di 1. Menambah pengetahuan dan informasi di
Tambaklorok ini merupakan modifikasi alat bidang pemanfaatan sumberdaya perikanan,
tangkap garuk kerang yang selama ini banyak khususnya tentang analisis alat tangkap
digunakan oleh nelayan di daerah Demak. garuk udang.
Garuk (Dredged Net) adalah alat tangkap di 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah pantai yang dioperasikan dengan cara dalam menyusun kebijakan dalam kegiatan
diseret di sekitar pesisir pantai. Alat tangkap ini penangkapan ikan dengan alat tangkap garuk
terdiri dari mulut dan badan/kantong dengan udang modifikasi.
hasil tangkapan utama adalah udang dan hasil
58
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

METODE PENELITIAN perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa


yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
Materi Penelitian masalah yang sama dan belajar dari pengalaman
Materi yang digunakan dalam penelitian mereka untuk menetapkan rencana dan
ini adalah alat tangkap garuk yang dimodifikasi keputusan pada waktu yang akan datang.
menggunakan timah di Tambak Lorok, Dalam penelitian ini, peneliti akan
Semarang. Adapun subyek pengamatan dalam membandingkan 3 jenis Garuk Udang yang
materi penelitian ini adalah udang putih dioperasikan oleh nelayan Tambaklorok
(Penaeus merguensis). Semarang, yaitu garuk biasa, garuk modifikasi
dengan rantai dan garuk modifikasi dengan
Metode timbal. Aspek yang diperbandingkan pada
Aspek Teknis penelitian ini adalah masa pemberat di dalam air
Metode yang digunakan dalam Penelitian dari ketiga jenis alat tangkap, komposisi hasil
ini adalah metode deskriptif. Menurut Natzir tangkapan ketiga jenis garuk, jumlah udang
(2003), metode deskriptif adalah melukiskan hasil tangkapan dan berat udang hasil tangkapan
variabel, satu demi satu. Metode deskriptif ketiga jenis garuk.
bertujuan untuk mengumpulkan informasi Saat sampling di lapangan, peneliti
aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang mengasumsikan bahwa laut dalam keadaan
ada, mengidentifikasi atau memeriksa kondisi homogen, sehingga titik sampling ditentukan
dan praktek-praktek yang berlaku, membuat secara random.

300 cm

Gambar 2. Konstruksi alat tangkap garuk udang timah

Gambar 1. Konstruksi alat tangkap garuk udang


gigi

Gambar 3. Konstruksi alat tangkap garuk udang rantai

59
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

Aspek Ekonomis 4. Biaya total yang diperoleh dari penjumlahan


Metode penelitian yang digunakan pada biaya tetap dan biaya tidak tetap dalam 3
aspek ekonomis ini adalah metode deskriptif bulan
yang bersifat studi kasus. Studi kasus adalah 5. Penerimaan kotor yaitu nilai produksi dari
metode penelitian yang bertujuan untuk penjualan hasil tangkapan per trip masing-
memberikan gambaran secara mendetail tentang masing nelayan dalam 3 bulan
latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter 6. Keuntungan yaitu pengurangan penerimaan
yang khas dari kasus atau status dari individu, oleh total biaya
kemudian dari sifat-sifat di atas akan dijadikan Untuk suatu usaha dengan umur
suatu hal yang bersifat umum. Subyek yang ekonomis kurang dari lima tahun dapat
diteliti dari kasus ini adalah terdiri dari satu unit digunakan undiscounted criteria. Ukuran
kelompok atau satu kesatuan yang dipandang kelayakan yang dipergunakan untuk kriteria
sebagai kasus. Kasus yang dikaji dalam tersebut adalah :
penelitian ini adalah kasus yang terjadi pada 1. Analisis R/C Ratio
usaha penangkapan garuk udang biasa, garuk Analisis R/C Ratio digunakan untuk
udang modifikasi rantai dan garuk udang mengetahui besarnya nilai perbandingan
modifikasi timah di Tambak Lorok Kota penerimaan dan biaya produksi yang digunakan
Semarang. Aspek ekonomis yang dikaji (Kadariyah, 1998)
meliputi modal, biaya, pendapatan dan
keuntungan. R/C ratio = Total penerimaan
Total biaya
Waktu dan Tempat Kriteria yang digunakan adalah :
Pengambilan data ini dilaksanakan di R/C ratio > 1, usaha menghasilkan keuntungan
perairan Tambak Lorok dan pemukiman dan layak untuk dijalankan.
nelayan Tambak Lorok Kota Semarang pada R/C ratio = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi
bulan Mei – Juli 2012 (impas)
R/C ratio < 1, usaha mengalami kerugian dan
Metode Analisis Data tidak layak untuk dijalankan.
Aspek Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan dari 3 jenis alat tangkap 2. PP (Payback Period)
ini dapat dianalisa dengan cara menghitung, Analisis ini digunakan untuk mengetahui
ditabulasi dan diprosentasekan dalam bentuk lamanya perputaran modal/investasi yang
diagram ven. Setelah itu dilakukan analisis digunakan dalam melakukan usaha, atau dengan
dengan sidik ragam atau Analysis of Varians kata lain untuk mengetahui waktu yang dapat
(ANOVA) menggunakan software SPSS 17.0 digunakan untuk menutup kembali pengeluaran
dengan taraf signifikansi (α = 0.05), untuk investasi dengan menggunakan keuntungan
mengetahui alat tangkap garuk udang yang sabagai perbandingan (Riyanto, 2001).
terbaik, dengan memberikan perbandingan nilai PP = x 1 tahun
signifikan dari setiap alat tangkap garuk udang
yang diperoleh berdasarkan hasil tangkapan dengan : PP : Payback Period
tiap alat tangkap. µ : Keuntungan
I : Investasi
Aspek Ekonomis
Aspek ekonomis dengan cara 3. Break Event Point
menghitung dan ditabulasikan, meliputi : Menurut Kadariyah (1998) Analisis ini
1. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh unit digunakan untuk mempelajari hubungan antara
penangkapan garuk kerang antara lain biaya biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
pembelian perahu, pembelian mesin dan alat volume aktifitas. Masalah break event baru akan
tangkap muncul apabila terdapat biaya variabel dan
2. Biaya tetap yaitu meliputi biaya perawatan biaya tetap. Suatu usaha dengan volume
(perahu, mesin, alat tangkap dan peralatan produksi tertentu dapat menderita kerugian
lainnya) dalam 3 bulan karena penghasilan penjualannya hanya mampu
3. Biaya tidak tetap meliputi biaya operasional menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup
(BBM dan perbekalan) dalam 3 bulan sebagian kecil biaya tetap.

60
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

 BEP produksi (kg) :

 BEP harga (Rp/kg) :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil tangkapan garuk udang


Hasil tangkapan garuk yang telah
dilakukan dalam 3 bulan pengoperasian selama
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 Gambar 5. Komposisi Hasil Tangkapan Garuk
Udang Modifikasi Rantai

Gambar 4. Komposisi Hasil Tangkapan Garuk


Udang Biasa

Berdasarkan gambar 4 diatas, diketahui Gambar 6. Komposisi Hasil Tangkapan Garuk


bahwa hasil tangkapan garuk selama penelitian Udang Biasa
adalah udang, kerang dan rajungan. Garuk Garuk udang modifikasi dengan rantai
udang biasa (tidak dimodifikasi) hasil tangkapan hasil tangkapan terbanyak adalah udang dengan
yang lebih banyak adalah kerang dengan jumlah berat 120.64 kg (61.98 %), kemudian rajungan
120 Kg (63.69%) kemudian hasil tangkapan sebesar 39 kg (20.05) dan kerang sebesar 35 kg
udang sebanyak 53.4 Kg (28.34%) dan rajungan (17.98%).
15 Kg (7.96%). Hal ini menunjukan bahwa Modifikasi yang dilakukan dengan
garuk sebenarnya alat tangkap untuk mengganti gigi garuk yang terbuat dari besi
menangkap kerang karena terdapat gigi yang diganti dengan timah yang dipasang di bagian
dipasang pada bagian bawah frame/bingkai bawah frame menyebabkan hasil tangkapan
untuk menggaruk kerang yang terbenam pada kerang berkurang, sama seperti modifikasi
lumpur. garuk dengan rantai karena timah tidak
Dari gambar 5 diketahui bahwa hasil masuk/terbenam kedalam lumpur sehingga
tangkapan garuk selama penelitian adalah kerang yang berada di dalam lumpur tidak ikut
udang, kerang dan rajungan. Garuk udang tertangkap, tetapi udang yang berada di atas
modifikasi dengan rantai hasil tangkapan lumpur bisa masuk kedalam kantong garuk.
terbanyak adalah kerang dengan berat 110 kg Menurut Naamin (1992), bahwa udang putih
(46.04%), tetapi tidak jauh berbeda dengan (Penaeus merguensis) termasuk golongan yang
udang yaitu 104.91 kg (43.91%) rajungan jarang membenamkan diri kedalam substrat
sebesar 24 kg (10.05%). dasar perairan dan hampir selalu aktif. Hasil

61
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

tangkapan pukat biasanya tidak berbeda nyata tersebut merupakan habitat udang putih
antara siang dengan malam, tetapi udang (Penaeus merguensis).
dewasa sering membentuk kelompok semi
pelagik yang padat pada waktu siang hari Analisis Ekonomi Garuk Udang
dimana hasil tangkapan pukat sangat nyata. Pendapatan
Berdasarkan pengelompokan udang penaeid Pendapatan nelayan selama penelitian
berdasarkan tingkah laku dan kemampuan hasil dari ketiga jenis alat tangkap garuk udang yang
tangkapan (behavior and catchbility) udang ada di Tambaklorok dapat kita lihat pada tabel
putih termasuk grup III, yaitu mempunyai berikut ini.
kemampuan tangkap tinggi, tidak
membenamkan diri ke dalam substrat, Tabel 2. Pendapatan Nelayan Garuk Udang
menyenangi habitat perairan yang keruh dan Tambak lorok
penangkapan siang (daylight fishing).
Udang putih ditemukan pada daerah Bulan Pendapatan Nelayan
masuknya air sungai yang biasanya di tandai Garuk Garuk Garuk
oleh dasar lumpur yang lunak dan kekeruhannya Udang Udang Udang
secara intensif dan terlokalisir. Kekeruhan yang (Rp) rantai Timah
demikian sudah dikenal sebagai didihan lumpur (Rp) (Rp)
oleh nelayan merupakan suatu tanda adanya Mei 4,575,000 5,587,500
kelompok udang (Naamin dan Harjamulia, 3,562,500
1990). Juni 3,787,500 4,400,000 4,537,500
Tingkah laku pengelompokan udang Juli 3,800,00 4,412,500 4,625,000.
Sumber : Hasil Penelitian 2012
yang kemudian menimbulkan kekeruhan air
yang intensif cenderung terjadi pada saat air
Modal
tenang dalam siklus pasang surut terutama pada
Pada usaha penangkapan ikan di laut,
waktu surut. Berdasarkan pengamatan tersebut
modal investasi yang harus dimiliki oleh
jelas kelihatan bahwa tingkah laku
pengusaha atau pemilik usaha perikanan
mengelompokan yang menimbulkan kekeruhan
tangkap sebagai sarana utama untuk kelancaran
air mempunyai nilai kehidupan bagi jenis yang
produksinya, dapat dikelompokkan dalam tiga
tidak suka membenamkan diri ini dalam
kelompok yaitu perahu, alat tangkap, mesin dan
mengurangi ikan-ikan pemangsa biasanya
peralatan pendukung yang lain.
paling aktif mencari makan pada saat air tenang
dan air jernih. Jika terganggu udang dapat
Tabel 3. Modal Usaha pada Alat Tangkap
melompat sejauh 20-30 cm dengan ketinggian
Garuk Udang
sekitar 10-100 cm menghindar dari gangguan,
Garuk Garuk
dan bahkan udang dapat melompat tinggi
Garuk Udang Udang
melebihi perairan jika merasa terancam.
Modal Udang Modifikas Modifikasi
Pada umumnya tangkapan udang pada Biasa (Rp) i Rantai Timah
perairan dangkal setelah turun hujan didapatkan (Rp) (Rp)
hasil yang baik. Selama musim dimana curah
hujan tinggi dan angin kuat hasil tangkapan Kapal 10,500,000 10,500,000 10,500,000
yang didapatkan berkurang. Menurut Direktorat
Jendral Perikanan (1993), Musim penangkapan Mesin 5,500,000 5,500,000 5,500,000
udang putih (Penaeus merguiensis) adalah pada
waktu setelah musim barat (Akhir Desember Alat 560,000
hingga Februari) dan pada musim timur Tangk 556,500 441,500
(Juli/Agustus hingga September). Dan ini yang ap
menyebabkan hasil tangkapan udang pada saat
penelitian memperoleh hasil yang baik. Jumlah 16,556,500 16,441,500 16,560,000
Hasil tangkapan saat penelitian udang Sumber : Hasil Penelitian 2012
yang tertangkap hanya jenis udang putih
(Penaeus merguensis) saja. Hal ini karena Biaya
penangkapan saat penelitian di perairan Biaya pada usaha perikanan tangkap
Semarang dilakukan di dekat muara sungai dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
dengan dasar perairan berlumpur dan berada cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
pada kedalaman 10-45 m dimana daerah
62
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

Biaya tetap pada penelitian ini terdiri dari Jumlah 6,750,000 6,750,000 6,750,000
biaya perawatan, biaya penyusutan. Biaya Sumber : Hasil Penelitian 2012
perawatan dan biaya penyusutan pada
penghitungan ini untuk periode 3 bulan karena Biaya tidak tetap yang dikeluarkan dalam
alat tangkap garuk di Tambak Lorok hanya usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap
beroperasi selama 3 bulan (musim udang). garuk udang biasa, garuk udang modifikasi
Umur ekonomis untuk kapal adalah 10 tahun rantai dan garuk udang modifikasi timah selama
dan umur ekonomis untuk mesin adalah 5 tahun. 3 bulan ini sama yaitu Rp. 6,750,000.-, yang
terdiri atas BBM Rp. 75,000.-/hari, perbekalan
Tabel 4. Biaya Tetap pada Alat Tangkap Garuk Rp. 10,000.- hari-1 dan es Rp. 5,000,-/hari-1.
Udang Setelah mengetahui besarnya biaya tetap
dan tidak tetap, besarnya biaya total bisa kita
Biaya Garuk Garuk Garuk hitung. Biaya total merupakan penjumlahan dari
Tetap Udang Udang Udang seluruh biaya yang ada (biaya tetap dan biaya
Biasa Modifikasi Modifikasi tidak tetap).
(Rp) Rantai Timah
(Rp) (Rp) Tabel 6. Biaya Total pada Alat Tangkap Garuk
 Biaya Perawatan Udang
Kapal 261,250 262,500 262,500
Mesin 135,000 150,000 147,500 Biaya Garuk Garuk Garuk
 Biaya Penyusutan Total Udang Udang Udang
Kapal 262,500 262,500 262,500 Biasa (Rp) Modifikasi Modifikasi
Rantai (Rp) Timah (Rp)
Mesin 275,000 275,000 275,000
Biaya
Jumlah 933,750 950,000 947,500
tetap 933,750 950,000 947,500
Sumber : Hasil Penelitian 2012 Biaya
tidak
Biaya perawatan dan penyusutan hanya tetap 6,750,000 6,750,000 6,750,000
untuk kapal dan mesin. Untuk alat tangkap Jumlah 7,670,000 7,700,000 7,705,000
biaya perawatan dan biaya penyusutan tidak Sumber : Hasil Penelitian 2012
dihitung, karena alat tangkap Garuk Udang di
Tambaklorok Semarang hanya berumur 3 bulan Biaya total yang dikeluarkan dalam
saja. Alat tangkap Garuk Udang di usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap
Tambaklorok setelah berumur 3 bulan dalam garuk udang biasa adalah Rp. 7,670,000.
keadaan rusak dan untuk musim depan nelayan sedangkan biaya total yang dikeluarkan dalam
akan membuat alat tangkap Garuk Udang yang usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap
baru. garuk udang modifikasi rantai adalah Rp.
Biaya tidak tetap pada penelitian tentang 7,700,000.-. Biaya Total untuk garuk udang
Garuk Udang di Tambaklorok ini meliputi : modifikasi timah adalah Rp. 7,705,000.-.
biaya perbekalan, BBM dan Es. Pada penelitian Keuntungan
ini biaya tetap untuk Garuk udang, Garuk udang Keuntungan merupakan hasil dari
modifikasi rantai dan Garuk Udang modifikasi pendapatan dikurangi dengan biaya total. Nilai
timah besarnya sama, karena sama-sama pendapatan sendiri diperoleh dari rata-rata
beroperasi 1 hari. pendapatan selama 3 bulan karena alat tangkap
dioperasikan selama 3 bulan dan setiap
Tabel 5. Biaya Tidak Tetap pada Alat Tangkap bulannya melakukan trip penangkapan selama
Garuk Udang 25 hari.

Biaya Garuk Garuk Garuk Tabel 7. Keuntungan pada Alat Tangkap Garuk
Tidak Udang Udang Udang Udang
Tetap Biasa Modifikasi Modifikasi Garuk Garuk Garuk
(Rp) Rantai Timah Udang Udang Udang
(Rp) (Rp) Biasa (Rp) Modifikasi Modifikasi
Biaya Rantai Timah
Perbekalan 750,000 750,000 750,000 (Rp) (Rp)
BBM 5,625,000 5,625,000 5,625,000 Pendapatan 11,150,000 13,387,500 14,750,000
Es 375,000 375,000 375,000 Biaya total 7,683,750 7,700,000 7,697,500
63
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

Keuntungan 3,466,250 5,687,500 7,052,500 payback period usaha penangkapan garuk udang
Sumber : Hasil Penelitian 2012 modifikasi :
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Tabel 9. Perhitungan Payback Period
keuntungan selama 3 bulan untuk usaha
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap Garuk Garuk Garuk
garuk udang biasa adalah Rp. 3,466,250.-, Udang Udang Udang
keuntungan selama 3 bulan usaha penangkapan Biasa (Rp) Modifikasi Modifikasi
dengan menggunakan alat tangkap garuk udang Rantai Timah
modifikasi rantai adalah Rp. 5,687,500.- dan Modal 16,556,500 16,441,500 16,560,000
keuntungan selama 3 bulan untuk alat tangkap Keuntungan 3,466,250 5,687,500 7,052,500
garuk udang modifikasi timah adalah Rp. Payback
7,052,500.-. Period 4.78 2.89 2.35
Sumber : Hasil Penelitian 2012
Analisis Kelayakan Usaha (Undiscounted
Criteria) Tingkat pengembalian modal pada usaha
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dikategorikan cepat jika nilai PP kurang dari 3
Dalam penelitian ini digunakan R/C ratio tahun. Jika nilai PP lebih dari 3 tahun tetapi
untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan kurang dari 5 tahun berarti dikategorikan tingkat
antara penerimaan atau pendapatan dan biaya pengembalian sedang. Apabila nilai PP lebih
produksi yang digunakan. Perhitungan R/C ratio dari 5 tahun maka tingkat pengembalian lambat
usaha ke tiga garuk ini dapat dilihat dalam tabel (Riyanto, 1991). Pada usaha penangkapan garuk
berikut : udang biasa diperoleh payback period 4,78
tahun. Pada usaha penangkapan garuk udang
Tabel 8. Perhitungan R/C Ratio modifikasi rantai diperoleh payback period 2,89
tahun. Payback period untuk garuk udang
Garuk Garuk Garuk modifikasi timah adalah 2,35, berdasarkan
Udang Udang Udang perhitungan dari Payback period maka
Biasa Modifikasi Modifikasi disimpulkan bahwa masa pengembalian modal
Rantai Timah garuk udang modifikasi timah lebih cepat
Pendapatan 11,150,000 13,387,500 14,750,000 daripada garuk udang biasa dan garuk udang
Biaya total 7,683,750 7,700,000 7,697,500 modifikasi rantai.
R/C 1.45 1.74 1.92
Sumber : Hasil Penelitian 2012 Break Event Point
Analisis Break Event Point adalah suatu
Tabel di atas menggambarkan bahwa analisis untuk mempelajari hubungan antara
R/C ratio pada ke tiga garuk udang sama-sama biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan dan
> 1, yang berarti bahwa usaha penangkapan volume produksi. Break event point sendiri baru
layak dilakukan. Tetapi R/C ratio garuk udang akan muncul apabila terdapat biaya variabel dan
modifikasi timah lebih besar dari garuk udang biaya tetap. Break event point menyatakan
yang lain (1,92). Hal ini menunjukkan bahwa volume penjualan di mana total pendapatan
garuk udang modifikasi timah memiliki tepat sama besar dengan total biaya, sehingga
kelayakan usaha yang lebih baik daripada garuk suatu usaha tidak memperoleh keuntungan dan
udang biasa dan garuk udang modifikasi rantai. juga tidak menderita kerugian. Perhitungan BEP
Payback Period usaha penangkapan ketiga garu udang yang ada
Perhitungan Payback Period atau di Tambak Lorok dapat dilihat pada tabel
periode kembali investasi diperlukan untuk berikut ini
mengetahui periode waktu pengembalian
investasi sehingga dapat menggambarkan Tabel 20. Nilai BEP
panjangnya waktu yang diperlukan agar dana
Garuk Garuk Garuk
yang diinvestasikan pada usaha penangkapan
Udang Udang Udang
ikan dapat diperoleh kembali seluruhnya.
Biasa Modifikasi Modifikasi
Pada usaha penangkapan garuk udang (Rp) Rantai Timah
modifikasi perhitungan periode kembali BEP
investasi merupakan perbandingan antara modal Produksi
investasi dengan keuntungan (pendapatan (kg) 192.09 192.5 192.43
bersih) selama 1 tahun. Berikut perhitungan BEP Harga 53,779 29,358 25,524
64
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

(Rp/kg) DAFTAR PUSTAKA

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa


Direktorat Jendral Perikanan. 1993.
titik impas produksi pada Garuk udang biasa
Penangkapan dengan Trammel Net.
agar dapat menutup biaya total adalah sebesar
Direktorat Jendral Perikanan Departemen
192.09 kg dengan titik impas harga pada Garuk
Pertanian. Jakarta.
udang biasa agar dapat menutup biaya total
adalah sebesar Rp 53,779.-/kg. Titik impas Fitri, Aristi D P. Boesono H. Pramonowibowo.
produksi pada garuk udang modifikasi rantai Khuliah .A, dan Bogi B Jayanto.2011.
agar dapat menutup biaya total adalah sebesar Modifikasi Garuk Udang (Dredged Net)
192.5 kg dan titik impas harganya agar dapat untuk Peningkatan Efektivitas
menutup biaya total adalah Rp. 29,358.-/kg. Penangkapan Penaeus Merguiensis.
Pada alat tangkap garuk udang modifikasi timah Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 7. No 2.
titik impas produksinya adalah 192.43 kg dan Februari 2012. Semarang. Hal 53 – 60.
titik impas harga agar dapat menutup biaya total
adalah Rp. 25,524.-/kg. Kadariyah. 1998. Evaluasi Proyek Analisa
Ekonomi Edisi II. Fakultas Ekonomi UI
KESIMPULAN Press, Jakarta.
Naamin N.1992. Pedoman Teknis Pemanfaatan
Kesimpulan dan Pengelolaan Sumberdaya Udang
Berdasarkan hasil penelitian, maka Penaeid Bagi Pengembangan Perikanan.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Seri Pengembangan Penelitian Perikanan
1. Dari ketiga alat tangkap garuk udang ini, . Balitbangtan, Jakarta.
garuk udang modifikasi timah merupakan
alat tangkap yang terbaik karena Naamin, N. dan A. Harjamulia. 1990. Potensi,
menghasilkan hasil tangkapan udang yang Pemanfaatan dan Penggelolaan Sumber
terbanyak, sebesar 120.635 kg. Daya Perikanan, Prosiding Forum I
2. Dari ketiga alat tangkap ini garuk udang Perikanan, Balai Peneliti Perikanan Laut,
modifikasi timah merupakan alat tangkap Jakarta.
yang terbaik berdasarkan kelayakan Natsir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian.
usahanya, dengan nilai R/C 1.91, PP 2.372 Ghalia Indonesia, Jakarta.
tahun, BEP produksi 192.625 kg dan BEP
harga Rp. 25,549,-/kg. Riyanto, B. 1991. Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Yayasan Penerbit UGM,
Saran Yogyakarta.
Nelayan Tambak Lorok maupun perairan
di Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya
udang yang tinggi sebaiknya menggunakan
garuk modifikasi dari timah karena hasil
tangkapan dan kelayakan usahanya lebih baik
dibandingkan garuk uadang biasa dan garuk
udang modifikasi rantai

65
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No. 2, 2013 : 57-65

Anda mungkin juga menyukai